KEPERAWATAN GERONTIK
Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Perubahan Fisiologis Pada Sistem
kardiovaskuler
Disusun Oleh
Kelompok 4:
IrnaAprillia NIM201811016
Farah NIM 2018110
Sheva Nasya Mulia NIM 2018110
Sisi Indah Putri NIM 2018110
Zainul Arifin NIM 2018110
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, karena berkat rahmat dan hidayhnya kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah tentang asuhan keperawatan lansia dengan peruabahan fisiologis pada sistem
kardiovaskuler ini dengan tepat waktu sebagaimana yang telah ditentukan oleh dosen
kami.
Makalah tentang asuhan keperawatan lansia dengan peruabahan fisiologis pada sistem
kardiovaskuler telah kami susun semaksimal mungkin dan dalam pembuatan makalah
ini kami berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.Namun, kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih
ada kekurangan baik dari isi maupun tata bahasa.Maka dari itu, kami menerima kritik
dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami
berharap makalah ini juga dapat bermanfaat untuk pembaca.
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah melebihi batas normal,
dimana sistol >140 mmHg dan diastol >90 mmHg setelah dilakukan dua kali
pengukuran, dengan selang waktu 5 menit dimana pasien dalam keadaan tenang
atau istirahat (Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Hipertensi adalah kondisi kardiovaskuler yang paling umum, ketika tidak diobati,
Koroner, Infark Miokard, penyakit Arteri Perifer dan Stroke. Hipertensi tetap
tekanan darah tinggi atau Hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap
tahunnya. Tercatat di World Health Organization (2011) ada satu miliar orang
yang terkena Hipertensi, dan akan terus meningkat seiring jumlah penduduk yang
meningkat. Jumlah penderita Hipertensi saat ini paling banyak terdapat di Negara
Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita
dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5
miliar orang yang terkena Hipertensi. Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta
Data Hipertensi di Indonesia yang di dapat melalui pengukuran umur ≥18 tahun
pada tahun 2018 ditemukan data sebesar 34,1%. Peringkat pertama berada di
2
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup praktik keperawatan gerontik meliputi upaya-upaya peningkatan
kesehatan (promotif) pencegahan (preventif) pemeliharaan kesehatan dan pengobatan
(kuratif) pemulihan kesehatan, (rehabilitatif) mengembalikan serta memfungsikan
kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya (resosialisasi).
D. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan atau penyusunan makalah ini yaitu:
1. Kepustakaan
Melakukan pengumpulan teori dari buku dan jurnal.
2. Studi Kasus
Melakukan pengelolahan asuhan keperawatan berdasarkan kasus pemicu yang
diberikan oleh dosen pembimbing.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini disusun dengan urutan sebagai berikut:
1. BAB I
Pendahuluan dalam BAB ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, ruang
lingkup, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan, untuk
menjelaskan pokok-pokok pembahasan.
2. BAB II
Tinjauan Teori Dalam BAB ini membahas konsep dasar asuhan keperawatan
komunitas dan teori-teori penyebab, tanda dan gejala, komplikasi yang akan terjadi
dan pengkajian penyakit yang terjadi pada wilayah tersebut.
3. BAB III
Tinjauan Kasus Dalam BAB ini membahas permasalahan yang terjadi dan mebuat
asuhan keperawatan komunitas untuk menetukan perencanaan keperawatan yang
kemudian diimplementasikan dan di evaluasi untuk menilai keberhasilan dari
perencanaan yang di buat.
4. BAB IV
Pembahasan Dalam BAB ini membahas kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada
untuk memvalidkan data dan menyesuaikan dasar teori dengan kasus yang terjadi di
lingkungan yang terkena masalah.
5. BAB V
Penutup Dalam BAB ini mengemukakan simpulan dari makalah yang dibuat dan saran-
saran yang di usulkan untuk pengembangan lebih lanjut agar tercapai hasil yang lebih
baik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian lansia
Lanjut usia adalah penduduk yang berusia 60 tahun keatas. Menua atau menjadi tua adalah
suatu proses menghilang nya secara perlahan, suatu jaringan untuk mempertahankan struktur
dan fungsi normal nya, sehingga tidak dapat memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses
menua adalah proses yang pasti terjadi pada setiap orang, terjadi terus menerus secara
alamiah, dimulai sejak lahir dan dialami oleh makhluk hidup (Dariah, 2015).
2. Batasan Lansia
Batasan lansia menurut DepKes RI tahun 2015 dan WHO
a. Menurut DepKes RI tahun 2015 batasan lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia lanjut presinilis yaitu antara usia 45-59 tahun
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
3) Usia lanjut beresik yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.
b. Menurut WHO batasan lanjut usia adalah sebagai berikut :
1) Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun
2) Usia tengah (Old) antara 75-90 tahun
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia >90 tahun.
