BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah.
Penyakit ini dapat menyerang anak-anak dan balita hampir diseluruh dunia.
Bila penyakit ini tidak segera ditangani, dapat menyebabkan beberapa
komplikasi bahkan kematian.
Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit
Pneumonia. Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada ujung
akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukosa purulen untuk
membentuk bercak konsolidasi pada lobus-lobus yang berbeda didekatnya,
disebut juga pneumonia lobularis (Wong, 2008).
Menurut WHO (2008), insidens pneumonia anak-balita di negara
berkembang adalah 151,8 juta kasus pneumonia/ tahun, 10% diantaranya
merupakan pneumonia berat dan perlu perawatan di rumah sakit. Di negara
maju terdapat 4 juta kasus setiap tahun sehingga total insidens pneumonia di
seluruh dunia ada 156 juta kasus pneumonia anak-balita setiap tahun. Terdapat
15 negara dengan insidens pneumonia anak-balita paling tinggi, mencakup
74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari 2 setengahnya
terdapat di 6 negara, mencakup 44% populasi anak-balita di dunia.
Berdasarkan Kemenkes (2009), jumlah pneumonia pada balita masih
tetap tinggi. Pneumonia pada balita bila tidak ditangani dengan benar maka
dikhawatirkan dapat menghambat upaya mencapai target MDGs menurunkan
angka kematian pada bayi dan anak. Untuk itu perlu dilakukan upaya
pencegahan pneumonia pada bayi dan balita dengan perbaikan gizi dan
imunisasi dan meningkatkan upaya manajemen tatalaksana pneumonia.
Penemuan kasus pneumonia pada balita tahun 2010 sebesar 23% dengan
jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 499.259 kasus.
Pasien anak yang dirawat di RSUP. DR. M. Djamil Padang biasanya
mengeluh nafas anak sesak, adanya batuk, batuk berdahak, adanya bunyi nafas
tambahan (ronkhi +), anak tidak mau menyusu pada ibu atau refelks hisap
menurun dan anak mengalami demam tinggi. Tindakan keperawatan yang
diberikan pada anak dengan bronkopnemonia adalah pemberian oksigen
dengan alat bantu nafas seperti pemberian oksigen nasal 1-2l/mnt atau sesak
yang terlalu hebat dipasang CPAP dengan PEEP 5 FiO2 40% (sesuai indikasi),
apabila ada penumpukan secret maka dilakukan suction berkala, pasien
dipuasakan selama 24jam pertama karena sesak dan apabila pasien demam
diberikan anti piretik sesuai dosis. Tindakan yang diberikan seperti diatas pada
pasien dengan bronkopnemonia efektif dalam mengurangi sesak nafas pada
pasien dan menghilangkan suara nafas tambahan pada pasien. Kendala yang
terjadi pada perawatan anak di rumah sakit adalah pada pemasangan CPAP
pasien sadar dan anak biasanya tidak nyaman dan rewel.
Pada kasus kelompok pasien merupakan pasien rujukan dari RSUD. Solok
ke RSUP M Djamil dengan keluhan k sesak meningkat,gangguan elektrolit dan
dehidrasi. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 12. 11.2019, pasien tampak
sesak, RR 79x/menit, retraksi +, dahak, + , Ronchi +, pasien terpasang binasal
O2 2 l/menit, anak tampak gelisah dan menangis, anak terpasang OGT , BBS
2800 gram, konjungtiva anemis, mukosa bibir kering, pasien tampak pucat,
bibir pucat, CTR >3 detik, akral dingin. TD : 73/44 mmHg, N : 207x/menit,
saturasi 99 %. Hasil labor tanggal 9.11.2019, kalsium 6,6 mg/dl, natrium 128
mg/dl, Kalium 2,7 mg/dl, klorida serum 86 mMol/l, Hb 9,3 g/dl, hematokrit
27%. Intake 199 cc, Output 240 dan Balance cairan -41. terpasang IVFD 2A
560 cc /hari.
Masalah keperawatan pada pasien adalah bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan obstruksi jalan napas (benda asing dalam jalan napas,
mucus berlebihan), resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
gangguan mekanisme pengaturan, perfusi perifer tidak efektif berhubungan
dengan penurunan konsentrasi hemoglobin, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism.
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada pasien antara lain memberikan
oksigen nasal 2l/mnt, memonitor adanya suara nafas tambahan, pantau status
pernafasan pasien, memonitor labor serum elektrolit, memonitor adanya
muntah dan diare, mengontrol tanda-tanda vital, memberikan cairan infuse
sesuai terapy, memberikan diet pasien, menghitung intake dan output.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memaparkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak
“Y” usia 2 bulan dengan bronkopneumonia di ruang hcu anak RSUP. DR.
M. Djamil Padang.
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan tentang hasil pengkajian pada anak dengan
bronkopnemonia.
b. Memaparkan tentang hasil analisis diagnosis pada anak dengan
bronkopnemonia.
c. Memaparkan tentang rencana intervensi keperawatan pada anak dengan
bronkopnemonia.
d. Memaparkan tentang implementasi keperawatan pada anak dengan
bronkopnemonia.
e. Memaparkan tentang hasil evaluasi keperawatan pada anak dengan
bronkopnemonia.
f. Memaparkan tentang analisis hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada
anak dengan bronkopnemonia.
C. ManfaatPenulisan
1. Bagi kelompok
Sebagai bahan pembelajaran mahasiswa dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan bronkopnemonia (BP).
