DI SUSUN OLEH :
LINDA PERMATASARI
201820461011086
2019
LEMBAR PENGESAHAN
(HIPERTENSI)
Telah disetuji :
Hari :
Tanggal :
KONSEP TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep
Lansia, Konsep dan Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hipertensi.
1. Konsep Teori Lansia
1.1. Batasan Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
2.6 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting
enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur
tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin
I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan
kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan
bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah (Anggraini, Waren, et. al. 2009).
2.7 Pathway
2.8 Faktor Risiko Hipertensi pada Lansia
Hipertensi merupakan salah satu gangguan pada sistem
kardiovaskular yang sering sekali terjadi pada lansia. Dengan bertambahnya
usia, jantung serta pembuluh darah akan mengalami beberapa perubahan
struktur dan fungsi. Salah satu perubahan fungsional terkait dengan
pembuluh darah adalah meningkatnya tekanan sistolik yang akan terjadi
secara progresif. Menurut American Heart Association nilai sistolik 160
mmHg merupakan batas normal tertinggi untuk lansia. Sedangkan menurut
International Society of Hypertension (ISH) tekanan sistolik diatas 140 mmHg
sudah dapat dikatakan sebagai hipertensi derajat I.
Faktor risiko hipertensi secara umum terbagi menjadi dua, yakni
faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi. Faktor yang
tidak dapat dimodifikasi adalah umur serta genetik, sedangkan faktor yang
dapat dimodifikasi adalah pola makan, aktivitas dan sebagainya. Berikut ini
akan dijelaskan terlebih dahulu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
a. Umur
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli
menunjukkan bahwa semakin tua seseorang maka risiko mengalami
hipertensi akan semakin tinggi. Hal tersebut diakibatkan oleh
penurunan elastisitas pembuluh darah arteri seiring dengan
pertambahan umur. Hipertensi bisa dijumpai pada semua usia, namun
paling sering ditemukan pada usia 35 tahun atau lebih dan meningkat
ketika menginjak usia 50 dan 60 tahun. Selain itu pada wanita
menopause akan lebih berisiko mengalami hipertensi. Walaupun belum
dapat dibuktikan dalam penelitian, namun hormon estrogen
diperkirakan dapat meningkatkan konsentrasi HDL dan menurunkan
LDL yang dapat menurunkan risiko terjadi hipertensi.
b. Genetik
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor resiko hipertensi
yang tidak dapat dimodifikasi dan telah terbukti dari banyak penelitian-
penelitian oleh beberapa ahli. Hipertensi cenderung merupakan
penyakit keturunan. Jika salah satu dari orang tua kita mempunyai
hipertensi, sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan
terkena pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi,
kemungkinan terkena penyakit tersebut 60% (Sheps, 2005). Selain itu
peran faktor genetik juga dapat dibuktikan dengan ditemukannya
kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar monozigot
daripada heterezigot.
Selain dua faktor risiko di atas terdapat pula beberapa faktor
risiko lain yang dapat dimodifikasi, antara lain:
c. Merokok
Sampai sekarang merokok merupakan satu-satunya faktor
risiko paling penting yang dapat menyebabkan hipertensi pada lansia.
Kandungan-kandungan berbahaya yang terdapat dalam rokok dapat
menyebabkan banyak sekali kerugian pada tubuh, diantaranya,
menurunkan kadar HDL, meningkatkan adhesivtas trombosit dan
kadar fibrinogen, mengganti oksigen dengan karbon dioksida pada
molekul hemoglobin, serta meningkatkan konsumsi oksigen di
miokardium. Oleh karena itu sangatlah penting untuk memberikan
penjelasan kepada lansia tentang keuntungan yang dapat diperoleh
dengan berhenti merokok serta kerugian-kerugian yang akan di dapat
apabila tetap mengkonsumsi rokok tersebut.
d. Hiperlipidemia
Kadar kolesterol pada lansia akan secara alami meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu hiperlipidemia juga
berkaitan dengan konsumsi lemak jenuh yang erat kaitannya dengan
peningatan berat badan dan nantinya akan menjadi faktor risiko
terjadinya hipertensi. Peningkatan LDL dan penurunan HDL adalah
tanda yang penting untuk penyakit arteri koroner atau aterosklerosis
berkaitan dengan kenaikan tekanan darah baik pada pria maupun
wanita.
