Anda di halaman 1dari 18

Topik:

JEJAS SEL,
PATOLOGI KEMATIAN SEL,
ADAPTASI
DOSEN :
APT. SYILVI RINDA SARI, M.FARM.
Pendahuluan
Kesehatan perorangan berawal dari Kesehatan sel-selnya. Dilain pihak penyakit, mencerminkan
disfungsi sejumlah penting sel-sel. Perlu memulai perhatian kita akan patologi dengan
pengamatan penyakit pada tingkat sel dan subsel.

Sel normal umumnya berdenyut tanpa henti, secara tetap mengubah struktur dan fungsinya untuk
memberi reaksi terhadap tantangan dan tekanan yang selalu berubah. Kecuali bila tekanan ini terlalu
berat, struktur dan fungsi sel cenderung bertahan dalam jangkauan yang relative sempit, dinyatakan
sebagai ‘normal’. Dalam keterbatasannya, penyesuaian sel mencapai perubahan yang menetap,
mempertahankan Kesehatan sel meskipun tekanan berlanjut. Tetapi bila batas kemampuan adaptasi
tersebut dilampaui, maka akan terjadi jejas atau bahkan kematian sel. Dalam bereaksi terhadap tekanan
yang progresif, sel akan (1) menyesuaikan diri, (2) terjadi jejas yang dapat pulih kembali, (3) mati.
Pendahuluan
Kelangsungan fungsi dan struktur sel normal, beradaptasi, terjejas dan yang terjejas ireversibel
atau mati, merupakan keadaan yang berbatas kabur.

Dalam reaksi terhadap tekanan sedang, sel dapat mengalami berbagai tahapan adaptasi dan jejas, yang
akhirnya hanya untuk mati. Tekanan yang lebih berat menyebabkan jejas langsung dan tentu saja jejas
yang hebat dapat segera mematikan. Satu hal yang tidak dapat diterima adalah semua sel yang tertekan
atau terjejas melewati setiap tahapan reaksi. Apapun bentuk khas tekanan yang menyebabkan
adapatasi, jejas atau kematian sel bergantung tidak hanya pada keadaan dan derajat parah tekanan
tetapi juga pada banyak kemungkinan hubungan antar sel-sel sendiri, seperti sel yang mudah terjejas,
keadaan diferensiasi, perbekalan darah, nutrisi dan kondisi sebelumnya.
Sebab-Sebab Jejas, Kematian dan
Adaptasi Sel
Tekanan-tekanan yang menyebabkan perubahan morfologi sel berkisar dari rudapaksa fisik kasar
berupa pukulan yang menghancurkan sampai pergeseran halus akibat tidak ada suatu enzim, seperti
yang terjadi pada banyak keadaan genetic. Golongan besar pengaruh merugikan yang dikenal
mempengaruhi fungsi sel yakni:
1. Hipoksi
2. Bahan kimia dan obat
3. Agen fisika
4. Agen mikrobiologi
5. Mekanisme imun
6. Cacat genetika
7. Ketidakseimbangan nutrisi
8. Penuaan
Sebab-Sebab Jejas, Kematian dan
Adaptasi Sel
 BAHAN KIMIA (TERMASUK OBAT-OBATAN)

BAHAN KIMIA DAN OBAT-OBATAN merupakan penyebab penting jejas dan kematian sel. Sebenarnya setiap
agen kimia atau obat dapat dilibatkan. Meskipun bahan yang tidak berbahaya seperti glukosa, bila konsentrasi cukup,
demikian dapat merusak lingkungan osmosa sel yang berakibat jejas atau kematian sel tersebut.

Banyak bahan kimia dan obat-obatan yang berdampak terjadinya perubahan pada beberapa fungsi vital sel, seperti
permeabilitas selaput, homeostatis osmosa atau keutuhan enzim dan kofaktor.

Masing-masing agen biasanya memiliki sasaran khusus dalam tubuh, mengenai beberapa sel dan tidak menyerang sel
lainnya. Pada beberapa kasus sifat selektif ini mencerminkan populasi sel yang dilibatkan dalam penyerapan, pengankutan
dan metabolism agen.

Contoh: barbiturate menyebabkan perubahan pada sel hati, karena sel-sel ini yang terlibat dalam degradasi obat tersebut.
Bila merukuri klorida tertelan diserap dari lambung dan dikeluarkan melalui ginjal dan usus besar. Jadi menimbulkan
dampak utama pada organ-organ tsb.