2. Bagi ruangan bangsal anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
Hasil kasus kelolaan kelompok pada pasien bronkopnemonia diharapkan
dapat dijadikan sebagai informasi bagi ruangan bangsal anak dalam
memberikan asuhan pada anak dengan bronkopnemonia (BP).
3. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Hasil kelolaan kasus kelompok diharapkan meningkatkan wawasan
mahasiswa profesi ners tentang asuhan keperawatan yang harus diberikan
pada anak dengan bronkopnemonia (BP).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. ANATOMI FISIOLOGIS
1. Anatomi Paru-Paru
a. Hidung (Nasal)
superior (karang hidung bagian atas). Konka ini terdiri dari 3 buah
bulu hidung
b. Faring (Tekak)
hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring
nasofaring
orofaring
c. Laring
yang disebut jakun yaitu didepan leher. Laring terdiri dari dua lempeng
lengkap).
d. Trakea
belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang
rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi
bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak ke atas menuju laring, maka
dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut
belakang.
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea, ada dua buah yang terdapat
dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri,
terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus kiri lebih
panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin dan
f. Paru paru
dada. Paru-paru ada dua bagian terletak dibagian kanan dan kiri yang
atau gelembung udara. Kapiler halus itu hanya memuat sedikit, maka
hanya oleh dua membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas
bersatu dan bersatu lagi menjadi pembuluh darah lebih besar akhirnya
melalui aorta.
2. Fisiologi Pernafasan
melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui
trakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan
Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada
kapiler dan kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa bronchial dan
trakea, di nafaskan keluar melalui hidung dan mulut. Empat proses yang
oksigen. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang ke paru-
B. DEFINISI
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam
berdekatan, biasanya terjadi akibat batuk rejan, campak, influenza, tifus, dan
sebagainya
C. ETIOLOGI
benda asing.
D. PATOFISIOLOGI
dan terjadinya proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium
perjalanan penyakit hingga stadium khas yang diuraikan di atas tidak terlihat
lagi. Beberapa bakteri tertentu lebih sering menimbulkan gejala tertentu bila
dibandingkan dengan bakteri lain. Demikian pula bakteri tertentu lebih sering
lapangan paru, namun pada anak besar atau remaja dapat berupa konsolidasi
gambaran baragam pada paru dan lebih sering mengenai anak usia sekolah
saluran nafas dan alveoli. Kerusakan ini timbul dalam waktu relatif singkat
antara 24 – 28 jam dan dapatt erjadi pada bagian paru yang cukup luas
E. MANIFESTASI KLINIS
banyak
2. Nyeri dada seperti ditusuk yang diperburuk dengan pernafasan dan batuk.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
stafilokokus.
bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, pungsi pleura atau
aspirasi paru.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Fokus Pengkajian
b. Riwayat Penyakit
termasuk renitis dan batuk, serta suhu tubuh lebih rendah dari
pneumonia bakteri
disertai wheezing
d. Pengkajian Fisik
nadi.
e. Data fokus
1) Pernafasan
Tanda: bunyi nafas ronchi, halus, wajah pucat atau sianosis bibir
atau kulit
3) Integritas ego
Banyaknya stressor
2. Diagnosa Keperawatan
Airway Management
a) Buka jalan napas, gunakan
teknik chin lift atau jaw trust
bila perlu
b) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c) Identifikasi pasien perlu
pemasangan alat jalan napas
buatan
d) Pasang mayo bila perlu
e) Lakukan fisioterapi dada bila
perlu
f) Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
g) Auskultasi suara napas, catat
bila ada suara tambahan
h) Lakukan suction pada mayo
i) Berikan bronkodilator bila perlu
j) Berikan pelembab udara kassa
basah NaCl lembab
k) Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
2 Pola Nafas tidak NOC: Respiratory Monitoring
efektif b.d a. Respiratory status: a) Monitor pola napas, irama,
hiperventilasi Ventilation kedalaman dan usaha napas
b) Perhatikan gerakan dan
Kriteria hasil :
kesimetrisan, menggunakan otot
1) Mendemonstrasikan batuk bantu, dan adanya retraksi otot
efektif dan suara napas intercostals dan supraclavicular
yang bersih, tidak ada c) Monitor bunyi napas, misalnya
sianosis dan dyspneu mendengkur
(mampu mengeluarkan d) Monitor pola napas
sputum, mampu bernapas e) Catat lokasi trakea
f) Auskultasi bunyi napas, catat
dengan mudah, tidak ada
peningkatan ventilasi
pursed lips) g) Monitor saturasi oksigen
h) Monitor kemampuan pasien
b. Respiratory status: Airway dalam batuk efektif
patency Oxygen Therapy
Kriteria hasil : a) Periksa mulut, hidung, dan