e. Diabetes Melitus dan Obestitas
Diabetes merupakan penyakit kronik yang menjadi faktor
risiko independen untuk hipertensi. Ketika viskositas darah
meningkat maka tekanan darahpun akan ikut meningkat. Lansia yang
mengalami diabetes biasanya diikuti dengan obesitas. Penurunan berat
badan pada lansia akan sangat bukan hanya untuk diabetes namun
untuk hipertensi dan hiperlipidemia yang menyertainya.
f. Gaya Hidup
Aktivitas fisik yang menurun pada lansia dapat pula menjadi
faktor risiko terjadinya hipertensi. Dengan penurunan aktivitas fisik ini
maka tonus otot akan mengalami kehilangan masa otot tak berlemak
yang akan digantikan dengan jaringan lemak yang akan mengakibatkan
penigkatan risiko penyakit kardiovaskular. Aktivitas fisik yang cukup
juga akan menjaga berat badan yang ideal. Selain itu stress dapat pula
berpengaruh pada hipertensi maka gaya hidup sehat sangat dianjurkan
untuk mengurangi risiko hipertensi
g. Diet Tinggi Garam
Berdasarkan penelitian Radecki Thomas E J.D. Orang yang
memiliki kebiasaan konsumsi tinggi garam akan memiliki risiko
hipertensi sebesar 4.35. Garam yang memiliki sifat menarik air, akan
menyebabkan peningkatan volume plasma dan tekanan darah. Lansia
dan ras Afrika Amerika mungkin memiliki sensitivitas tinggi terhadap
intak sodium terhadap perkembangan hipertensi (Vollmer et a., 2001
dalam Miller ).
Selain faktor-faktor diatas terdapat pula peningkatan konsumsi
kafein yang dapat menjadi faktor risisko terjadinya hipertensi.
Meskipun tidak signifikan kafein dan alcohol akan meningkatkan
aktivitas saraf simpatis yang dapat merangsang sekresi corticotrophin
realizing hormone (CRH) yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Hipertensi pada lansia dapat mengakibatkan timbulnya asma
dan kencing manis serta pecahnya pembuluh darah di otak sehingga
terjadi kelumpuhan, kesulitan berbicara sampai kematian.
2.9 Pencegahan Hipertensi
Ada tiga cara untuk mencegah hipertensi, yaitu :
a. Pencegahan dengan pola hidup sehat
Menerapkan pola hidup yang sehat dalam keseharian kita
sangat penting dalam pencegahan hipertensi. Sebaliknya pola hidup
yang tidak sehat beresiko tinggi terkena penyakit hipertensi.
Termasuk dalam pola hidup yang tidak sehat misalnya
merokok, minum alkohol, suka makan enak alias banyak mengandung
kolesterol, makanan yang gurih dengan kadar garam berlebih,
minuman berkafein, dll. Sementara pada saat yang sama kurang
berolahraga atau kurang beraktifitas, sering stress, minim air putih,
serta kurang makan buah dan sayuran.
b. Pencegahan dengan medical check up
Mengunjungi seorang dokter atau tenaga para medis, jangan
selalu diartikan mau berobat. Bisa juga dalam rangka pencegahan satu
penyakit, misalnya pencegahan hipertensi. Itulah yang disebut
pencegahan / pemeriksaan secara medis (medical check up).
Orang yang rentan terhadap hipertensi, baik karena faktor
keturunan atau pun gaya hidup, sebaiknya rajin memeriksakan diri
tekanan darahnya ke dokter atau tenaga medis lain. Sebab, darah tinggi
atau hipertensi bila tidak segera diatasi adalah pra kondisi bagi penyakit
lain yang lebih serius. Dengan demikian, mencegah darah tinggi berarti
pula mencegah diri kita dari penyakit lain. Jika dalam pemeriksaan
ditemukan tanda atau gejala hipertensi, seorang dokter akan
memberikan advise penanganannya. Sebaliknya jika tidak berarti
ditemukan gejala apapun.
