Anda di halaman 1dari 50

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny. Y DENGAN

BRONKOPNEUMONI DI RUANG HCU ANAK RSUP DR M DJAMIL

PADANG TAHUN 2019

SIKLUS KEPERAWATAN ANAK


OLEH : KEL. N 19

Isra Jumaira, S. Kep


Ristika Wulandari, S. Kep
Ahmad Adi Trianto, S. Kep
Widyarti Yerika, S. Kep
Fenita Rahmayanti, S. Kep
Nia RahmanandhaPutri, S. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah.
Penyakit ini dapat menyerang anak-anak dan balita hampir diseluruh dunia.
Bila penyakit ini tidak segera ditangani, dapat menyebabkan beberapa
komplikasi bahkan kematian.
Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit
Pneumonia. Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada ujung
akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukosa purulen untuk
membentuk bercak konsolidasi pada lobus-lobus yang berbeda didekatnya,
disebut juga pneumonia lobularis (Wong, 2008).
Menurut WHO (2008), insidens pneumonia anak-balita di negara
berkembang adalah 151,8 juta kasus pneumonia/ tahun, 10% diantaranya
merupakan pneumonia berat dan perlu perawatan di rumah sakit. Di negara
maju terdapat 4 juta kasus setiap tahun sehingga total insidens pneumonia di
seluruh dunia ada 156 juta kasus pneumonia anak-balita setiap tahun. Terdapat
15 negara dengan insidens pneumonia anak-balita paling tinggi, mencakup
74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari 2 setengahnya
terdapat di 6 negara, mencakup 44% populasi anak-balita di dunia.
Berdasarkan Kemenkes (2009), jumlah pneumonia pada balita masih
tetap tinggi. Pneumonia pada balita bila tidak ditangani dengan benar maka
dikhawatirkan dapat menghambat upaya mencapai target MDGs menurunkan
angka kematian pada bayi dan anak. Untuk itu perlu dilakukan upaya
pencegahan pneumonia pada bayi dan balita dengan perbaikan gizi dan
imunisasi dan meningkatkan upaya manajemen tatalaksana pneumonia.
Penemuan kasus pneumonia pada balita tahun 2010 sebesar 23% dengan
jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 499.259 kasus.
Pasien anak yang dirawat di RSUP. DR. M. Djamil Padang biasanya
mengeluh nafas anak sesak, adanya batuk, batuk berdahak, adanya bunyi nafas
tambahan (ronkhi +), anak tidak mau menyusu pada ibu atau refelks hisap
menurun dan anak mengalami demam tinggi. Tindakan keperawatan yang
diberikan pada anak dengan bronkopnemonia adalah pemberian oksigen
dengan alat bantu nafas seperti pemberian oksigen nasal 1-2l/mnt atau sesak
yang terlalu hebat dipasang CPAP dengan PEEP 5 FiO2 40% (sesuai indikasi),
apabila ada penumpukan secret maka dilakukan suction berkala, pasien
dipuasakan selama 24jam pertama karena sesak dan apabila pasien demam
diberikan anti piretik sesuai dosis. Tindakan yang diberikan seperti diatas pada
pasien dengan bronkopnemonia efektif dalam mengurangi sesak nafas pada
pasien dan menghilangkan suara nafas tambahan pada pasien. Kendala yang
terjadi pada perawatan anak di rumah sakit adalah pada pemasangan CPAP
pasien sadar dan anak biasanya tidak nyaman dan rewel.
Pada kasus kelompok pasien merupakan pasien rujukan dari RSUD. Solok
ke RSUP M Djamil dengan keluhan k sesak meningkat,gangguan elektrolit dan
dehidrasi. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 12. 11.2019, pasien tampak
sesak, RR 79x/menit, retraksi +, dahak, + , Ronchi +, pasien terpasang binasal
O2 2 l/menit, anak tampak gelisah dan menangis, anak terpasang OGT , BBS
2800 gram, konjungtiva anemis, mukosa bibir kering, pasien tampak pucat,
bibir pucat, CTR >3 detik, akral dingin. TD : 73/44 mmHg, N : 207x/menit,
saturasi 99 %. Hasil labor tanggal 9.11.2019, kalsium 6,6 mg/dl, natrium 128
mg/dl, Kalium 2,7 mg/dl, klorida serum 86 mMol/l, Hb 9,3 g/dl, hematokrit
27%. Intake 199 cc, Output 240 dan Balance cairan -41. terpasang IVFD 2A
560 cc /hari.
Masalah keperawatan pada pasien adalah bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan obstruksi jalan napas (benda asing dalam jalan napas,
mucus berlebihan), resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
gangguan mekanisme pengaturan, perfusi perifer tidak efektif berhubungan
dengan penurunan konsentrasi hemoglobin, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism.
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada pasien antara lain memberikan
oksigen nasal 2l/mnt, memonitor adanya suara nafas tambahan, pantau status
pernafasan pasien, memonitor labor serum elektrolit, memonitor adanya
muntah dan diare, mengontrol tanda-tanda vital, memberikan cairan infuse
sesuai terapy, memberikan diet pasien, menghitung intake dan output.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memaparkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak
“Y” usia 2 bulan dengan bronkopneumonia di ruang hcu anak RSUP. DR.
M. Djamil Padang.

2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan tentang hasil pengkajian pada anak dengan
bronkopnemonia.
b. Memaparkan tentang hasil analisis diagnosis pada anak dengan
bronkopnemonia.
c. Memaparkan tentang rencana intervensi keperawatan pada anak dengan
bronkopnemonia.
d. Memaparkan tentang implementasi keperawatan pada anak dengan
bronkopnemonia.
e. Memaparkan tentang hasil evaluasi keperawatan pada anak dengan
bronkopnemonia.
f. Memaparkan tentang analisis hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada
anak dengan bronkopnemonia.

C. ManfaatPenulisan
1. Bagi kelompok
Sebagai bahan pembelajaran mahasiswa dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan bronkopnemonia (BP).
2. Bagi ruangan bangsal anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
Hasil kasus kelolaan kelompok pada pasien bronkopnemonia diharapkan
dapat dijadikan sebagai informasi bagi ruangan bangsal anak dalam
memberikan asuhan pada anak dengan bronkopnemonia (BP).
3. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Hasil kelolaan kasus kelompok diharapkan meningkatkan wawasan
mahasiswa profesi ners tentang asuhan keperawatan yang harus diberikan
pada anak dengan bronkopnemonia (BP).
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. ANATOMI FISIOLOGIS

1. Anatomi Paru-Paru

a. Hidung (Nasal)

Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua

lubang (kavum nasi) dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi).

Didalamnya terdapat bulu bulu yang berguna menyaring udara, debu,

dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung. Bagian bagian

hidung terdiri atas:

1) Bagian luar dinding terdiri dari kulit

2) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot tulang rawan

3) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat

dinamakan karang hidung (konka nasalis) yang berjumlah 3 buah

konka yaitu , konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah),

konka nasalis media ( karang hidung bagian tengah), konka nasalis

superior (karang hidung bagian atas). Konka ini terdiri dari 3 buah

lekukan yaitu superior, meatus medialis dan meatus inferior.

Meatus-meatus yang dilewati oleh udara pernafasn, sebelah dalam

terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak yang disebut

koana. Disebalah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah


atas dari langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang

menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah,

saluran ini disebut tuba auditiria eustaci, yang menghubungkan

telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan

dengan air mata disebut dengan tuba lakrimalis

Fungsi hidung terdiri dari:

a) Bekerja sebagai saluran udara pernafasan

b) Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-

bulu hidung

c) Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa

d) Pembunuh kuman-kuman yang masuk bersama udara

pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir

(mukosa) atau hidung.

b. Faring (Tekak)

Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan

jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga

hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring

dengan organ-organ lain: ke atas berhubungan dengan rongga hidung,

dengan perantaraan dengan lobang yang bernama koana, ke depan

berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama

istimus fausium, kebawah terdapat dua lubang, kedepan lubang laring,

kebelakang lubang esophagus.