1) Menunjukkan jalan napas sekret trakea
b) Pertahankan jalan napas yang
yang paten (klien tidak
paten
merasa tercekik, irama c) Atur peralatan oksigenasi
napas, frekuensi pernapasan d) Monitor aliran oksigen
dalam rentang normal, tidak e) Pertahankan posisi pasien
ada suara napas abnormal) f) Observasi tanda-tanda
hipoventilasi
c. Vital Sign Status g) Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
Kriteria Hasil: Vital Sign Monitoring
1) Tanda-tanda vital dalam a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
rentang normal (tekanan b) Monitor vital sign saat pasien
darah, nadi, pernapasan) berbaring, duduk, dan berdiri
c) Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
d) Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
e) Monitor kualitas dari nadi
f) Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
g) Monitor pola pernapasan
abnormal
h) Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
3 Gangguan pertukaran a) Respiratory status: gas Airway management
gas b.d perubahan exchange 1. Posisikan pasien untuk
membran alveolar Kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi
1) Mendemonstrasikan
kapiler 2. Identifikasi pasien perlunya
peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat pemasangan alat nafas buatan
2) Memelihara kebersihan 3. Lakukan fisioterapi dada jika
paru-paru dan bebas dari perlu
tanda-tanda distress 4. Ajarkan pasien melakukan nafas
pernapasan dalam untuk mengeluarkan
secret Auskultasi suara nafas,
b) Respiratory status:
catat adanya suara nafas
ventilation
Kriteria hasil : tambahan
1) Mendemonstrasikan batuk 5. Monitor respirasi dan status O2
efektif dan suara napas Respiratory Monitoring
yang bersih, tidak ada 1. Monitor rata-rata kedalaman,
sianosis dan dypsneu irama dan respirasi
(mampu mengeluarkan 2. Monitor pola nafas
sputum, mampu bernapas
3. Auskultasi suara nafas , catat are
dengan mudah, tidak ada
pursed lips) a penurunan/ tidak adanya
ventilasi dan suara nafas
c) Vital sign status tambahan
Kriteria Hasil: 4. Tentukan kebutuhan suction
1) Tanda-tanda vital dalam dengan mengauskultasi crakles
rentang normal dan ronkhi pada jalan nafas
utama
BAB III
LAPORAN KASUS
Tempat Praktek : RSUP. Dr. M. Djamil Padang (Ruang hcu Anak Lat. 1)
Tanggal Pengkajian : 12 November 2019
Tanggal Masuk RS : 30 Oktober 2019
Jam : 16.00 WIB
No. RM : 01.06.60.65
I. IDENTITAS DATA
Nama Anak : By. Ny. Y BB/TB: 2,8 kg/ 86 cm
TTL/Usia : 22.9.2019 / 1 bulan 20 hari
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Pendidikan Anak : Belum Sekolah
Anak Ke :2
Nama Ibu : Ny. Y
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Talawi, Sawahlunto
Diagnosis Medis : Bronkopneumonia
2. Intranatal : ibu mengatakan bayi lahir ditolong bidan, lahir spontan ditolong bidan dengan
BBL 3.350 gr.
3. Postnatal : ibu mengatakan, bayi tampak kebiruan dan sesak setelah lahir, kemudian bayi
diberi oksigen dan disusukan oleh ibu, 1 jam kemudian bayi dibawa ke puskesmas Talawi
karena pasien masih sesak, dari puskesmas talawi pasien kemudian dirujuk ke RSUD
Solok.
IV. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Pasien lahir di tolong bidan pada tanggal 22 September 2019 pada dengan kelahiran
spontan, dengan berat badan lahir 3350 gram dan panjang badan 86 cm. PBM ruang anak
melalui IGD tanggal 30-10-2019, rujukan dari RSUD Solok dengan keluhan sesak nafas.
Pasien sebelumnya dirawat selama 38 hari di RSUD Solok dengan keluhan sesak dan
kebiruan sejak lahir. Selama dirawat di RSUD Solok pasien terpasang ventilator mulai
tanggal 24-9-2019 sampai 2-10-2019 kemudian dipasang CPAP sejak 3-10-2019 sampai
19-10-2019, riwayat kejang berulang sejak 10 hari lalu, kejang pertama tanggal 19 Oktober
2019, kejang berhenti saat diberikan fenitoin bolus, durasi kejang 1 menit, anak kembali
kejang 8 jam sebelum masuk rumah sakitfrkuensi 2 kali durasi 1 menit, berhenti setelah
pemberian fentoin intravena, riwayat demam demam sejak 1 bulan lalu saat anak usia 7
hari , tinggi , hilang timbul .NGT mengalir coklat sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit,
anak dipuasakan sejak 8 jam lalu, anak sebelumnya telah fullfeeding ASI 8 x 75 cc/ OGT.
Kemudian bayi di rujuk ke RSUP M Djamil karena sesak meningkat,gangguan
elektrolit dan dehidrasi. Pada saat pasien masuk, pasien di rawat di ruang PICU selama 12
hari kemudian di pindahkan ke ruang HCU pada tanggal 11 November 2019. Pada saat
dilakukan pengkajian tanggal 12. 11.2019, pasien tampak sesak, RR 79x/menit, retraksi +,
dahak, + , Ronchi +, pasien terpasang binasal O2 2 l/menit, anak tampak gelisah dan
menangis, anak terpasang OGT , BBS 2800 gram, konjungtiva anemis, mukosa bibir
kering, pasien tampak pucat, bibir pucat, CTR >3 detik, akral dingin. TD : 73/44 mmHg, N
: 207x/menit, saturasi 99 %. Hasil labor tanggal 9.11.2019, kalsium 6,6 mg/dl, natrium 128
mg/dl, Kalium 2,7 mg/dl, klorida serum 86 mMol/l, Hb 9,3 g/dl, hematokrit 27%. Intake
199 cc, Output 240 dan Balance cairan -41.