c. Pencegahan dengan cara tradisional
Indonesia adalah negara yang kaya dengan tanaman obat
tradisional. Beberapa diantara tanaman tradisional (serta hasilnya) yang
bisa menurunkan tekanan darah, misalnya bayam, biji bungan matahari,
kacang-kacangan, dark coklat, pisang, kedelai, kentang, alpukat,
mentimun, bawang putih, daun seledri, belimbing, pace atau
mengkudu, pepaya, selada air, cincau hijau dan lain-lain. Beberapa
tanaman diantaranya sudah diteliti dan diuji secara medis, seperti :
1) Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak
hanya melindungi Anda dari penyakit jantung, tetapi juga dapat
mengurangi tekanan darah. Selain itu, kandungan folat dalam
bayam dapat melindungi tubuh dari homosistein yang membuat
bahan kimia berbahaya. Penelitian telah menunjukkan bahwa
tingkat tinggi asam amino (homosistein) dapat menyebabkan
serangan jantung dan stroke.
2) Biji bunga matahari.
Kandungan magnesiumnya sangat tinggi dan biji bunga
matahari mengandung pitosterol, yang dapat mengurangi kadar
kolesterol dalam tubuh. Kolesterol tinggi merupakan pemicu
tekanan darah tinggi, karena dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah. Tapi, pastikan mengonsumsi kuaci segar yang
tidak diberi garam.
3) Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah
mengandung magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup
efektif menurunkan tekanan darah tinggi.
4) Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga
membuat tekanan darah lebih sehat. Pisang mengandung kalium
dan serat tinggi yang bermanfaat mencegah penyakit jantung.
Penelitian juga menunjukkan bahwa satu pisang sehari cukup untuk
membantu mencegah tekanan darah tinggi.
5) Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi
kesehatan. Salah satunya adalah menurunkan kolesterol jahat dan
tekanan darah tinggi. Kandungan isoflavonnya memang sangat
bermanfaat bagi kesehatan.
6) Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya
yang tidak sehat. Padahal kandungan mineral, serat dan potasium
pada kentang sangat tinggi yang sangat baik untuk menstabilkan
tekanan darah.
7) Cokelat pekat (dark chocolate)
Karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu
menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat
oksida. Nitrat oksida membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh
darah untuk lebih relaks, dan menyebabkan aliran darah meningkat.
8) Avokad
Asam oleat dalam avokad, dapat membantu mengurangi
kolesterol. Selain itu, kandungan kalium dan asam folat, sangat
penting untuk kesehatan jantung.
Selain dengan tanaman obat tradisional, cara tradisional lain
yang juga dapat menurunkan tekanan darah, sekaligus pencegahan
hipertensi, misalnya terapi bekam dan akupresure. Bekam
merupakan cara tradisional yang sudah sangat terkenal, dan
bermanfaat untuk pencegahan berbagai macam penyakit.
Akupresure juga bermanfaat untuk mengurangi nyeri pada
penderita hipertensi dengan menekan titik-titik tekannya.
d) Olahraga
Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan
kegiatan fisik sehari-hari atau berolahraga secara teratur.
Manfaat olahraga teratur terbukti bahwa dapat menurunkan
tekanan darah, mengurangi risiko terhadap stroke, serangan
jantung, gagal ginjal, gagal jantung, dan penyakit pembuluh
darah lainya.
e) Berhenti merokok
Merokok merangsang sistem adrenergik dan
meningkatkan tekanan darah. Berdasarkan penelitian bahwa
ada hubungan yang linear antara jumlah alkohol yang diminum
dengan laju kenaikan tekanan sistolik arteri.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi adalah
pemberian antihipertensi. Tujuan terapi antihipertensi adalah
mencegah komplikasi hipertensi dengan efek samping sekecil mungkin.
Obat yang ideal adalah obat yang tidak mengganggu gaya hidup atau
menyebabkan simptomatologi yang bermakna tetapi dapat
mempertahankan tekanan arteri terkendali. Penurunan tekanan arteri
jelas mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas akibat stroke, gagal
jantung, meskipun terapi terhadap hipertensi ringan dengan obat
belum memperlihatkan banyak harapan dalam mengurangi risiko
penyakit koroner. Jenis obat antihipertensi yang sering digunakan
adalah sebagai berikut :
1) Diuretika
Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing,
mempertinggi pengeluaran garam (NaCl). Obat yang sering
digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang sehingga dapat
digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretika yang hemat kalium.
Obat yang banyak beredar adalah Spironolactone, HCT, Chlortalidone
dan Indopanide.
