OLEH
HUSNI MUBARAK
PPDGS
PROGRAM STUDY BEDAH MULUT DAN MAXILLOFACIAL
FKG UNHAS
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Walaupun di dalam tubuh terdapat berbagai jenis sel dengan fungsi-fungsi yang sangat
khusus, semua sel sampai taraf tertentu, mempunyai gaya hidup dan unsur struktural yang
serupa. Mereka mempunyai keperluan yang sejajar akan zat-zat seperti oksigen dan suplai zat
makanan, suhu, suplai air dan sarana pembuangan sampah yang konstan. Sel secara harafiah
adalah unit kehidupan, kesatuan lahiriah yang terkecil yang menunjukkan bermacam-macam
fenomena yang berhubungan dengan hidup. Karena itu, sel juga merupakan unit dasar
penyakit.1
Cedera seringkali direspon oleh tubuh dengan tanda radang yang terdiri atas rubor
(merah), tumor (bengkak), kalor (panas), dolor (nyeri), dan functiolaesa (penurunan fungsi).
Pembuluh darah di lokasi cedera akan melebar (vasodilatasi) dengan maksud untuk mengirim
lebih banyak nutrisi dan oksigen dalam rangka mendukung penyembuhan. Pelebaran pembuluh
darah ini lah yang mengakibatkan lokasi cedera terlihat lebih merah (rubor). Cairan darah yang
banyak dikirim di lokasi cedera akan merembes keluar dari kapiler menuju ruang antar sel, dan
menyebabkan bengkak (tumor).2
Dengan dukungan banyak nutrisi dan oksigen, metabolisme di lokasi cedera akan
meningkat dengan sisa metabolisme berupa panas. Kondisi inilah yang menyebabkan lokasi
cedera akan lebih panas (kalor) dibanding dengan lokasi lain. Tumpukan sisa metabolisme dan
zat kimia lain akan merangsang ujung saraf di lokasi cedera dan menimbulkan nyeri (dolor).
Rasa nyeri juga dipicu oleh tertekannya ujung saraf karena pembengkakan yang terjadi di
lokasi cedera. Baik rubor, tumor, kalor, maupun dolor akan menurunkan fungsi organ atau
sendi di lokasi cedera yang dikenal dengan istilah functiolaesa.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat banyak cara di mana sel mengalami cedera atau mati tetapi bentuk-bentuk
luka yang penting hanya dibagi dalam beberapa kategori. Salah satu faktor yang paling sering
yang dapat melukai sel adalah defisiensi oksigen atau bahan makanan. Sel-sel khususnya
bergantung pada suplai oksigen yang kontinyu, sebab energi dari reaksi-reaksi kimia
oksidatiflah yang menggerakkan sel dan mempertahankan integritas berbagai komponen sel.
Karena itu, tanpa oksigen berbagai aktivitas pemeliharaan dan sintesis sel berhenti dengan
cepat.1
1. Atrofi
Penyusutan ukuran sel akibat berkurangnya substansi sel sehingga jaringan dan
organyang tersusun atas sel tersebut menjadi lebih kecil. Sel yang mengalami atrofi
akanmengalami penurunan fungsi sel tetapi sel tersebut tidak mati. Atrofi
dapatdisebabkan oleh penurunan load kerja (misalimobilisasi), kehilanganinervasi
,penurunansuplaidarah, nutrisi tidak adequat, kehilangan stimulasi
endokrin, penuaan(senile atrophy)
2. Hipertrofi
Pertambahan ukuran sel sehingga jaringan atau organ yang tersusun atas sel tersebut
menjadi lebih besar pula. Pada organ yang mengalami hipertrofi, tidak
dijumpaisel baru melainkan hanya selnya saja yang bertambah besar. Sel tersebut
menjadi lebih besar karena sintesis komponen dan struktur sel yang bertambah.Co
ntoh hipertrofi patologis adalah pembesaran jantung pada penderita hipertensi.
Hal ini terjadi karenahormone adrenal diproduksi berlebih sehingga memacu
jantung untuk memompadarah lebih cepat. Kerja jantung menjadi lebih berat
sehingga terjadilah hipertrofi pada jantung
3. Hyperplasia
Pertambahan jumlah sel dalam suatu jaringan atau organ sehingga jaringan
atau organmenjadi lebih besar ukurannya dari normal. Pada hyperplasia terjadi
pembelahan selatau mitosis. Hal inilah yang mengakibatkan jumlah sel
bertambah.Hyperplasia patologis biasanya disebabkan oleh sekresi hormone yang
berlebihan.Misalnya hiperplasia endometrium yang terjadi akibat adanya
gangguan keseimbanganantaraestrogen dan progesteron, yang menyebabkan
mentruasi abnormal. Kutil pada kulitdisebabkan oleh peningkatan ekspresi
berbagai factor transkripsi oleh papillomavirus, setiap stimulasi tropik minor pada
sel oleh factor pertumbuhan menghasilkanaktivitas mitotic
4. Metaplasia
Perubahan reversible dalam tipe sel dewasa (epithelial atau mesenchimal)
yangdigantikan oleh tipe sel dewasa lain. Pada tipe adaptasi sel ini, sel-sel
sensitivekepada stress khusus digantikan oleh tipe sel lain yang lebih baik untuk
dapat bertahan terhadap lingkungan yang merugikan. Misal pada perokok : sel epi
telsilindris bersilia pada trakea dan bronchi diganti dengan epitel pipih berlapis.