Bayi
: laki-laki
: perempuan
: Pasien
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Tanggal : 9 November 2019
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Interprestsi
Kalsium 6,6 mg/dl 8,1-10,4 Turun
Natrium 128 mmol/l 136-145 Turun
Kalium 2,7 mmol/l 3,5-5,1 Turun
Klorida serum 86 mmol/l 97-111 Turun
Hemoglobin 9.3 g/ dl 10,6 – 16,4 Turun
Leukosit 11. 18 6.0 – 18.0 Normal
hematokrit 27 % 32.0 – 50.0 Turun
trombosit 626 150 - 500 Tinggi
eritrosit 2.92 3.40 – 5.00 Turun
Program pengobatan :
1. Inj. Ceftriaxon 2x150 mg
2. Inj . Ampicilin 6x150 mg
3. IVFD 2A 560 cc/hari=23 cc / jam
4. Inj Fenitoin 2x6 mg
5. Paracetamol 3x 40 mg iv
6. Omeprazol 1x4 gr iv
ANALISA DATA
No Data Patofisiologi Masalah
1. DS: Virus , bakteri, jamur Ketidakefektifan
ibu mengatakan anak tampak bersihan jalan nafas
sesak, dahak +
DO:
- KU: Sedang
- Kes : CM
- Sesak +
- Retraksi +
- Dahak +
- RR 79x/menit
- Suara nafas, Ronchi +/+,
Pasien terpasang O2
binasal 2 l/menit
2. DS : Gangguan Resiko
- mekanisme ketidakseimbangan
DO: pengaturan elektrolit.
- labor (9.9.2019)
- Kalsium 6,6 mg/dl
(turun)
- Natrium 128 M
mol/L(turun)
- Kalium 2,7 Mmol/l
(turun)
- Klorida serum 86 Mmol/l
(turun)
- Intake 199
- Output 240
- Balance cairan -41
3. DS: Penurunan Perfusi perifer tidak
- konsentrasi efektif
DO: hemoglobin
- Kulit tampak pucat
- Mukosa bibir kering,
- Konjugtiva anemis
- CTR >3 detik
- Akral dingin
- Hb: 9.3 g/ dl
- Hematokrit: 27 %
4. DS: Peningkatan Ketidakseimbangan
- kebutuhan nutrisi kurang dari
DO: metabolisme kebutuhan tubuh
- BBL 3350 gram
- BBS 2800 gram
- Konjugtiva anemis
- Mukosa bibir pucat
- Kelembapan bibir: kering
- Hb: 9.3 g/ dl
- Hematokrit: 27 %
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas (benda asing
dalam jalan napas, mucus berlebihan)
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan gangguan mekanisme
pengaturan
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolisme
C. INTERVENSI
No NANDA (Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
. Keperawatan) NOC NIC
1 Ketidakefektifan NOC: Airway Suctioning
bersihan jalan nafas a) Respiratory status: a) Pastikan kebutuhan oral/
berhubungan dengan ventilation trakeal suctioning
obstruksi jalan napas Kriteria hasil : b) Auskultasi suara napas
(benda asing dalam 1) Mendemonstrasikan batuk sebelum dan sesudah suction
jalan napas, mucus efektif dan suara napas c) Informasikan ke pasien dan
berlebihan) yang bersih, tidak ada keluarga tentang suction
sianosis dan dyspneu d) Gunakan universal precaution/
(mampu mengeluarkan prinsip steril: sarung tangan,
sputum, mampu bernapas kacamata dan masker
dengan mudah, tidak ada e) Instruksikan ke pasien
pursed lips) beberapa napas dalam sebelum
suction
b) Respiratory status: f) Bila terjadi hiperoksigenasi
airway patency sampai 100%, gunakan
Kriteria Hasil: ventilator atau resusitasi
1) Menunjukkan jalan napas manual
yang paten (klien tidak g) Lakukan alat-alat disposibel
merasa tercekik, irama yang steril pada saat
napas, frekuensi melakukan prosedur suction
pernapasan dalam rentang h) Anjurkan napas dalam dan
normal, tidak ada suara istirahat
napas abnormal). i) Hentikan suction bila
2) Mampu mengidentifikasi bradikardi, peningkatan
dan mencegah faktor yang saturasi oksigen
menghambat jalan napas) j) Gunakan durasi singkat pada
saat menghisap sekret dan
respon suction
Airway Management
a) Buka jalan napas, gunakan
teknik chin lift atau jaw trust
bila perlu
b) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c) Identifikasi pasien perlu
pemasangan alat jalan napas
buatan
d) Pasang mayo bila perlu
e) Lakukan fisioterapi dada bila
perlu
f) Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
g) Auskultasi suara napas, catat
bila ada suara tambahan
h) Lakukan suction pada mayo
i) Berikan bronkodilator bila
perlu
j) Berikan pelembab udara kassa
basah NaCl lembab
k) Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Respiratory Monitoring
a) Monitor pola napas, irama,
kedalaman dan usaha napas
b) Perhatikan gerakan dan
kesimetrisan, menggunakan
otot bantu, dan adanya retraksi
otot intercostals dan
supraclavicular
c) Monitor bunyi napas,
misalnya mendengkur
d) Monitor pola napas
e) Catat lokasi trakea
f) Auskultasi bunyi napas, catat
peningkatan ventilasi
g) Monitor saturasi oksigen
h) Monitor kemampuan pasien
dalam batuk efektif
2 Resiko NOC: Elektrolit management
ketidakseimbangan a) Fluid balance a) Monitor serum elektrolit
elektrolit b) Hydration abnormal
berhubungan dengan c) Nutritional status: food
b) Monitor manifestasi
gangguan mekanisme and fluid intake
pengaturan Kriteria hasil : imbalance cairan
a) Mempertahankan urine c) Pertahankan kepatenan akses
output sesuai dengan usia IV
dan BB, BJ urine normal, d) Berikan cairan sesuai
HT normal kebutuhan
b) Tekanan darah, nadi, suhu e) Catat intake dan output secara
tubuh dalam batas normal akurat
c) Elastisitas turgor kulit f) Berikan cairan intravena yang
baik, membran mukosa berisi elektrolit dengan aliran
lembab, tidak ada rasa yang konstan
haus yang berlebihan. g) Konsultasikan dengan dokter
tentang medikasi elektrolit
h) Ambil spesimen untuk analisis
labor (AGD, urin, serum)
i) Monitor hilangnya cairan yang
kaya elektrolit
j) Ajarkan pasien/ keluarga
tentang modifikasi diet.