Tetapi kita tidak selalu mempunyai penjelaskan yang memuaskan tentang serangan yang selektif banyak bahan kimia dan
obat-obatan yang menyebabkan perubahan sel.
Sebab-Sebab Jejas, Kematian dan
Adaptasi Sel
AGEN FISIK
◦ Trauma, panas atau dingin yang luar biasa, perubahan mendadak tekanan atmosfer, tenaga radiasi dan tenaga listrik,
semuanya memiliki dampak luas pada sel.
◦ Trauma mekanik dapat menyebabkan sedikit pergeseran tapi nyata, pada organisasi organel intrasel, atau pada keadaan
lain yang ekstrem, dapat merusak sel secara keseluruhan.
◦ Panas dan dingin terbukti merupakan penyebab tekanan, jejas, dan bahkan kematian sel. Suhu rendah bekerja melalui
sejumlah jalur. Mula-mulai berakibat vasokonstriksi dan mengacau pada perbekalan darah untuk sel-sel. Suhu tinggi
yang merusak tentu dapat membakar jaringan, tetapi jauh sebelum titik bakar ini dicapai, suhu yang meningkat berakibat
jejas dengan akibat hipermetabolisme, melampaui kemampuan perbekalan darah yang tersedia. Hipermetabolisme juga
menyebabkan penimbunan asam metabolit yang merendahkan ph sel sehingga mencapai tingkat bahaya.
◦ Perubahan mendadak tekanan atmosfer juga dapat berakibat gangguan perbekalan darah untuk sel-sel. Penyelam lautan
dalam atau penggali terowongan bila bekerja di bawah tekanan atmosfer gas-gas atmosfer yang terlarut dalam darah
mereka kadarnya lebih tinggi. Bila orang ini kembali ke tekanan normal terlalu cepat, gas-gas yang terlarut keluar dari
larutan secara cepat dan membentuk gelembung-gelembung udara dalam sirkulasi. Oksigen segera dilarut kembali tetapi
nitrogen kurang larut dan tetap sebagai gelembung-gelembung kecil yang dapat terjebak dalam sirkulasi mikro, menyekat
aliran darah dan akhirnya berakibat jejas hipoksia pada sel-sel , kelainan ini disebut ‘Penyakit Caisson’
Sebab-Sebab Jejas, Kematian dan
Adaptasi Sel
AGEN MIKROBIOLOGI
◦ Penumpangan oleh agen hidup yang berkisar ukuran dari virus submikroskopi sampai nematoda yang tampak
dengan mata telanjang dapat menyerang manusia dan mengakibatkan jejas, kematian sel, atau kematian
individu.
◦ Virus dan rickettsia merupakan parasite obligat intrasel yaitu kelangsungan hidupnya hanya didalam sel-sel
hidup. Virus yang menyebabkan perubahan sel dimasukkan dalam dua golongan besar (1) agen mampu
menyebabkan kematian sel (sitolisis) (2) agen merangsang replikasi sel dan mungkin berakibat tumor
(onkogen).
◦ Bagaimana kuman menyebabkan jejas dan penyakit pada sel tidak diketahui dengan jelas. Beberapa kuman
dapat melepas sel dengan melepaskan beberapa macam enzim seperti lesitinase (Clostridium perfringens) yang
mampu merusak selaput sel atau hemolisin (Streptococcus beta hemoliticus) yang melisiskan sel darah merah.
Mekanisme potensial lain yang menimbulkan jejas oleh kuman ialah timbulnya hipersensitivitas terhadap agen
yang berakibat reaksi imunologi yang menghancurkan.
Sebab-Sebab Jejas, Kematian dan
Adaptasi Sel

KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
◦ Defisiensi nutrisi bukan hanya menyebabkan jejas sel masa kini, tetapi mengancam menjadi masalah
kehancuran di masa mendatang. Defisiensi protein-kalori merupakan contoh nyata. Avitaminosis juga
menjadi-jadi dalam masyarakat miskin dan bahkan sering terjadi di negara industry yang mempunyai
standar kehidupan yang relative tinggi. Kalori berlebihan dan diet kaya lemak hewani sekarang ini
sangat dikaitkan pada timbulnya aterosklerosis. Semua kelainan ini jelas berhubungan dengan jejas dan
kematian sel.
Patogenesis
Jejas pada sel mungkin mempunyai banyak penyebab, dan mungkin tidak mempunyai jalur akhir
umum kematian sel.

Pada agen penyebab jejas tertentu, mekanisme dan tempat terkena jejas diketahui dengan baik. Sianida
merupakan asfiksan intrasel karena sianida menyebabkan sitokrom oksidase inaktif. Kuman anaerob
tertentu seperti Clostridium perfringens menghasilkan fosfolipase yang menyerang fosfolipid selaput
sel.