5. Induksi
Merupakan hipertrofi pada reticulum endoplasmic, tempat kemampuan
adaptasi sel pada bagian sub seluler. Misalnya pada waktu individu
yang menggunakan obat tidurdalam waktu lama, reticulum endoplasmic sel
hepatosit akan melakukan hipertrofiterhadap obat tidur ini. Hal ini disebabkan oleh
barbiturate akan didetoksifikasi dihepar sehingga untuk dapat tidur memerlukan
dosis obat yang semakin besar.
a. Tahapan Apoptosis
Secara umum, proses apoptosis terjadi melalui dua tahap penting yaitu
tahapkematian sel serta tahap eliminasi sel yang dilakukan oleh sel lain seperti
makrofag.
1. Tahap kematianAkibat perubahan metabolic dalam sel yang tidak dapat
diadaptasi oleh sel, terjadikondensasi inti sel dan sitoplasma, namun
membrane plasma tetap utuh. Kemudian terjadi fragmentasi DNA dan
pemecahan sel menjadi badanapoptotic yang masing-masingnya dikelilingi
oleh membrane plasma, di mana beberapa badan mengandung hasil
fragmentasi DNA
2. Tahap eliminasi sel
Badan apoptotic mensekresikan signal-signal pengenal yang dapat
diidentifikasioleh makrofag, sehingga sel lain/makrofag mengelilingi dan
memakannya.
Fagositosis badan
apoptosis oleh makrofag
b. Mekanisme apoptosis
Mekanisme apoptosis pada sel melalui sebuah tahapan penting yaitu
aktivasi enzimkaspase/caspase (cystein proteases that cleave proteins after
aspartic residues).
Cystein yang aktif akan menuju sel dan mendegenerasi DNA dan enzim
intrasel sertamenghancurkan nucleoprotein dan protein sitoskeletal yang
menyebabkan kerusakanintegritas membrane sel.
Terdapat dua jalur pengaktivasi kaspase, yaitu intrinsic atau jalur
mitokondrial sertaekstrinsik atau jalur death reseptor.
Nekrosis
Nekrosis merupakan suatu peristiwa matinya sel pada organisme yang
hidup. Perbedaan apoptosis dan nekrosis terlihat pada hilangnya integritas
membransel, pelepasan enzim hidrolisis, serta debris yang dilepaskan ke CES pad
a akhirnyamemicu serangkaian reaksi inflamasi. Meskipun terdapat
beberapa proses yang dapatmenjadi penanda terjadinya nekrosis, proses-proses ini
pada umumnya tidak nampak jika dilihat melalui mikroskop hingga beberapa
jam setelah awal terjadinya nekrosis.Perubahan morfologis ini sebenarnya
diakibatkan oleh adanya denaturasi proteinintraselular dan pencernaan enzimatis
sel yang telah menaglami jejas seluler letal. Selyang mengalami nekrosis
menunjukkan peningkatan eosinofil pada hematoksilin daneosin. Sel ini juga akan
tampak lebih mengkilap dibanding sel disekelilingnya.Setelah enzim lisosom
melakukan autodigestion pada organel sitoplasmik, sitoplasmaakan mengalami
vakuolisasi.Sel yang telah mati akan digantikan massa
fosfolipid berukuran besar yang disebut myelin figure —
berasal dari membran sel yang telah rusak. Struktur ini kemudian akan mengalami
presipitasi dan kemudian difagosit sel-sel disekelilingnya atau mengalami
degradasi menjadi asam lemak.
Proses terjadinya nekrosis diawali dengan perubahan morfologis pada sel
yaitu piknosis, kariorheksis, dan kariolisis. Pada tahapan piknosis, nukleus menga
lamikondensasi, batasnya menjadi tak teratur, serta berwarna gelap. Kemudian inti
akanhancur mnejadi fragmen-fragmen, proses ini disebut kariorheksis. Tahapan
terakhiradalah hancurnya nukleus secara keseluruhan, proses ini disebut
kariolisis.Berdasarkan lokalisasi dan luas area yang mengalami nekrosis dibagi
menjadi beberapa jenis:
1. Nekrosis fokal: apabila nekrosis hanya terjadi pada lobulus sel, misalnyalobu
lus hepatosit.