Rongga faring dibagi kedalam 3 bagian:


1) Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut

nasofaring

2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut

orofaring

3) Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring

c. Laring

Laring terletak dibagian terendah faring yang memisahkannya dari

kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra

servikalis. Laring terdiri dari kepingan tulang rawan yang diikat

bersama oleh ligamen dan membran. Yang terbesar diantaranya ialah

tulang rawan tiroid, diseblah depannya terdapat benjolan subkutaneus

yang disebut jakun yaitu didepan leher. Laring terdiri dari dua lempeng

atau lamina yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat

lekukan berupa V, tulang rawan krikoid terletak di bawah tiroid,

bentuknya seperti cincin mohor dengan mohornya disebelah belakang

(ini adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran

lengkap).

d. Trakea

Trakea memiliki panjang kira-kira 9 cm. Trakea berjalan dari laring

sampai kira-kira ketinggian vertebratorakalis kelima dan di tempat ini

bercabang menjadi dua bronkus (bronki). Trakea tersusun atas enam

belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang

rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi

lingkaran disebelah belakang trakea, selain itu juga memuat berupa


jaringan otot. Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epithelium

bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak ke atas menuju laring, maka

dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut

masuk bersama dengan pernafasan dapat dikeluarkan. Tulang rawan

ini berfungsi untuk mempertahankan trakea agar tetap terbuka, karena

itu disebelah belakangnya tidak tersambung, yaitu ditempat trakea

menempel pada esophagus, yang memisahkannya dari tulang

belakang.

e. Bronkus ( Cabang Tenggorokan)

Bronkus merupakan lanjutan dari trakea, ada dua buah yang terdapat

pada ketinggian vertebratorakalis ke IV mempunyai struktur serupa

dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus

itu berjalan kebawah dan kesamping kearah tampak paru-paru.

Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri,

terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus kiri lebih

panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin dan

mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang paling

kecil disebut bronkiolus

f. Paru paru

Paru-paru merupakan alat pernafasan utama, paru-paru mengisi rongga

dada. Paru-paru ada dua bagian terletak dibagian kanan dan kiri yang

dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur

lainnya terletak didalam mediastrum. Paru-paru adalah organ

berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit


lebih tinggi daripada klavikula didalam dasar leher. Pangkal paru-paru

duduk diatas landai rongga toraks, diatas diafragma

g. Pembuluh darah dalam paru-paru

Arteri pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung

oksigen dari ventrikel kanan jantung ke paru-paru, cabang-cabangnya

menyentuh saluran bronchial, bercabang dan bercabang lagi sampai

menjadi arteri halus, arteriol itu membelah-belah dan membentuk

jaringan-jaringan kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding alveoli

atau gelembung udara. Kapiler halus itu hanya memuat sedikit, maka

praktis dapat dikatakan sel-sel darah merah membuat baris tunggal.

Alirannya bergerak lambat dan dipisahkan dari dua dalam alveoli

hanya oleh dua membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas

berlangsung dengan difusi, yang merupakan fungsi pernafasan. Kapiler

bersatu dan bersatu lagi menjadi pembuluh darah lebih besar akhirnya

dua vena pulmonaris meninggalkan setiap paru-paru membawa darah

berisi O2 ke atrium kiri jantung dan didistribusikan keseluruh tubuh

melalui aorta.

2. Fisiologi Pernafasan

Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Pada

pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen di pungut

melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui

trakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan

darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapis membran, yaitu

membran alveoli kapiler, yang memisahkan oksigen dan darah. Oksigen


menembus membran ini dan di pungut oleh hb sel darah merah dan dibawa

ke jantung. Dari sini di pompa didalam arteri ke semua bagian tubuh.

Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada

tingkat ini HB 95% jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbondioksida,

salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveolar-

kapiler dan kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa bronchial dan

trakea, di nafaskan keluar melalui hidung dan mulut. Empat proses yang

berhubungan dengan pernafasab pulmoner atau pernafasan eksterna:

1) Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang meukur udara dalam

alveoli darah melalui paru-paru

2) Arus darah melalui paru-paru

3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam

jumlah tepat dapat mencapai semua baguan tubuh

4) Difusi gas menembus membran pemisah alveoli dan kapiler, CO2

lebih mudah berdifusi daripada oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang

meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat karbondioksida dan

oksigen. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang ke paru-

paru membawa terlalu banyak karbondioksisa tidak dapat dikeluarkan,

maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini

merangsang pusat pernafasan dalam otak untuk memperbesar

kecepatan dan dalamnnya pernafasan. Perubahan ventilasi ini

mengeluarkan karbondioksida dan memungut lebih banyak oksigen.

B. DEFINISI
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam

macametiologi, seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.

Bronkopneumonia adalah radang paru yang berasal dari cabang-cabang

tenggorok yang mengalami infeksi dan tersumbat oleh getah radang,

menimbulkan pemadatan-pemadatan bergerombol dalam lobulus paru yang

berdekatan, biasanya terjadi akibat batuk rejan, campak, influenza, tifus, dan

sebagainya

C. ETIOLOGI

Bronkopneurmonia dapat disebabkan oleh bakteri (pneumococus,

Streptococus), virus pneumony hypostatik, syndroma loffller, jamur dan

benda asing.

D. PATOFISIOLOGI

Umumnya bakteri penyebab terhisap keparu perifer melalui saluran nafas.

Mula-mula terjadi edema karena reaksi jaringan yang mempermudah

proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang

terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadi serbukan sel polimorfonuklear,

fibrin, eritrosit, cairan udema dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium

ini disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya terjadi deposisi fibrin ke

permukaan pleura, terdapatnya fibrin dan leukosit polimorfonuklear di alveoli

dan terjadinya proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium

hepatisasi kelabu. Akhirnya jumlah sel makrofag di alveoli meningkat, sel


akan berdegenerasi dan fibrin menipis, kuman dan debris menghilang.

Stadium ini disebut stadium resolusi.

Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap

normal. Antiobiotik yang diberikan sedini mungkin dapat memotong

perjalanan penyakit hingga stadium khas yang diuraikan di atas tidak terlihat

lagi. Beberapa bakteri tertentu lebih sering menimbulkan gejala tertentu bila

dibandingkan dengan bakteri lain. Demikian pula bakteri tertentu lebih sering

ditemukan pada kelompok umur tertentu. Misalnya Streptococus Pnemoniae

biasanya bermanifestasi sebagai bercak-bercak konsolidasi merata diseluruh

lapangan paru, namun pada anak besar atau remaja dapat berupa konsolidasi

pada satu lobus (pneumonia lobaris).

Pneumatokel atau abses-abses kecil sering disebabkan oleh streptokokus

aureus pada neonatus atau bayi kecil karena streptokokus aureus

menghasilkan berbagai toksin dan enzim seperti hemolizin, leukosidin,

stafilokinase, dan koagulase. Toksin dan enxim ini menyebabkan nekrosis,

perdarahan dan kavitasi, koagulase berinteraksi dengan faktor plasma dan

menghasilkan bahan aktif yang mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin

hingga terjadi eksudat fibrinopurulen. Terdapat korelasi antara produksi

koagulase dan virulensi kuman stafilokokus yang tidak menghasilkan

koagulase jarang menimbulkan penyakit yang serius. Pneumatokel dapat

menetap sampai ber bulan-bulan tetapi biasanya tidak memerlukan terapi

lebih lanjut. Mikrobakterium Pneumoniae menimbulkan peradangan dengan

gambaran baragam pada paru dan lebih sering mengenai anak usia sekolah

atau remaja. Mikrobakterium pneumoniae cenderung berkembang biak pada


permukaan sel mukosa saluran nafas. Akibat terbentuknya H2O2 pada

metabolismenya maka yang terjadi adalah deskuamasi dan ulserasi lapisan

mukosa, udema dinding bronkus dan timbulnya sekret yang memenuhi

saluran nafas dan alveoli. Kerusakan ini timbul dalam waktu relatif singkat

antara 24 – 28 jam dan dapatt erjadi pada bagian paru yang cukup luas

E. MANIFESTASI KLINIS

1. Menggigil mendadak, demam yang tinggi dengan cepat dan berkeringat

banyak

2. Nyeri dada seperti ditusuk yang diperburuk dengan pernafasan dan batuk.

3. Sakit parah dengan takipnea jelas (25 – 45/menit) dan dispnea.

4. Nadi cepat dan bersambung

5. Bradikardia relatif ketika demam menunjukkan infeksi virus, infeksi

mycoplasma atau spesies legionella.

6. Sputum purulen, kemerahan, bersemu darah, kental atau hijau relatif

terhadap preparat etiologis.