Kekuragan oksigen jelas mendasari pathogenesis sel yang mengalami jejas pada iskemi, tetapi juga
lebih nyata bahwa jenis oksigen tereduksi parsial yang diaktifkan, merupakan perantara penting
kematian sel dalam banyak keadaan patologi.
Morfologi Jejas Sel
JEJAS REVERSIBEL
◦ Dalam patologi klasik, perubahan morfologi sebagai akibat jejas nonletal sel dinamakan degenerasi, tetapi
sekarang lebih sederhana disebut jejas reversible. Dua gambaran dapat dikenali di bawah mikroskop cahaya :
pembengkakan sel dan perubahan berlemak
◦ Pembengkakan sel tampak bila sel tidak mampu mempertahankan homeostatis ion dan cairan. Pembengakakan
sel ialah manifestasi pertama pada hampir semua bentuk jejas pada sel, sebagai akibat pergeseran air
ekstraseluler ke dalam sel karena mekanisme yang sudah diuraikan. Ini adalah perubahan morfologi yang
sukar dinyatakan melalui mikroskop cahaya, dapat tampak lebih nyata pada seluruh alat tubuh bila menyerang
seluruh sel organ, menyebabkan kepucatan, turgor, dan berat organ bertambah. Secara mikroskopik
pembesaran sel sering terjadi pada penekanan mikrovaskular alat tubuh seperti sinusoid hati dan anyaman
kapiler dalam korteks ginjal.
◦ Perubahan berlemak pada beberapa keadaan dapat sebagai indicator lain untuk jejas reversible sel . Ini
merupakan reaksi yang kurang umum, terutama dijumpai dalam sel-sel yang terlibat dan tergantung pada
metabolism lemak, seperti hepatosit dan sel-sel miokardium karena ini adalah bentuk penimbunan intrasel.
Morfologi Jejas Sel
KEMATIAN SEL-NEKROSIS

Sel dapat dianggap mati dengan mikroskop cahaya hanya setelah mengalami serangkaian
perubahan yang dinamakan nekrosis. Nekrosis dapat didefinisikan sebagai perubahan morfologi sebagai
akibat Tindakan degradasi progresif oleh enzim-enzim pada sel yang terjejas letal.

Dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis adalah :

1. Pencernaan sel oleh enzim

2. Denaturasi protein
Adaptasi Sel
Fungsi dan morfologi sel normal tidak berada dalam keadaan yang kaku, tetapi mengikuti perubahan struktur dan
fungsi cairan yang mencerminkan perubahan tantangan hidup. Organel menjadi tua dan diganti oleh yang lebih baru
untuk menyesuaikan diri dengan tantangan metabolic. Bila tekanan dan pengaruh yang merusak mengenai sel, bila
memungkinkan sel akan menyesuaikan diri dan siap berubah, memungkinkan sel hidup dalam lingkungan yang
berubah.

ATROFI

Pengisutan ukuran sel akibat kehilangan bahan sel, dikenal sebagai atrofi. Keadaan ini mencerminkan bentuk reaksi
adaptasi. Bila jumlah sel yang terlibat cukup, seluruh jaringan dan alat tubuh berkurang atau mengalami atrofi.

Penyebab atrofi yang jelas ialah (1) berkurangnya beban kerja, (2) hilangnya persarafan, (3) hilangnya perbekalan
darah, (4) nutrisi yang tidak memadai, (5) hilangnya rangsang hormon. Semua perubahan sel yang mendasari sifatnya
sama, berupa kemunduran sel sampai ukuran yang lebih kecil disertai kemampuan hidup yang masih dimungkinkan.
Sel mengandung sedikit mitokondria dan miofilamen serta pengurangan reticulum endoplasma.
Adaptasi Sel
HIPERTROFI
◦ Hipertropi menyatakan peningkatan ukuran sel dan perubahan ini meningkatkan ukuran alat tubuh. . Hipertrofi
dapat disebabkan oleh kenaikan tantangan fungsi atau rangsang hormon khas dan dapat terjadi dalam keadaan
fisiologi dan patologi.
◦ Hipertrofi sebagai reaksi penyesuaian dinyatakan oleh pembesaran otot. Sel otot bercorak jantung dan skelet
terutama mampu hipertrofi, mungkin karena tidak dapat menyesuaikan dengan tantangan metabolic yang
meningkat dengan cara pembelahan mitosis dan pembentukan lebih banyak sel untuk mengahdapi kerja.
◦ Faktor pembatas agar hipertrofi tidak berlanjut dan penyebab perubahan regresi tidak diketahui sele ngkapnya
dapat karena pembatasan perbekalan vaskuler serat-serat yang membesar, pengurangan kemampuan oksidasi
mitokondria atau oleh perubahan sintesis dan degradasi protein.
Kalsifikasi
Kalsifikasi patologi merupakan proses yang sering, juga menyatakan pengendapan abnormal garam-
garam kalsium, disertai sedikit besi, magnesium dan garam-garam mineral lainnya. Bila pendendapan
terjadi pada jaringan mati atau sedang mati, hal tersebut dikenal sebagai kalsifikasi distrofik; hal itu
dapat terjadi meskipun kadar kalsium dalam serum normal atau tidak ada gangguan metabolism
kalsium. Sebaliknya, pengendapan garam kalsium dalam jaringan normal dikenal sebagai kalsifikasi
metastatic, dan hamper selalu mencerminkan beberapa kelainan metabolism kalsium yang
menyebabkan hiperkalsemia.
Kalsifikasi

