2. Zikri Mukhlis
5. Indri Arimurti
6. Rini Safitri
7. Imalatunil Khaira
8. Fauziah
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
rumah. Selama proses tersebut anak dan orangtua dapat mengalami kejadian
dan penuh dengan stress. Perasaan yang sering muncul yaitu cemas, marah,
Serikat baik anak usia toddler, prasekolah ataupun anak usia sekolah,
2013). Pada tahun 2010 di Indonesia sebanyak 33,2% dari 1.425 anak
yang dirawat di rumah sakit pemerintah 39,33% dan rumah sakit swasta 38,47%
(Profil Anak Indonesia, 2018). Anak usia prasekolah dan anak usia sekolah
merupakan usia yang rentan terkena penyakit, sehingga banyak anak usia
tersebut yang harus dirawat di rumah sakit dan 2 menyebabkan populasi anak
(Wong, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Lemos et.al (2016) menunjukan bahwa
persentase anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang dirawat dirumah sakit
sebanyak 52,38% sedangkan persentase anak usia sekolah (7–11 tahun) yakni
47,62%. Hal ini menunjukkan bahwa anak usia prasekolah lebih rentan
terkena penyakit serta takut dan cemas saat mendapatkan perawatan dirumah
banyak faktor antara lain yaitu lingkungan rumah sakit, berpisah dengan
hospitalisasi ini dapat memberikan efek negatif seperti anak tidak kooperatif
kesehatan yang monoton dengan baju putih, dapat menjadi stressor bagi anak
stres hospitalisasi adalah cemas yang dimulai dari fase protes, fase putus asa
dan fase pelepasan. Pada fase protes, anak menunjukan sikap protes dengan
menangis terus-menerus dan hanya berhenti jika lelah. Pendekatan orang
asing dapat mencetuskan peningkatan stres. Pada fase putus asa perilaku yang
dapat diobservasi adalah tidak aktif, menarik diri dari orang lain, depresi,
Stress pada anak pra sekolah akibat hospitalisasi akan berdampak pada
fisik, seperti denyut jantung yang cepat, gemetar, kelelahan, pusing, kesulitan
dan secara terbuka menangis tidak mau dirawat. Ekspresi verbal yang
sama dengan perawat, dan ketergantungan pada orang tua (utami, 2014).
didapatkan pasien anak usia 3-6 tahun sebanyak 79 pasien yang menjalani
menangis, pasien anak juga tidak mau berpisah dengan orangtua/walinya dan
perilaku anak dalam menerima perawatan (Saputro & Fazrin, 2017). Terapi
batasan, hambatan dalam diri, stres, frustasi serta mempunyai masalah emosi
dengan tujuan mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah
laku yang diharapkan dan anak yang sering diajak bermain akan lebih
kooperatif dan mudah diajak kerjasama selama masa perawatan (Yusuf dkk,
2013).
Melalui kegiatan terapi bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang
rumah sakit. Sesuai hasil penelitian dari Kusuma (2015) menjelaskan bahwa
terdapat pengaruh tingkat kooperatif pada anak yang sudah diberikan terapi
seperti mewarnai, bermain balok atau lego, menyusun puzzel dan tebak
sudah tidak asing bagi anak seperti binatang, buah-buahan, jenis kendaraan
anak menebak gambar yang ada dengan tujuan untuk menggali rasa ingin
anak yang hospitalisasi lama. Bermain bagi anak merupakan aktivitas yang
terapi bermain harus menjadi bagian dari pelayanan kesehatan anak di rumah
Data RSUP Dr. M. Djamil jumlah pasien anak yang dirawat d ruangan
kronik dari tanggal 24 – 27 juni berjumlah 32 anak yang mana ada bayi
dengan usia kurang dari 5 bulang berjumlah 2 orang, usia pra sekolah
terapi bermain.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TORI
A. Pengertian
Teknik bermain adalah stimulasi yang sangat tepat bagi anak. Tehnik
intelektual, dan spiritual anak sekolah dasar. Dengan bermain anak dapat
orang tua dan keluarga, tempat tidur yang kecil dan kondisi ruangan yang
sempit dan perasaan cemas dan jenuh. Reaksi stres yang ditunjukkan anak
kata mendesis dan membentak serta menutup diri dan tidak kooperatif saat
1. Bermain bebas
Bermain bebas berarti anak bermain tanpa aturan dan tuntutan. Anak bisa
2. Bermain terstruktur
kategori ini sama pentingnya dan bila dilakukan secara seimbang akan
C. Klasifikasi Bermain
Apabila di tinjau dari karakter, ada sosial onlocker play ,solitary play,
menyenangkan antara anak dan dan orang lain. Misal, permainan “ciluk
terhadap tingkah laku orang tuanya atau orang dewasa tersebut dengan
dihentikan.
