Anda di halaman 1dari 16

PENYEBAB TERJADINYA JEJAS SEL

Agar sel tidak rusak maka sel harus dapat mempertahankan dan menyesuiakan
struktur dan fungsinya terhadap kondisi lingungan disekitar sel. Ketika sel mengalami
stress fisiologi maka sel melakukan adaptasi, mencapai kondisi baru, dan
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Respom adaptasi utama yang dilakukan sel
meliputi empat macam, yaitu atrofil, hipertrofil, hiperplasia, dan metaplasia. Apabila
kemampuan adaptasi berlebihan, maka sel mengalami jejas. Sel yang mengalami
cedera dapat kembali kekondisi stabil atau semula, namun dapat mengalami kematian
sel, yaitu nekrosis dan apoptosi
JEJAS SEL
Menurut kumar dkk (2004) penyebab jejas sel, digolongkan menjadi :
 Deprivasi oksigen
Seperti hipoksia atau defisit oksigen yang dapat mengganggu respirasi
oksidatif aerobik. Penyebab ini merupakan penyebabcedera sel yang paling
sering dan menyebabkan kematian. Beberapa hal yang dapat menyebabkan
hipoksia adalah
 Anemia
 Keracunan arbon monoksida (CO) yang mengikat hemoglobin
sehingga menghalangi pengikatan oksigen
 Iskemia adalah terhentinya asuplai darah ke jaringan karena gangguan
aliran darah arteri atau berkurangnya drainase vena
 Penyakit pneumonia
 Bahan kimia yang dapat mengubah prmeabilitas membran, homeostasis
osmotik, merusak enzim atau ko-faktor, sebagai contohnya polusi udara,
insktisida, asbes atau obat
 Glukosa, oksigen, atau garam dengan konsentrasi yang tinggi
 Agen biologi, seperti virus, bakteri, jamur, parasit, protozoa, dan cacing. Agn
biologi yang menyebabkan cedera pada sel dengan cara mengeluarkan toksin,
mengeluarkan enzim perusak jaringan, menembus dan berfusi dengan
membran plasma sel, atau melisiskan sel
 Reaksi reaksi imunologi, seperti autoimun
 Defek genetik, seperti sindrom atau kelainan metabolik
 Ketidak seimbangan nutrisi, seperti difisiensi vitamin dapat menyebabkan
terjadinya diferensiasi sel (transisi bentuk)
 Agen fisik trauma tabrakan fisik, syok elektrik, radiasi, perubahan mendadak
pada tekanan atmosfer
 Penuaan. Penuaan mempengaruhi kemampuan perbaikan dan replikasi pada
sel

JEJAS REVERSIBLE
Sebagaimana respon adaptif seluler dan jaringan bervariasi sehingga dapat
mempertahankan viabilitas seluler demikian juga dengan jejas sel yang memiliki
beberapa penyebab dan mekanisme. Jejas pada sel dapat melalui beberapa jalur
dimana jejas reversible dapat berkembang menjadi kondisi yang irreversible sehinga
terjadi kematian sel. Mekanisme molekuler menghubugnkan bentuk-bentuk jejas sel
terhadap kematian sel.
Mekanisme pertama terdapat berbagai penyebab yang memungkinkan sel
menjadi jejas meskipun tidak semuanya bersifat fatal. Mekanisme kedua sejumlah
makromolekul, enzim sulit membedakan jejas dan adaptasi seluler. Dampak jejas
primer maupun sekunder. Mekanisme ketiga, terdapat titik ketika tida ada
kemungkinan untuk kembali ke kondisi semula apabila terjadi kerusakan yang
bersifat irreversible.
Sel memiliki kerentanan ketika terpapar suatu stimulus. Kerentanan sel terdapat pada
:
1. Integritas membran sel yang rawan terhadap homeostasis ionik dan osmotik
seluler
2. Produksi ATP yang umumnya melalui repirasi aerobik mitokondria
3. Sintesis protein
4. Integritas appatus genetik.
Dengan berbagai keterbatasan tersebut, sel mampu melakukan kompensasi jika
terjadi gangguan pada komponen tersebut sehingga ketika stimulus dihilangkan sel
dapat kembali pada kondisi normal. Sebaliknya jika stimulus terjadi secara persisten
atau berlebihan maka sel akan melewati ambang batas menjadi jejas secara
irreversible. Hal ini berkaitan dengan kerusakan pada membrane sel, pembengkakkan
lisosim dan vakuolisasi mitokondria sehingga menurunkan kapasitas untuk
menghasilkanATP. Kalsium ekstraseluler dapat memasuki sel dan kalsium intaseluler
dapat keluar dari sel sehingga mengaktivasi enzim yang mengkatabolisme membrane
sel, protein, ATP dan asam nukleus
Setelah sel mengalami kematian maka organela intraseluler akan didegradasi oleh
hydrolase lisosomal. Sel yang akan mengami kematian akan digantikan oleh masa
fosfolipid yang berukuran besar. Presipitat fosfolipid akan difagosit oleh sel lain atau
didegradasi menjadi asam lemak. Jejas irreversible dan kematian sel pada jaringan
akan menggambarkan peningkatan kadar protein tertentu pada sirkulasi.