7. Tanda-tanda lain: demam, krakles, dan tanda-tanda konsolidasi lebar

(Baughman, Diane C,)

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Oksigen 1-2 liter

2. IVFD dextrose 10%; NaCl 0,9%=3:1, +KClL 10mEq/500ml cairan.

3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap

melalui selang nasogastrik dengan feading drip.


4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal

dan beta agonis untuk memperbaiki transfor mukosilier.

5. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

6. Anti biotik sesuai dengan hasil biakan atau berikan:

a. Untuk kasus bronkopneumonia community base:

1) Ampicilin 100mg/kgBB/hari dalam 4 hari pemberian.

2) Chloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian.

3) Untuk kasus bronkopneumonia hospital base:

4) Cefotaxim 100mg/kgBB/Hari dalam 2 kali pemberian.

5) Amikasin 10-15mg/kgBB/Hari dalam 2 kali pemberian.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan

polimorfonuklear atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan

prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.

2. Pemeriksaan radiologi memberi gambaran bervariasi

a. Bercak konsolidasi merata para bronkopneumonia.

b. Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris.

c. Gambaran pneumonia difus atau infiltrat interstisialis pada pneumonia

stafilokokus.

3. Pemeriksaan mikrobiologik, spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring,

bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, pungsi pleura atau

aspirasi paru.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Fokus Pengkajian

a. Keluhan Utama: sesak nafas

b. Riwayat Penyakit

1) Pneumonia virus: ditandai gejala-gejala infeksi saluran nafas,

termasuk renitis dan batuk, serta suhu tubuh lebih rendah dari

pneumonia bakteri

2) Pneumonia bakteri: ditandai oleh infeksi saluran pernafasan akut

atau bawah dalam beberapa hari hingga seminggu, suhu tubuh

tinggi, batuk, kesulitan bernafas.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Sering menderita penyakit pernafasan bagian atas, riwayat penyakit

peradangan pernafasan dengan gejala bertahap panjang dan lama yang

disertai wheezing

d. Pengkajian Fisik

1) Inspeksi: perlu diperhatikan adanya takipnea, dyspnea, sianosis,

sirkumoral, pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk

semula non produktif menjadi produktif, serta nyeri dada waktu

bernafas, adanya retraksi dinding dada

2) Palpasi: hati mungkin akan membesar, flemitus raba mungkin

meningkat pada sisi yang sakit dan mengalami peningkatan denyut

nadi.

3) Perkusi: suara redup pada sisi yang sakit


4) Auskultasi: pada pneumonia akan terdengar stridor suara nafas

berjurang, terdengar suara nafas tambahan atau ronkhi, kadang-

kadang terdengar bising gesek pleura

e. Data fokus

1) Pernafasan

Gejala: takipnea, dispnea, pernafasan dangkal

Tanda: bunyi nafas ronchi, halus, wajah pucat atau sianosis bibir

atau kulit

2) Aktivitas atau istirahat

Gejala: kelemahan, kelelahan insomnia

Tanda: penurunan intoleransi aktivitas, letargi

3) Integritas ego

Banyaknya stressor

4) Makanan atau cairan

Gejala: kehilangan nafsu makan, mual, muntah

Tanda: distensi abdomen, hiperperistaltik usus, kulit kering

5) Nyeri dan kenyamanan

Gejala: sakit kepala, nyeri dada, maligna

Tanda: melindungi area yang sakit

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi sputum

b. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi

c. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar kapiler


NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN (NOC) (NIC)
1 Ketidakefektifan a. Respiratory status: Airway Suctioning
bersihan jalan nafas ventilation a) Pastikan kebutuhan oral/ trakeal
b.d peningkatan Kriteria hasil : suctioning
1) Mendemonstrasikan batuk b) Auskultasi suara napas sebelum
sputum
efektif dan suara napas dan sesudah suction
yang bersih, tidak ada c) Informasikan ke pasien dan
sianosis dan dyspneu keluarga tentang suction
(mampu mengeluarkan d) Gunakan universal precaution/
sputum, mampu bernapas prinsip steril: sarung tangan,
dengan mudah, tidak ada kacamata dan masker
pursed lips) e) Instruksikan ke pasien beberapa
napas dalam sebelum suction
b. Respiratory status: airway f) Bila terjadi hiperoksigenasi
patency sampai 100%, gunakan
Kriteria Hasil: ventilator atau resusitasi manual
1) Menunjukkan jalan napas g) Lakukan alat-alat disposibel
yang paten (klien tidak yang steril pada saat melakukan
merasa tercekik, irama prosedur suction
napas, frekuensi pernapasan h) Anjurkan napas dalam dan
dalam rentang normal, tidak istirahat
ada suara napas abnormal) i) Hentikan suction bila
2) Mampu mengidentifikasi bradikardi, peningkatan saturasi
dan mencegah faktor yang oksigen
menghambat jalan napas j) Gunakan durasi singkat pada
saat menghisap sekret dan
respon suction

Airway Management
a) Buka jalan napas, gunakan
teknik chin lift atau jaw trust
bila perlu
b) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c) Identifikasi pasien perlu
pemasangan alat jalan napas
buatan
d) Pasang mayo bila perlu
e) Lakukan fisioterapi dada bila
perlu
f) Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
g) Auskultasi suara napas, catat
bila ada suara tambahan
h) Lakukan suction pada mayo
i) Berikan bronkodilator bila perlu
j) Berikan pelembab udara kassa
basah NaCl lembab
k) Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
2 Pola Nafas tidak NOC: Respiratory Monitoring
efektif b.d a. Respiratory status: a) Monitor pola napas, irama,
hiperventilasi Ventilation kedalaman dan usaha napas
b) Perhatikan gerakan dan
Kriteria hasil :
kesimetrisan, menggunakan otot
1) Mendemonstrasikan batuk bantu, dan adanya retraksi otot
efektif dan suara napas intercostals dan supraclavicular
yang bersih, tidak ada c) Monitor bunyi napas, misalnya
sianosis dan dyspneu mendengkur
(mampu mengeluarkan d) Monitor pola napas
sputum, mampu bernapas e) Catat lokasi trakea
f) Auskultasi bunyi napas, catat
dengan mudah, tidak ada
peningkatan ventilasi
pursed lips) g) Monitor saturasi oksigen
h) Monitor kemampuan pasien
b. Respiratory status: Airway dalam batuk efektif
patency Oxygen Therapy
Kriteria hasil : a) Periksa mulut, hidung, dan
1) Menunjukkan jalan napas sekret trakea
b) Pertahankan jalan napas yang
yang paten (klien tidak
paten
merasa tercekik, irama c) Atur peralatan oksigenasi
napas, frekuensi pernapasan d) Monitor aliran oksigen
dalam rentang normal, tidak e) Pertahankan posisi pasien
ada suara napas abnormal) f) Observasi tanda-tanda
hipoventilasi
c. Vital Sign Status g) Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
Kriteria Hasil: Vital Sign Monitoring
1) Tanda-tanda vital dalam a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
rentang normal (tekanan b) Monitor vital sign saat pasien
darah, nadi, pernapasan) berbaring, duduk, dan berdiri
c) Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
d) Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
e) Monitor kualitas dari nadi
f) Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
g) Monitor pola pernapasan
abnormal
h) Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
3 Gangguan pertukaran a) Respiratory status: gas Airway management
gas b.d perubahan exchange 1. Posisikan pasien untuk
membran alveolar Kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi
1) Mendemonstrasikan
kapiler 2. Identifikasi pasien perlunya
peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat pemasangan alat nafas buatan
2) Memelihara kebersihan 3. Lakukan fisioterapi dada jika
paru-paru dan bebas dari perlu
tanda-tanda distress 4. Ajarkan pasien melakukan nafas
pernapasan dalam untuk mengeluarkan
secret Auskultasi suara nafas,
b) Respiratory status:
catat adanya suara nafas
ventilation
Kriteria hasil : tambahan
1) Mendemonstrasikan batuk 5. Monitor respirasi dan status O2
efektif dan suara napas Respiratory Monitoring
yang bersih, tidak ada 1. Monitor rata-rata kedalaman,
sianosis dan dypsneu irama dan respirasi
(mampu mengeluarkan 2. Monitor pola nafas
sputum, mampu bernapas
3. Auskultasi suara nafas , catat are
dengan mudah, tidak ada
pursed lips) a penurunan/ tidak adanya
ventilasi dan suara nafas
c) Vital sign status tambahan
Kriteria Hasil: 4. Tentukan kebutuhan suction
1) Tanda-tanda vital dalam dengan mengauskultasi crakles
rentang normal dan ronkhi pada jalan nafas
utama

