Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Pada masa anak-anak merupakan awal kehidupan sosial yang berpengaruh bagi anak, dimana anak akan belajar mengenal dan menyukai orang lain melalui aktifitas sosial. Apabila pada masa kanak-kanak ini anak mampu melakukan penyesuaian sosial dengan baik dan anak akan mudah diterima sebagai anggota kelompok sosial ditempat mereka mengembangkan diri. Perkembangan sosial anak adalah tahapan kemampuan anak dalam berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan (Hurlock,1998). Dachi (2006) mengatakan bahwa, anak prasekolah seringkali mempersepsikan sakit sebagai hukuman, sehingga menimbulkan reaksi agresif seperti menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan, tidak koorperatif terhadap petugas kesehatan. Sehingga, hal ini akan banyak menghambat proses terapi yang diberikan baik oleh perawat atau tenaga medis lainya. Mulyno (1999) melaporkan perilaku protes pada anak usia tiga tahun yang menjalani hospitalisasi di rumah sakit meliputi: menangis keras 57 %, menyerang secara verbal 7 %, menyerang secara fisik 14 %, meloloskan diri 7 %, melengket 14 %. Menangis keras merupakan respon yang paling banyak. Respon menangis keras dapat berlangsung sejak 1 sampai 2 jam pertama hospitalisasi bahkan sampai 4 jam. Ardiningsih (2005) melaporkan 53,3 5 responden memiliki kecemasan tingkat sedang, 43,3 % kecemasan tinggi dan 3,3 % kecemasan rendah, pada studi yang dilakukan di RSUD cilacap (Jurnal Keperawatan Profesional Indonesia 2(1)2010;52-59). Nelson (2000) mengatakan bahwa, uji DDST tidak pernah dimaksudkan untuk meramalkan, hanya untuk mendeteksi, kemampuan perkembangan di bawah dibanding dengan umur sebayanya. Perkembangan anak perlu dipantau agar gangguan yang terjadi dapat segera diketahui dan dicarikan upaya untuk mengatasinya. Pemantauan perkembangan anak dilakukan untuk mengikuti kemajuan perkembangan anak itu sendiri. Tujuanya agar orang tua dapat segera mengetahui bila terjadi kelambatan perkembangan pada anaknya. Stimulasi dini ini penting, agar tindakan untuk mengejar kelambatan

perkembangan dapat segera dilakukan. Kelambatan perkembangan yang dibiarkan terlalu lama dapat menjadi kelainan atau kecacatan yang sulit diperbaiki dikemudian hari (Soetjiningsih,1995). Frankenburg dkk (1981) melalui DDST (Denver Developmental Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita, salah satunya adalah personalsosial (kepribadian / tingkah laku sosial). Adapun aspek aspek yang berhubungan adalah kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan beriteraksi dengan lingkungannya. Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 6 tahun (Wong, 2000). Perkembangan personal sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua / orang dewasa lainnya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya (Soetjiningsih,1995). Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapatkan perhatian. Stimulasi merupakan salah satu faktor dalam pencapaian perkembangan personal sosial adalah upaya orang tua atau keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih sayang. Aktivitas bermain dan suasana cinta ini penting guna merangsang seluruh sistem indera, melatih kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan berkomunikasi serta perasaan dan pikiran anak. Seperti dijelaskan pakar dan konsultan tumbuh kembang anak (Soedjatmiko,2008), rangsangan atau stimulasi sejak dini adalah salah satu faktor eksternal yang sangat penting dalam menentukan kecerdasan anak. Selain stimulasi, ada faktor eksternal lain yang ikut mempengaruhi kecerdasan seorang anak yakni kualitas asupan gizi, pola pengasuhan yang tepat dan kasih sayang terhadap anak (Agusminto, 2008). Sakit dan hospitalisasi menimbulkan krisis pada kehidupan anak. Dirumah sakit, anak harus menghadapi lingkungan yang asing, pemberi asuhan yang asing, pemberi asuhan yang tak dikenal, dan gangguan terhadap gaya hiup mereka. Seringkali, mereka harus mengalami prosedur yang menimulkan nyeri, kehilangan kemandirian dan berbagai hal yang tidak diketahui.