MORFOLOGI JEJAS REVERSIBLE


Sel yang mengalami jejas irreversible dapat mengalami perubahan ultrastruktur yang
meliputi
1. Perubahan membran plasma seperti distorsi mikrovill dan longgannya
intraseluler
2. Perubahan mitokondria seperti pembengkakkan dan adanya densitas
fosfolipid yang amorph.
3. Dilatasi reticulum endospalma dengan pelepasan ribosom dan disosiasi
polisom
4. Perubahan nukleus dengan disagregasi elemen granula dan fibrilar.
Terdapat dua pola perubahan morfologi yang berkaitan dengan jejas reversible
yang dapat dikenali dibawah mikroskop cahaya yaitu pembengkakkan seluler dan
oerubahan lemak. Pembengakkan seluler merupakan manifestasi pertama yang
merupakan bentuk paling umum pada sel yang mengalami jejas. Kondisi ini terjadi
apabila sel sudah tidak mampu mempertahankan homeostasis ionik dan cairan.
Perubahan morfologi sulit untuk dikenali dengan mikroskop cahaya dan akan lebih
jelas pada level organ. Apabila sel didalam sebuah organ terena maka akan tampak
pucat, terjadi peningkatan tekanan tugor dan peningkatan berat. Secara mikroskopis,
akan tampak gambaran vakuola bening dan kecil yang tampak didalam sitoplasma.
Hal ini menggambarkan segmen dari retikulum endoplasma. Pola non letal dari jejas
reversible disebut juga dengan perubahan hidropik atau degenerasi vakuola dimana
pembengkakkan sel bersifat reversible.
Perubahan lemak terjadi pada jejas hipoksia dan pada sejumlah jejas metabolik
atau toksik. Perubahan lemak bermanifestasi berupa adanya vakuola lipid pada
sitoplasma. Kondisi ini merupakan kejadian yang tidak terlalu banyak terjadi
terutama pada sel yang berpartisipasi pada metabolisme sel sepeerti sel hapatosit dan
sel myocardial.

KEMATIAN SEL
Pada awalnya, kematian sel dikenal melalui nekrosi dan onkosis. Namun
setelah berkembangnya biologi molekuler, kematian sel dapat diidentifikasi lebih
mendalam, yaitu melalui apoptosis.
NEKROSIS
Nekrosis adalah kematian sel karena adanya kerusakan sistem membran.
Kerusakan membran ini disebabkan adanya aktivitas suatu enzim lisozim. Aktivitas
enzim lisozim dapat terjadi karena adanya kerusakan sistem membran, oleh suatu
faktor tertentu. Yang mengakibatkan membran pembungkus enzim lisozim tersebut
mengalami kebocoran. Adanya kebocoran ini mengakibatkan lisozim tumpah ke
sitosol dan akan mencerna protein-protein, baik yang berada pada sitosol maupun
protein-protein penyusun sistem membran dari sel tersebut.
Nekrosis merupakan kematian sel disertai perubahan biokimiawi dan struktural,
seperti hilangnya organel, koagulasi protein sitoplasma, perubahan inti dan bersifat
irreversible.
TIPE-TIPE MORFOLOGI NEKROSIS JARINGAN
Mecara makroskopik dan dengan pemeriksaan mikroskop dapat dikenali beberapa
bentuk nekrosis. Bentuk-bentuk tersebut :
- Nekrosis koagulasi