Fluid Management
a) Timbang popok jika
diperlukan
b) Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
c) Monitor status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik) jika
diperlukan.
d) Monitor vital sign
e) Monitor masukan makan atau
cairan dan hitung intake kalori
harian
f) Kolaborasi pemberian cairan
IV
g) Monitor status nutrisi
h) Berikan caairan IV sesuai
suhu ruangan
i) Dorong masukan oral
j) Berikan pengganti nasogatrik
sesuai output
k) Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan.
3. Perfusi perifer tidak Perfusi perifer Perawatan sirkulasi
efektif berhubungan Kriteria hasil: periksa sirkulasi perifer
dengan penurunan 1. warna kulit pucat cukup identifikasi faktor gangguan
konsentrasi menurun sirkulasi
hemoglobin 2. edema perifer cukup monitor panas, kemerahan,
menurun nyeri atau bengkak pada
3. parastesia cukup ekstremitas
menurun hindari pemasangan infus atau
4. kelemahan otot cukup pengambilan darah diarea
menurun keterbatasan perfusi
5. pengisian kapiler cukup lakukan perawatan kuku dan
membaik kaki
6. akral cukup membaik anjurkan meminum obat
7. tekanan darah membaik penurun tekanan darah secara
Status sirkulasi teratur
1. pucat menurun anjurkan melakukan
2. pitting edema cukup perawatan kulit yang tepat.
menurun
3. fatique cukup menurun
4. Ketidakseimbangan NOC : Nutrition management:
nutrisi kurang dari a. Nutritional Status a) Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh Indikator : b) Kolaborasi dengan ahli gizi
berhubungan dengan a) Nutrient intake untuk menentukan jumlah
peningkatan b) Food intake kalori dan nutrisi yang
kebutuhan c) Fluid intake dibutuhkan pasien
metabolisme d) Energy c) Anjurkan pasien untuk
e) Weight height ratio meningkatkan protein dan
f) Hydration vitamin C
b. Nutritional status : food d) Monitor jumlah nutrisi dan
and fluid Intake kandugan kalori
Indikator : e) Berikan informasi tentang
a) Oral food intake kebutuhan nutrisi
b) Oral fluid intake f) Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
g) Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat
nutrisi
h) Pertahankan terapi IV line
Nutrition monitoring:
a) Monitor adanya penurunan BB
b) Monitor turgor kulit
c) Monitor kekeringan, rambut
kusam, total protein, Hb dan
kadar Ht
d) Monitor mual dan muntah
e) Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
f) Monitor intake nutrisi
g) Catat adanya edema
D. Catatan Perkembangan
No . Hari / Implementasi Evaluasi Paraf
DX TGL Perawat
Kep
I Senin Mengatur posisi pasien S:
11/11- Mengontrol pemberian terapi - Ibu mengatakan nafas
2019 oksigen kanule 2l/i anak masih sesak
Memonitor adanya suara nafas O:
tambahan : rhonki +/+, wheezing - Sesak masih ada
-/-. - Retraksi dinding dada
Mengeluarkan sekret dengan masih ada
suction - Rhonki masih ada
Mengontrol status pernafasan - Pernafasan masih
pasien meningkat
- Nadi meningkat
- TD normal
- Saturasi O2 normal
- Nafas cuping hidung ada
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengatur posisi pasien
- Memonitor adanya suara
nafas tambahan
- Mengotrol pemberian
oksigen
- Mengontrol status
pernafasan pasien
-
II Senin - Memonitor serum elektrolit : S:-
11/11- natrium, kalium, calcium.
2019 - Memonitor adanya muntah dan diare O:
- Memberikan siet pasien MC 50 cc - Turgor kulit tampak
- Memonitor TTV kering
- Menghitung intake dan output - Intake 438 cc
- Output 320 cc
- Balance : +118
- Muntah tidak ada
- Diare tidak ada
- Pernafasan membaik
- Nadi meningkat
- TD normal
P: Intervensi Dilanjutkan
- Memonitor adanya
muntah dan diare
- Memberikan diet pasien
- Memonitor TTV
- Menghitung intake dan
output
III Senin menilai sirkulasi perifer S:-
11/11- mengecek nadi perifer O:
2019 mengecek waktu pengisian kapiler - warna kulit masih pucat
mengecek warna dan suhu kulit - nadi perifer masih cepat dan
mengecek adanya udem lemah
memantau adanya panas, - pengisian kapiler sedang >3dtk
kemerahan, nyeri atau bengkak
- akral masih dingin
pada ekstremitas
menghindari pemasangan infus - Mukosa bibir kering
- hb rendah
atau pengambilan darah diarea A : masalah belum teratasi
keterbatasan perfusi P : intervensi dilanjutkan
melakukan perawatan kulit yang - Menilai sirkulasi perifer
tepat. - Mengecek nadi perifer
- Mengecek waktu pengisian
kapiler
- Mengecekwarna dan suhu
kulit
- Melakukan perawatan kulit
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengatur posisi pasien
- Memonitor adanya suara
nafas tambahan
- Mengotrol pemberian
oksigen
- Mengontrol status
pernafasan pasien
-
II Selasa - Memonitor serum elektrolit : S:-
12/11- natrium, kalium, calcium.