2) Alfa-blocker
Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa
yang menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnnya tekanan
darah. Karena efek hipotensinya ringan sedangkan efek
sampingnya agak kuat (hipotensi ortostatik dan takikardi) maka
jarang digunakan. Obat yang termasuk dalam Alfa-blocker adalah
Prazosin dan Terazosin.
3) Beta-blocker
Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui dengan
pasti. Diduga kerjanya berdasarkan beta blokade pada jantung
sehingga mengurangi daya dan frekuensi kontraksi jantung.
Dengan demikian, tekanan darah akan menurun dan daya
hipotensinya baik. Obat yang terkenal dari jenis Beta-blocker adalah
Propanolol, Atenolol, Pindolol dsb.
4) Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non
adrenalin sehingga menurunkan aktivitas saraf adrenergik perifir
dan turunnya tekanan darah. Penggunaan obat ini perlu
memperhatikan efek hipotensi ortostatik. Obat yang termasuk
dalam jenis ini adalah Clonidine, Guanfacine dan Metildopa.
5) Vasodilator
Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding
arteriole sehingga daya tahan perifir berkurang dan tekanan darah
menurun. Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah Hidralazine
dan Ecarazine.
6) Antagonis kalsium
Mekanisme antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan
ion kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh darah dengan efek
vasodilatasi dan turunnya tekanan darah. Obat jenis antagonis
kalsium yang terkenal adalah Nifedipine dan Verapamil.
7) Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan
cara menghambat Angiotensin converting enzim yang berdaya
vasokontriksi kuat. Obat jenis penghambat ACE yang popular
adalah Captopril (Capoten) dan Enalapril.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
1. Pengkajian
a. Pengkajian Pasien
1) Identitas Pasien
2) Riwayat Pekerjaan & Status Ekonomi
3) Aktivitas Rekreasi
4) Riwayat Keluarga
b. Pola Kebiasaan Sehari-hari (Virginia Handerson)
Menurut teori Virginia Henderson, pengkajian terhadap
kebutuhan pasien dapat dilakukan diantaranya dari segi:
1) Bernafas
Pada saat pengkajian, pada umumnya pasien mengeluh sulit
bernafas.
2) Makan
Pada saat pengkajian pola makan biasanya pasien mengeluh mual .
3) Minum
Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengeluhkan
gangguan.
4) Eliminasi BAB & BAK
Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengeluhkan
gangguan.
5) Gerak aktivitas
a) Kemampuan ADL :
(1) Kemampuan untuk makan
(2) Kemampuan untuk mandi
(3) Kemampuan untuk toileting
(4) Kemampuan untuk berpakaian
(5) Kemampuan untuk instrumentalia
b) Kemampuan mobilisasi:
Pada saat pengkajian, pasien biasanya mampu mengubah posisi
d itempat tidur, mampu duduk di tempat tidur, namun ketika
pasien berdiri dan berpindah pasien merasakan pusing.
6) Istirahat tidur
Pasien biasanya mengalami gangguan tidur akibat nyeri dada, sesak,
dan pusing yang dirasakannya.
7) Pengaturan suhu tubuh
Pada saat pengkajian suhu tubuh pasien biasanya berada dalam
rentang normal yaitu 36o C - 37° C.
8) Kebersihan diri
Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengalami masalah/
keluhan kebersihan diri.
9) Rasa nyaman
Pada saat pengkajian, biasanya pasien mengatakan sakit pada
bagian kepala, nyeri pada dada, merasa sesak, serta kesemutan pada
ekstremitas.
10) Rasa aman
Pada saat pengkajian pasien biasanya gelisah atau cemas dengan
raut wajah pasien tampak tidak tenang.
11) Sosial
Pada umumnya pasien tidak mengalami gangguan komunikasi atau
hubungan social dengan lingkungan sekitarnya.
12) Pengetahuan belajar
Meliputi kemampuan pasien dalam menerima informasi tentang
penyakitnya, serta nasihat – nasihat yang diberikan oleh perawat
atau dokter, berhubungan dengan penyakitnya.
13) Rekreasi
Pada umumnya pasien lebih banyak beristirahat di rumah atau
fasilitas kesehatan, dengan memanfaatkan fasilitas TV sebagai
hiburan atau berkumpul bersama keluarga. Pada pasien hipertensi
ringan biasanya dianjurkan untuk melakukan latihan fisik seperti
lari, jogging, jalan santai atau bersepeda dan bersenang-
senang. Pasien juga dianjurkan untuk melakukan teknik relaksasi
untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan.