Tidak hanya terjadi denaturasi protein, namun juga berkaitan dengan


hambatan enzim-enzim litik. Sel tidak mengalami lisis, dengan demikian
kerangka luar sel relatif utuh. Inti menghilang dan sitoplasma yang
mengalami asidifikasi menjadi eosinofilik

- Nekrosis liquefaktif (mencair)


Nekrosis liquefaktif ditandai oleh larutnya jaringan akibat lisis enzimatik sel-
sel yang mati, proses ini biasanya terjadi di tak sewaktu terjadi pelepasan
enzim-enzim otokatolitik dari sel-sel mati.
Nekrosis liquefaktif juga terjadi pada peradangan purulen akibat efek
heterofilik leukosit pollimorfonuklear pada pus. Jaringan yang mengalami
likuifaksi menjadi lunak, mudah mencair dan tersusun oleh sel-sel yang
mengalami disintegrasi dan cairan.

- Nekrosis lemak
Nekrosis lemak terjadi akibat kerja enzim-enzim lipotik pada jaringan lemak.
Proses ini biasanya terjadi pada nekrosis pankreatik akut dan merupakan
konsekuensi pelepasan lipase pankreas kejaringan peripankreas. Lipolisis
ditandai oleh hilangnya kontur sel-sellemak.
Asam-asam lemak yang dibebaskan dari sel lemak mengalami saponitifikasi
dengan mengikat natrium, kalium dan kalsium.

- Nekrosis kaseosa (perkejuan)


Nekrosis kaseosa memiliki baik gambaran nekrosis koagulasi maupun
likuefaktif, biasanya nekrosis ini terjadi di bagian tengah granula tuberkolusa,
yang mengandung bahan seperti keju yang putih atau kekuningan dan
merupakan asal nama nekrosis tipe ini.
Secara histologi, rangka luar sel tidak lagi utuh, tetapi sebaliknya jaringan
juga belum mencair. Sisa-sisa sel tampak sebagian bahan amorf bergranula
halus.
APOPTOSIS

Kematian sel oleh sel itu sendiri yang disebabkan oleh growth factor atau DNA
sel atau protein yang dihancurkan dengan maksud perbaikan. Memiliki karakteristik
sel dimana inti sel mengalami pemadatan dan tidak terjadi kerusakan membran sel.
Apoptosis memerlukan sintesis aktif RNA dan protein dan merupakan suatu proses
yang memerlukan energi, secara morfologis, proses ini ditandai oleh pemadatan
kromatin disepanjang membran inti.
Kematian sel yang terprogram. Apoptosis terjadi pada proses embriogenesis,
involusi endometrium selama siklus menstruasi, kematian sel yang diinduksi sel T
sitotoksik, panas, radiasi, mekanismenya secara umum adalah :
1. Pemberian sinyal, seperti radiasi, kekurangan faktor tumbuh, interaksi ligan
dan reseptor, sel T sitotoksik
2. Mengaktifkan kaspase atau protein adapter atau pelepasan mitokondria
sitokrm c yang mengaktivasi endonuklease dan katabolisme/ pemecahan
sitoskeleton, serta fragmen DNA
3. Hasil akhirnya terjadi pembentukan badan apoptotik dan mengekspresikan
ligan baru dipermukaan badan apoptotik yang dapat memerantarai badan
apoptotik dengan sel fagositik atau sel berdekatan
Kematian sel terprogram yang disebut dengan apoptosis merupakan mode kematian
sel yang berbeda dengan nekrosis. Apoptosis merupakan jalur bunuh diri bagi sel.
Apoptosis bertanggung jawab untuk kematian sel melalui proses fisiologi yang
penting meliputi :
1. Kerusakan sel terprogram selama proses embryogenesis sebagaimana terjadi
ketika implantas, organogenesis dan involui developmental
2. Involusi fisiologis yang tergantung hormon seperti involusi endometrium
selama siklus menstruasi atau payudara laktasi setelah proses penyapihan atau
atrofi patologis pada kelenjar prostat setelah kastrasi.
3. Delesi sel pada populasi sel yang berproliferasi seperti pada kripta epitelium
intestinal atau kematian sel pada tumor
4. Delesi sel T yang autoereaktif pada tims (95% sel timosit mengalami
kematian selama proses pematangan yaitu ketika pubertas), kematian sel
limfosit yang kekurangan akan sitokin termasuk growth factor, kematian sel
yang diinduksi oleh sel T
5. Stimulus jejas yang ringan termasuk panas, radiasi, obat kanker yang bersifat
sitotoksik yang dapat menyebabkan kerusakan DNA yang tidak dapat
diperbaiki yang dapat mendorong kematian sel melalui jalur apoptosis yaitu
melalui protein tumor supresor TP53.