2019 - Memonitor adanya muntah dan diare O:
- Memberikan siet pasien MC 50 cc - Turgor kulit tampak
- Memonitor TTV kering
- Menghitung intake dan output - Hasil labor serum
elektrolit natrium, kalium
dan klorida serum masih
rendah.
- Intake 400 cc
- Output 400 cc
- Muntah tidak ada
- Diare tidak ada
- Pernafasan meningkat
- Nadi meningkat
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengatur posisi pasien
- Memonitor adanya suara
nafas tambahan
- Mengotrol pemberian
oksigen
- Mengontrol status
pernafasan pasien
-
II Rabu - Memonitor serum elektrolit : S:-
13/11- natrium, kalium, calcium.
2019 - Memonitor adanya muntah dan diare O:
- Memberikan siet pasien MC 50 cc - Turgor kulit mulai
- Memonitor TTV membaik
- Menghitung intake dan output - Intake 430 cc
- Output 320 cc
- Muntah tidak ada
- Diare tidak ada
- Pernafasan membaik
- Nadi mulai turun
P: Intervensi Dilanjutkan
- Memonitor adanya
muntah dan diare
- Memberikan diet pasien
- Memonitor TTV
- Menghitung intake dan
output
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah pertama di dalam proses keperawatan. Pengkajian
dilakukan untuk mendapatkan data dasar tentang kesehatan pasien baik fisik, psikologis,
maupun emosional. Data dasar ini digunakan untuk menetapkan status kesehatan pasien,
menemukan masalah aktual ataupun potensial, serta sebagai acuan dalam memberi edukasi
pada pasien. Data dapat bersifat subjektif dan objektif. Data subjektif adalah data yang
didapat langsung dengan cara wawancara dengan pasien, sedangkan data objektif adalah
data yang bisa diukur dan diobservasi. Sumber data dapat diperoleh dari pasien, keluarga
pasien, anggota tim kesehatan lainnya, catatan kesehatan dan hasil pemeriksaan diagnostik
(Debora,2012). Pada kasus ini, data objektif diperoleh dari keluarga klien, tenaga medis lain,
hasil pemeriksaan diagnostik dan laboratorium. Sedangkan untuk data subjektif didapatkan
pada pasien itu sendir
Pasien lahir di tolong bidan pada tanggal 22 September 2019 pada dengan kelahiran
spontan, dengan berat badan lahir 3350 gram dan panjang badan 86 cm. PBM ruang anak
melalui IGD tanggal 30-10-2019, rujukan dari RSUD Solok dengan keluhan sesak nafas
meningkat sejak 8 jam SMRS. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 12. 11.2019, pasien
tampak sesak, RR 79x/menit, retraksi +, dahak, + , Rh +, pasien terpasang O2 2 l/menit,anak
tampak gelisah dan menangis, anak terpasang OGT , BBS 2800 gram, mukosa bibir kering,
pasien tampak pucat, bibir pucat, TD : 73/44 mmHg, N : 207x/menit, saturasi 99 %.. Hasil
labor tanggal 9.11.2019, kalsium 6,6 mg/dl, natrium 128 mg/dl, Kalium 2,7 mg/dl, klorida
serum 86 mMol/l, Hb 9,3 g/dl, hematokrit 27%.
Menurut teori Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai
penyebaran berbercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas
ke parenkim paru (Brunner dan Suddarth, 2001). Penyebab tersering bronkopneumonia pada anak
adalah pneumokokus, sedangkan penyebab lainnya antara lain streptococcus pneumonia,
stapilokokus aureus, haemophilus influenza, jmur (seperti candida albicans), dan virus. Pada bayi
dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab yang berat, serius dan sangat
progresif dengan mortalitas tinggi (Ridha, 2014). Manifestasi klinis bronkopneumonia biasanya
didahului oleh infeksi traktus respitatorius bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik
mendadak sampai 39-40ºC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat
gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafsan cuping hidung serta sianosis sekitar
hidung dan mulut, dan terkadang disertai dengan muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan
pada permulaaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula- mula batuk kering kemudian menjadi
produktif. Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusio
sering ditemukan kelainan dan pada auskultasi biasanya mungkin hanya terdengar ronchi basah
nyaring halus atau sedang. Terdapat retraksi dinding dada (penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam saat bernafas bersama peningkatan frekuensi napas), pada saat dilakukan perkusi terdapat
suara pekak, fremitus melemah, suara nafas melemah dan ronkhi (Hidayat, 2009)
Analisis kelomok, bayi dengan bronkopneumonia memimiliki manifestasi klinis sepeti
Bonkopneumonoia biasa nya di dahului oleh infeksi saluraran nafas bagian atas selama
beberapa hari. Suhu biasa nya mencapai 39-40°c. Anak sangat gelisah, dispea, pernafasan
cepat dan dangkal disertai dengan pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung
dan mulut. Batuk biasa nya tidak di jumpai di awal penyakit, anak akan mendapatkan batuk
setelah beberapa hari, dimna pada awlanya berupa batuk kering kemudian menjadi batuk
produktif.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).