14) Spiritual
Pada umumnya, pasien tidak memiliki masalah dalam spiritual.
15) Status Kesehatan
1) Status Kesehatan Saat Ini
Pada umumnya pasien hipertensi mengeluh nyeri kepala dan
kelelahan.
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien memiliki riwayat hipertensi dengan pengobatan yang
tidak terkontrol dan tidak berkesinambungan .Adanya riwayat
penyakit ginjal dan adrenal.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
TTV, BB, GCS
2) Keadaan Umum : lemah
Kesadaran (E:M:V)
TTV, BB/TB
3) Integumen
Kulit lansia keriput ( kerena proses penuaan yang terjadi),
kelenturan dan kelembaban kurang.
4) Kepala
Normal cephali, distribusi rambut merata, beruban, kulit kepala
dalam keadaan bersih, tidak terdapat ketombe ataupun kutu
rambut, wajah simetris, nyeri tekan negatif.
5) Mata
Pasien umumnya mengeluh pandangan kabur.
6) Telinga
Pasien umumnya tidak mengeluhkan gangguan pendengaran yang
berkaitan dengan hipertensi.
7) Hidung dan sinus
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
8) Mulut dan tenggorokan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
9) Leher
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
10) Dada
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
11) Pernafasan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
12) Kardiovaskular
TD= 160/100 mmHg, Nadi = 88x/menit (nadi teraba cukup kuat).
Lansia biasanya mengeluh dadanya berdebar – debar. Terkadang
terasa nyeri dada.
13) Gastrointestinal
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
14) Perkemihan
Pada umumnya pasien mengalami proteinuria.
15) Genitourinaria
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
16) Muskuloskeletal
Lansia biasanya merasakan kesemutan dan keram pada lutut saat
cuaca dingin sehingga sulit berdiri. Tonus otot berkurang, tulang
dada, pipi, klavikula tampak menonjol, terjadi sarkopenia,
ekstremitas atas bawah hangat.
17) Sistem saraf pusat
Lansia biasanya mengalami sedikit penurunan daya ingat, tidak ada
disorientasi, emisi tenang, siklus tidur memendek.
18) Sistem endokrin
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertropi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
c. Nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
d. Kelebihan volume cairan
e. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
f. Ketidakefektifan koping
g. Defisiensi pengetahuan
h. Anisetas
i. Resiko cedera
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
1. Penurunan curah NOC NIC
jantung Cardiac Pump Effectiveness Cardiac Care
Kriteria Hasil 1. Evaluasi adanya nyeri dada
1. Tanda vital dalam 2. Monitor status kardiovaskuler
rentang normal 3. Monitor status pernapasan
2. Dapat mentoleransi yang menandakan gagal
aktivitas, tidak ada jantung
kelelahan 4. Monitor abdomen sebagai
3. Tidak ada edema paru, indikator penurunan perfusi
perifer, dan tidak ada 5. Monitor adanya perubahan
asites tekanan darah
4. Tidak ada penurunan 6. Anjurkan untuk menurunkan
kesadaran stres
Coping enhancement
1) Anjurkan klien untuk
mengidentifikasi gambaran
perubahan peran yang realistis
2) Gunakan pendekatan tenang dan
meyakinkan
3) Hindari pengambilan keputusan
pada saat klien berada dalam stres
berat
4) Berikan informasi actual yang
terkait dengan diagnosis, terapi
dan prognosis
7. Defisiensi NOC NIC
pengetahuan 1. Knowledge : disease Teaching : disease proces
Definisi: ketiadaan proces 1. Berikan penilaian tentang
atau defisiensi Kriteria hasil tingkat pengetahuan pasien
informasi kognitif 1. Pasien dan keluarga tentang proses penyakit yang
yang berkaitan menyatakan tentang spesifik
dengan topic penyakit, kondisi, 2. Gambarkan tanda dan gejala
tertentu. prognosis dan program yang biasa pada penyakit,
Batasan pengobatan dengan tanda yang tepat
Karakteristik: 2. Pasien dan keluarga 3. Identifikasi kemungkinan
Perilaku mampu melaksanakan penyebab, dengan cara yang
hiperbola prosedur yang dijelaskan tepat
Ketidakakuratan secara benar. 4. Diskusikan perubahan gaya
mengikuti 3. Pasien dan keluarga hidup yang mungkin
perintah mampu menjelaskan diperlukan untuk mencegah
Smletzer, S. C., Bare, B. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol 2.