Peranan apoptosis
Apoptosis memiliki peranan penting dalam fenomena biologis, prosesapoptosis
yang tidaksempurna dapat menyebabkan timbulnya penyakit yang sangatbervariasi.
Terlalu banyakapoptosis menyebabkan sel mengalami kekacauan,sebagaimana terlalu
sedikit apoptosis juga menyebabkan proliferasi sel yang tidakterkontrol (kanker).
Beberapa contoh penyakit yang ditimbulkan karena apoptosis yangtidak sempurna
antara lain:
a. Penyakit autoimun disebabkan karena sel T/B yang autoreaktif terus menerus.
b. Neurodegeneration, seperti pada penyakit Alzheimer dan Parkinson, akibat
dari apoptosisprematur yang berlebihan pada neuron di otak. Neuron yang
tersisatidak mempunyai kemampuan untuk meregenerasi sel yang hilang.
c. Stroke iskemik, aliran darah ke bagian-bagian tertentu dari otak
dibatasisehingga dapat menyebabkan kematian sel saraf melalui
peningkatanapoptosis.
d. Kanker, sel tumor kehilangan kemampuannya untuk melaksanakan apoptosis
sehingga proliferasi sel meningkat.
Fungsi apoptosis
a. Sel yang rusak atau terinfeksi
Apoptosis dapat terjadi secara langsung ketika sel yang rusak tidak bisa
diperbaiki lagiatau terinfeksi oleh virus. Keputusan untuk melakukan
apoptosis dapat berasal dari selitu sendiri, dari jaringan di sekitarnya, atau dari
sel yang merupakan bagian sistemimun. Jika kemampuan sel untuk ber-
apoptosis rusak atau jika inisiasi apotosisdihambat, sel yang rusak dapat terus
membelah tanpa batas, berkembang menjadikanker.
b. Respon terhadap stress atau kerusakan DNA
Kondisi stress sebagaimana kerusakan DNA sel yang disebabkan senyawa
toksik atau pemaparan sinar ultraviolet atau radiasi ionisasi (sinar gamma atau
sinar X), dapatmenginduksi sel untuk memulai proses apoptosis. Contohnya
pada kerusakan genomdalam inti sel, adanya enzim PARP-1 memacu
terjadinya apoptosis. Enzim ini memilikiperanan penting dalam menjaga
integritas genom, tetapi aktivasinya secara berlebihandapat menghabiskan
ATP, sehingga dapat mengubah proses kematian sel menjadinekrosis
(kematian sel yang tidak terprogram).
c. Homeostasis
Homeostasis adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh organisme
yangdibutuhkan organisme hidup untuk menjaga keadaan internalnya dalam
batas tertentu.Homeostasis tercapai saat tingkat mitosis (proliferasi) dalam
jaringan seimbangdengan kematian sel. Jika keseimbangan ini terganggu
dapat terjadi :
1. sel membelah lebih cepat dari sel mati.
2. sel membelah lebih lambat dari sel mati.
MORFOLOGI APOPTOSIS
Apoptosis umumnya melibatkan sel tunggal atau klaster sel yang terpulas
dengan pencegahan hematoksillin eosin sebagai masa bulat atau oval dengan
sitoplasma eosinofillik. Kromatin nukleus terkondensasi dan teragregasi di perifer di
dekat membran inti menjadi masa yang bervasiasi bentuk maupun ukurannya.
Apabila terjadi proses karioheksis pada tingkat molekuler terjadi fragmentasi DNA
menjadi ukuran nukleosome akibat aktibasi endonuklease. Sel dengan cepat
mengalami pengerutan membentuk kuncup sitoplasmik dan terfragmentasi menjadi
apoptotic bodies yang berdiri atas vesikel sitosol dan organela yang dikelilingi
mebrane. Karena fragmen tersebut dengan cepat difagositosis dan didegradas maka
secara histologis umumnya tidak tampak. Terlebih lagi apabila proses apoptosis tidak
menimbulkan respon imflamasi sehinga tidak tampak ketika pengamatan dengan
mikrosop.
Perbedaan antara nekrosis koagulasi dan apoptosis
Nerosis koagulasi Apoptosis
Stimulus Hipoksia, toksin Faktor fisiologis dan
patologis
Gambaran histologis Pembengkakkan seluler Sel tunggal
Nekrosis koagulasi Kondensasi kromatin
Kerusakan organela Apoptotic bodies
Mekanisme kerusakan Difusi Internukleosomal
DNA Deplesi ATP Aktivasi gen
Jejas pada membran Aktivasi endonuklease,
protease
Kerusakan karena radikal
bebas
Reaksi jaringan Inflamasi Tidak terdapat imflamasi
Fagositosis dari apoptotic
bodies