BAB III
LAPORAN KASUS

Tempat Praktek : RSUP. Dr. M. Djamil Padang (Ruang hcu Anak Lat. 1)
Tanggal Pengkajian : 12 November 2019
Tanggal Masuk RS : 30 Oktober 2019
Jam : 16.00 WIB
No. RM : 01.06.60.65

I. IDENTITAS DATA
Nama Anak : By. Ny. Y BB/TB: 2,8 kg/ 86 cm
TTL/Usia : 22.9.2019 / 1 bulan 20 hari
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Pendidikan Anak : Belum Sekolah
Anak Ke :2
Nama Ibu : Ny. Y
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Talawi, Sawahlunto
Diagnosis Medis : Bronkopneumonia

II. KELUHAN UTAMA


Alasan masuk RS:
Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 30 - 9 - 2019 dengan keluhan sesak. Pasien
merupakan rujukan dari RSUD Solok.
III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
1. Prenatal : Ibu mengatakan, pada saat hamil tidak ada masalah dengan kehamilannya, ibu
hanya merasa mual, muntah, seperti keluhan ibu hamil pada umummnya. Ibu
kontrol kepada bidan secara teratur selama masa kehamilan.

2. Intranatal : ibu mengatakan bayi lahir ditolong bidan, lahir spontan ditolong bidan dengan
BBL 3.350 gr.
3. Postnatal : ibu mengatakan, bayi tampak kebiruan dan sesak setelah lahir, kemudian bayi
diberi oksigen dan disusukan oleh ibu, 1 jam kemudian bayi dibawa ke puskesmas Talawi
karena pasien masih sesak, dari puskesmas talawi pasien kemudian dirujuk ke RSUD
Solok.
IV. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Pasien lahir di tolong bidan pada tanggal 22 September 2019 pada dengan kelahiran
spontan, dengan berat badan lahir 3350 gram dan panjang badan 86 cm. PBM ruang anak
melalui IGD tanggal 30-10-2019, rujukan dari RSUD Solok dengan keluhan sesak nafas.
Pasien sebelumnya dirawat selama 38 hari di RSUD Solok dengan keluhan sesak dan
kebiruan sejak lahir. Selama dirawat di RSUD Solok pasien terpasang ventilator mulai
tanggal 24-9-2019 sampai 2-10-2019 kemudian dipasang CPAP sejak 3-10-2019 sampai
19-10-2019, riwayat kejang berulang sejak 10 hari lalu, kejang pertama tanggal 19 Oktober
2019, kejang berhenti saat diberikan fenitoin bolus, durasi kejang 1 menit, anak kembali
kejang 8 jam sebelum masuk rumah sakitfrkuensi 2 kali durasi 1 menit, berhenti setelah
pemberian fentoin intravena, riwayat demam demam sejak 1 bulan lalu saat anak usia 7
hari , tinggi , hilang timbul .NGT mengalir coklat sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit,
anak dipuasakan sejak 8 jam lalu, anak sebelumnya telah fullfeeding ASI 8 x 75 cc/ OGT.
Kemudian bayi di rujuk ke RSUP M Djamil karena sesak meningkat,gangguan
elektrolit dan dehidrasi. Pada saat pasien masuk, pasien di rawat di ruang PICU selama 12
hari kemudian di pindahkan ke ruang HCU pada tanggal 11 November 2019. Pada saat
dilakukan pengkajian tanggal 12. 11.2019, pasien tampak sesak, RR 79x/menit, retraksi +,
dahak, + , Ronchi +, pasien terpasang binasal O2 2 l/menit, anak tampak gelisah dan
menangis, anak terpasang OGT , BBS 2800 gram, konjungtiva anemis, mukosa bibir
kering, pasien tampak pucat, bibir pucat, CTR >3 detik, akral dingin. TD : 73/44 mmHg, N
: 207x/menit, saturasi 99 %. Hasil labor tanggal 9.11.2019, kalsium 6,6 mg/dl, natrium 128
mg/dl, Kalium 2,7 mg/dl, klorida serum 86 mMol/l, Hb 9,3 g/dl, hematokrit 27%. Intake
199 cc, Output 240 dan Balance cairan -41.

V. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


1. Penyakit yang diderita sebelumnya : Tidak ada.
2. Pernah dirawat di RS :Belum pernah
3. Obat-obatan yang pernah dikonsumsi : Tidak ada
4. Alergi : Tidak ada
5. Kecelakaan : Tidak ada
6. Riwayat Imunisasi : Pasien sudah mendapatkan imunisasi Hbo
dan Vit K saat lahir.

VI. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Ibu mengatakan anak pertamanya lahir prematur, usia kehamilan 6 bulan dan meninggal
pada usia 5 hari karena sesak nafas.
 Genogram
1. Struktur keluarga

Bayi
: laki-laki
: perempuan
: Pasien

VII. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG


Status nutrisi : BB 2800 gr, PB 86 cm
BB/U < - 3SD
TB/U < -3 SD
BB/TB = 0<SD<1 = Gizi Baik

VIII. RIWAYAT SOSIAL


1. Yang mengasuh klien : Ibu dan nenek
2. Lingkungan rumah : Rumah permanen, jamban di dalam rumah, sumber
air sumur, dan sampah rumah tangga di bakar.

IX. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : sedang
2. PB/BB : 86 cm / 2,8 kg
3. Kepala
a. Lingkar kepala: 34 cm
b. Fontanela anterior : lunak, cekung
c. Rambut :
 Kebersihan : Baik
 Warna : Hitam
 Tekstur : Halus
 Distribusi rambut: jarang
 Kuat/mudah tercabut: Kuat
4. Mata
 Simetris: Simetris kiri dan kanan
 Mata cekung (-)
 Sklera: Tidak Ikterik
 Konjungtiva: Anemis
 Palpebra: Tidak ada oedema palpebra
 Pupil: Ukuran : 2mm/2mm Bentuk: Isokor Reaksi Cahaya: Positif kiri dan
kanan
5. Telinga: Simetris: Kiri dan Kanan
 Serumen: Tidak ada kelainan
6. Hidung: tidak ada pernapasan cuping hidung
 Septum simetris: Tidak ada deviasi septum
 Secret: Ada
 Polip: Tidak ada
7. Mulut: Kebersihan: bersih Warna bibir: Pucat Kelembapan: Kering
a. Lidah : Bersih
b. Gigi : belum ada
8. Leher
a. Kelenjer tiroid : Tidak ada pembengkakan
b. Kelenjer getah bening : Tidak ada pembengkakakan
c. JVP : Tidak ada kelainan
9. Dada
a. Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi +
b. Palpasi : tidak ada pembengkakan
10. Jantung
a. Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
b. Auskultasi :reguller, mur-mur(-), gallop(-).
11. Paru-paru
a. Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi (+) terpasang O2 binasal
1 lpm. RR 79x/menit, nafas cepat.
b. Palpasi : Tidak ada pembengkakan
c. Perkusi : sonor di lapang paru
d. Auskultasi : Bronkovesikuler, Ronchi +/+, Wheezing -/-
12. Abdomen
a. Inspeksi : perut tidak tampak membuncit
b. Palpasi : hepar teraba 1/3, tepi teraba tajam dan lien tidak teraba
c. Perkusi : tympani
d. Auskultasi : bissing usus normal (25x/ menit)
13. Punggung : Bentuk : tidak ditemukan kelainan (normal)
14. Ekstermitas:
Akral dingin, CRT >3 detik, terpasang IVFD 2 a diekstremitas atas sinistra.
15. Genitalia : Tidak ada kelainan

16. Kulit : Warna : pucat


Tugor : baik
Integritas : tidak ada luka
Elastisitas : baik

X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Tanggal : 9 November 2019
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Interprestsi
Kalsium 6,6 mg/dl 8,1-10,4 Turun
Natrium 128 mmol/l 136-145 Turun
Kalium 2,7 mmol/l 3,5-5,1 Turun
Klorida serum 86 mmol/l 97-111 Turun
Hemoglobin 9.3 g/ dl 10,6 – 16,4 Turun
Leukosit 11. 18 6.0 – 18.0 Normal
hematokrit 27 % 32.0 – 50.0 Turun
trombosit 626 150 - 500 Tinggi
eritrosit 2.92 3.40 – 5.00 Turun

