Anda di halaman 1dari 83

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An N DENGAN INFEKSI

SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

OLEH:

Liza Emilda, S.Kep


NIM: 1941312078

Kelompok U

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikroplasma) atau
aspirasi substansi asing yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran pernapasan
disebut dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) (Marni, 2014). ISPA merupakan
penyebab utama mordibitas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Angka mortalitas
ISPA mencapai 4,25 juta setiap tahun di dunia. Penyebab ISPA yaitu bakteri, virus,
jamur, dan rickettsia (Najmah, 2016).

World Health Organization (WHO) menunjukkan data angka kematian pada balita
dan anak di dunia pada tahun 2016 sebesar 45,6 per 1.000 kelahiran hidup dan 15%
diantaranya disebabkan oleh ISPA. Data yang diperoleh dari WHO pada tahun 2015,
ISPA merupakan penyakit yang paling sering diderita oleh balita dan anak yaitu
sebanyak 78% balita dan anak berkunjung ke pelayanan kesehatan dengan kejadian
ISPA. Setiap tahun, jumlah balita dan anak yang dirawat di rumah sakit dengan kejadian
ISPA sebesar 12 juta (WHO, 2018). Insiden ISPA pada balita dan anak di negara
berkembang diperkirakan 0,29 anak setiap tahun dan di Negara maju sebanyak 0,05 anak
setiap tahun. Penyebab kematian akibat ISPA di Negara berkembang lebih tinggi di
bandingkan negara maju yaitu sebesar 10-50 kali (WHO, 2018). Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, ini
menunjukkan bahwa terdapat 156 juta kasus baru di dunia per tahun dimana 151 juta
kasus (96,7%) terjadi di Negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta),
China (21 juta), dan Pakistan (10 juta), Indonesia dan Nigeria masing-masing 6 juta
kasus (kemenkes RI, 2018).

Prevalensi ISPA di Propinsi Sumatera Barat menduduki peringkat ke 9 kejadian


ISPA tertinggi dari 34 propinsi di Indonesia. Pada tahun 2016 di Sumatera Barat
jumlah kejadian ISPA Pneumonia pada balita sebanyak 13.868 kejadian sedangkan
untuk kejadian batuk bukan pneumonia sebanyak 167.498 kejadian (Dinkes Sumbar,
2016). Di Padang pada tahun 2017, jumlah kejadian ISPA batuk dengan pneumonia
yaitu 2.719 kejadian dan batuk bukan pneumonia sebanyak 19.316 kejadian.
Berdasarkan data Profil Kesehatan tahun 2019 kota Padang, jumlah balita di kota
Padang tahun 2019 sebanyak 81.168 orang dengan jumlah kunjungan dengan balita
batuk, kesukaran bernafas sebanyak 22.395 orang, yang diberikan tatalaksana standar
sebanyak 21.646 orang (96%) .(Dinkes Kota Padang, 2019).

Tingginya angka kejadian ISPA di Indonesia dapat dikurangi dengan


mengupayakan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh keluarga sebagai
lingkungan terdekat khususnya para ibu balita yang sangat memperhatikan kesehatan
anaknya dan untuk melakukan upaya-upaya pencegahan ISPA pada balita, diperlukan
pengetahuan yang memadai, pengetahuan ibu yang mencukupi diharapkan akan dapat
meningkatkan upaya ibu dalam mencegah ISPA pada balita.
Oleh karena itu, peran perawat sangat diperlukan untuk memberitahu dan
mengajarkan kepada keluarga agar keluarga bisa menghindari faktor-faktor resiko
tersebut dan mampu untuk merawat balitanya yang sakit.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan ISPA.
2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan tentang hasil pengkajian pada anak dengan ISPA.

b. Menjelaskan tentang hasil analisis diagnosis pada anak dengan ISPA.


c. Menjelaskan tentang rencana intervensi keperawatan pada anak dengan ISPA.

d. Menjelaskan tentang implementasi keperawatan pada anak dengan ISPA.

e. Menjelaskan tentang hasil evaluasi keperawatan pada anak dengan ISPA.

f. Menjelaskan tentang analisis hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak


dengan ISPA.
C. ManfaatPenulisan
1. Bagi Penulis
Sebagai bahan pembelajaran mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan pada
anak dengan ISPA
2. Bagi Keluarga
Menambah keilmuan untuk perkembangan dan wawasan dalam pemecahan masalah
pada anak yang mengalami ISPA
3. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Hasil kelolaan kasus diharapkan dapat meningkatkan wawasan mahasiswa profesi ners
tentang asuhan keperawatan yang harus diberikan pada anak dengan ISPA.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. TINJAUAN TEORITIS ISPA

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI PERNAFASAN

a. Hidung
Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior yang dindingnya
tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan. Permukaan luarnya dilapisi kulit
dengan kelenjar sebasea besar dan rambut. Terdapat epitel respirasi: epitel berlapis
silindris bersilia bersel goblet dan mengandung sel basal. Didalamnya ada konka
nasalis superior, medius dan inferior. Lamina propria pada mukosa hidung umumnya
mengandung banyak pleksus pembuluh darah.
b. Alat penghidu
Mengandung epitel olfaktoria: bertingkat silindris tanpa sel goblet, dengan lamina
basal yang tidak jelas. Epitelnya disusun atas 3 jenis sel: sel penyokong, sel basal dan
sel olfaktoris.
c. Sinus paranasal
Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang tengkorak yang
berhubungan dengan rongga hidung. Ada 4 sinus: maksilaris, frontalis, etmoidalis dan
sphenoidalis.
d. Faring
Lanjutan posterior dari rongga mulut. Saluran napas dan makanan menyatu dan
menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke oesophagus. Pada saat bernapas
udara dihantarkan ke laring. Ada 3 rongga : nasofaring, orofaring, dan laringofaring. 7
Mukosa pada nasofaring sama dengan organ respirasi, sedangkan orofaring dan
laringofaring sama dengan saluran cerna. Mukosa faring tidak memilki muskularis
mukosa. Lamina propria tebal, mengandung serat elastin. Lapisan fibroelastis
menyatu dengan jaringan ikat interstisiel. Orofaring dan laringofaring dilapisi epitel
berlapis gepeng, mengandung kelenjar mukosa murni.
e. Laring
Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm. Terletak antara faring
dan trakea. Dinding dibentuk oleh tulang rawan tiroid dan krikoid. Muskulus
ekstrinsik mengikat laring pada tulang hyoid. Muskulus intrinsik mengikat laring pada
tulang tiroid dan krikoid berhubungan dengan fonasi. Lapisan laring merupakan epitel
bertingkat silia. Epiglotis memiliki epitel selapis gepeng, tidak ada kelenjar. Fungsi
laring untuk membentuk suara, dan menutup trakea pada saat menelan (epiglotis).
Ada 2 lipatan mukosa yaitu pita suara palsu (lipat vestibular) dan pita suara (lipat
suara). Celah diantara pita suara disebut rima glotis. Pita suara palsu terdapat mukosa
dan lamina propria. Pita suara terdapat jaringan elastis padat, otot suara ( otot rangka).
Vaskularisasi: A.V Laringeal media dan Inferior. Inervasi: N Laringealis superior.
f. Trakea
Tersusun atas 16 – 20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya dilapisi oleh jaringan
ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa, epitel bersilia,
jaringan limfoid dan kelenjar.
g. Bronchus
Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama. Bronki primer

bronkus primer mirip dengan trakea hanya cincin berupa lempeng tulang rawan tidak
teratur. Makin ke distal makin berkurang, dan pada bronkus subsegmental hilang
sama sekali. Otot polos tersusun atas anyaman dan spiral. Mukosa tersusun atas
lipatan memanjang. Epitel bronkus : kolumnar bersilia dengan banyak sel goblet dan
kelenjar submukosa. Lamina propria : serat retikular, elastin, limfosit, sel mast,
eosinofil.
h. Bronchiolus
Cabang ke 12 – 15 bronkus. Tidak mengandung lempeng tulang rawan, tidak
mengandung kelenjar submukosa. Otot polos bercampur dengan jaringan ikat longgar.
8 el kuboid bersilia dan sel bronkiolar tanpa silia (sel Clara). Lamina propria tidak
mengandung sel goblet.
i. Bronchiolus respiratorius
Merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian respirasi paru. Lapisan : epitel
kuboid, kuboid rendah, tanpa silia. Mengandung kantong tipis (alveoli).
j. Duktus alveolaris
Lanjutan dari bronkiolus. Banyak mengandung alveoli. Tempat alveoli
bermuara.
k. Alveolus
Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat terjadinya
pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara yang dihirup. Jumlahnya
200 - 500 juta. Bentuknya bulat poligonal, septa antar alveoli disokong oleh serat
kolagen, dan elastis halus. Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng ( sel alveolar tipe I ), sel
alveolar besar ( sel alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng ( tipe I) jumlahnya hanya 10%
, menempati 95 % alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe II) jumlahnya 12 %,
menempati 5 % alveolar. Sel alveolar gepeng terletak di dekat septa alveolar,
bentuknya lebih tebal, apikal bulat, ditutupi mikrovili pendek, permukaan licin,
memilki badan berlamel. Sel alveolar besar menghasilkan surfaktan pulmonar.
Surfaktan ini fungsinya untuk mengurangi kolaps alveoli pada akhir ekspirasi. Jaringan
diantara 2 lapis epitel disebut interstisial. Mengandung serat, sel septa (fibroblas), sel
mast, sedikit limfosit. Septa tipis diantara alveoli disebut pori Kohn. Sel fagosit utama
dari alveolar disebut makrofag alveolar. Pada perokok sitoplasma sel ini terisi badan
besar bermembran. Jumlah sel makrofag melebihi jumlah sel lainnya.
l. Pleura
Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat elastin,
fibroblas, kolagen. Yang melekat pada paru disebut pleura viseral, yang melekat pada
dinding toraks disebut pleura parietal. Ciri khas mengandung banyak kapiler dan
pembuluh limfe. Saraf adalah cabang n. frenikus dan n. interkostal.
Fisiologi Pernafasan

Fisiologi ventilasi paru yaitu masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan

alveoli paru. Pergerakan udara ke dalam dan keluar paru disebabkan oleh:

 Tekanan pleura : tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura paru dan pleura
dinding dada. Tekanan pleura normal sekitar -5 cm H2O, yang merupakan nilai isap
yang dibutuhkan untuk mempertahankan paru agar tetap terbuka sampai nilai
istirahatnya. Kemudian selama inspirasi normal, pengembangan rangka dada akan
menarik paru ke arah luar dengan kekuatan yang lebih besar dan menyebabkan
tekanan menjadi lebih negatif (sekitar -7,5 cm H2O).

 Tekanan alveolus : tekanan udara di bagian dalam alveoli paru. Ketika glotis terbuka
dan tidak ada udara yang mengalir ke dalam atau keluar paru, maka tekanan pada
semua jalan nafas sampai alveoli, semuanya sama dengan tekanan atmosfer (tekanan
acuan 0 dalam jalan nafas) yaitu tekanan 0 cm H2O. Agar udara masuk, tekanan
alveoli harus sedikit di bawah tekanan atmosfer. Tekanan sedikit ini (-1 cm H2O)
dapat menarik sekitar 0,5 liter udara ke dalam paru selama 2 detik. Selama ekspirasi,
terjadi tekanan yang berlawanan.

 Tekanan transpulmonal : perbedaan antara tekanan alveoli dan tekanan pada


permukaan luar paru, dan ini adalah nilai daya elastis dalam paru yang cenderung
mengempiskan paru pada setiap pernafasan, yang disebut tekanan daya lenting paru
(Patwa, 2015)
2. Defenisi ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang melibatkan organ
saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Inveksi ini disebabkan
oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host, apabila ketahanan tubuh
(immunologi) menurun. Penyakit ISPA paling banyak di temukan pada anak di bawah lima
tahun karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh
yang masih rentan terhadap berbagai macam penyakit. (Karundeng Y.M, et al. 2016).

3. Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara
lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan
korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus,
koronavirus, pikornavirus, ikoplasma, herpesvirus. Bakteri dan virus yang paling sering
menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus
influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian
atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak
usia dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan
musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak
adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
(Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015).

4. Patofisiologi
Menurut Amalia Nurin, dkk (2014) , perjalanan penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu:
a. Tahap prepatogenesis yaitu penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi
apa-apa.

b. Tahap inkubasi yaitu virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

c. Tahap dini penyakit yaitu dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala
demam dan batuk.

d. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh


dengan atelektasis, menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan
saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat
tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan
epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Infeksi bakteri mudah
terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang
terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan
gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara),
sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag
banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap
rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol
akan menurunkan mobilitas sel-sel ini. Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah
Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan
memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita
yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan
yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui
jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.

5. Tanda dan Gejala


Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan,
batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan
meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah
dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya
penyulit (Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015).

6. WOC
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit ini yaitu asma. Komplikasi lain yang dapat
timbul yaitu:
a. Otitis media

b. Croup

c. Gagal nafas

d. Sindrom kematian bayi mendadak dan kerusakan paru residu


(Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015)
8. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
Penatalaksanaan meliputi pencegahan, penatalaksanaan keperawatan meliputi:
 Istrirahat Total

 Peningkatan intake cairan


 Memberikan penyuluhan sesuai penyakit

 Memberikan kompres hangat bila demam

 Pencegahan infeksi lebih lanjut

b. Medis
Penatalaksanaan medis meliputi :
 Sistomatik

 Obat kumur

 Antihistamin

 Vitamin C

 Espektoran

 Vaksinasi (Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015)

B. Asuhan Keperawatan
1. Data Fokus
a. Demografi meliputi; nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita memiliki keluhan berupa batuk ringan, pilek dengan
ingus encer, jernih disertai dengan bersin, bisa juga terdapat conjunctiva merah dan
mata berair.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pilek dengan ingus jernih dan encer diawali dengan bersin berlanjut pada batuk ringan
tanpa dahak disertai dengan panas diikuti dengan hyperemia pada conjungtiva dan mata
berair, keadaan menurun, pucat, lesu, rewel, nafsu makan menurun.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penderita bisa saja memiliki faktor resiko seperti pernah mengalami penyakit ISPA,
infeksi menahun, demam, atau malnutrisi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit batuk pilek menular yang bersifat mewabah dan biasanya didapat
anak-anak dari orang dewasa di keluarganya.
f. Riwayat Imunisasi
Ditanyakan ntuk mengetahui jenis-jenis imunisasi yang pernah diberikan dan penting
mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit yang bisa dicegah dengan
imunisasi. Yaitu BCG, Hepatitis B, DPT, Polio, dan Campak.
g. Pertumbuhan / Perkembangan
Malnutrisi pada anak merupakan terhadap kejadian common cold, influenza dan ISPA
yang perlu dikaji.

BB : kg
TB : cm
Lila : cm

Cuci tangan dan mengeringkan tangan


Memakai baju
Bicara sebagian dimengerti
Menunjuk 4 gambar
Menyebut 1 gambar
Bagian badan
Melempar bola tangan keatas

Hubungan anak dengan ayah dan ibu :baik/kurang baik


Hubungan anak dengan keluarga :baik/kurang baik
Hubungan anak dengan teman sebaya :baik/kurang baik
Jumlah anggota keluarga :- orang
-hari :

a) Nutrisi
Sebelum sakit : Makan x / hari ( nasi, lauk pauk, sayur )
Porsi makan : Cukup/banyak/kurang
Kebutuhan cairan : minum air putih/susu
b) Istirahat
Sebelum sakit : Tidur siang _ jam, tidur malam _ jam.
Selama sakit : Tidur siang _jam, tidur malam _ jam, sering terganggu oleh
batuk/tidak.
c) Eliminasi
Sebelum sakit: BAB _x / hari, BAB _ x / hari.
ktivitas sehari-hari
a) Nutrisi: Pada ISPA ditemukan riwayat kebiasaan konsumsi makanan instant /

snack seperti: cemilan ringan instant, coklat, permen, snack dengan penyedap
rasa, ice cream dan lain-lain. Dari makanan tersebut dapat menyebabkan mual,
muntah sampai anoreksia.

b) Aktifitas: Pada ISPA ditemukan anak lemas dan malas beraktivitas


c) Istirahat: Terjadi sumbatan napas yang menyebabkan napas pendek, dangkal dan
cepat sehingga istirahat malam terganggu
h. Pemeriksaan Umum :
TTV :
– 100 x/menit jika lebih dari normal

menunjukkan adanya kelainan.

ngetahui pernapasan normal 20 –30 x/menit bila pernapasan

lebih dari normal berarti ada kelainan

-
Antropometri:

serta perkembangan anak dan kesehatan, menyadari keadaan kesehatan misal


pengelola nutrisi dan dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan.

sudah lewat sebagai perbandingan terhadap pertumbuhan yang relatif.

i. Pemeriksaan fisik
Untuk melihat bentuk tubuh perbandingan bagian kepala, tubuh dan anggota tubuh lainnya
dengan memperhatikan apakah ada cedera dan kelainan untuk memperoleh kesan klinis
tentang gejala / tanda pada anak.

g: Ada pembesaran polip, terdapat secret cair dan jernih.

aik.

j. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015) Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan:
1. Pemeriksaan Darah Rutin

2. Analisa Gas darah (AGD)

3. Foto rontgen toraks

4. Kultur virus dilakukan untuk menemukan RSV

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif

b. Pola Nafas tidak efektif

c. Gangguan pertukaran gas

d. Defisit nutrisi
e. Hipertermi

f. Nyeri akut
(Tim Pokja SDKI, 2017)

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)


Keperawatan
1. Bersihan jalan Bersihan jalan nafas Fisioterapi Dada
nafas tidak efektif meningkat Intervensi:
Observasi
Kriteria hasil: - Identifikasi indikasi dilakukan
1. Batuk efektif fisioterapi dada
meningkat - Monitor status pernafasan
2. Produksi sputum - Periksa segmen paru yang
menurun.. mengandung sekresi berlebihan
3. Mengi menurun - Monitor jumlah dan karakter
4. Frekuensi nafas sputum
membaik - Monitor toleransi selama dan
5. Pola nafas membaik setelah prosedur.
Terapeutik
- Posisika paru sesuai dengan area
paru yang mengalami penumpukan
sputum
- Gunakan bantal untuk membantu
pengaturan posisi
- Lakukan perkusi dengan posisi
telapak tangan ditangkupkan
selama 3-5 menit.
- Lakukan vibrasi dengan posisi
telapak tangan rata bersamaan
ekspirasi melalui mulut.
- Lakukan fisioterapi setidaknya dua
jam setelah makan
- Hindari perkusi pada tulang
belakang, ginjal, payudara wanita,
insisi dan tulang rusuk yang patah.
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan tujuan
prosedur fisioterapi dada
- Anjurkan batuk segera setelah
prosedur selesai
- Ajarkan inspirasi perlahan dan
dalam melalui hidung selama
proses fisioterapi.
Latihan batuk efektif
Intervensi:
Observasi
- Identifikasi kemampuan batuk.
- Monitor adanya retensi sputum.
- Monitor tanda dan gejala infeksi
saluran nafas.
- Monitor intake dan output cairan.
Terapeutik
- Atur posisi semifowler atau
fowler.
- Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien.
- Buang sekret pada tempat sputum.
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif.
- Anjurkan tarik nafas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8
detik.
- Anjurkan mengulangi tarik nafas
dalam hingga 3 kali.
- Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas dalan
yang ke 3..
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspetoran, jika perlu.

2 Hipertermia Termoregulasi Manajemen hipertermia


membaik Intervensi:
Kriteria hasil: Observasi
1. Suhu tubuh - Identifikasi penyebab hipertermia
membaik - Monitor suhu tubuh
2. Suhu kulit membaik - Monitor haluaran urine
3. Takikardi menurun - Monitir komplikasi akibat
4. Pengisian kapiler hipertermia.
membaik Terapeutik
5. Ventilasi membaik - Longgarkan atau lepaskan pakaian
6. Tekanan darah - Basahi dan kipasi permukaan
membaik tubuh.
- Berikan cairan oral.
- Lakukan pendinginan eksternal
seperti kompres panas pada dahi,
leher, dada, aksila).
Edukasi:
- Anjurkan tirah baring.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu.

3 Nyeri akut Tingkat nyeri menurun Manajemen nyeri

Kriteria hasil: Intervensi:


1. Keluhan nyeri Observasi
menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik,
2. Meringis menurun durasi, frekuensi, kualitas,
3. Perilaku membaik intensitas nyeri.
4. Fokus membaik - Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non
verbal
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri.
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan.

Terapeutik
- Berikan terapi teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
- Fasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.

(Tim Pokja SLKI DPP PPNI,2019)., (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa : Liza Emilda


No BP : 1941312078
Tempat Praktek : Parak Lawas
Tanggal Pengkajian : 01 November 2020

A. IDENTITAS DATA
Nama Anak : An. N
BB/TB : 20 Kg/ 109 cm
TTL : 21-11- 2015
Umur : 4 tahun 11 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Anak : Paud
Anak ke/ Jumlah saudara : 2/ 1 orang
Nama Ibu : Ny. N
Pekerjaan : Ibu rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Parak Lawas
Diagnosis Medis : ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
B. KELUHAN UTAMA

An N mengatakan batuk berdahak dan sakit gigi. Ibu mengatakan An N batuk berdahak
sejak 3 hari yang lalu dan sakit pada gigi yang berlubang sejak 1 hari yang lalu.

C. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

1. Prenatal

- Riwayat gestasi : G2 P1 A0 H1

- HPHT :-

- Pemeriksaan kehamilan : Dokter SPOG

- Frekuensi : Teratur 1x bulan

- Masalah waktu hamil : Perdarahan saat hamil 2 bulan


- Sikap ibu terhadap kehamilan : Menerima kehamilan dengan perasaan senang

- Emosi ibu pada saat hamil : Emosi terkendali

- Obat-obatan yang digunakan : -

- Perokok : -

- Alkohol : -
2. Intranatal

- Tanggal persalinan : 21-11- 2015

- BBL/PBL : 2700 gram/ 40 cm

- Usia gestasi saat hamil : 37-38 minggu

- Tempat persalinan : Rumah Sakit Asri

- Penolongan persalinan : Dokter dengan cara Sectio (SC)

- Penyakit persalinan :-

3. Postnatal
Lama masa nifas yaitu 40 hari dan tidak ada masalah, bayi sehat, menangis dengan kuat.

D. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

- Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 01 Nonember 2020, An N mengatakan batuk


dan Ibu mengatakan An N batuk berdahak sejak 3 hari yang lalu. Ibu mengatakan An N
batuk jika makan makanan yang manis tapi kadang-kadang tidak nampak anaknya belanja
yang makanan yang manis dengan kakaknya. Saat auskultasi terdengar bunyi sekret pada
bagian apeks paru dan pasien tampak susah mengeluarkan dahaknya. An N juga
mengatakan giginya yang berlubang sakit sejak kemarin. Ibu mengatakan anaknya sakit
gigi sejak 1 hari yang lalu. Gigi geraham sebelah kiri tampak berlubang 2 buah sebelah
kiri dan gigi geraham kanan berlubang 1 buah. Ibu mengatakan kemarin An N tampak
sangat kesakitan sekali sampai menangis. Saat pengkajian sakit gigi masih terasa tapi
sudah berkurang. Pasien tampak meringis kesakitan. Skala nyeri 4, nyeri terasa pada gigi
geraham kiri dan bertambah bila makanan masuk ke dalam gigi. Ibu bertanya bagaimana
cara merawat gigi yang baik karena gigi An N tampak berlubang pada gigi geraham kanan
1 buah dan geraham kiri 2 buah. Gigi depan atas tampak warna coklat dan tumbuh tidak
sama besar. Ibu An N mengatakan An N sering sakit gigi sejak umur 3 tahun.

E. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


1. Penyakit yang diderita sebelumnya:

2. Pernah dirawat di RS: tidak pernah.

3. Obat-obatan yang pernah digunakan: paracetamol bila demam, sakit gigi, antibiotik

seperti Amoksilin..