Mekanisme apoptosis :
1. Adanya signal kematian (penginduksian apoptosisi)
Apoptosis dapat dipicu oleh berbagai macam sinyal mulai dari kondisi
intrinsic seperti pada waktu perkembangan, kekurangan faktor tumbuhan,
interaksi reseptor atau ligan spesifik, pelepasan granzim dari sel T sitotoksik
atau agen spesifik penyebab kerusakan seperti radiasi. Sinyal transmembran
dapat menekan program kematian sel sehingga berperan sebagai stimulus
survival dan menginisiasi kaskade kematian sel. Sinyal yang dominan adalah
kelompok molekul membran plasma tumor necrosis faktor receptor(TNFR)
dan permukaan FAS ligan. Reseptor pada membran plasma berbagi dengan
sekuen protein death domain di intaseluler untuk mengaktivasi caspase
inisiator dan mengakhiri proses kematian sel.
2. Tahap integrasi atau pengaturan (tranduksi signal, induksi gen apoptosis yang
berhubungan dan lain-lain)
Mekanisme kontrol dan intergrasi melibatkan protein spesifik untuk
menghubungkan asal sinyal kematian ke program eksekusi. Terdapat dua jalur
umum pada tahap ini yaitu :
- Transmisi langsung dari dari signal kematian oleh protein spesifik
- Regulasi permeabilitas mitokondria oleh keluar protein BCL-2. Agonis seperti
ca++ dan radikal bebas dapat mempengaruhi transisi permeabilitas.
Pembentukan celah pada membran mitokondria menyebabkan penurunan
potensial membran, penurunan produksi ATP dan pembengkakkan
mitokondria, peningkatan permiabilitas membran luar mitokondria sehingga
melepaskan pemicu apoptosis yaitu sitokrom C ke sitosol.
3. Tahap pelaksanaan apoptosis (degradasi DNA, pembongkaran sel)
4. Fagositosis
DAFTAR PUSTAKA

Ardianto Hebert, Danny Irawan, dkk.2019. Modul Workshop Biologi Abdimas.


Penerbit. CV Jejak, Anggota IKAPI
I Ketut Sudiana.2008. Patobiologi Molekuler Kanker. Penerbit. Salemba Medika.
Juwira Raditya Ningsih.2018. Kedokteran Gigi. Penerbit. Muhammadiyah University
Press

Anda mungkin juga menyukai