Program pengobatan :
1. Inj. Ceftriaxon 2x150 mg
2. Inj . Ampicilin 6x150 mg
3. IVFD 2A 560 cc/hari=23 cc / jam
4. Inj Fenitoin 2x6 mg
5. Paracetamol 3x 40 mg iv
6. Omeprazol 1x4 gr iv

XI. KEBUTUHAN DASAR SEHARI-HARI


No Jenis Kebutuhan Di Rumah/ sebelum sakit Di RS
1. Makan - -
2. Minum ASI ASI Via NGT 8x50 cc
3. Tidur Sering terbangun karena
sesak dan dahak yang
banyak.
4. Mandi Dibantu petugas dan
orang tua
5. Eliminasi Pasien terpasang pampers,
BAB tidak ada kelainan.
6. Bermain

ANALISA DATA
No Data Patofisiologi Masalah
1. DS: Virus , bakteri, jamur Ketidakefektifan
ibu mengatakan anak tampak bersihan jalan nafas
sesak, dahak +
DO:
- KU: Sedang
- Kes : CM
- Sesak +
- Retraksi +
- Dahak +
- RR 79x/menit
- Suara nafas, Ronchi +/+,
Pasien terpasang O2
binasal 2 l/menit
2. DS : Gangguan Resiko
- mekanisme ketidakseimbangan
DO: pengaturan elektrolit.
- labor (9.9.2019)
- Kalsium 6,6 mg/dl
(turun)
- Natrium 128 M
mol/L(turun)
- Kalium 2,7 Mmol/l
(turun)
- Klorida serum 86 Mmol/l
(turun)
- Intake 199
- Output 240
- Balance cairan -41
3. DS: Penurunan Perfusi perifer tidak
- konsentrasi efektif
DO: hemoglobin
- Kulit tampak pucat
- Mukosa bibir kering,
- Konjugtiva anemis
- CTR >3 detik
- Akral dingin
- Hb: 9.3 g/ dl
- Hematokrit: 27 %
4. DS: Peningkatan Ketidakseimbangan
- kebutuhan nutrisi kurang dari
DO: metabolisme kebutuhan tubuh
- BBL 3350 gram
- BBS 2800 gram
- Konjugtiva anemis
- Mukosa bibir pucat
- Kelembapan bibir: kering
- Hb: 9.3 g/ dl
- Hematokrit: 27 %

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA)

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas (benda asing
dalam jalan napas, mucus berlebihan)
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan gangguan mekanisme
pengaturan
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolisme

C. INTERVENSI
No NANDA (Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
. Keperawatan) NOC NIC
1 Ketidakefektifan NOC: Airway Suctioning
bersihan jalan nafas a) Respiratory status: a) Pastikan kebutuhan oral/
berhubungan dengan ventilation trakeal suctioning
obstruksi jalan napas Kriteria hasil : b) Auskultasi suara napas
(benda asing dalam 1) Mendemonstrasikan batuk sebelum dan sesudah suction
jalan napas, mucus efektif dan suara napas c) Informasikan ke pasien dan
berlebihan) yang bersih, tidak ada keluarga tentang suction
sianosis dan dyspneu d) Gunakan universal precaution/
(mampu mengeluarkan prinsip steril: sarung tangan,
sputum, mampu bernapas kacamata dan masker
dengan mudah, tidak ada e) Instruksikan ke pasien
pursed lips) beberapa napas dalam sebelum
suction
b) Respiratory status: f) Bila terjadi hiperoksigenasi
airway patency sampai 100%, gunakan
Kriteria Hasil: ventilator atau resusitasi
1) Menunjukkan jalan napas manual
yang paten (klien tidak g) Lakukan alat-alat disposibel
merasa tercekik, irama yang steril pada saat
napas, frekuensi melakukan prosedur suction
pernapasan dalam rentang h) Anjurkan napas dalam dan
normal, tidak ada suara istirahat
napas abnormal). i) Hentikan suction bila
2) Mampu mengidentifikasi bradikardi, peningkatan
dan mencegah faktor yang saturasi oksigen
menghambat jalan napas) j) Gunakan durasi singkat pada
saat menghisap sekret dan
respon suction

Airway Management
a) Buka jalan napas, gunakan
teknik chin lift atau jaw trust
bila perlu
b) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c) Identifikasi pasien perlu
pemasangan alat jalan napas
buatan
d) Pasang mayo bila perlu
e) Lakukan fisioterapi dada bila
perlu
f) Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
g) Auskultasi suara napas, catat
bila ada suara tambahan
h) Lakukan suction pada mayo
i) Berikan bronkodilator bila
perlu
j) Berikan pelembab udara kassa
basah NaCl lembab
k) Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.

Respiratory Monitoring
a) Monitor pola napas, irama,
kedalaman dan usaha napas
b) Perhatikan gerakan dan
kesimetrisan, menggunakan
otot bantu, dan adanya retraksi
otot intercostals dan
supraclavicular
c) Monitor bunyi napas,
misalnya mendengkur
d) Monitor pola napas
e) Catat lokasi trakea
f) Auskultasi bunyi napas, catat
peningkatan ventilasi
g) Monitor saturasi oksigen
h) Monitor kemampuan pasien
dalam batuk efektif
2 Resiko NOC: Elektrolit management
ketidakseimbangan a) Fluid balance a) Monitor serum elektrolit
elektrolit b) Hydration abnormal
berhubungan dengan c) Nutritional status: food
b) Monitor manifestasi
gangguan mekanisme and fluid intake
pengaturan Kriteria hasil : imbalance cairan
a) Mempertahankan urine c) Pertahankan kepatenan akses
output sesuai dengan usia IV
dan BB, BJ urine normal, d) Berikan cairan sesuai
HT normal kebutuhan
b) Tekanan darah, nadi, suhu e) Catat intake dan output secara
tubuh dalam batas normal akurat
c) Elastisitas turgor kulit f) Berikan cairan intravena yang
baik, membran mukosa berisi elektrolit dengan aliran
lembab, tidak ada rasa yang konstan
haus yang berlebihan. g) Konsultasikan dengan dokter
tentang medikasi elektrolit
h) Ambil spesimen untuk analisis
labor (AGD, urin, serum)
i) Monitor hilangnya cairan yang
kaya elektrolit
j) Ajarkan pasien/ keluarga
tentang modifikasi diet.

Fluid Management
a) Timbang popok jika
diperlukan
b) Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
c) Monitor status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik) jika
diperlukan.
d) Monitor vital sign
e) Monitor masukan makan atau
cairan dan hitung intake kalori
harian
f) Kolaborasi pemberian cairan
IV
g) Monitor status nutrisi
h) Berikan caairan IV sesuai
suhu ruangan
i) Dorong masukan oral
j) Berikan pengganti nasogatrik
sesuai output
k) Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan.
3. Perfusi perifer tidak Perfusi perifer Perawatan sirkulasi
efektif berhubungan Kriteria hasil:  periksa sirkulasi perifer
dengan penurunan 1. warna kulit pucat cukup  identifikasi faktor gangguan
konsentrasi menurun sirkulasi
hemoglobin 2. edema perifer cukup  monitor panas, kemerahan,
menurun nyeri atau bengkak pada
3. parastesia cukup ekstremitas
menurun  hindari pemasangan infus atau
4. kelemahan otot cukup pengambilan darah diarea
menurun keterbatasan perfusi
5. pengisian kapiler cukup  lakukan perawatan kuku dan
membaik kaki
6. akral cukup membaik  anjurkan meminum obat
7. tekanan darah membaik penurun tekanan darah secara
Status sirkulasi teratur
1. pucat menurun  anjurkan melakukan
2. pitting edema cukup perawatan kulit yang tepat.
menurun
3. fatique cukup menurun
4. Ketidakseimbangan NOC : Nutrition management:
nutrisi kurang dari a. Nutritional Status a) Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh Indikator : b) Kolaborasi dengan ahli gizi
berhubungan dengan a) Nutrient intake untuk menentukan jumlah
peningkatan b) Food intake kalori dan nutrisi yang
kebutuhan c) Fluid intake dibutuhkan pasien
metabolisme d) Energy c) Anjurkan pasien untuk
e) Weight height ratio meningkatkan protein dan
f) Hydration vitamin C
b. Nutritional status : food d) Monitor jumlah nutrisi dan
and fluid Intake kandugan kalori
Indikator : e) Berikan informasi tentang
a) Oral food intake kebutuhan nutrisi
b) Oral fluid intake f) Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
g) Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat
nutrisi
h) Pertahankan terapi IV line
Nutrition monitoring:
a) Monitor adanya penurunan BB
b) Monitor turgor kulit
c) Monitor kekeringan, rambut
kusam, total protein, Hb dan
kadar Ht
d) Monitor mual dan muntah
e) Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
f) Monitor intake nutrisi
g) Catat adanya edema