KALSIFIKASI DISTROFIK
◦ Kalsifikasi distrofik merupakan tanda sederhana yang menjelaskan tentang adanya jejas sel sebelumnya, sering
merupakan penyebab disfungsi alat tubuh. Kasus seperti ini terjadi pada penyakit kalsifikasi katup dan
aterosklerosis.
◦ Patogenesis kalsifikasi distrofik adalah permulaan dan kelanjutan yang akhirnya menyebabkan pembentukan
kristal kalsium fosfat. Permulaan di tempat—tempat ekstraselular terjadi gelembung-gelembung terikat selaput
berdiameter sekitar 200 nm; pada tulang rawan dan tulang dikenal sebagai gelembung matriks, sedangkan pada
kalsifikasi patologi tampaknya mereka berasal dari sel-sel yang berdegenerasi atau menua.
Kalsifikasi

KALSIFIKASI METASTATIK
◦ Perubahan ini dapat terjadi pada jaringan normal bila terjadi hiperkalsemia. Hiperkalsemia juga
mempermudah kalsifikasi distrofik. Penyebab hiperkalsemia adalah hiperparatiroidisme; keracunan
vitamin D; sarcoidosis sistemik; sindrom susu-alkali; hipertiroidisme; hiperkalsemia idiopatik pada bayi;
penyakit Addison; peningkatan katabolisme tulang yang menyertai myeloma multiple, metastasis kanker
dan leukimia; dan penurunan pembentukan tulang seperti terjadi imobilisasi. Hiperkalsemia juga terjadi
beberapa keadaan gagal ginjal lanjut dengan retensi fosfat, menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder
Perubahan Hialin
Pengendapan hialin dapat terjadi di dalam sel, di antara sel-sel dan lebih luas sebagai hialinisasi jaringan dan
perlu istilah “hialin” dijelaskan. Hialin menyatukan sifat setiap bahan homogen, terang dan berwarna merah
muda dalam potongan jaringan rutin. Istilah ini diterapkan pada berbagai perubahan histologi sekedar untuk
menyatakan: (1) parut jaringan ikat berkolagen padat dapat memberi gambaran hialin homogen merah muda.
(2) penebalan dan reduplikasi selaput basal, seperti pada arteriol pada hipertensi yang berkepanjangan
memberi apa yang dinamakan arteriolosclerosis hialin. (3) endapan sejenis protein ekstraseluler abnormal
pada amyloidosis tampak hialin dengan mikroskop cahaya. (4) tetes protein yang direabsorpsi yang dijumpai
dalam sel epitel tubuli ginjal pada keadaan klinik yang disertai proteinuria massif menunjukkan gambaran
hialin, terang dan merah muda pada potongan jaringan rutin. (5) infeksi virus tertentu yang ditandai adanya
inklusi hialin virus dalam sel-sel yang terlibat.

Hialin biasanya merupakan perubahan dalam sel atau ruang ekstraseluler berupa
massa homogen yang terlihat cerah. Benda hialin ini akan berwarna merah muda bila
diberikan warna dengan pewarnaan hematoxylin dan eosin.
Hialin biasanya merupakan perubahan dalam sel atau ruang ekstraseluler berupa
massa homogen yang terlihat cerah. Benda hialin ini akan berwarna merah muda bila
diberikan warna dengan pewarnaan hematoxylin dan eosin.

Gambar hasil
mikrograf limpa
dengan daerah
hialin yang memiliki
materi berwarna
merah muda. Limpa
ini mengalami
peradangan dan
telah diwarnai
dengan pewarnaan
hematoxylin
dan eosin.

Anda mungkin juga menyukai