3. Teori Proses Menua
Menurut Depkes RI (2016) tentang proses menua yaitu:
1) Teori-teori biologi
a. Teori genetik dan mutasi ( somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesie-spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang di program
oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saat nya akan mengalami
mutasi sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.
b. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak).
c. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat di produksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori immunology slow virus (immunology slow virus theory)
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambah nya usia dan masuk nya virus
ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
e. Teori stres
Menua terjadi akibat hilang nya sel-sel yang biasa di gunakan tubuh. Regeneras
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabil nya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak
dapat regenerasi.
g. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimia nya menyebab kan ikatan yang kuat,
khusus nya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurang nya elastis,
kekacauan dan hilang nya fungsi.
h. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah
sel-sel tersebut mati.
2) Teori kejiwaan sosial
a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penrunan jumlah kegiatan yang dapat di lakukan nya. Teori ini
menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
dari lansia berupa mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu
agar tetap stabil.
b. Kepribadian berlanut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia yang sangat
di pengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c. Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah nya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosial nya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loss) yakni : (1)
kehilangan peran ; (2) hambatan kontak sosial; (3) berkurangnya kontak komitmen.
4. Tipe-tipe Lansia
Menurut Retnaningsih, Dwi (2018), beberapa orang yang tinggal pada karakter, pengalaman,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial ekonomi nya. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a. Tipe arif bijaksana, kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan
perubahan jaman, mempunyai kesibukan, berlaku ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri, mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas, konflik lahir batin, proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, nudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
d. Tipe pasrah, menerima dan menunggu nasib baikmengikuti kegiatan agamadan melakukan
pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung, kaget, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tidak acuh.
5. Ciri-ciri Lansia
Menurut DepKes RI (2016), ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
a. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis sehingga
motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misal nya lansia
yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka
kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan
diperkuat oleh pendapat yang kurang baik. Misal nya lansia yang lebihh senang
mempertahankan pendapat nya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negativ. Tetapi
ada juga lansia yang memiliki sikap tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial
masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas
dasar tekanan dari lingkungan. Misal nya lansia menduduki jabatan di masyarakat sebagai
ketua RW, sebaik nya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena
usia nya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkan
konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.
Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk
pula.contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk
pengambilan keputusan karena dianggap pola pikir nya kuno, kondisi ini yang
menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan cepat tersinggung dan bahkan memiliki
harga diri yang rendah.
6. Perubahan-perubahan pada lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang
akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan
fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual (Azizah dan Lilik M, 2011).
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
Sistem pendengaran:Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh
karenahilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutamaterhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2) Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastiskering dan berkerut.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan
kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaringan penghubung
(kolagendan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai
pendukungutama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalamiperubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
a) Kartilago: jaringan kartilagopada persendian menjadi lunak dan mengalami
granulasi, sehingga permukaansendi menjadi rata. Kemampuan kartilago
untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan
terhadap gesekan.
b) Tulang: berkurangnyakepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari
penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih
lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
9) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciut nya ovary dan
uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun ada nya penurunan secara berangsur-angsur.
b. Perubahan kognitif
d. Perubahan psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika
lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat,
gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan
dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut
dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti
dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi.
Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya
kemampuana daptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,
gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-
gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan
dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala
penghentian mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia
sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat
membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau
menarik diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main
dengan feses dan urinnya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur.
Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali
B. KONSEP KARDIOVASKULER
tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita
penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (NANDA,2015).
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
b. Hipertensi sekunder
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
Penyebab hipertensi ada pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epistaksis
8) Kesadaran menurun
3. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
dan anemia
ginjal
8) Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung
4. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis atau penanganan yang tepat bagi penderita hipertensi sebagai
berikut:
a. Terapi
Pencegahan dan manajemen hipertensi lebih utama ditekankan pada perubahan gaya
1) Diet
Diet untuk hipertensi membatasi konsumsi garam, makanan asin,
meningkatkan konsumsi sayuran dan buah sebagai sumber utama kalium. Diet
rendah lemak jenuh (diet DASH) dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu,
hipertensi, yaitu:
oz (720 ml), anggur 10 oz (300 ml) atau wiski 2 oz (60 ml) tiap hari atau
0,5 oz (15 ml) etanol tiap hari untuk wanita dan orang dengan berat
(c) Tingkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45 menit hampir tiap hari dalam
satu minggu)
(d) Kurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram
mmol/hari)
(f) Pertahankan intake kalsium dan magnesium yang adekuat dalam diet
(g) Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dalam diet dan kolesterol
untuk kesehatan kardiovaskuler secara keseluruhan
5. Terapi Obat
Tujuan pengobatan adalah memperkecil kerusakan organ target akibat tekanan darah dan
menghindari pengaruh buruk akibat pengobatan. Untuk yang menjalani terapi obat ini
tanpa faktor
risiko lainnya
dengan 12 bulan)
a. Diuretik
Menurunkan tekanan darah pada awalnya dengan cara menurunkan volume plasma
ekskresi natrium dan air) dan curah jantung, tetapi selama terapi kronis pengaruh
hemodinamik yang utama adalah mengurangi resistensi vaskuler perifer. Contoh obat
Obat ini efektif karena menurunkan denyut jantung dan curah jantung, kemudian juga
menurunkan pelepasan rennin dan lebih manjur pada populasi dengan aktivitas rennin plasma
yang meningkat seperti orang kulit putih yang berusia lebih muda. Efek sampingnya antara
lain: mencetuskan atau memperburuk gagal ventrikel kiri, kongesti nasal, dapat terjadi
kelemahan, letargi, impotensi, dsb. Beberapa obat dalam golongan ini adalah: acebutolol,
atenolol, betaksolol, labetalol, dll.
c. Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme)
Banyak digunakan sebagai pengobatan awal hipertensi ringan hingga sedang. Aksi kerja
utamanya dengan menghambat system rennin-angiotensin-aldosteron, tetapi juga
menghambat degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis prostaglandin dan kadang
mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis. Keuntungan ACE adalah relative bebas dari efek
samping yang menggangu. Contoh obat golongan ini yaitu: benazepril, kaptopril, enalpril,
fosinopril, lisinopril, dll.
d. Agen penghambat reseptor Angiotensin II
Jenis ini sebaiknya hanya digunakan terutama pada pasien yang mengalami batuk jika
menggunaan penghambat ACE. Contoh obat pada golongan ini adalah: eprosartan,
Obat ini beraksi dengan cara menyebabkan vasodilatasi perifer, yang berkaitan
dengan refleks takikardi yang kurang begitu nyata dan retensi cairan daripada
vasodilator yang lain. Efek samping yang paling biasa yakni nyeri kepala, edema
perifer, bradikardi dan konstipasi, dsb. obat yang tergolong dalam golongan ini
rileks otot polos dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan resistensi
vaskuler perifer. Efek samping utama adalah hipertensi yang nyata dan sinkop setelah
dosis pertama, yang oleh sebab itu sebaiknya diberikan dosis kecil dan diberikan pada
cara menstimulasi reseptor alfa adrenergic pada sistem saraf pusat, sehingga
mengurangi aliran keluar simpatetik perifer eferen. Hal yang perlu diperhatikan yaitu
hipertensi kembali terjadi setelah penghentian pemberian obat dan beberapa efek
samping lainnya.
h. Dilator arteriolar
Hidralazin dan minoksidil menyebabkan rileks otot polos vaskuler dan menyebabkan
retensi cairan yang nyata; agen ini diberikan pada pasien yang refrakter
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam peruses keperawatan. Untuk
itu, di perlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah klien sehingga
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui :
1) Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang di
2) Aktivitas/istirahat
3) Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.
Tanda : kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi jelas, bunyi
jantung murmur, distensi vena jugularis.
4) Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,
faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata),
peningkatan pola bicara.
5) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal ), obstruksi.
6) Makanan/cairan
Gejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol),
7) Neurosensori
9) Pernafasan
Gejala : Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk
dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu
pernafasan.
10) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara brejalan.
b. Pemeriksaan diagnostik
1) Hb : untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap vlume cairan (viskositas)
2) BUN : memberi informasi tentang fungsi ginjal
3) Glukosa : mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin (meningkatkan hipertensi)
4) Kalsium serum
5) Kalium serum
6) Kolestrol dan trigliserit
7) Urin analisa
8) Foto dada
9) Citi Scan
10) Ekg
2. Kemungkinan diagnosa
1) Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
nutrisi inadekuat
sumber informasi.
pembuluh darah.
3. Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vaskuler
Kriteria hasil :
Intervensi :
diazepam dll.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
nutrisi inadekuat
Kriteria Hasil :
ideal Intervensi
indikasi.
masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak
dan dimana makan dilakukan, lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan
dimakan.
R/ Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi
emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana
pasien telah/dapat mengontrol perubahan.
4) Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan
kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol
individual.
kebutuhan O2.
Kriteria Hasil :
Intervensi
dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing
atau pingsan.
individual.
kelemahan.
d. Inefektif koping individu b.d mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak
Kriteria Hasil :
Intervensi
kehidupan sehari-hari.
mengatasi/menyelesaikan masalah.
marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic.
untuk mengatasinya.
keluarga.
Kriteria hasil :
Intervensi
1) Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup
monoton, merokok, pola hidup penuh stress dan minum alcohol (lebih dari 60
mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima realitas
dipertahankan.
hipertensi.
pembuluh darah.
jantung
3) Memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi
R/ Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pembrian terapi anti hipertensi dan diuretik.
g. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang,
Kriteria hasil:
1) Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.
Intervensi:
2) Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan:
(a) Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.
(b) Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.
(c) Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan
lotion emoltion.
suhu.
alat bantu.
R/ Penggunaan alat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan
6. Evaluasi