Menurut NANDA 2015-2017, diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
bronkopneumonia adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Akumulasi
secret di bronkus ditandai dengan sesak nafas, retraksi dinding dada, batuk, takipnea, adanya
suara nafas tambahan, Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan Gangguan
mekanisme pengaturan, Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan
konsentrasi hemoglobin , Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Peningkatan kebutuhan metabolisme
Dari hasil data pengkajian dan observasi, penulis melakukan analisa data dan kemudian
didapatkan masalah keperawatan dengan prioritas masalah keperawatan bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan Akumulasi secret di bronkus
Berdasarkan analisis kelompok, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
hiperbilirubinemia sesuai dengan teori ada 5 diagnosa keperawatan, sedangkan pada kasus
diagnosa keperawatan yang muncul sesuai dengan teori hanya 2 diagnosa keperawatan yaitu
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Akumulasi secret di bronkus dan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Peningkatan
kebutuhan metabolisme
Diagnosa prioritas yang diangkat adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan Akumulasi secret di bronkus Diagnosa ini diangkat dengan data objektif sesak nafas,
retraksi dinding dada, batuk, takipnea, adanya suara nafas tambahan
Diagnosa kedua yang dapat diangkat Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan
dengan Gangguan mekanisme pengaturan).Diagnosa ini diangkat dengan data objektif
abor)Kalsium 6,6 mg/dl (turun), Natrium 128 M mol/L(turun), Kalium 2,7 Mmol/l (turun),
Klorida serum 86 Mmol/l (turun), Intake 199, Output 240, Balance cairan -41
Diagnosa ketiga yang diangkat Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
Penurunan konsentrasi hemoglobin. Data objektif yang mendukung yaitu Kulit tampak pucat,
Mukosa bibir kering, Konjugtiva anemis, CTR >3 detik, Akral dingin, Hb: 9.3 g/ dl,
Hematokrit: 27 %
Diagnosa keempat yang diangkat Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan Peningkatan kebutuhan metabolisme Data objektif yang
mendukung yaitu BBL 3350 gram, BBS 2800 gram, Konjugtiva anemis, Mukosa bibir pucat,
Kelembapan bibir: kering, Hb: 9.3 g/ dl, Hematokrit: 27 %
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi merupakan rencana-rencana tindakan yang akan dilakukan pada pasien. Dalam
teori pada pasien dengan bronkopneumonia dapat diberikan intervensi sesuai dengan
diagnosa yang didapat dari data pengkajian.
Dari teori yang didapat, intervensi yang dilakukan untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan adalah :
a. Airway Suctioning
Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan berupa , Pastikan kebutuhan oral/ trakeal
suctioning, Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suction , Informasikan ke pasien
dan keluarga tentang suction , Gunakan universal precaution/ prinsip steril: sarung
tangan, kacamata dan masker , Instruksikan ke pasien beberapa napas dalam sebelum
suction , Bila terjadi hiperoksigenasi sampai 100%, gunakan ventilator atau resusitasi
manual , Lakukan alat-alat disposibel yang steril pada saat melakukan prosedur suction,
Anjurkan napas dalam dan istirahat , Hentikan suction bila bradikardi, peningkatan
saturasi oksigen , Gunakan durasi singkat pada saat menghisap sekret dan respon suction
b. Airway Management
Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan berupa Buka jalan napas, gunakan teknik chin
lift atau jaw trust bila perlu, Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi ,
Identifikasi pasien perlu pemasangan alat jalan napas buatan , Pasang mayo bila perlu ,
Lakukan fisioterapi dada bila perlu, Keluarkan sekret dengan batuk atau suction,
Auskultasi suara napas, catat bila ada suara tambahan, Lakukan suction pada mayo,
Berikan bronkodilator bila perlu, Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab, Atur
intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
c. Respiratory Monitoring
Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan berupa, Monitor pola napas, irama, kedalaman
dan usaha napas, Perhatikan gerakan dan kesimetrisan, menggunakan otot bantu, dan
adanya retraksi otot intercostals dan supraclavicular, Monitor bunyi napas, misalnya
mendengkur , Monitor pola napas, Catat lokasi trakea, Auskultasi bunyi napas, catat
peningkatan ventilasi, Monitor saturasi oksigen, Monitor kemampuan pasien dalam batuk
efektif
Dari teori yang didapat, intervensi yang dilakukan untuk diagnosa Resiko
ketidakseimbangan elektrolit adalah :
a. Elektrolit management
Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan berupa, Monitor serum elektrolit abnormal,
Monitor manifestasi imbalance cairan, Pertahankan kepatenan akses IV, Berikan cairan
sesuai kebutuhan, Catat intake dan output secara akurat, Berikan cairan intravena yang
berisi elektrolit dengan aliran yang konstan, Konsultasikan dengan dokter tentang
medikasi elektrolit, Ambil spesimen untuk analisis labor (AGD, urin, serum), Monitor
hilangnya cairan yang kaya elektrolit, Ajarkan pasien/ keluarga tentang modifikasi diet.
b. Fluid Management
Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan berupa, Timbang popok jika diperlukan,
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat, Monitor status hidrasi (kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan, Monitor vital
sign, Monitor masukan makan atau cairan dan hitung intake kalori harian, Kolaborasi
pemberian cairan IV, Monitor status nutrisi, Berikan caairan IV sesuai suhu ruangan,
Dorong masukan oral, Berikan pengganti nasogatrik sesuai output, Dorong keluarga
untuk membantu pasien makan.