c. Skill play
d. Games
Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya.
e. Unoccupied behavior
atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak tampak senang, gembira,
Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui
tertentu.
b. Solitary play
c. Parallel play
sama, terapi dengan satu anak dengan anak yang lain tidak terjadi
kontak satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak
usia toddler.
d. Associative play
masak-masakan, hujan-hujanan.
e. Cooperative play
bola.
D. Bentuk-Bentuk Permainan
Dalam penggunaan alat permainan pada anak tidaklah selalu sama dengan
setiap usia tumbuh kembang melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap
ini terdapat jenis alat permainan yang dapat digunakan untuk anak usia 3-6
tahun.
mempunyai kemampuan motorik kasar dan haus yang lebih matang dari
pada anak usia todler. Anak sudah lebih aktif, kreatif, dan imajinatif.
Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan
digunakan pada anak usia ini seperti benda-benda disekitar rumah, buku
E. Keuntungan Bermain
kemandirian.
hidupnya.
5. Meningkatkan daya kreaktivitas.
di sekitar anak.
dalam bermian.
2. Waktunya singkat
3. Mudah dilakukan
4. menyenangkan
anak
7. Melibatkan keluarga
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain
perasaan.
A. Rancangan bermain
Setiap anak akan di berikan dua gambar yang diharapkan anak tersebut
3. Alat Tulis
C. Sasaran
1. Kriteria Inklusi
D. Waktu Pelaksanaan
E. Pengorganisasian
: Fauziah
F. Pembagian Tugas
a. Moderator :
Peran Moderator
1) Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
2) Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
dalam kegiatan
b. Presentator
Peran Presentator
c. Fasilitator :
Peran Fasilitator
d. Observer :
Peran Observer
1) Mengamati keamanan jalannya kegiatan terapi bermain
bermain
H. Setting Tempat
Keterangan :
: Moderator : Klien
: Presentator : Observer
: Fasilitator
Petunjuk:
sesuai
Evaluasi proses
Moderator
Presenter
Fasilitator
Observator
Evaluasi hasil
Tujuan tercapai
DAFTAR PUSTAKA
Afrilia, dian 2018 Dampak gangguan kecemasan pada kehidupan. Dapat diakses
melalui : https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/dampak-gangguan-
kecemasan-pada-kehidupan
Novelita 2017. Play Therapy on Anxiety levels of children 6-12 years. Jurnal Ilmu
Mc. Guiness. V. A. (2014). What is Play Therapy. 24 Juni 2019 Dikutip dari
http://www.kidstherapyplace.com//
Akibat hospitalissai pada Anak Usia Sekolah. 24 Juni 2019. Dikutip dari
http://blognurse.blogspot.com.com/2019/06/terapi-bermain-untuk
https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/74d38-buku-pai-2018.pdf
Saputro, Heri & Fazrin, Intan (2017) Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit:
file:///C:/Users/Acer/Downloads/Buku-Ajar-Terapi-Bermain-Anak.pdf
gambar-ternyata-banyak-manfaatnya-15
Jakarta.