4. Alergi: Tidak Ada

5. Kecelakaan: Tidak ada.


6. Riwayat imunisasi:
BCG : ada
DPT : ada
Polio : ada
DPTHB : ada
Campak : ada
Kesimpulan: imunisasi lengkap sesuai usia.
F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ibu An. N mengatakan tidak ada anggota keluarga yang demam, batuk, pilek. Ada riwayat
penyakit keturunan dalam keluarga yaitu kakek An N dengan DM.
Gernogram keluarga

Keterangan:
: laki-laki
: perempuan = se rumah
: Pasien
+ : meninggal
An. N merupakan anak ke dua dari dua orang bersaudara. Kakak An N berumur 8 tahun.
An N sudah sekolah di PAUD dekat rumah. Ayah An. N bekerja swasta dan ibu An. N
adalah ibu rumah tangga. Semenjak pandemi covid-19 ini An. N bersekolah melalui
daring. Komunikasi dengan anggota keluarga An. N menggunakan bahasa indonesia dan
bahasa Minang. An. N tinggal serumah dengan ayah, ibu dan kakaknya.
D. Riwayat Tumbuh Kembang
1. Personal sosial
Mengambil makanan dan makan sendiri, mandiri sendiri, gosok sendiri, menyusun
puzzle dan berpakaian sendiri.
2. Adaptif-Motorik Halus
An. N sudah bisa mencontoh gambar, mengambar 6 bagian dan mencontoh gambar
ditunjukan.
3. Bahasa
An. N sudah dapat sudah dapat memilki banyak kosa kata untuk mengungkapkan
keinginan dan pikirannya. Sudah dapat menghitung 5 kubus.
4. Motorik kasar
An. N sudah dapat berdiri satu kaki 5 detik, dapat berjalan tumit ke jari kaki.
E. Riwayat Sosial

1. Yang mengasuh pasien: orang tua

2. Hubungan dengan anggota keluarga : pasien memilki kedekatan dengan ayah, ibu dan

kakaknya, saling menyayangi satu sama lain.

3. Hubungan dengan teman sebaya: An. N memiliki banyak teman disekolah dan memiliki

teman disekitar tempat tinggal, karena An. N hanya bermain dirumah.

4. Pembawaan secara umum: seperti anak normal biasa

5. Lingkungan rumah: rumah permanen, sumber air PDAM. Sumur galian ada tapi airnya
tidak bersih. Listrik token dan sampah rumah tangga dikumpulkan di depan rumah dan
diambil oleh petugas sampah dilingkungan tempat tinggal sekali 3 hari.
F. Data Lingkungan

1. Karakteristik rumah
Rumah An. N merupakan jenis rumah permanen, rumah An. N di dalam perumahan
padat penduduk. Ibu An. N mengatakan bahwa rumah yang ditempati saat ini adalah
milik pribadi. Rumah keluarga An. N merupakan rumah perumnas RSS tipe 36 terdiri
dari ruang tamu, kamar tamu 2 buah, dapur dan kamar mandi. Setiap kamar memiliki
ventilasi, dan jendela. Diruang tamu juga terdapat jendela dan ventilasi dan
pencahayaan yang baik, lantai rumah beralas keramik, dan rumah An. N termasuk
kriteria rumah sehat.
Ibu An. N mengatakan sumber air di rumah berasal dari PDAM. Didapur terdapat
peralatan masak dan berlantaikan keramik. Penataan dapur rapi dan bersih. Di kamar
mandi terdapat WC dan bak penampung air. Sanitasi air di kamar mandi mencukupi
dan bersih. Dikamar mandi tersedia perlengkapan mandi untuk masing-masing anggota
keluarga seperti sikat gigi, sabun, sampo, dan lainnya. Keluarga menggunakan sabun
mandi, sampo masing-masing dan handuk masing-masing.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas
An. N dan keluarga tinggal di Parak Lawas. Tipe lingkungan tempat tinggal keluarga
An. N adalah perumahan warga dengan berdempetan antara satu rumah dengan yang
lainnya. Pembuangan limbah rumah tangga keluarga An. N adalah ke selokan. Di
rumah An. N terdapat septik tank yang berjarak lebih dari 10 meter dari sumur galian
sumber air. Untuk pembuangan sampah keluarga An. N mengumpulkannya pada
tempat sampah setelah itu diambil oleh petugas sampah setiap 3 hari. Tipe komunitas
tempat tinggal An. N adalah heterogen. Penduduk di lingkungan rumah An. N
merupakan penduduk asli dan ada juga pendatang. Karakteristik komunitas tempat
tinggal An. N adalah kelas menengah. Fasilitas-fasilitas umum yang tersedia di
lingkungn rumah An. N seperti toko atau warung keperluan rumah tangga, tempat
penjualan ikan, masjid, sekolah dan tempat pemakaman umum.
Pelayanan kesehatan yang berada di komunitas adalah praktek bidan mandiri dan
Posyandu. Jarak rumah An. N dengan posyandu ± 1 km dan jarak rumah An. N dengan
praktek bidan mandiri ± 1 km dan jarak rumah An. N ke RSUP Dr. M.Djamil Padang
sekitar 8 km yang dapat ditempuh dalam waktu 90 menit. Ibu An. N mengatakan lebih
sering menggunakan jasa pelayanan kesehatan di bidan.
Ditempat tinggal An. N tidak ada trasportasi umum seperti angkot cuman ada ojek.
Ibu An. N mengatakan jarang menggunakan transportasi umum karena keluarga An. N
telah memiliki kendaraan pribadi yaitu motor dan mobil.
1. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga An. N berasal dari Padang.. Setelah menikah Ny. N tinggal berdua dengan
suami. Keluarga Ny. N sebelumnya tinggal di Pasar Ambacang dengan mengontrak
rumah, kemudian ambil perumnas tempat tinggal sekarang lalu tinggal di tempat
sekarang.
2. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ibu An. N mengatakan mempunyai hubungan baik dengan siapapun yang ada di
komunitasnya. Keluarga bersedia membantu jika ada kegiatan masyarakat di
komunitasnya. Ibu An. N mengatakan jika ingin membeli keperluan rumah tangga
selalu belanja di pasar atau toko/kedai kecil yang ada dilingkungannya. Ibu An. N
mengatakan menerima jika ada yang melakukan kunjungan ke rumah seperti dari pihak
puskesmas maupun kunjungan lainnya. Ibu An.N mengatakan anak senang mengikuti
kegiatan sekolahnya. Namun sejak pandemi covid-19, An. N melakukan semua
kegiatan dirumah termasuk bersekolah online.
G. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Compos Mentis cooperatif

3. TB/BB : 109 cm/ 20 kg

4. Suhu : 36,2 ˚C

5. Nadi : 83 x/i

6. RR : 16x/menit

7. Lila : 13 cm (Gizi baik), Berdasarkan MTBS Lila ≥ 12,5 cm termasuk gizi

baik.

8. Kepala
a. Lingkar Kepala : 51,5 cm (Normal: 50 cm)

b. Rambut :
- Kebersihan : Bersih

- Warna : Hitam

- Tekstur : Tidak ada lesi dan tidak ada benjolan


- Distribusi rambut : Merata, tidak rontok.

- Rambut kuat dan tidak mudah tercabut


9. Mata
Simetris : Simetris kiri dan kanan
Sclera : Tidak ikterik
Konjungtiva : Tidak anemis
Palpebra : Tidak oedem
Pupil : Isokor
10. Telinga
Simetris : Simetris kiri dan kanan
Serumen : Tidak ada
Pendengaran : Baik
11. Hidung
Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret/ cairan.
12. Mulut
Kebersihan : Bersih
Warna Bibir : Merah muda (tidak ada sianosis)
Kelembaban : Mukosa bibir kering
Lidah : Bersih
Gigi : Terdapat caries gigi pada geraham kiri 2 buah, geraham kanan 1 buah. Gigi
depan atas tampak warna coklat dan tumbuh tidak sama besar
13. Leher
a. Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan

b. Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakakan

c. JVP : Tidak ada bendungan vena jugularis


14. Dada
a. Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi dinding dada ( -)

b. Palpasi : tidak ada benjolan/ pembengkakan

c. Auskultasi : ronchi +/+ bagian apeks paru

15. Jantung
a. Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : ictus tidak teraba
c. Perkusi : batas jantung normal
d. Auskultasi : reguler, mur-mur(-), gallop(-).
16. Paru-paru
- Inspeksi : simetris kiri dan kanan, nafas teratur

- Palpasi : Tidak ada pembengkakan


- Perkusi : sonor di lapang paru

- Auskultasi : Ronchi +/+


17. Abdomen
a. Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
b. Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba
c. Perkusi : Tympani
d. Auskultasi : Bising usus (10-15 x/ menit)
18. Punggung : tidak ditemukan kelainan (dalam batas normal)

19. Ekstremitas
Ekstremitas atas tidak ada kelainan, ekstremitas atas tidak ada kelainan.
Kekuatan : Kuat, tonus otot : Ada
Refleks- refleks : Bisep (+), trisep (+)
Akral hangat, CRT 1 detik
20. Genitalia : Tidak ada kelainan

21. Kulit
- Warna : Tidak pucat
- Tugor : Lembab, cubit kulit kembali cepat
- Integritas : Tidak ada luka
- Elastisitas : Baik
H. Pemeriksaan Pertumbuhan

Pemeriksaan pertumbuhan/status gizi pada anak berdasarkan grafik CDC ( Grafik pada
lampiran)
BB saat ini : 20 kg
BB standar usia : 18 kg
TB saat ini : 109 cm
TB standar usia : 107 cm
- Klasifikasi BB menurut usia
20/18 x 100 % = 111,11 % (Gizi lebih)
- Klasiffikasi TB menurut usia
109/107 x 100% = 101,87 % ( Gizi Baik)
- Klasifikasi BB/TB
20/18,5 x 100 % = 108,11 % (Gizi baik).

0 kg, TB: 109 cm

IMT = 𝐵𝐵(𝑇𝐵)2 = 20 𝐾𝑔/ (1,09 𝑚)2= 20/1,1881= 16,83


Rumus Berat badan ideal balita: 2n+8 (n:umur balita)
Jadi BB ideal An N: 2x4,11+8= 16,22 berarti BB An N normal
I. Pemeriksaan cairan
7-8 gelas/hari ( 1 gelas= 200 ml)

-7 x/hari (1 kali BAK jumlah urine 1000-1500 cc)


o BAB 1 ×/hari, konsistensi padat, warna kuning dan tidak ada keluhan.
J. Pemeriksaan Spritual
Ibu An. N mengatakan bahwa seluruh anggota keluarga dan kerabat nya beragama Islam.
An. N beribadah sholat setiap hari dibimbing oleh orang tua .
K. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : Tidak ada

2. Rontgen : Tidak ada

3. Lain-lain : Tidak ada

L. Kebutuhan Dasar Sehari-hari

No Jenis Kebutuhan Sebelum sakit Setelah sakit


1. Makan Nasi lauk, sayur, buah Nasi, lauk, sayur, buah
(total: 400 gram) tiap 1 (total: 400 gram) tiap 1
kali makan. kali makan.
Frekuensi 3 kali sehari Frekuensi 3 kali sehari
Habis 1 porsi (400 gram) Habis 1 porsi (400 gram).
2. Minum Air putih + susu Air putih + susu
3. Tidur 8-10 jam tidur malam 8-9 jam tidur malam
Tidur siang 1-2 jam Tidur siang 1-2 jam
4. Mandi Mandiri Dibantu orang tua
5. Eliminasi Mandiri, frekuensi BAB 1 Mandiri, frekuensi BAB 1
kali sehari, frekuensi BAK kali sehari, frekuensi BAK
5-6 x sehari (tiap 1kali 6-7 x sehari (tiap 1kali
BAK ± 1300 cc) BAK ± 1500 cc)
6. Bermain Bermain belajar membaca, Hanya bermain di dalam
menggambar dan rumah yaitu menulis, main
mewarnai, bermain boneka.
sepeda.

M. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN

- Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 01 Nonember 2020, An N mengatakan batuk


dan Ibu mengatakan An N batuk berdahak sejak 3 hari yang lalu. Ibu mengatakan An N
batuk jika makan makanan yang manis tapi kadang-kadang tidak nampak anaknya belanja
yang makanan yang manis dengan kakaknya Auskultasi : ronchi +/+ bagian apeks paru,
terdengar bunyi sekret dan pasien tampak susah untuk mengeIuarkan dahaknya. An N juga
mengatakan giginya yang berlubang sakit sejak kemarin. Ibu mengatakan anaknya sakit
gigi sejak 1 hari yang lalu. Gigi geraham sebelah kiri tampak berlubang 2 buah sebelah
kiri dan gigi geraham kanan berlubang 1 buah. Ibu mengatakan kemarin An N tampak
sangat kesakitan sekali sampai menangis. Saat pengkajian sakit gigi masih terasa tapi
sudah berkurang. Pasien tampak meringis kesakitan. Skala nyeri 4, nyeri terasa pada gigi
geraham kiri dan bertambah bila makanan masuk ke dalam gigi. Ibu bertanya bagaimana
cara merawat gigi yang baik karena gigi An N tampak berlubang pada gigi geraham kanan
1 buah dan geraham kiri 2 buah. Gigi depan atas tampak warna coklat dan tumbuh tidak
sama besar. Ibu An N mengatakan An N sering sakit gigi sejak umur 3 tahun. TB/BB: 109
cm/ 20 kg, suhu 36,2 ˚C, nadi 83 x/i, RR 16 x/menit, lila: 13 cm, IMT 16,83.
N. Analisis Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS: An N mengatakan batuk dan Ibu Respon alergi Bersihan jalan
mengatakan An N batuk berdahak nafas tidak efektif
sejak 3 hari yang lalu. Ibu
mengatakan An N batuk karena suka
makan makanan yang manis dan
minum es.
DO:
- Auskultasi : ronchi +/+ bagian
apeks paru, terdengar bunyi
sekret
- Pasien tampak susah untuk
mengeIuarkan dahaknya.
- Suhu 36,2 ˚C, nadi 83 x/i, RR 16
x/menit

2 DS: Agen pencedera Nyeri akut


An N juga mengatakan giginya yang fisiologis
berlubang sakit sejak kemarin. Ibu
mengatakan anaknya sakit gigi sejak
1 hari yang lalu. Ibu mengatakan
kemarin An N tampak sangat
kesakitan sekali sampai menangis,

DO:
- Saat pengkajian sakit gigi masih
terasa tapi sudah berkurang.
- Pasien tampak meringis kesakitan
- Skala nyeri 4
- Nyeri terasa pada gigi geraham
kiri dan bertambah bila makanan
masuk ke dalam gigi.
- Gigi geraham sebelah kiri tampak
berlubang 2 buah sebelah kiri dan
gigi geraham kanan berlubang 1
buah.

3 DS: Ibu bertanya bagaimana cara Kurang terpapar Defisit


merawat gigi yang baik karena gigi informasi Pengetahuan
An N tampak berlubang pada gigi tentang perawatan
geraham kanan 1 buah dan geraham gigi
kiri 2 buah. Ibu An N mengatakan
An N sering sakit gigi sejak umur 3
tahun.

DO:
- Gigi An N tampak berlubang
pada gigi geraham kanan 1
buah dan geraham kiri 2
buah.
- Gigi depan atas tampak
warna coklat dan tumbuh
tidak sama besar.
- An N sering sakit gigi sejak
umur 3 tahun.

O. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d respon alergi.

2. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis

3. Defisit Pengetahuan tentang perawatan gigi b/d kurang terpapar informasi

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)


P. Asuhan Keperawatan

No Hari/Tanggal Diagnosis Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)


Keperawatan
1 Minggu Bersihan jalan Bersihan jalan nafas Fisioterapi Dada
01-11-2020 nafas tidak efektif meningkat Intervensi:
b/d respon alergi Observasi
Kriteria hasil: - Identifikasi indikasi dilakukan fisioterapi dada
1. Batuk efektif meningkat - Monitor status pernafasan
2. Produksi sputum - Periksa segmen paru yang mengandung sekresi berlebihan
menurun.. - Monitor jumlah dan karakter sputum
3. Mengi menurun - Monitor toleransi selama dan setelah prosedur.
4. Frekuensi nafas membaik Terapeutik
5. Pola nafas membaik - Posisikan paru sesuai dengan area paru yang mengalami
penumpukan sputum
- Gunakan bantal untuk membantu pengaturan posisi
- Lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan ditangkupkan
selama 3-5 menit.
- Lakukan vibrasi dengan posisi telapak tangan rata bersamaan
ekspirasi melalui mulut.
- Lakukan fisioterapi setidaknya dua jam setelah makan
- Hindari perkusi pada tulang belakang, ginjal, payudara wanita,
insisi dan tulang rusuk yang patah.
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan tujuan prosedur fisioterapi dada
- Anjurkan batuk segera setelah prosedur selesai
- Ajarkan inspirasi perlahan dan dalam melalui hidung selama
proses fisioterapi.
Latihan batuk efektif
Intervensi:
Observasi
- Identifikasi kemampuan batuk.
- Monitor adanya retensi sputum.
- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas.
- Monitor intake dan output cairan.
Terapeutik
- Atur posisi semifowler atau fowler.
- Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien.
- Buang sekret pada tempat sputum.
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif.
- Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan
bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik.
- Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali.
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalan
yang ke 3..
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspetoran, jika perlu.

2 Minggu Nyeri akut b/d agen Tingkat nyeri menurun Manajemen nyeri
01-11-2020 pencedera
fisiologis Kriteria hasil: Intervensi:
5. Keluhan nyeri menurun Observasi
6. Meringis menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
7. Perilaku membaik intensitas nyeri.
8. Fokus membaik - Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
Terapeutik
- Berikan terapi teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri.
- Fasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

3 Minggu Defisit Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan


01-11-2020 Pengetahuan meningkat
tentang perawatan Intervensi:
gigi b/d kurang Kriteria hasil: Observasi
terpapar informasi 1. Perilaku sesuai - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
pengetahuan meningkat - Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
2. Verbalisasi minat dalam menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
belajar meningkat. Terapeutik
3. Kemampuan menjelaskan - Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
pengetahuan tentang suatu - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
topik meningkat. - Berikan kesempatan untuk bertanya.
4. Pertanyaan tentang Edukasi
masalah yang dihadapi - Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.
menurun. - Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat.

(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019 ) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
Q. Catatan Perkembangan Hari Senin jam 09.00 wib

No Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf Perawat


DX
1 Senin, - Menjelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada S: An N mengatakan dahaknya masih
02-11-2020 dan batuk efektif. ada dan mulai bisa di keluarkan.
Jam 09.00 wib - Memeriksa posisi segmen paru yang mengandung O:
sekret berlebihan dengan mengauskultasi paru. - Pasien masih batuk berdahak.
- Mengatur posisi pasien semi fowler. - Dahak pasien mulai bisa di
- Memberi bantal pasien untuk membantu pengaturan keluarkan sedikit.
posisi - S: 36 ˚ C, Nadi: 85x/ menit, RR: 18
- Melakukan perkusi dengan posisi telapak tangan x/menit
ditangkupkan selama 3-5 menit pada bagian dada - Warna sputum putih.
atas dan punggung. A: masalah teratasi sebagian
- Melakukan vibrasi pada dada dan punggung setelah P: Intervensi dilanjutkan tentang
perkusi saat ekspirasi. fisioterapi dada dan batuk efektif.
- Mengajarkan anak batuk efektif untuk mengeluarkan
dahak setelah perkusi dan vibrasi.
- Memasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
saat dilakukan latihan batuk efektif.
- Mengajarkan pasien untuk membuang dahak pada
bengkok.
- Memberikan pasien air minum hangat.
- Menganjurkan melakukan fisioterapi dua jam setelah
makan pada ibu.
- Mengukur suhu, nadi dan pernafasan pasien

2 Senin, - Menganjurkan pasien untuk menggosok giginya 2 S: Pasien mengatakan sakit gigi masih
02-11-2020 kali sehari. terasa sedikit.
Jam 09.00 wib - Mengalihkan perhatian pasien dari nyeri dengan
mengajak bermain. O:
- Memberikan analgetik sesuai kolaborasi dengan tim - Pasien tampak mulai ceria
kesehatan lainnya. - Nyeri gigi msih terasa, skala nyeri
- Mempersiapkan terapi bermain mewarnai untuk 3
melatih motorik halus pasien dan mengalihkan dari - S: 36˚, Nadi: 80 x/menit,
nyeri gigi A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi lanjut tentang manajemen
nyeri.
3 Senin - Menilai cara pasien saat menggosok gigi. S: Pasien mengatakan gigimya digosok
02-11-2020 - Mengajarkan cara menggosok gigi yang benar dari kanan ke kiri.
Jam 09.00 wib - Menganjurkan pasien untuk menggosok giginya O:
sesudah makan - Pasien tampak belum pas dalam
- Mencari informasi tentang cara perawatan gigi yang melakukan gosok gigi.
baik sebagai bahan untuk penyuluhan kepada Ibu - Pasien sudah menggosok giginya
dan anak N sesudah makan
- Ibu tampak tidak tahu cara
menggosok gigi yang benar.
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi lanjut

Catatan Perkembangan Senin jam 16.00 wib

No Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf Perawat


DX
1 Senin, - Menanyakan kepada ibu melalui hp bagaimana S: Menurut ibu. anaknya masih batuk
02-11-2020 kondisi pasien apakah batuk berkurang atau tidak tapi dahak sudah mulai bisa
Jam 16.00 wib - Menanyakan apakah latihan batuk efektif bisa dikeluarkan dan warnanya putih.
dilakukan oleh anak O:
- Meminta ibu untuk melakukan fisioterapi dada - Pasien masih batuk berdahak.
secar mendiri sesuai yang diajarkan sebelumnya. - Dahak pasien mulai bisa di
keluarkan .
- Warna sputum putih.
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan tentang
fisioterapi dada dan batuk efektif.
2 Senin, - Me nanyakan kepada ibu melalui hp apakah S: Menurut ibu pasien mengatakan
02-11-2020 anaknya ada gosok gigi sesudah makan sakit gigi masih terasa sedikit.
Jam 16.00 wib - Menganjurkan pasien untuk menggosok giginya 2
kali sehari. O:
- Memberikan analgetik sesuai kolaborasi dengan tim - Nyeri gigi msih terasa,
kesehatan lainnya. A: masalah teratasi sebagian
- P: Intervensi lanjut tentang
manajemen nyeri.
3 Senin - Menganjurkan pasien untuk menggosok giginya S: Menurut ibu, pasien pasien ada
02-11-2020 sesudah makan menggosok gigi sesudah makan dan
Jam 16.00 wib - Menanyakan bagaimana cara anak menggosok gigi digosok dari kanan ke kiri.
giginya O:
- Mencari informasi tentang cara perawatan gigi yang - Pasien belum pas dalam
baik sebagai bahan untuk penyuluhan kepada Ibu melakukan gosok gigi.
dan anak N - Pasien sudah menggosok giginya
sesudah makan
- Ibu tampak belum tahu cara
menggosok gigi yang benar.
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi lanjut
Catatan Perkembangan Senin, jam 21 Wib

No Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf Perawat


DX
1 Senin, - Menanyakan kepada ibu melalui hp bagaimana S: Menurut ibu. anaknya masih batuk
02-11-2020 kondisi pasien apakah batuk berkurang atau tidak tapi dahak sudah mulai bisa
Jam 21.00 wib - Menanyakan apakah latihan batuk efektif bisa dikeluarkan..
dilakukan oleh anak O:
- Pasien masih batuk berdahak.
- Dahak pasien mulai bisa di
keluarkan .
- Latihsn batuk efektif ada dilakukan
oleh anak dibantu oleh ibu
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan tentang
batuk efektif.
2 Senin, - Menanyakan kepada ibu melalui hp apakah anaknya S: Menurut ibu pasien mengatakan
02-11-2020 ada gosok gigi sesudah makan sakit gigi masih terasa sedikit.
Jam 21.00 wib - Menganjurkan pasien untuk menggosok giginya 2
kali sehari. O:
- Memberikan analgetik sesuai kolaborasi dengan tim - Nyeri gigi masih terasa,
kesehatan lainnya. - Besok pasien rencana terapi
- Mempersiapkan terapi bermain mewarnai untuk bermain mewarnai.
besok Selasa, 3-11-2020 A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi lanjut tentang
manajemen nyeri.
3 Senin - Menganjurkan pasien untuk menggosok giginya S: Menurut ibu, pasien ada
02-11-2020 sesudah makan dengan cara dari atas ke bawah menggosok gigi sesudah makan dan
Jam 21.00 wib - Menanyakan bagaimana cara anak menggosok gigi digosok dari kanan ke kiri.
giginya O:
- Pasien belum pas dalam
melakukan gosok gigi.
- Pasien sudah menggosok giginya
sesudah makan
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi lanjut

Catatan Perkembangan Selasa jam 09.00 wib

No Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf Perawat


DX
1 Selasa - Menanyakan bagaimana kondisi anak apakah masih S: An N mengatakan dahaknya sudah
03-11-2020 batuk atau sudah berkurang berkurang dan bisa di keluarkan.
Jam 09.00 wib - Memeriksa posisi segmen paru yang mengandung O:
sekret berlebihan dengan mengauskultasi paru. - Pasien masih batuk berdahak.
- Melakukan fisioterapi dada pada An N dengan - Dahak pasien mulai bisa di
perkusi dan vibrasi 3-5 menit. keluarkan.
- Mengajarkan anak batuk efektif untuk mengeluarkan - S: 36,3˚, Nadi: 76x/menit,
dahak - RR: 16 x/menit
- Memberikan pasien air minum hangat. - Warna sputum putih.
- Mengukur tanda-tanda vital seperti suhu, nadi, RR A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan tentang
batuk efektif.
2 Selasa, - Menanyakan pada anak N apakah gignya masih S: Pasien mengatakan sakit gigi sudah
03-11-2020 sakit. mulai berkurang..
Jam 09.00 wib - Menganjurkan pasien untuk menggosok giginya 2 O:
kali sehari. - Pasien tampak mulai ceria
- Mengalihkan perhatian pasien dari nyeri dengan - Nyeri gigi msih terasa, skala nyeri
mengajak bermain. 2
- Memberikan analgetik sesuai kolaborasi dengan tim - An N tampak antusias bermain
kesehatan lainnya. terapi menggambar.
- Memberikan terapi bermain mewarnai pada anak A: masalah teratasi sebagian
untuk merangsang kognitif dan motorik halus P: Intervensi lanjut tentang
pasien manajemen nyeri.

3 Selasa, - Menganjurkan pasien untuk menggosok giginya S: Menurut ibu, pasien mengatakan
03-11-2020 sesudah makan gigimya digosok dari kanan ke kiri.
Jam 09.00 wib - Memantau melalui orang tua apakah anak O:
menggosok giginya - Pasien sudah menggosok giginya
- Menyiapkan informasi tentang cara perawatan gigi sesudah makan
yang baik untuk penyuluhan. - Rencana penyuluhan pada ibu dan
anak tentang perawatan gigi
besok Rabu 4-11-2020.
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi lanjut

Catatan Perkembangan Selasa jam 15.00 wib

No Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf Perawat


DX
1 Selasa - Menanyakan kepada ibu melalui hp bagaimana S: Menurut ibu, An N mengatakan
03-11-2020 kondisi anak apakah masih batuk atau sudah dahaknya sudah berkurang dan bisa di
Jam 15.00 wib berkurang keluarkan.
- Mengingatkan anak batuk efektif untuk O:
mengeluarkan dahak - Pasien masih batuk berdahak.
- Memberikan pasien air minum hangat. - Dahak pasien mulai bisa di
keluarkan.
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan tentang
batuk efektif.

2 Selasa, - Menanyakan pada ibu apakah gigi anak N masih S: Menurut ibu, An N mengatakan
03-11-2020 sakit sakit gigi sudah mulai berkurang..
Jam 15.00 wib - Menanyakan pada ibu apakah pasien sudah O:
menggosok giginya 2 kali sehari. - Pasien tampak mulai ceria
- Nyeri gigi msih sedikit.
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi lanjut tentang
manajemen nyeri.

3 Selasa, - Menganjurkan pasien untuk menggosok giginya S: Menurut ibu, pasien mengatakan
03-11-2020 sesudah makan gigimya digosok dari kanan ke kiri.
Jam 15.00 wib - Memantau melalui orang tua apakah anak O:
menggosok giginya dan bagaimana cara anak - Pasien sudah menggosok giginya
menggosok gigi. sesudah makan
- Gosok gigi masih belum benar.
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi lanjut tentang edukasi
pengetahuan.

Catatan Perkembangan Selasa jam 21.00 wib

No Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf Perawat


1 Selasa - Menanyakan kepada ibu melalui hp bagaimana S: Menurut ibu, An N mengatakan
03-11-2020 kondisi anak apakah masih batuk atau sudah dahaknya sudah berkurang dan bisa di
Jam 21.00 wib berkurang keluarkan.
- Mengingatkan anak batuk efektif untuk O:
mengeluarkan dahak - Pasien batuk berdahak berkurang
- Memberikan pasien air minum hangat. - Dahak pasien mulai bisa di
keluarkan.
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan tentang
batuk efektif.
2 Selasa, - Menanyakan pada ibu apakah gigi anak N masih S: Menurut ibu, An N mengatakan
03-11-2020 sakit sakit gigi sudah mulai berkurang..
Jam 21.00 wib - Menanyakan pada ibu apakah pasien sudah O:
menggosok giginya 2 kali sehari. - Pasien tampak mulai ceria
- Nyeri gigi berkurang.

A: masalah teratasi sebagian


P: Intervensi lanjut tentang
manajemen nyeri.

3 Selasa, - Menganjurkan pasien untuk menggosok giginya S: Menurut ibu, pasien kadang lupa
03-11-2020 sesudah makan dan menggosok gigimya digosok dari
Jam 21.00 wib - Memantau melalui orang tua apakah anak kanan ke kiri.
menggosok giginya dan bagaimana cara anak O:
menggosok gigi. - Pasien sudah menggosok giginya
- Menyiapkan bahan untuk persiapan penyuluhan sesudah makan
tentang perawatan gigi pada anak. - Gosok gigi masih belum benar.
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi lanjut tentang edukasi
pengetahuan.

Catatan Perkembangan, Rabu jam 09.00 wib

Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf Perawat

1 Rabu, - Memeriksa posisi segmen paru yang mengandung S: An N mengatakan dahaknya sudah
04-11-2020 sekret berlebihan dengan mengauskultasi paru. berkurang.
Jam 09.00 wib - Mengajarkan anak batuk efektif untuk mengeluarkan O:
dahak. - Batuk masih ada sekali-sekali tapi
- Menganjutrkan pasien banyak minum air hangat tidak berdahak.
- Mengukur tanda-tanda vital yaitu suhu, nadi - Dahak pasien mulai bisa di keluarkan
pernafasan.. sedikit.
- S: 36,5 ˚, Nadi 84x/menit, RR: 16
x/menit
- Warna sputum putih.
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan tentang batuk
efektif.

2 Rabu, - Menganjurkan pasien untuk menggosok giginya 2 S: Pasien mengatakan sakit gigi sudah
04-11-2020 kali sehari. hilang.
Jam 09.00 wib - Memonitior nyeri pada gigi dengan menanyakan O:
pada anak apakah masih terasa nyeri atau tidak. - Pasien tampak mulai ceria
- Nyeri gigi tidak ada
A: masalah teratasi
P: Intervensi dipertahankan.

3 Rabu, - Menganjurkan pasien untuk menggosok giginya S: Pasien mengatakan mau mencoba
04-11-2020 sesudah makan 2x sehari gosok gigi yang benar, ibu tampak
Jam 09.00 wib - Menberikan penyuluhan tentang perawatan gigi memahami informasi yang diberikan.
pada anak dan ibu N O:
- Mengevaluasi penyuluhan yang diberikan untuk - Pasien sudah menggosok giginya
menilai apakah ibu sudah paham atau tidak. sesudah makan
- Menganjurkan ibu dan anak untuk mengikuti saran - Pasien mempraktekkan cara gosok
yang diberikan. gigi yang dianjurkan.
- Ibu tampak paham cara perawatan
gigi pada anak.
A: masalah teratasi
P: Intervensi dipertahankan.
Catatan Perkembangan, Rabu jam 15.00 wib

Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf Perawat

1 Rabu, - Menanyakan kepada ibu melalui telepon apakah S: Menurut ibu, An N mengatakan
04-11-2020 anak masih batuk atau tidak. dahaknya sudah berkurang.
Jam 15.00 wib - Menganjurkan anak batuk efektif untuk O:
mengeluarkan dahak. - Batuk masih ada sekali-sekali tapi
- Menganjutrkan pasien banyak minum air hangat tidak berdahak.
- Warna sputum putih.
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervens dilanjutkan tentang batuk
efektif.

2 Rabu, - Menanyakan kepada ibu apakah nyeri gigi anak S: Menurut ibu pasien mengatakan sakit
04-11-2020 masih terasa. gigi sudah hilang.
Jam 15.00 wib - Menganjurkan pasien untuk menggosok giginya 2 O:
kali sehari. - Pasien tampak mulai ceria
- Nyeri gigi tidak ada
A: masalah teratasi
P: Intervensi dipertahankan.

3 Rabu, - Menganjurkan pasien untuk menggosok giginya S: Menurut ibu, pasien mengatakan mau
04-11-2020 sesudah makan 2x sehari mencoba gosok gigi yang benar, ibu
Jam 15.00 wib - Menganjurkan ibu dan anak untuk mengikuti saran mengatakan. memahami informasi yang
yang diberikan. diberikan.
O:
- Pasien sudah menggosok giginya
sesudah makan
- Pasien mempraktekkan cara gosok
gigi yang dianjurkan.
- Ibu tampak paham cara perawatan
gigi pada anak.
A: masalah teratasi
P: Intervensi dipertahankan.

Catatan Perkembangan Rabu jam 21.00 wib

Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf Perawat

1 Rabu, - Menanyakan kepada ibu melalui telepon apakah S: Menurut ibu, An N mengatakan
04-11-2020 anak masih batuk atau tidak. dahaknya sudah berkurang.
Jam 21.00 wib - Menganjurkan anak batuk efektif untuk O:
mengeluarkan dahak. - Batuk masih ada sekali-sekali tapi
- Menganjutrkan pasien banyak minum air hangat dahak sedikit.
- Warna sputum putih.
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervens dilanjutkan tentang batuk
efektif.

2 Rabu, - Menanyakan kepada ibu apakah nyeri gigi anak S: Menurut ibu, pasien mengatakan sakit
04-11-2020 masih terasa. gigi sudah hilang.
Jam 21.00 wib - Menganjurkan pasien untuk menggosok giginya 2 O:
kali sehari. - Pasien tampak mulai ceria
- Nyeri gigi tidak ada
A: masalah teratasi
P: Intervensi dipertahankan.