Dari teori yang didapat, intervensi yang dilakukan untuk Perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin adalah :
a. Perawatan sirkulasi
Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan berupa periksa sirkulasi perifer, identifikasi
faktor gangguan sirkulasi, monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada
ekstremitas, hindari pemasangan infus atau pengambilan darah diarea keterbatasan
perfusi, lakukan perawatan kuku dan kaki, anjurkan meminum obat penurun tekanan
darah secara teratur, anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat.
Dari teori yang didapat, intervensi yang dilakukan untuk Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme adalah :
a. Nutrition management:
Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan berupa Kaji adanya alergi makanan ,
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien , Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C,
Monitor jumlah nutrisi dan kandugan kalori, Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi, Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe , Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi , Pertahankan terapi IV line
b. Nutrition monitoring:
Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan berupa Monitor adanya penurunan BB,
Monitor turgor kulit, Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar
Ht, Monitor mual dan muntah, Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva, Monitor intake nutrisi, Catat adanya edema
D. Implementasi
Pada kasus ini kelompok melakukan implementasi pada pasien By.Ny.Y dengan
Bronkopneumonia.Implementasi dilakukan selama 3 hari. Implementasi yang dilakukan oleh
kelompok antara lain:
1. Untuk diagnosa keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
Akumulasi mukus di alveoli, implementasi yang dilakukan seluruhnya sesuai dengan
teori, yaitu: Mengatur posisi pasien, Mengontrol pemberian terapi oksigen kanule 2l/I,
Memonitor adanya suara nafas tambahan : rhonki +/+, wheezing -/-., Mengeluarkan
sekret dengan suction, Melakukan fisioterapi dada, Mengontrol status pernafasan pasien
2. Untuk diagnosa keperawatan Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
Gangguan mekanisme pengaturan, implementasi yang dilakukan seluruhnya sesuai
dengan teori,yaitu : Memonitor serum elektrolit : natrium, kalium, calcium, Memonitor
adanya muntah dan diare, Memberikan diet pasien MC 50 cc, Memonitor TTV,
Menghitung intake dan output
3. Untuk diagnosa keperawatan Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin implementasi yang dilakukan seluruhnya sesuai dengan
teori,yaitu : periksa sirkulasi perifer, identifikasi faktor gangguan sirkulasi, monitor
panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas, hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah diarea keterbatasan perfusi, lakukan perawatan kuku dan kaki,
anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat.
4. Untuk diagnosa keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism implementasi yang dilakukan
seluruhnya sesuai dengan teori,yaitu : Kaji adanya alergi makanan, Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien, Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C, Monitor jumlah nutrisi dan kandugan
kalori, Pertahankan terapi IV line, Monitor adanya penurunan BB, Monitor turgor kulit,
Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht
E. Evaluasi
Evaluasi pada diagnosa Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
Akumulasi mukus di alveoli, evaluasi dilakukan dengan mengevaluasi bersihan jalan nafas,
Sesak masih ada, Retraksi dinding dada masih ada, Terpasang oksigen nasal kasul 2l/I,
Rhonki +/+, wheezing -/-, Suhu : 36,2 °C, Nafas cuping hidung ada, Masalah belum teratasi
Evaluasi pada risiko kekurangan volume cairan,evaluasi dilakukan dengan mengevaluasi
reflek hisap kuat, reflek telan kuat, nasfu makan meningkat, turgor kulit baik, membran
mukosa lembab.Masalah risiko kekurangan volume cairan teratasi
Evaluasi pada diagnosa Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan gangguan
mekanisme pengaturan yang dievaluasi adalah Turgor kulit tampak kering, Intake 400 cc, Output
320 cc, IWL : 120 Balance : - 40, Muntah tidak ada, Diare tidak ada, Masalah Belum Teratasi
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia.
Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukosa purulen untuk membentuk bercak konsolidasi pada lobus-
lobus yang berbeda didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis (Wong, 2008)
Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah. Penyakit ini
dapat menyerang anak-anak dan balita hampir diseluruh dunia. Bila penyakit ini tidak segera
ditangani, dapat menyebabkan beberapa komplikasi bahkan kematian.
Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi
konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).
Asuhan keperawatan pasien dengan bronkopneumonia dilakukan berdasarkan
diagnosa prioritas ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
napas (benda asing dalam jalan napas, mucus berlebihan) dan Resiko ketidakseimbangan
elektrolit.
B. SARAN
1. Bagi Institusi RSUP. DR. M. Djamil Padang
Laporan kasus ini dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi institusi RSUP. DR.
M. Djamil Padang dan tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan terhadap leukemia, serta dapat memberikan perhatian dan perawatan yang tepat
pada pasien dengan masalah bronkopneumonia untuk mencegah terjadinya komplikasi
lebih lanjut.
2. Bagi Akademik
Hasil laporan kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau masukan untuk
menambah wawasan bagi pembaca dan sebagai bahan pembelajaran mahasiswa dalam
memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopnemonia (BP).
.
3. Bagi Perawat
Diharapkan perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan lebih meningkatkan pemberian
asuhan keperawatan pada asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopnemonia (BP),
sehingga tahap kesembuhan pasien cepat tercapai dan berbagai komplikasi dapat
dihindari.