Jakarta.
Hayens, B, dkk. 2003. Buku pintar melakukan Hipertensi. Jakarta.
Palmer, dkk. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga.
WHO, 2001. Guidelines for the management of hypertension. Guidelines
subcommittee. J Hypertens17. Hlm. 151-83.
Sheps, S. G. 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC
Anggraini et el. 2009. Faktor – factor yang Berhubungan dengan Kejdian Hipertensi pada Pasien
yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkiang Periode Januari Sampai Juni
2008. Riau.
Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 5. Jakarta : PT Pustaka Bunda.
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
I. IDENTITAS
Nama : Ny.S
Alamat : Jl. Aries Munandar RT.04 RW.01
Jenis kelamin :
( ) Laki – laki ( ● ) Perempuan
Umur :
( ) Middle ( ) Elderly ( ● ) Old ( ) Very Old
Status :
( ) Menikah ( ) Tidak Menikah ( ● ) Janda ( ) Duda
Agama :
(●) Islam ( ) Protestan ( ) Hindu ( ) Katolik ( ) Budha
Suku :
(●) jawa ( ) Madura ( ) lain – lain, Sebutkan :
Tingkat Pendidikan :
(●) Tidak tamat SD ( ) Tamat SD ( ) SMP ( ) SMU ( ) PT
( ) Buta Huruf
Riwayat pekerjaan :
7. Dada
a. Bentuk dada : normal chest
b. Retraksi : tidak
c. Wheezing : tidak
d. Ronchi : tidak
e. Suara jantung tambahan: tidak
f. Ictus cordis : ICS …………
g. Keluahan lain : tidak ada keluhan
8. Abdomen
a. Bentuk : distend
b. Nyeri tekan : tidak
c. Hypersonan/sonan : tidak
d. Supel : tidak
e. Bising usus : ada, Frekuensi 18 kali/menit
f. Massa : tidak
g. Keluhan lain : tidak ada keluhan
9. Genetalia
a. Kebersihan : baik
b. Haemoroid : tidak
c. Hernia : tidak
d. Keluahan lain : tidak ada keluhan
10. Ekstermitas
a. Kekuatan otot : skala 5
0 : lumpuh
1 : ada kontraksi
2 : melawan gravitasi dengan sokongan
3 Melawan gravitasi tapi tidak ada tahanan
4 Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5 Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
b. Postur tubuh : tegap (normal)
c. Rentang gerak : maksimal
d. Deformitas : tidak
e. Tremor : tidak
f. Edema kaki : tidak
Edema tipe : tidak ada edema
g. Penggunaan alat bantu: tidak
h. Refleks
Area Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Knee + +
Achiles - +
Keterangan :
Refleks + : normal
Reflek - : menurun
11. Integumen
a. Kebersihan : bersih
b. Warna : tidak pucat
c. Kelembaban : kering
d. Gangguan pada kulit : tidak
e. Perifer : tidak sianosis
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Hubungan dengan orang lain dalam wisma/tetangga :
(a) Tidak dikenal
(b) Sebatas kenal
(c) Mampu berinteraksi
(d) Mampu kejasama
2. Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya dalam panti/tetangga:
(a) Selalu
(b) Sering
(c) Jarang
(d) Tidak pernah
3. Stabilitas emosi:
(a) Labil
(b) Stabil
(c) Iritabel
(d) Datar
Jelaskan :
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar, catat semua jawaban. Catat jumlah kesalahan
total berdasarkan 10 pertanyaan.