3 Rabu, - Menanyakan pada ibu apakah anak sudah mengikuti S: Menurut ibu, pasien mengatakan mau
04-11-2020 saran bagaimana peraawatan gigi mencoba gosok gigi yang benar, ibu
Jam 21.00 wib - Menganjurkan pasien untuk menggosok giginya tampak memahami informasi yang
sesudah makan 2x sehari diberikan.
- Menganjurkan ibu dan anak untuk mengikuti saran O:
yang diberikan. - Pasien sudah menggosok giginya
sesudah makan
- Pasien mempraktekkan cara gosok
gigi yang dianjurkan.
- Ibu tampak paham cara perawatan
gigi pada anak.
A: masalah teratasi
P: Intervensi dipertahankan.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan yang harus dilakukan pertama kali yaitu
pengkajian. Pengkajian dilakukan pada tanggal 01 November 2020 dengan observasi dan
wawancara lansung serta dilakukan pemeriksaan fisik pada An.N dan didampingi
orangtuanya. An N berumur 4 tahun 11 bulan dengan keluhan batuk berdahak sejak 3 hari
yang lalu. Ibu mengatakan An N batuk jika makan makanan yang manis tapi kadang-
kadang tidak nampak anaknya belanja yang makanan yang manis dengan kakaknya.
Pasien tampak susah untuk mengeIuarkan dahaknya. An N juga mengatakan giginya yang
berlubang sakit sejak kemarin. Ibu mengatakan anaknya sakit gigi sejak 1 hari yang lalu.
Gigi geraham sebelah kiri tampak berlubang 2 buah sebelah kiri dan gigi geraham kanan
berlubang 1 buah. Ibu mengatakan kemarin An N tampak sangat kesakitan sekali sampai
menangis. Saat pengkajian sakit gigi masih terasa tapi sudah berkurang. Pasien tampak
meringis kesakitan. Skala nyeri 4, nyeri terasa pada gigi geraham kiri dan bertambah bila
makanan masuk ke dalam gigi. Ibu bertanya bagaimana cara merawat gigi yang baik
karena gigi An N tampak berlubang pada gigi geraham kanan 1 buah dan geraham kiri 2
buah. Gigi depan atas tampak warna coklat dan tumbuh tidak sama besar. Ibu An N
mengatakan An N sering sakit gigi sejak umur 3 tahun.

Pemeriksaan fisik: keadaan umum An. N baik, kesadaran composmentis cooperatif.


TB/BB: 109 cm/ 20 kg, suhu 36,2 ˚C, nadi 83 x/i, RR 16 x/menit, lila: 13 cm, IMT 16,83..
Lingkar kepala normal, rambut bersih dengan warna hitam, tidak ada lesi dan tidak ada
benjolan, distribusi rambut merata dan tidak mudah rontok. Mata simetris kiri dan kanan,
sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, palpebra tidak oedem, pupil isokor. Telinga
simetris kiri dan kanan, serumen tidak ada, pendengaran baik. Hidung simetris kiri dan
kanan, tampak ada secret/ cairan. Mulut bersih, warna bibir merah muda (tidak ada
sianosis), kelembaban mukosa bibir kering, lidah bersih, gigi ada caries pada geraham kiri
2 buah dan geraham kanan 1 buah.. Kelenjar tiroid tidak ada pembengkakan, kelenjar
getah bening tidak ada pembengkakakan, JVP tidak ada bendungan venajugularis. Dada
simetris kiri dan kanan, retraksi dinding dada (-), tidak ada benjolan/ pembengkakan,
auskultasi vesikuler. Jantung ictus cordis tidak terlihat, auskultasi reguler, mur-mur(-),
gallop(-). Paru-paru simetris kiri dan kanan, nafas teratur, tidak ada pembengkakan,
perkusi sonor di lapang paru, auskultasi ronchi Auskultasi : ronchi +/+ bagian apeks paru,
terdengar bunyi sekret dan wheezing -/-. Abdomen perut tidak tampak membuncit, palpasi
hepar dan lien tidak teraba, perkusi tympani, auskultasi bising usus (10-15 x/ menit).
Punggung tidak ditemukan kelainan (dalam batas normal). Ekstermitas kekuatan: Kuat,
tonus otot: ada, Refleks- refleks: Bisep (+), trisep (+), Akral hangat, CRT 1 detik,
Genitalia: Tidak ada kelainan. Kulit tidak pucat, tugor lembab, cubit kulit kembali cepat,
integritas tidak ada luka, elastisitas baik. Status Gizi IMT = 16,83 (Normal)) (Pedoman
Praktis terapi gizi Depkes RI, 2003). Minum ± Intake : minum ± 7-8 gelas/har, BAK ± 6-
7 x/hari dan BAB 1x/ hari dengan konsistensi padat. Ibu An. N mengatakan bahwa
seluruh anggota keluarga dan kerabat nya beragama Islam. An. N dapat beribadah setiap
hari dengan dibimbing orang tuanya dirumah.

B. Analisa Data

Analisa data dilakukan pada tanggal 01 November 2020 didapatkan hasil data

subjektif An N mengatakan batuk dan Ibu mengatakan An N batuk berdahak sejak 3 hari

yang lalu. Ibu mengatakan An N batuk karena suka makan makanan yang manis dan

minum es. An N juga mengatakan giginya yang berlubang sakit sejak kemarin. Ibu
mengatakan anaknya sakit gigi sejak 1 hari yang lalu. Ibu mengatakan kemarin An N
tampak sangat kesakitan sekali sampai menangis, Ibu bertanya bagaimana cara merawat
gigi yang baik karena gigi An N tampak berlubang pada gigi geraham kanan 1 buah dan
geraham kiri 2 buah. Ibu An N mengatakan An N sering sakit gigi sejak umur 3 tahun.
Didapatkan juga data objektif: Auskultasi : ronchi +/+ bagian apeks paru, terdengar

bunyi sekret, pasien tampak susah untuk mengeIuarkan dahaknya. Suhu 36,2 ˚C, nadi 83

x/i, RR 16 x/menit. Saat pengkajian sakit gigi masih terasa tapi sudah berkurang.
Pasien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 4, nyeri terasa pada gigi geraham kiri dan
bertambah bila makanan masuk ke dalam gigi. gigi geraham sebelah kiri tampak
berlubang 2 buah sebelah kiri dan gigi geraham kanan berlubang 1 buah. Gigi An N
tampak berlubang pada gigi geraham kanan 1 buah dan geraham kiri 2 buah.Gigi depan
atas tampak warna coklat dan tumbuh tidak sama besar. An N sering sakit gigi sejak umur
3 tahun.
C. Diagnos Keperwatan

Dari analisa data yang sudah disebutkan diatas maka penulis menegakkan 3 diagnosa
keperawatan berdasarkan batasan karakteristik yang terdapat pada SDKI yaitu bersihan jalan
nafas tidak efektif b/d respon alergi, nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis dan defisit
pengetahuan tentang perawatan gigi b/d kurang terpapar informasi.

D. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang dilakukan penulis pada An N pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak
efektif b/d respon alergi yaitu fisioterapi dada dan latihan batuk efektif yang terdiri dari
identifikasi indikasi dilakukan fisioterapi dada, monitor status pernafasan, periksa segmen
paru yang mengandung sekresi berlebihan, monitor jumlah dan karakter sputum, monitor
toleransi selama dan setelah prosedur, posisikan paru sesuai dengan area paru yang
mengalami penumpukan sputum, gunakan bantal untuk membantu pengaturan posisi, lakukan
perkusi dengan posisi telapak tangan ditangkupkan selama 3-5 menit, lakukan vibrasi dengan
posisi telapak tangan rata bersamaan ekspirasi melalui mulut, lakukan fisioterapi setidaknya
dua jam setelah makan, hindari perkusi pada tulang belakang, ginjal, payudara wanita, insisi
dan tulang rusuk yang patah, jelaskan tujuan dan tujuan prosedur fisioterapi dada, anjurkan
batuk segera setelah prosedur selesai, ajarkan inspirasi perlahan dan dalam melalui hidung
selama proses fisioterapi.
Intervensi pada diagnosa keperawatan nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis yaitu
manajemen nyeri yang meliputi identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal, identifikasi
faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan, berikan terapi teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri,
fasilitasi istirahat dan tidur, jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri, jelaskan strategi
meredakan nyeri, ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, kolaborasi
pemberian analgetik, jika perlu.

Intervensi pada diagnosa keperawatan defisit pengetahuan tentang perawatan gigi b/d
kurang terpapar informasi yaitu edukasi pengetahuan meliputi identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi, identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat, sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan, jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, berikan kesempatan untuk
bertanya, jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan, ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat, ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat.

E. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan intervensi/rencana
keperawatan yang telah dibuat guna membantu pasien untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Implementasi dilakukan mulai pada tanggal 02-04 November 2020. Implementasi
pada masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif b/d respon alergi yaitu
menjelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada dan batuk efektif, memeriksa posisi segmen
paru yang mengandung sekret berlebihan dengan mengauskultasi paru, mengatur posisi
pasien semi fowler, memberi bantal pasien untuk membantu pengaturan posisi, melakukan
perkusi dengan posisi telapak tangan ditangkupkan selama 3-5 menit pada bagian dada atas
dan punggung, melakukan vibrasi pada dada dan punggung setelah perkusi saat ekspirasi,
mengajarkan anak batuk efektif untuk mengeluarkan dahak setelah perkusi dan vibrasi,
memasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien saat dilakukan latihan batuk efektif,
mengajarkan pasien untuk membuang dahak pada bengkok, memberikan pasien air minum
hangat, menganjurkan melakukan fisioterapi dua jam setelah makan pada ibu, mengukur
suhu, nadi dan pernafasan pasien.

Implementasi pada diagnosa keperawatan nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis yaitu
menganjurkan pasien untuk menggosok giginya 2 kali sehari, mengalihkan perhatian pasien
dari nyeri dengan mengajak bermain, memberikan analgetik sesuai kolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya, memberikan terapi bermain mewarnai untuk melatih motorik halus pasien
dan mengalihkan perhatian pasien dari nyeri gigi

Implementasi pada diagnosa keperawatan defisit pengetahuan tentang perawatan gigi b/d
kurang terpapar informasi yaitu menilai cara pasien saat menggosok gigi, mengajarkan cara
menggosok gigi yang benar, menganjurkan pasien untuk menggosok giginya sesudah makan
dan memberikan informasi tentang cara perawatan gigi kepada Ibu dan anak N.
F. Evaluasi Keperawatan
Tahap kelima merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yaitu mengevaluasi hasil
dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan. Implementasi keperawatan dilakukan selama 3 hari
tanggal 2-4 November 2020. Penulis mengevaluasi kondisi pasien pada Rabu 4 November 2020
jam 21.00 wib pada masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif b/d respon alergi
yaitu menurut ibu, An N mengatakan dahaknya sudah berkurang, batuk masih ada sekali-
sekali tapi dahak sedikit, warna sputum putih, masalah teratasi sebagian, intervens
dilanjutkan tentang batuk efektif.
Pada diagnosa keperawatan nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis, penulis
mengevaluasi menurut ibu pasien mengatakan sakit gigi sudah hilang, pasien tampak mulai
ceria, nyeri gigi tidak ada, masalah teratasi dan intervensi dipertahankan.
Pada diagnosa keperawatan defisit pengetahuan tentang perawatan gigi b/d kurang
terpapar informasi, penulis mengevaluasi yaitu menurut ibu pasien mengatakan mau
mencoba gosok gigi yang benar, ibu tampak memahami informasi yang diberikan, pasien
sudah menggosok giginya sesudah makan, pasien mempraktekkan cara gosok gigi yang
dianjurkan, ibu tampak paham cara perawatan gigi pada anak, masalah teratasi dan ntervensi
dipertahankan.

C
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi saluran
pernafasan akut pada An.N dapat disimpukan:
1. Pada hasil pengkajian didapatkan kesamaan data dari kasus yang diangkat dengan teori
yang sudah ada. Dimana ibu pasien mengeluhkan anaknya batuk berdahak dan susah
untuk menegluarkannya.Dari hasil pengkajian pasien didapatkan data yang mengarah
pada diagnosa infeksi saluran pernafasan akut.

2. Hasil diagnosa keperawatan yang ditemukan terdapat 3 diagnosa keperawatan yaitu :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d respon alergi.

b. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis

c. Defisit Pengetahuan tentang perawatan gigi b/d kurang terpapar informasi

3. Intervensi keperawatan yang direncanakan tergantung kepada masalah keperawatan

yang ditemukan. Intervensi yang dilakukan dirumuskan berdasarkan diagnosa yang

telah didapatkan.