2. Nekrosis zonal: terjadi pada seluruh area lobulus akibat adanya kesamaan
fungsi. Nekrosis jenis ini dibagi lagi menjadi tiga yaitu (1) nekrosis sentral,
(2)nekrosis midzonal, dan (3) nekrosis tepi.
3. Nekrosis masif dan submasif: ditemukan pada nekrosis sentral yaitu pembent
ukan jembatan nekrosis antar lobulus berdampingan.
Akibat terjadinya nekrosis tentu saja tubuh kehilangan fungsi dari area
yang mati.Area yang mengalami nekrosis akan menjadi sumber infeksi bagi sel
disekelilingnya, bahkan jika tidak terinfeksi sekalipun adanya sel yang mengala
mi nekrosis akanmengakibatkan perubahan sestemik tertentu seperti demam,
peningkatan jumlahleukosit, dan beberapa gejala lain.
Coagulative nekrosis
Liquefactive necrosis
3. Caseous necrosis. Nekrosis ini khas terjadi dalam penyakit tuberculosis.
Secaramakroskopik, terlihat sebagai bahan lunak,rapuh dan menyerupai
keju.Sedangkan secara mikroskopik, terlihat seperti kepingan-kepingan.
NekrosisCaseous terjadi pada penyakit tuberculosis. Adanya reaksi
hipersensitivitas menyebabkan adanya peradangan dan nekrosis. Nekrosis
bagian sentral lesimenggambarkan bentuk yang padat, menyerupai keju.. Ini
yang disebut dengannekrosis kaseous. Daerah yang mengalami nekrosis
kaseous dapat mengalami.
Caseous necrosis
4. Fat necrosis. Biasa terjadi di payudara dan pancreas. Hal ini disebabkan
karenaadanya disolusi sel oleh enzim lipase. Hasilnya yang berupa asam
lemak,kemudian bergabung dengan natrium, calcium dan magnesium.
Penggabunganini membentuk endapan putih. Secara histologik, lemak nekrot
ikmenunjukkan baying-bayang sel dan bintik-bintik basofilik karena deposisi
kalsium
Fat necrosis
Nekrosis pada penyakit diabetes terjadi seperti berikut
Pada orang diabetes, kadar glukosannya tinggi sehingga daerahnya pun
pekat.Akibatnya, aliran darah pun melambat. Aliran yang lambat menyebabkan
lemak-lemak yang terkandung dalam darah, mengendap atau menempel di
pembuluh darah.Inilah yang disebut dengan artherosklerosis, yang
menyebabkan darah pun tersumbat.Aliran di kapiler darah pun ikut tersumbat.
Alhasil, sel pun kekurangan nutrisi. Inilahyang menyebabkan nekrosis dan
kemudian membentuk gangren.
APOPTOSIS NEKROSIS
Kematian sel per sel Melibatkan sekelompok sel
Membran sel akan mengalami Mengalami kehilangan integritas
penonjolan-penonjolan keluar tanpa
disertai hilangnya integritas membran
Sel terlihat menciut dan akan Sel akan terlihat membengkak untuk
membentuk badan apoptosis kemudian mengalami lisis
Lisosomnya utuh Terjadi kebocoran lisosom
Kromatin sel terlihat bertambah kompak Kromatinnya bergerombol dan
dan membentuk massa padat yang terjadi agregasi
uniform
Tidak terlihat adanya sel-sel radang Respon peradangan yang nyata
disekitar sel yang mengalami opoptosis disekitar sel-sel yang mengalami
nekrosis
Dimakan oleh sel yang berdekatan atau Tidak dimakan oleh makrofag
berbatasan langsung dengannya dan
beberapa makrofag
Terjadi aktivasi enzym spesifik untuk Enzym-enzym mengalami
transduksi signal dan eksekusi perubahanatau inaktivasi
Cedera sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau
sebaliknya, sel tidak memungkinan beradaptasi secara normal
Sel melakukan perubahan fungsi dan struktur dalam usahanya mempertahankan
kondisi keseimbangan tubuh normal. Apabila tubuh mengalami stres fisiologis ataupun
adanya proses yang abnormal, maka sel akan melakukan adaptasi. Kegagalan adaptasi
sel berakibat pada cedera sel yang bisa bersifat reversible (dapat kembali normal)
ataupun irreversible (tidak kembali normal). Apabila cedera sel sangat beratsehingga
tidak dapat kembali normal maka sel akan mati melalui 2 cara yaitu apoptosis (bunuh
diri, sebagai kematian sel yang alami) atau nekrosis (rusak,sehingga mati).
DAFTAR PUSTAKA
Carol Mattson Porth et al. 1998. Pathophysiology Concepts of Altered Health States
Fifth Edition.Philadelphia: Lippincot
Kathryn L. McCance et al. 1997. Pathophysiology The Biologic Basis for Disease in
Adults andChildren Third Edition. Missouri: Mosby