Interpretasi:
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
Aktifitas Score
Makan
0 = Bantuan penuh
10
5 = Bantuan untuk memotong, mengoles mentega, modifikasi diet
10 = independent
Mandi
0 = Menbutuhkan bantuan 5
5 = independent (menggunakan shower)
Berdandan
0 = Perlu bantuan 5
5 = independent (berbedak/menyisir/gosok gigi/mencukur)
Memassang Baju
0 = Dengan bantuan
10
5 = Dengan bantuan 50%
10 = independent (mengancing baju, restleting)
Ke Tolet
0 = Butuh Bantuan Penuh
10
5 = Butuh Bantuan 50%
10 = independent (menghidupkan, dressing, menyeka)
Berjalan di tangga
0 = Bantuan penuh
10
5 = Dengan bantuan (verbal, physical, carrying aid)
10 = independent
Interprestasi :
100 – 80 : mandiri
81 – 36 : bantuan sedang
< 35 : membutuhkaan bantuan penuh
2) Belanja
a. Mengurus semua kebutuhan belanja sendiri 1
b. Belanja sendiri untuk membeli hal-hal kecil 0+
c. Perlu ditemani setiap kegiatan belanja 0
d. Tidak bisa berbelanja sama sekali 0
3) Persiapan makan
a. Rencana, mempersiapkan, dan melayani 1
makanan secara mandiri
b. Menyiapkan makanan yang cukup jika 0+
bahan tersedia
c. Memanaskan dan menyajikan makanan atau 0
menyiapkan makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan diet sehari-hari
d. Kebutuhan makan dilayani dan disiapkan 0
4) Rumah Tangga
a. Memelihara rumah sendiri atau dengan bantuan 1
sesekali (mis, "pekerjaan berat pembantu rumah
tangga")
b. Melakukan tugas-tugas harian ringan seperti 1+
mencuci piring, mengganti alas tempat tidur
c. Melakukan tugas-tugas harian ringan tetapi 1
tidak bersih
d. Membutuhkan bantuan untuk semua tugas 1
pemeliharaan rumah
e. Tidak bisa berpartisipasi sama sekali 0
5) Mencuci
a. Bisa mencuci sendiri 1+
b. Mencuci hal-hal kecil; membilas stoking dll. 1
c. Tidak bisa mencuci sama sekali 0
6) Model Transportasi
a. Menggunakan perjalanan dengan angkutan 1
umum atau mengendarai kendaraan pribadi
b. Mengatur sendiri perjalanan menggunakan taxi 1
tetapi tidak menggunakan angkutan umum
c. Berpergian menggunakan angkutan umum saat 1+
dibantu atau ditemani orang lain
d. Hanya menggunakan taxi atau berpergian dengan 0
bantuan orang lain
e. Tidak bisa berpergian sama sekali 0
Skoring: Pasien menerima skor 1 untuk setiap item berlabel 1 - 8 jika kompetensi nya
berperingkat di beberapa tingkat minimal atau lebih tinggi. Tambahkan total poin
dilingkari untuk 1 - 8. Total skor dapat berkisar dari 0 - 8 skor yang lebih rendah
menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dari ketergantungan.
Klien : nilai 4
C. Index Katz
Index of Independence in Activities of Daily Living
(Katz Index of ADL)
Nama Pasien:Ny. S
Petunjuk:
Untuk masing-masing area dari daftar fungsional di bawah ini, cek deskripsi yang tertera (kata
asistensi berarti mengawasi, memimpin atau asisten pribadi) data dicatat pada format evaluasi
yang dirubah ke ADL keseluruhan yang bertujuan untuk mendefinsikan dalam tabel pada
halaman berikut :
BERPAKAIAN – mengambil pakaian dari lemari dan laci – termasuk pakaian bawah, dan
mengancing baju (termasuk ikat pinggang, jika memakai)
Mengambil pakaian dan memakai secara lengkap tanpa bantuan
Mengambil pakaian dan memakai secara lengkap tanpa bantuan kecuali bantuan
mengikat tali sepatu
Menerima bantuan mengambil pakaian dan memakai pakaian atau sebagian dipakaikan
dan tidak bisa memakai sama sekali
ELIMINASI- pergi ke toilet untuk BAK atau BAB, membersihkan diri setelah eliminasi dan
merapikan pakaian
Pergi ke toilet, membersihkan diri, merapikan baju tanpa bantuan (mungkin menggunakan
benda atau dukungan seperti tongkat, walker, kursi roda, mengatur lampu tidur atau lemari
pakaian yang berlaci, eliminasi pada pagi hari.