4. Implementasi dilakukan pada tanggal 02-04 November 2020. Implementasi yang telah
dilaksanakan pada diagnosa Implementasi pada masalah keperawatan bersihan jalan
nafas tidak efektif b/d respon alergi yaitu menjelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi
dada dan batuk efektif, memeriksa posisi segmen paru yang mengandung sekret
berlebihan dengan mengauskultasi paru, mengatur posisi pasien semi fowler, memberi
bantal pasien untuk membantu pengaturan posisi, melakukan perkusi dengan posisi
telapak tangan ditangkupkan selama 3-5 menit pada bagian dada atas dan punggung,
melakukan vibrasi pada dada dan punggung setelah perkusi saat ekspirasi, mengajarkan
anak batuk efektif untuk mengeluarkan dahak setelah perkusi dan vibrasi, memasang
perlak dan bengkok di pangkuan pasien saat dilakukan latihan batuk efektif,
mengajarkan pasien untuk membuang dahak pada bengkok, memberikan pasien air
minum hangat, menganjurkan melakukan fisioterapi dua jam setelah makan pada ibu,
mengukur suhu, nadi dan pernafasan pasien.
Implementasi pada diagnosa keperawatan nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
yaitu menganjurkan pasien untuk menggosok giginya 2 kali sehari, mengalihkan perhatian
pasien dari nyeri dengan mengajak bermain, memberikan analgetik sesuai kolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya, memberikan terapi bermain mewarnai untuk melatih
motorik halus pasien dan mengalihkan perhatian pasien dari nyeri gigi
Implementasi pada diagnosa keperawatan defisit pengetahuan tentang perawatan gigi
b/d kurang terpapar informasi yaitu menilai cara pasien saat menggosok gigi, mengajarkan
cara menggosok gigi yang benar, menganjurkan pasien untuk menggosok giginya sesudah
makan dan memberikan informasi tentang cara perawatan gigi kepada Ibu dan anak N.
5. Pada tahap akhir penulis melakukan evaluasi kepada klien. Evaluasi yang didapatkan
yaitu semua masalah keperawatan dapat teratasi, tetapi tetap harus dengan
mengobeservasi klien dengan mempertahankan intervensi keperawatan.
B. Saran
1. Bagi Akademik
Hasil laporan kasus dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan untuk
menambah literatur dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
ISPA
2. Bagi Perawat
Diharapkan perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan lebih meningkatkan
pemberian asuhan keperawatan kepada anak dengan ISPA sehingga masalah bisa
teratasi dengan cepat tanda menimbulkan komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia Nurin,dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan ISPA. Poltekes
Kemenkes Riau : DIIIKeperawatan

Dinkes Kota Padang. 2019. Profil Kesehatan Tahun 2019.


Henita Chania, dkk. 2020. Pengaruh Teknik Perkusi dan vibrasi terhadap Pengeluaran

Sputum Pada Balita Dengah ISPA di Puskesmas Indralaya. Seminar Nasional


Keperawatan “Pemenuhan kebutuhan Dasar dalam Perawatan Paliatif pada Era Normal
Baru” Tahun 2020

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Situasi Anak Balta Di Indonesia.

http:www.depkes.go.id

Kemenkes Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar . Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes Kesehatan RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.

Marni. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dengan Gangguan Pernapasan.

Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Trans Info media.

Nurarif, A. H., & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC (Edisi Revi). Yogyakarta: Mediaction.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Indonesia (SDKI) Defenisi dan

Indikator Diagnostik. Jakarta: DDP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Defenisi

dan Kriteria hasil. Jakarta: DDP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).

Defenisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DDP PPNI

Wulandari D & Purnamasari L. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Indonesian Journal On Medican Science. Vol: 2 No:2
TELAAH JURNAL 1
Judul Jurnal PENGARUH TEKNIK PERKUSI DAN VIBRASI TERHADAP
PENGELUARANSPUTUM PADA BALITA DENGAN ISPA
DI PUSKESMAS INDRALAYA

Penulis Henita Chania, Dhona Andhini, Jaji


Daftar Pustaka Henita Chania, dkk. 2020. Penbgaruh Teknik Perkusi dan vibrasi
terhadap Pengeluaran Sputum Pada Balita Dengah ISPA di
Puskesmas Indralaya. Seminar Nasional Keperawatan
“Pemenuhan kebutuhan Dasar dalam Perawatan Paliatif pada
Era Normal Baru” Tahun 2020

Penerbit Prodi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas


Sriwijaya,Palembang
Kata Kunci Balita, Perkusi dan vibrasi, Pengeluaran Sputum, ISPA
Hasil Penelitian
Hasil analisis statistik Mc Nemar pada kedua kelompok
didapatkan tidak ada pengaruh pengeluaran sputum antara
sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol p value 0,5
sedangkan pada kelompok intervensi didapatkan hasil p value
0,002 dapat
diartikan terdapat pengaruh teknik perkusi dan vibrasi terhadap
pengeluaran sputum pada balita dengan ISPA di
Puskesmas Indralaya. Hasil uji Chi Square pada kedua
kelompok menunjukkan p value= 0,004 yang berarti terdapat
perbandingan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi
terhadap pengeluaran sputum pada balita dengan ISPA di
Puskesmas Indralaya. Berdasarkan penelitian teknik perkusi dan
vibrasi dapat menjadi penatalaksanaan untuk membantu dan
membersihkan jalan nafas dari sputum yang tertahan didinding
dada pada balita dengan ISPA.
Pembahasan Perbandingan pengeluaran sputum antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi setelah diberikan teknik perkusi dan vibrasi
menggunakan uji Chi Square dengan hasil setelah diberikan
teknik perkusi dan vibrasi didapatkan nilai p value= 0,004 (p<
0,05), hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi
terhadap pengeluaran sputum pada balita di Puskesmas
Indralaya. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti berasumsi
bahwa terdapat perbedaan antara kelompok kontrol yang tidak
diberikan intervensi teknik perkusidan vibrasi maupun kelompok
intervensi yang diberi teknik perkusi dan vibrasi, dimana
pengeluaran sputum yang lebih banyak didapatkan oleh
kelompok yang diberikan teknik perkusi dan vibrasi. Artinya
tindakan teknik perkusi dan vibrasi dapat mengeluarkan sputum
yang berada pada dinding bronkus dibandingan kelompok yang
disuruh batuk saja. Penelitian pendukung lain mengatakan
bahwa pada kelompok kontrol diperoleh nilai 0,008 (p < 0,05)
yang berarti terdapat perbedaan ekspektorasi sputum yang
bermakna antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
Sedangkan pada kelompok intervensi diperoleh nilai sigfikansi
0,004 (p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan ekspektorasi
sputum yang bermakna antara sebelum dan sesudah diberikan
intervensi. Menunjukkan bahwa pada kelompok yang diberikan
fisioterapi dada didapatkan ekpektorasi sputum yang lebih baik
dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan fisioterapi
dada.

TELAAH JURNAL 2
Judul Jurnal Hubungan Perilaku Ibu Teradap Kejadian Karies Gigi Pada
Balita di Paud Putra Sentosa
Penulis Ajeng Nindya Cahyaningrum
Daftar Pustaka Ajeng Nindya Cahyaningrum,2017. Hubungan Perilaku Ibu
Teradap Kejadian Karies Gigi Pada Balita di Paud Putra Sentosa.

Penerbit FKM Universitas Airlangga


Kata Kunci pengetahuan, tindakan, karies gigi, ibu, balita
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
memiliki engetahuan yang rendah (57,4%), sikap yang rendah
(62,5%), dan tindakan yang kurang baik (58,8%) terhadap
kesehatan gigi dan mulut balita. Tingkat
pengetahuan ibu (p = 0,023; OR = 4,04; 95%CI = 1,154 –
14,164), sikap ibu (p = 0,016; OR = 3,33; 95%CI = 1,235 –
8,997), dan tindakan ibu (p = 0,016; OR = 4,00; 95%CI = 1,250
– 12,804) memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian
karies gigi pada anak usia 3-5 tahun. Kesimpulan penelitian ini
adalah ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan
ibu tentang kesehatan gigi dan mulut terhadap kejadian karies
gigi anak balita. Petugas kesehatan dan lintas sektor terkait
disarankan mengadakan pelatihan dan penyuluhan kepada para
orang tua khususnya ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut balita yang meliputi pengertian, manfaat, pencegahan
dan penyakit yang dapat dicegah dengan perawatan kesehatan
gigi dan mulut.
Pembahasan Sebagian besar ibu yang mempunyai balita usia 3-5 tahun di
wilayah kerja Puskesmas Kedurus berumur 21-30 tahun,
menempuh tingkat pendidikan ≥ 9 tahun yaitu tamat SMA, status
pekerjaan yang paling banyak yaitu sebagai ibu rumah tangga.
Ibu yang mempunyai balita usia 3-5 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Kedurus mempunyai tingkat pengetahuan yang
rendah tentang kesehatan gigi dan mulut balita yaitu 54 (77,1%)
responden, dengan faktor resikonya (OR) didapat 4,04 kali lebih
tinggi terkena karies gigi pada responden yang memiliki
pengetahuan rendah daripada responden yang memiliki
pengetahuan yang tinggi. Sebagian besar ibu yang mempunyai
balita usia 3-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kedurus
mempunyai sikap yang rendah tentang kesehatan gigi dan mulut
balita yaitu 40 (57,1%) responden, dengan faktor resikonya (OR)
didapat 3,33 kali lebih tinggi terkena karies gigi pada responden
yang memiliki sikap kurang daripada responden yang memiliki
sikap yang baik. Sebagian besar ibu yang mempunyai balita usia
3-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kedurus empunyai
tindakan yang rendah tentang kesehatan gigi dan mulut balita
yaitu 51 (72,9%) responden, dengan faktor resikonya (OR)
didapat 4,00 kalilebih tinggi terkena karies gigi pada responden
yang memiliki tindakan kurang daripada responden yang
memiliki tindakan yang baik. Hasil analisis penelitian
menunjukkan adanya hubungan yaitu bahwa kategori tertinggi
menunjukkan ibu balita memiliki pengetahuan, sikap, dan
tindakan, tentang kesehatangigi dan mulut balita dengan
kejadian karies gigi yang tinggi di wilayah kerja Puskesmas
Kedurus. Setiap orang tua khususnya ibu mempunyai peran
penting bagi pertumbuhan anak hendaklah mencari informasi
tentang kesehatan gigi dan mulut balita usia 3-5 tahun di wilayah
kerja Puskesmas Kedurus yang meliputi pengertian, manfaat,
pencegahan dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan media
informasi yang mendukung yaitu dapat menggunakan
media cetak seperti leafl et yang berisi gambar-gambar
beserta penjelasannya kemudian diterangkan secara
lisan.
TELAAH JURNAL 3

Judul Jurnal PENINGKATAN PENGETAHUAN ANAK USIA DINI


DALAM PERAWATAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Penulis Amila dan Eva Kartika Hasibuan


Daftar Pustaka Amila dan Hasibuan, Eva Kartika. 2020. Peningkatan
Pengetahuan Anak Usia Dini Dalam Perawatan Kesehatan Gigi
dan Mulut.
Penerbit Universitas Sari Mutiara Indonesia
Kata Kunci Anak usia dini, gigi, mulut, menggosok
Hasil Penelitian Keberhasilan kegiatan ini dilihat dari diikutinya program praktek
merawat gigi pada anak ini oleh seluruh anak TK dan PAUD.