D. Catatan Perkembangan
No . Hari / Implementasi Evaluasi Paraf
DX TGL Perawat
Kep
I Senin  Mengatur posisi pasien S:
11/11-  Mengontrol pemberian terapi - Ibu mengatakan nafas
2019 oksigen kanule 2l/i anak masih sesak
 Memonitor adanya suara nafas O:
tambahan : rhonki +/+, wheezing - Sesak masih ada
-/-. - Retraksi dinding dada
 Mengeluarkan sekret dengan masih ada
suction - Rhonki masih ada
 Mengontrol status pernafasan - Pernafasan masih
pasien meningkat
- Nadi meningkat
- TD normal
- Saturasi O2 normal
- Nafas cuping hidung ada

A: Masalah belum teratasi


Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas

P: Intervensi dilanjutkan
- Mengatur posisi pasien
- Memonitor adanya suara
nafas tambahan
- Mengotrol pemberian
oksigen
- Mengontrol status
pernafasan pasien
-
II Senin - Memonitor serum elektrolit : S:-
11/11- natrium, kalium, calcium.
2019 - Memonitor adanya muntah dan diare O:
- Memberikan siet pasien MC 50 cc - Turgor kulit tampak
- Memonitor TTV kering
- Menghitung intake dan output - Intake 438 cc
- Output 320 cc
- Balance : +118
- Muntah tidak ada
- Diare tidak ada
- Pernafasan membaik
- Nadi meningkat
- TD normal

A: Masalah Belum Teratasi


Resiko ketidakseimbangan
elektrolit

P: Intervensi Dilanjutkan
- Memonitor adanya
muntah dan diare
- Memberikan diet pasien
- Memonitor TTV
- Menghitung intake dan
output
III Senin  menilai sirkulasi perifer S:-
11/11-  mengecek nadi perifer O:
2019  mengecek waktu pengisian kapiler - warna kulit masih pucat
 mengecek warna dan suhu kulit - nadi perifer masih cepat dan
 mengecek adanya udem lemah
 memantau adanya panas, - pengisian kapiler sedang >3dtk
kemerahan, nyeri atau bengkak
- akral masih dingin
pada ekstremitas
 menghindari pemasangan infus - Mukosa bibir kering
- hb rendah
atau pengambilan darah diarea A : masalah belum teratasi
keterbatasan perfusi P : intervensi dilanjutkan
 melakukan perawatan kulit yang - Menilai sirkulasi perifer
tepat. - Mengecek nadi perifer
- Mengecek waktu pengisian
kapiler
- Mengecekwarna dan suhu
kulit
- Melakukan perawatan kulit

IV Senin  Mengkaji adanya alergi makanan S:-


11/11-  memonitor jumlah nutrisi dan O:
2019 kandugan kalori yang diterima - mukosa bibir kering
pasien - konjungtiva anemis
 memberikan informasi kepada - intake melalui ngt
keluarga tentang kebutuhan nutrisi
- Berat badan turun
 mempertahankan terapi IV line
 memonitor adanya penurunan BB - Hidrasi belum adekuat
 mengecek turgor kulit - hb cukup adekuat
 mengecek adaanya hidrasi A : masalah belum teratasi
 memberikan diet sesuai indikasi P : intervensi dilanjutkan
 mengecek adanya edema - mempertahnkan terapi iv
- mengukur berat badan
berkala / hari
- mengecek turgor kulit
- mengecek adanya hidrasi

No . Hari / Implementasi Evaluasi Paraf


DX TGL Perawat
Kep
I Selasa  Mengatur posisi pasien S:
12/11-  Mengontrol pemberian terapi - Ibu mengatakan nafas
2019 oksigen kanule 2l/i anak masih sesak
 Memonitor adanya suara nafas O:
tambahan : rhonki +/+, wheezing - Sesak masih ada
- Retraksi dinding dada
-/-. masih ada
 Mengeluarkan sekret dengan - Rhonki masih ada
suction - Pernafasan masih
 Mengontrol status pernafasan meningkat
pasien - Nadi meningkat
- Saturasi O2 normal
- Nafas cuping hidung ada

A: Masalah belum teratasi


Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas

P: Intervensi dilanjutkan
- Mengatur posisi pasien
- Memonitor adanya suara
nafas tambahan
- Mengotrol pemberian
oksigen
- Mengontrol status
pernafasan pasien
-
II Selasa - Memonitor serum elektrolit : S:-
12/11- natrium, kalium, calcium.
2019 - Memonitor adanya muntah dan diare O:
- Memberikan siet pasien MC 50 cc - Turgor kulit tampak
- Memonitor TTV kering
- Menghitung intake dan output - Hasil labor serum
elektrolit natrium, kalium
dan klorida serum masih
rendah.
- Intake 400 cc
- Output 400 cc
- Muntah tidak ada
- Diare tidak ada
- Pernafasan meningkat
- Nadi meningkat

A: Masalah Belum Teratasi


Resiko ketidakseimbangan
elektrolit
P: Intervensi Dilanjutkan
- Memonitor adanya
muntah dan diare
- Memberikan diet pasien
- Memonitor TTV
- Menghitung intake dan
output

III Selasa  menilai sirkulasi perifer S:-


12/11-  mengecek nadi perifer O:
2019  mengecek waktu pengisian kapiler - warna kulit sedikit pucat
 mengecek warna dan suhu kulit - nadi perifer masih cepat
 mengecek adanya udem - pengisian kapiler sedang >3dtk
 memantau adanya panas, - akral dingin
kemerahan, nyeri atau bengkak
- Mukosa bibir sedikit kering
pada ekstremitas
 menghindari pemasangan infus - hb masih rendah
atau pengambilan darah diarea A : masalah belum teratasi
keterbatasan perfusi P : intervensi dilanjutkan
 melakukan perawatan kulit yang - Menilai sirkulasi perifer
tepat. - Mengecek nadi perifer
- Mengecek waktu pengisian
kapiler
- Mengecekwarna dan suhu
kulit
- Melakukan perawatan kulit

IV Selasa  Mengkaji adanya alergi makanan S:-


12/11-  memonitor jumlah nutrisi dan O:
2019 kandugan kalori yang diterima - mukosa bibir sedikit kering
pasien - konjungtiva sedikit anemis
 memberikan informasi kepada - intake melalui ngt
keluarga tentang kebutuhan nutrisi
- Berat badan mulai naik
 mempertahankan terapi IV line
 memonitor adanya penurunan BB - Hidrasi belum adekuat
 mengecek turgor kulit - hb cukup adekuat
 mengecek adaanya hidrasi A : masalah teratasi sebagian
 memberikan diet sesuai indikasi P : intervensi dilanjutkan
 mengecek adanya edema - mempertahnkan terapi iv
- mengukur berat badan
berkala / hari
- mengecek turgor kulit
- mengecek adanya hidrasi

No . Hari / Implementasi Evaluasi Paraf


DX TGL Perawat
Kep
I Rabu  Mengatur posisi pasien S:
13/11-  Mengontrol pemberian terapi - Ibu mengatakan sesask
2019 oksigen kanule 2l/i anak berkurang
 Memonitor adanya suara nafas O:
tambahan : rhonki +/+, wheezing - Sesak berkurang
-/-. - Retraksi dinding dada
 Mengeluarkan sekret dengan mulai berkurang
suction - Rhonki masih ada
 Mengontrol status pernafasan - Suhu normal
pasien - Pernafasan mulai turun
- Nadi mulai turun
- Saturasi O2 normal
- Nafas cuping hidung ada

A: Masalah teratasi sebagian


Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas

P: Intervensi dilanjutkan
- Mengatur posisi pasien
- Memonitor adanya suara
nafas tambahan
- Mengotrol pemberian
oksigen
- Mengontrol status
pernafasan pasien
-
II Rabu - Memonitor serum elektrolit : S:-
13/11- natrium, kalium, calcium.
2019 - Memonitor adanya muntah dan diare O:
- Memberikan siet pasien MC 50 cc - Turgor kulit mulai
- Memonitor TTV membaik
- Menghitung intake dan output - Intake 430 cc
- Output 320 cc
- Muntah tidak ada
- Diare tidak ada
- Pernafasan membaik
- Nadi mulai turun