Menerima bantuan pergi ke toilet atau membersihkan diri atau merapikan pakaian
setelah eliminasi atau menggunakan lampu tidur atau lemari pakaian yang berlaci
Tidak dapat pergi ke toilet untuk eliminasi
BERPINDAH
Berpindah naik dan turun dari tempat tidur dengan baik dan berdiri dari kursi tanpa bantuan
(mungkin menggunakan benda untuk membantu seperti tongkat atau walker)
Berpindah naik dan turun dari tempat tidur dengan baik dan berdiri dari kursi dengan
bantuan
Tidak dapat bangun dari tempat tidur
PENGAWASAN DIRI
Mengontrol BAK dan BAB secara mandiri
Terkadang tidak dapat mengontrol BAK dan BAB
Diawasi dalam mengontrol BAK dan BAB, kateter jika menggunakan atau
inkontinensia
MAKAN
Makan sendiri tanpa bantuan
Makan sendiri kecuali dibantu dalam memotong makanan atau mengoles mentega di
roti
Menerima bantuan dalam makan atau makan sebagian atau makan seluruhnya
menggunakan NGT atau cairan infus intra vena
Skoring:
Indeks kemandirian Kegiatan Sehari-hari berdasarkan evaluasi kemandirian fungsional atau
ketergantungan pasien dalam mandi, berpakaian, toileting, berpindah, BAB/BAK, dan makan.
Definisi
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang
yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap
mampu.
1. Bathing
Mandiri : memerlukan bantuan hanya pada satu bagian tubuh atau dapat melakukan seluruhnya
sendiri.
Tergantung : memerlukan bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh atau tidak dapat mandi
sendiri
2. Dressing
Mandiri : menaruh, mengambil, memakai dan menanggalkan pakaian sendri serta menalikan
sepatu sendiri.
Tergantung : tidak dapat berpakaian sebagian.
3. Toileting
Mandiri : pergi ke toilet, duduk sendiri di kloset, memakai pakaian dalam, membersihkan
kotoran.
Tergantung : mendapat bantuan orang lain
4. Transferring
Mandiri : berpindah dari dan ke tempat tidur, dari dan ke tempat duduk (memakai/tidak
memakai alat Bantu)
Tergantung : tidak dapat melakuakan sendiri dengan/bantuan
5. Continence
Mandiri : dapat mengontrol BAB/BAK
Tergantung : tidak dapat mengontrol sebagian atau seluruhnya dengan bantuan manual atau
kateter
6. Feeding
Mandiri : mengambil makanan dari piring atau yang lainnya dan mmasukkan ke dalam mulut
(tidak termasuk kemampuan memotong daging dan menyiapkan makanan seperti
mengoleskan mentega pada roti)
Tergantung : memelukan bantuan untuk makan atau tidak dapat makan sendiri secara
parenteral.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. TEST LABORATORIUM (tidak pernah test laboratorium)
2. RADIOLOGI (tidak pernah radiologi)
ANALISA DATA
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS : pasien mengatakan merasa sedikit Stresor fisik dan emosional Penurunan curah
pusing dan kaku pada belakang leher | jantung
Aktivasi sistem saraf simpatis
DO : TD : 170/90
|
N: 92x/menit Lumen vaskuler menyempit
S: 36.6°C |
Resistensi perifer meningkat
RR: 20x/menit
|
Peningkatan tekanan darah
|
Mendorong plag arterosklerosis
|
Penurunan curah jantung
DS : Pasien mengatakan merasa nyeri Stresor fisik dan emosional Nyeri Akut
kepala (pusing) |
Aktivasi sistem saraf simpatis
P : saat beraktivitas
|
Q : nyut-nyutan Lumen vaskuler menyempit
R : belakang bawah kepala |
Resistensi perifer meningkat
S : skala 4
|
T : hilang timbul Peningkatan tekanan darah
|
DO : TD : 170/90 Peningkatan tekanan intrakranial
|
N: 92x/menit
Nyeri akut
S: 36.6°C
RR: 20x/menit
DS : pasien dan keluarga mengatakan Stresor fisik dan emosional Defisiensi
kurang mengetahui tentang tanda | Pengetahuan
Aktivasi sistem saraf simpatis
gejala, penanganan, makanan yang
|
tidak diperbolehkan pada penyakit Lumen vaskuler menyempit
tekanan darah tinggi |
Resistensi perifer meningkat
|
Peningkatan tekanan darah
|
Perubahan status kesehatan
|
Kurang terpapar informasi kesehatan
|
Defisiensi Pengetahuan
RENCANA KEPERAWATAN
P : Lanjutkan intervensi