Interpretasi mereka terdapat pengalaman, dan signifikasi yang mereka tempatkan pada pengalaman ini secra langsung berhubungan dengan tingkat perkembangan (Donna L. Wong, 2004, hal 333). Oleh karena itu, betapa pentingnya perawat memahami konsep hospitalisasi dan dampaknya pada anak dan orang tua sebagai dasar dalam pemberian asuhan keperawatan. (Suartini, 2004, hal 187). Penelitian membuktikan bahwa hospitalisasi anak dapat menjadi suatu pengalaman yang menibulkan trauma baik pada anak maupun orang tua sehinga menimbulkan reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada kerjasama anak dan orang tua dalam perawatan anak selama dirumah sakit. (Halstroom dan Elander, 1997,Brewis,E,1995, dan Brennan, A, 1994) Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga (Wong, 2000). Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana ataudarurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untukmenjalani terapi dan perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan masalah besar dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak (Supartini, 2004). Hospitalisasi juga dapat diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab anak dirawat di rumah sakit (Stevens, 1999). Pada saat anak menjalani masa perawatan, anak harus berpisah dari lingkungannya yang lama serta orang-orang yang terdekat dengannya. Anak biasanya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan ibunya, akibatnya perpisahan dengan ibu akan meninggalkan rasa kehilangan pada anak akan orang yang terdekat bagi dirinya dan akan lingkungan yang dikenalnya, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa cemas (Nursalam, Susilaningrum, dan Utami, 2005). Menurut hasil studi mengenai personal sosial yang dilakukan oleh peneliti terhadap anak usia prasekolah yang sedang dalam masa perawatan di ruang

anak

Rumah

Sakit

Saiful

Anwar,

didapatkan

gambaran

sebagai

berikut . ......................................... Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan berencana maupun darurat yang mengharuskan anak dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang dapat menyebabkan beberapa perubahan psikis pada anak. Sedangkan utnuk kelancaran dalam suatu proses terapi medis, proses keperawatan, dan terapi kesehatan lain perlu memperhatikan aspek interaksi sosial dan kemandirian anak terhadap adaptasi di lingkungan rumah sakit,. Karena dengan memperhatikan aspek ini , proses keperawatan dan medikasi terhadap pasian anak, akan berjalan lancar. Dari pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti Bagaimanakah Gambaran Personal Sosial Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun) Yang Sedang Dirawat di Ruang anak RS. Saiful Anwar.sehingga apabila keterlambatan perkembangan terutama dalam hal personal sosial, bisa diketahuai lebh awal dan bisa segera di berikan terapi. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas maka masalah yang diangkat penulis dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah Bagaimanakah Gambaran Personal Sosial Anak Usia Prsekolah (3-6 tahun ) Yang Sedang Dirawat di Ruang anak RS. Saiful Anwar? 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Gambaran Personal Sosial Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun) Yang Sedang Dirawat di Ruang anak RS. Saiful Anwar. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Responden Untuk menambah wawasan dan bahan masukan khususnya bagi ibu/keluarga yang mempunyai anak agar supaya bisa memberikan

stimulasi kepada anak dengan benar, sehingga tidak terjadi gangguan perkembangan personal sosial pada anak usia 3 s.d 6 tahun. 1.4.2. Institusi Terkait Merupakan saran evaluasi dan peningkatan kualitas SDM dengan memperhatikan aspek personal sosial anak, serta dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk pelaksanaan proses keperawatan terhadap anak, Sakit terkait. 1.4.3. Institusi Pendidikan Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan informasi yang dapat digunakan sebagai tambahan informasi yang dapat dikembangkan dikemudian hari dan dapat bermanfaat sebagai sumber kebutuhan ilmu dalam hal pendidikan. 1.4.4. Bagi Peneliti Dari hasil penelitian yag diperoleh dapat memberikan informasi tambahan dan pengetahuan baru sehingga dapat dipergunakan dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis khususnya mengenai studi gambaran personal sosial anak prasekolah usia 3-6 tahun yang sedang dalam perawatan di rumah sakit. 1.4.5. Bagi Penelitian Selanjutnya Sebagai bahan informasi dan ilmu dalam memahami pentingnya memperhatikan dan penerapan personal sosial anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang sedang dalam proses keperawatan di Rumah Sakit terkait. khususnya dalam hal keperawatan anak usia prasekolah usia (3-6 tahun) yang sedang dalam perawatan di Rumah

Anda mungkin juga menyukai