A: Masalah Teratasi sebagian


Resiko ketidakseimbangan
elektrolit

P: Intervensi Dilanjutkan
- Memonitor adanya
muntah dan diare
- Memberikan diet pasien
- Memonitor TTV
- Menghitung intake dan
output

III Rabu  menilai sirkulasi perifer S:-


13/11-  mengecek nadi perifer O:
2019  mengecek waktu pengisian kapiler - warna kulit sedikit pucat
 mengecek warna dan suhu kulit - nadi perifer sedikit normal
 mengecek adanya udem - pengisian kapiler membaik
 memantau adanya panas, - akral sedikit dingin
kemerahan, nyeri atau bengkak
- Mukosa bibir lembab
pada ekstremitas
 menghindari pemasangan infus - hb rendah
atau pengambilan darah diarea A : masalah teratasi sebagian
keterbatasan perfusi
 melakukan perawatan kulit yang P : intervensi dilanjutkan
tepat. - Menilai sirkulasi perifer
- Mengecek nadi perifer
- Mengecek waktu pengisian
kapiler
- Mengecekwarna dan suhu
kulit
- Melakukan perawatan kulit

IV Rabu  Mengkaji adanya alergi makanan S:-


12/11-  memonitor jumlah nutrisi dan O:
2019 kandugan kalori yang diterima - mukosa bibir lembab
pasien - konjungtiva sedikit anemis
 memberikan informasi kepada - intake melalui ngt
keluarga tentang kebutuhan nutrisi - Berat badan mulai naik
 mempertahankan terapi IV line - Hidrasi mulai adekuat
 memonitor adanya penurunan BB - hb masih rendah
 mengecek turgor kulit - turgor kulit membaik
 mengecek adaanya hidrasi A : masalah teratasi sebagian
 memberikan diet sesuai indikasi
P : intervensi dilanjutkan
 mengecek adanya edema
- mempertahnkan terapi iv
- mengukur berat badan
berkala / hari
- mengecek turgor kulit
- mengecek adanya hidrasi

BAB IV
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah pertama di dalam proses keperawatan. Pengkajian
dilakukan untuk mendapatkan data dasar tentang kesehatan pasien baik fisik, psikologis,
maupun emosional. Data dasar ini digunakan untuk menetapkan status kesehatan pasien,
menemukan masalah aktual ataupun potensial, serta sebagai acuan dalam memberi edukasi
pada pasien. Data dapat bersifat subjektif dan objektif. Data subjektif adalah data yang
didapat langsung dengan cara wawancara dengan pasien, sedangkan data objektif adalah
data yang bisa diukur dan diobservasi. Sumber data dapat diperoleh dari pasien, keluarga
pasien, anggota tim kesehatan lainnya, catatan kesehatan dan hasil pemeriksaan diagnostik
(Debora,2012). Pada kasus ini, data objektif diperoleh dari keluarga klien, tenaga medis lain,
hasil pemeriksaan diagnostik dan laboratorium. Sedangkan untuk data subjektif didapatkan
pada pasien itu sendir
Pasien lahir di tolong bidan pada tanggal 22 September 2019 pada dengan kelahiran
spontan, dengan berat badan lahir 3350 gram dan panjang badan 86 cm. PBM ruang anak
melalui IGD tanggal 30-10-2019, rujukan dari RSUD Solok dengan keluhan sesak nafas
meningkat sejak 8 jam SMRS. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 12. 11.2019, pasien
tampak sesak, RR 79x/menit, retraksi +, dahak, + , Rh +, pasien terpasang O2 2 l/menit,anak
tampak gelisah dan menangis, anak terpasang OGT , BBS 2800 gram, mukosa bibir kering,
pasien tampak pucat, bibir pucat, TD : 73/44 mmHg, N : 207x/menit, saturasi 99 %.. Hasil
labor tanggal 9.11.2019, kalsium 6,6 mg/dl, natrium 128 mg/dl, Kalium 2,7 mg/dl, klorida
serum 86 mMol/l, Hb 9,3 g/dl, hematokrit 27%.
Menurut teori Bronchopneumonia adalah  radang pada paru-paru yang mempunyai
penyebaran berbercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas
ke parenkim paru (Brunner dan Suddarth, 2001). Penyebab tersering bronkopneumonia pada anak
adalah pneumokokus, sedangkan penyebab lainnya antara lain streptococcus pneumonia,
stapilokokus aureus, haemophilus influenza, jmur (seperti candida albicans), dan virus. Pada bayi
dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab yang berat, serius dan sangat
progresif dengan mortalitas tinggi (Ridha, 2014). Manifestasi klinis bronkopneumonia biasanya
didahului oleh infeksi traktus respitatorius bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik
mendadak sampai 39-40ºC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat
gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafsan cuping hidung serta sianosis sekitar
hidung dan mulut, dan terkadang disertai dengan muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan
pada permulaaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula- mula batuk kering kemudian menjadi
produktif. Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusio
sering ditemukan kelainan dan pada auskultasi biasanya mungkin hanya terdengar ronchi basah
nyaring halus atau sedang. Terdapat retraksi dinding dada (penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam saat bernafas bersama peningkatan frekuensi napas), pada saat dilakukan perkusi terdapat
suara pekak, fremitus melemah, suara nafas melemah dan ronkhi (Hidayat, 2009)
Analisis kelomok, bayi dengan bronkopneumonia memimiliki manifestasi klinis sepeti
Bonkopneumonoia biasa nya di dahului oleh infeksi saluraran nafas bagian atas selama
beberapa hari. Suhu biasa nya mencapai 39-40°c. Anak sangat gelisah, dispea, pernafasan
cepat dan  dangkal disertai dengan pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung
dan mulut. Batuk biasa nya tidak di jumpai di awal penyakit, anak akan mendapatkan batuk
setelah beberapa hari, dimna pada awlanya berupa batuk kering kemudian menjadi batuk
produktif.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).
Menurut NANDA 2015-2017, diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
bronkopneumonia adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Akumulasi
secret di bronkus ditandai dengan sesak nafas, retraksi dinding dada, batuk, takipnea, adanya
suara nafas tambahan, Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan Gangguan
mekanisme pengaturan, Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan
konsentrasi hemoglobin , Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Peningkatan kebutuhan metabolisme
Dari hasil data pengkajian dan observasi, penulis melakukan analisa data dan kemudian
didapatkan masalah keperawatan dengan prioritas masalah keperawatan bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan Akumulasi secret di bronkus
Berdasarkan analisis kelompok, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
hiperbilirubinemia sesuai dengan teori ada 5 diagnosa keperawatan, sedangkan pada kasus
diagnosa keperawatan yang muncul sesuai dengan teori hanya 2 diagnosa keperawatan yaitu
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Akumulasi secret di bronkus dan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Peningkatan
kebutuhan metabolisme
Diagnosa prioritas yang diangkat adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan Akumulasi secret di bronkus Diagnosa ini diangkat dengan data objektif sesak nafas,
retraksi dinding dada, batuk, takipnea, adanya suara nafas tambahan
Diagnosa kedua yang dapat diangkat Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan
dengan Gangguan mekanisme pengaturan).Diagnosa ini diangkat dengan data objektif
abor)Kalsium 6,6 mg/dl (turun), Natrium 128 M mol/L(turun), Kalium 2,7 Mmol/l (turun),
Klorida serum 86 Mmol/l (turun), Intake 199, Output 240, Balance cairan -41
Diagnosa ketiga yang diangkat Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
Penurunan konsentrasi hemoglobin. Data objektif yang mendukung yaitu Kulit tampak pucat,
Mukosa bibir kering, Konjugtiva anemis, CTR >3 detik, Akral dingin, Hb: 9.3 g/ dl,
Hematokrit: 27 %
Diagnosa keempat yang diangkat Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan Peningkatan kebutuhan metabolisme Data objektif yang
mendukung yaitu BBL 3350 gram, BBS 2800 gram, Konjugtiva anemis, Mukosa bibir pucat,
Kelembapan bibir: kering, Hb: 9.3 g/ dl, Hematokrit: 27 %
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi merupakan rencana-rencana tindakan yang akan dilakukan pada pasien. Dalam
teori pada pasien dengan bronkopneumonia dapat diberikan intervensi sesuai dengan
diagnosa yang didapat dari data pengkajian.
Dari teori yang didapat, intervensi yang dilakukan untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan adalah :
a. Airway Suctioning
Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan berupa , Pastikan kebutuhan oral/ trakeal
suctioning, Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suction , Informasikan ke pasien
dan keluarga tentang suction , Gunakan universal precaution/ prinsip steril: sarung
tangan, kacamata dan masker , Instruksikan ke pasien beberapa napas dalam sebelum
suction , Bila terjadi hiperoksigenasi sampai 100%, gunakan ventilator atau resusitasi
manual , Lakukan alat-alat disposibel yang steril pada saat melakukan prosedur suction,
Anjurkan napas dalam dan istirahat , Hentikan suction bila bradikardi, peningkatan
saturasi oksigen , Gunakan durasi singkat pada saat menghisap sekret dan respon suction

b. Airway Management
Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan berupa Buka jalan napas, gunakan teknik chin
lift atau jaw trust bila perlu, Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi ,
Identifikasi pasien perlu pemasangan alat jalan napas buatan , Pasang mayo bila perlu ,
Lakukan fisioterapi dada bila perlu, Keluarkan sekret dengan batuk atau suction,
Auskultasi suara napas, catat bila ada suara tambahan, Lakukan suction pada mayo,
Berikan bronkodilator bila perlu, Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab, Atur
intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

c. Respiratory Monitoring
Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan berupa, Monitor pola napas, irama, kedalaman
dan usaha napas, Perhatikan gerakan dan kesimetrisan, menggunakan otot bantu, dan
adanya retraksi otot intercostals dan supraclavicular, Monitor bunyi napas, misalnya
mendengkur , Monitor pola napas, Catat lokasi trakea, Auskultasi bunyi napas, catat
peningkatan ventilasi, Monitor saturasi oksigen, Monitor kemampuan pasien dalam batuk
efektif

Dari teori yang didapat, intervensi yang dilakukan untuk diagnosa Resiko
ketidakseimbangan elektrolit adalah :
a. Elektrolit management
Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan berupa, Monitor serum elektrolit abnormal,
Monitor manifestasi imbalance cairan, Pertahankan kepatenan akses IV, Berikan cairan
sesuai kebutuhan, Catat intake dan output secara akurat, Berikan cairan intravena yang
berisi elektrolit dengan aliran yang konstan, Konsultasikan dengan dokter tentang
medikasi elektrolit, Ambil spesimen untuk analisis labor (AGD, urin, serum), Monitor
hilangnya cairan yang kaya elektrolit, Ajarkan pasien/ keluarga tentang modifikasi diet.

b. Fluid Management
Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan berupa, Timbang popok jika diperlukan,
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat, Monitor status hidrasi (kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan, Monitor vital
sign, Monitor masukan makan atau cairan dan hitung intake kalori harian, Kolaborasi
pemberian cairan IV, Monitor status nutrisi, Berikan caairan IV sesuai suhu ruangan,
Dorong masukan oral, Berikan pengganti nasogatrik sesuai output, Dorong keluarga
untuk membantu pasien makan.
Dari teori yang didapat, intervensi yang dilakukan untuk Perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin adalah :
a. Perawatan sirkulasi
Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan berupa periksa sirkulasi perifer, identifikasi
faktor gangguan sirkulasi, monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada
ekstremitas, hindari pemasangan infus atau pengambilan darah diarea keterbatasan
perfusi, lakukan perawatan kuku dan kaki, anjurkan meminum obat penurun tekanan
darah secara teratur, anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat.
Dari teori yang didapat, intervensi yang dilakukan untuk Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme adalah :
a. Nutrition management:
Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan berupa Kaji adanya alergi makanan ,
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien , Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C,
Monitor jumlah nutrisi dan kandugan kalori, Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi, Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe , Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi , Pertahankan terapi IV line

b. Nutrition monitoring:
Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan berupa Monitor adanya penurunan BB,
Monitor turgor kulit, Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar
Ht, Monitor mual dan muntah, Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva, Monitor intake nutrisi, Catat adanya edema

D. Implementasi
Pada kasus ini kelompok melakukan implementasi pada pasien By.Ny.Y dengan
Bronkopneumonia.Implementasi dilakukan selama 3 hari. Implementasi yang dilakukan oleh
kelompok antara lain:
1. Untuk diagnosa keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
Akumulasi mukus di alveoli, implementasi yang dilakukan seluruhnya sesuai dengan
teori, yaitu: Mengatur posisi pasien, Mengontrol pemberian terapi oksigen kanule 2l/I,
Memonitor adanya suara nafas tambahan : rhonki +/+, wheezing -/-., Mengeluarkan
sekret dengan suction, Melakukan fisioterapi dada, Mengontrol status pernafasan pasien
2. Untuk diagnosa keperawatan Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
Gangguan mekanisme pengaturan, implementasi yang dilakukan seluruhnya sesuai
dengan teori,yaitu : Memonitor serum elektrolit : natrium, kalium, calcium, Memonitor
adanya muntah dan diare, Memberikan diet pasien MC 50 cc, Memonitor TTV,
Menghitung intake dan output
3. Untuk diagnosa keperawatan Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin implementasi yang dilakukan seluruhnya sesuai dengan
teori,yaitu : periksa sirkulasi perifer, identifikasi faktor gangguan sirkulasi, monitor
panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas, hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah diarea keterbatasan perfusi, lakukan perawatan kuku dan kaki,
anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat.
4. Untuk diagnosa keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism implementasi yang dilakukan
seluruhnya sesuai dengan teori,yaitu : Kaji adanya alergi makanan, Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien, Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C, Monitor jumlah nutrisi dan kandugan
kalori, Pertahankan terapi IV line, Monitor adanya penurunan BB, Monitor turgor kulit,
Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht

E. Evaluasi
Evaluasi pada diagnosa Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
Akumulasi mukus di alveoli, evaluasi dilakukan dengan mengevaluasi bersihan jalan nafas,
Sesak masih ada, Retraksi dinding dada masih ada, Terpasang oksigen nasal kasul 2l/I,
Rhonki +/+, wheezing -/-, Suhu : 36,2 °C, Nafas cuping hidung ada, Masalah belum teratasi
Evaluasi pada risiko kekurangan volume cairan,evaluasi dilakukan dengan mengevaluasi
reflek hisap kuat, reflek telan kuat, nasfu makan meningkat, turgor kulit baik, membran
mukosa lembab.Masalah risiko kekurangan volume cairan teratasi
Evaluasi pada diagnosa Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan gangguan
mekanisme pengaturan yang dievaluasi adalah Turgor kulit tampak kering, Intake 400 cc, Output
320 cc, IWL : 120 Balance : - 40, Muntah tidak ada, Diare tidak ada, Masalah Belum Teratasi

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia.
Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukosa purulen untuk membentuk bercak konsolidasi pada lobus-
lobus yang berbeda didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis (Wong, 2008)
Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah. Penyakit ini
dapat menyerang anak-anak dan balita hampir diseluruh dunia. Bila penyakit ini tidak segera
ditangani, dapat menyebabkan beberapa komplikasi bahkan kematian.
Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi
konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).
Asuhan keperawatan pasien dengan bronkopneumonia dilakukan berdasarkan
diagnosa prioritas ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
napas (benda asing dalam jalan napas, mucus berlebihan) dan Resiko ketidakseimbangan
elektrolit.

B.   SARAN
1. Bagi Institusi RSUP. DR. M. Djamil Padang
Laporan kasus ini dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi institusi RSUP. DR.
M. Djamil Padang dan tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan terhadap leukemia, serta dapat memberikan perhatian dan perawatan yang tepat
pada pasien dengan masalah bronkopneumonia untuk mencegah terjadinya komplikasi
lebih lanjut.

2. Bagi Akademik
Hasil laporan kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau masukan untuk
menambah wawasan bagi pembaca dan sebagai bahan pembelajaran mahasiswa dalam
memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopnemonia (BP).
.
3. Bagi Perawat
Diharapkan perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan lebih meningkatkan pemberian
asuhan keperawatan pada asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopnemonia (BP),
sehingga tahap kesembuhan pasien cepat tercapai dan berbagai komplikasi dapat
dihindari.

Anda mungkin juga menyukai