Pembahasan Menggosok gigi merupakan salah satu cara yang baik untuk
merawat gigi pada anak. Kesehatan gigi dan mulut adalah yang
paling penting diperhatikan pada anak usia dini. Oleh karena itu,
pemeriksaan , edukasi dan demostrasi kebersihan gigi dan mulut
sangat dianjurkan untuk mencegah komplikasi gigi dan mulut.
Dengan adanya pengabdian masyarakat ini diharapkan
pentingnya peran orang tua dalam mendampingi, mengarahkan,
mengingatkan serta mengajarkan putra putrinya cara menggosok
gigi yang benar agar terbentuk perilaku menggosok gigi yang
baik dan benar. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini masih
perlu dikembangkan dengan menjalin kerja sama yang baik
dengan sekolah, petugas puskesmas dalam membantu
mengontrol perawatan gigi dan mulut secara berkelanjutan.
Kegiatan seperti ini hendaknya dilakukan secara rutin minimal
enam bulan sekali dengan melibatkan warga, orang tua, guru
sekolah tentang cara menjaga kesehatan gigi anak agar semakin
baik kesehatan gigi anak-anak Indonesia
SATUAN ACARA KEGIATAN
TERAPI BERMAIN

Judul : Terapi bermain “mewarnai”


Tanggal pelaksanaan : Rabu, 4-11-2020
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Di rumah An. N

A. Latar Belakang
Bermain adalah bagian integral dari masa kanak-kanak, media yang unik untuk
memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, keterampilan komunikasi, perkembangan
emosi, keterampilan sosial, keterampilan pengambilan keputusan dan perkembangan
kognitif pada anak-anak. Bermain juga dikatakan sebagai media untuk eksplorasi dan
penemuan hubungan interpersonal, eksperimen dalam peran orang dewasa dan memahami
perasaannya sendiri. Bermain adalah bentuk ekspresi diri yang paling lengkap yang pernah
dikembangkan manusia (Landreth, 2001).
Terapi bermain menurut Landreth (2001) yaitu hubungan interpersonal yang dinamis
antara anak dengan terapis terpilih dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan
materi permainan yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang
aman bagi anak untuk sepenuhnya megekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan,
pikiran, pengalaman dan perilakunya) melalui media bermain.
Oleh karena pentingnya bermain bagi anank terutama yang sedang sakit maka saya
akan mengadakan terapi bermain dengan sasaran usia sekolah (6 tahun sampai 12 tahun).
Di harapkan anak yang sakit tetap dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai
tahap tumbuh kembangnya.
B. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 20 menit, diharapkan dapat melatih
Motorik anak dengan mewarnai. Selain itu anak juga bisa merasa tenang selama sakit
sehingga anak bisa merasa nyaman dan mempercepat proses penyembuhan.
C. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu:
1. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak dalam memperoleh pengetahuan,
kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan logika akan ruang
dan waktu dan kemampuan berpikir teliti
2. Gerakan motorik halusnya lebih terarah
3. Mengembangkan kognitifnya
D. Sasaran
Karakteristik peserta dalam terapi bermain ini yaitu peserta yang berumur 5 tahun.
1. Kriteria inklusi
a. Anak dalam kondisi stabil
b. Bersedia ikut terapi bermain
2. Kriteria Ekslusi
a. Anak yang mengalami kegawatan mendadak
E. Media
Alat dan bahan yang digunakan untuk terapi bermain adalah pola mewarnai dan crayon.
F. Strategi Pelaksanaan
Prosedur terapi bermain ini adalah menginstruksikan anak untuk mewarnai pola gambar.
G. Kegiatan
1. Pengorganisasian
Leader : Liza Emilda
Fasilitator : Ibu N
Pembagian Tugas
a. Peran Leader
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga berakhirnya terapi
3) Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
b. Fasilitator
1) Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan
2) Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar dapat
kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.
3) Mengatur posisi An.N dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
4) Membimbing An.N selama permainan
2. Setting tempat

Keterangan :
= Leader = Ny.N

= An. N

4. Kegiatan bermain
No Waktu Terapis Anak
1 5 menit Pembukaan:
1. Leader membuka dan mengucapkan Menjawab salam
salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Kontrak waktu dengan An.N dan Mendengarkan
Ibunya.
2 15 menit Kegiatan bermain:
1. Leader menjelaskan cara bermain Mendengarkan
2. Menanyakan pada anak, anak mau Menjawab
bermain atau tidak
3. Membagikan pola gambar dan me Menerima permainan
nyuruh anak mewarnai Bermain
4. Leader, dan fasilitator memotivasi Mengungkapkan perasaan
anak
5. Menanyakan perasaan anak

3 5 menit Penutup
1. Leader menghentikan permainan Selesai permainan.
2. Menanyakan perasaan An.N Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Membagikan hadiah pada An.N yang Senang
bermain
5. Menanyakan perasaan An.N Mengungkapkan perasaan
6. Leader menutup acara Mendengarkan
7. Mengucapkan salam Menjawab salam

H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur Yang diharapkan:
a. Alat-alat yang digunakan lengkap
b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi Proses Yang diharapkan:
a. Terapi dapat berjalan dengan baik
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
3. Evaluasi Hasil Yang diharapkan:
Anak mampu mewarnai gambar.
LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan
suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi
waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan
lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental
dan perkembangan emosinya.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan
juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan
pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini
mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat
kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman,
kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat
kesempatan bermain.
Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu bentuk upaya
dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namun pada sisi lain, perawatan dan proses
keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut kadang membuat anak-anak menjadi
takut/ trauma dan kejenuhan pada anak Karena aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan
hal inilah yang membuat anak semakin jenuh.
B. Balita
Anak Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Anak Balita adalah anak yang
telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di
bawah lima tahun atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-59 bulan (Kemenkes
RI, 2015,5)
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Perawatan Gigi Pada Anak


Waktu Pertemuan : 15 menit
Hari/Tanggal : Rabu, 4-11- 2020
Tempat : Di rumah Ibu N
Sasaran : Ibu N
Metode : Presentasi dan tanya jawab
Presentator : Liza Emilda
A. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan Ibu N dapat memahami perawatan gigi
pada anak.
1. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang perawatan gigi pada anak dapat:
a. Menjelaskan pengertian gigi,fungsi dan jenis gigi

b. Menjelaskan perawatan gigi pada anak.

A. Sasaran : Ibu N

A. Sub Pokok Bahasan

1. Pengertian pengertian gigi,fungsi dan jenis gigi

2. Perawatan gigi pada anak


B. KEGIATAN PENYULUHAN

No Waktu Kegiatan Penyuluhan KegiatanPeserta


1 2 menit PEMBUKAAN
a. Mengucapkan salam a. Menjawab
b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
c. Apersepsi c. Mengemukakan
d. Menjelaskan tujuan penyuluhan pendapat
c. Mendengarkan dan
memperhatikan

2 10 menit KEGIATAN INTI


a. Menjelaskan pengertian a. Memperhatikan
pengertian gigi,fungsi dan jenis b. Memperhatikan
gigi
b. Menjelaskan perawatan gigi pada
anak

3 3 menit Penutup
a. Evaluasi tentang a. Bersama-sama
b. Menyimpulkan apa yang telah menyimpulkan
disampaikan bersama b. Menjawab
c. Memberikan pujian Pertanyaaan
d. Melakukan terminasi c. Memperhatikan dan
e. Memberikan salam mendengarkan
d. Menjawab salam

C. Metode
1, Ceramah
2. Demonstrasi

3. Tanya jawab

D. Media/ Alat Bantu:


1. Laptop
2. Leaflet
E. Setting Tempat

Presentator Audiens
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

b. Tempat, media, alat penyuluhan sesuai rencana

c. Mahasiswa dan sasaran penyuluhan menghadiri penyuluhan tepat waktu


d. Laporan telah dikoordinasikan sesuai rencana
2. Evaluasi Proses
a. Penyuluhan dapat berjalan dengan lancar

b. Peran dan tugas masing masing pelaksana sesuai dengan rencana

c. Peserta penyuluhan dapat mengikuti penyuluhan dengan baik

d. Tidak adanya hambatan saat melakukan penyuluhan


3. Evaluasi Hasil

a. Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh yaitu
sesuai dengan tujuan khusus peserta dapat :
1) Menjelaskan pengertian gigi,fungsi dan jenis gigi

2) Menjelaskan perawatan gigi pada anak.

-
Lampiran Materi Penyuluhan “Perawatan Gigi Pada Anak”
1. Pengertian Gigi & Fungsi Gigi
Gigi adalah alat pencernaan mekanik yang terdapat pada bagian mulut.
Fungsi gigi yaitu untuk merobek, memotong dan mengunyah makanan sebelum
makanan tersebut akan masuk ke kerongkongan.
2. Macam-Macam Gigi
 Gigi Seri (Incisivus)
Letaknya berada di depan, dan berfungsi untuk memotong makanan, jumlahnya ada 8,
dengan pembagian 4 berada di rahang atas dan 4 berada di rahang bawah.
 Gigi Taring (Caninus)
Posisi gigi ini terletak pada sudut mulut, di sebelah gigi seri, Fungsinya adalah untuk
mengoyak makanan. Jumlahnya ada 4, dengan pembagian 2 ditiap rahang, 1 di kiri
dan 1 di kanan. Gigi susu caninus ini diganti dengan gigi caninus permanen pada usia
11 – 13 tahun.
 Gigi Geraham Kecil (Premolar)
Gigi ini jumlahnya 8, dengan pembagian 4 ditiap rahang, 2 di kiri dan 2 di kanan.
Gigi ini hanya ada pada gigi dewasa, dan letaknya berada di belakang caninus.
Tumbuh pada usia 10 – 11 tahun dan menggantikan posisi dari gigi molar susu.
Bersama gigi molar, gigi ini berfungsi untuk melumatkan makanan.
 Gigi Geraham (Molar)
Gigi molar susu berjumlah 8 seperti gigi premolar, kemudian lepas pada usia 10 – 11
tahun dan digantikan oleh gigi premolar. Sedangkan gigi molar permanen tumbuh di
belakang gigi premolar setelah gigi molar susu lepas dan digantikan oleh gigi
premolar. Jumlah dari gigi molar permanen adalah 12, dengan pembagian 6 di tiap
rahang, 3 di tiap sisi kanan dan kiri. Gigi molar permanen inilah yang paling sering
berlubang dan menyebabkan keluhan.
3. Kelainan-kelainan yang bisa terjadi di dalam mulut :
a. Gigi berlubang (Karies): kerusakan yang disebabkan oleh bakteri dalam plak
b. Penyakit / radang gusi.
c. Gigi berjejal.
4. Penyebab terjadinya kerusakan gigi
Ada empat hal utama yang menyebabkan kerusakan gigi, yaitu :
a. Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi faktor
risiko terkena karies.
b. Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur dalam
gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies.
c. Mulut merupakan tempat berkembangnya banyak bakteri, namun hanya sedikit
bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli.
d. Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat
mempengaruhi perkembangan karies, misalnya seseorang mengonsumsi makanan
mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi
asam dan menurunkan pH. PH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air
liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi.
5. Faktor lain yang dapat meningkatkan karies
a. Air liur dapat menjadi penyeimbang lingkungan asam pada mulut, seperti pada
DM.
b. Obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan dapat memengaruhi produksi
air liur.
c. Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies.
d. Karies botol susu adalah pola lubang yang ditemukan di anak-anak pada gigi
susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang atas, namun kesemua
giginya dapat terkena juga. Sering muncul pada anak-anak yang tidur dengan
cairan yang manis (misalnya susu) dengan botol, seringnya pemberian makan
pada anak-anak dengan cairan manis.
e. Karies yang merajalela atau karies yang menjalar ke semua gigi.
6. Pencegahan kelainan gigi dan mulut.
Kendalikan keempat faktor yang berperan, dengan cara:
a. Menyikat gigi
b. Pemberian Fluoride
c. Mengurangi makanan yang manis dan lengket
d. Kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
7. Cara menyikat gigi yang benar
- Pemilihan sikat gigi yang benar
Gagang lurus, kepala sikat sesuai dengan mulut, bulu sikat halus
- Gosok gigi secara benar dan teratur 2x sehari
 sisa makanan dan plak dapat dibersihkan
- Gosok seluruh permukaan gigi, gusi serta lidah
- Untuk gigi atas gerakan sikat dari atas ke bawah dan sebaliknya.
- Posisi sikat gigi 45 ˚ di daerah perbatasan gigi dan gusi.
- Gunakan odol secukupnya + fluor
- Flossing
Cara: - Potong benang floss secukupnya
- Pegang dengan kuat
- Masukkan diantara sela-sela gigi
- Gerakkan benang naik turun, jangan sampai melukai gusi
- Ulangi pada seluruh gigi
8. Makanan
 makanan berserat spt buah & sayuran  hindari makanan manis dan lengket
dan makan di antara 2 waktu makan
 Sesudah makan makanan tersebut, perlu berkumur atau sikat gigi --
 Menu sesuai 4 sehat 5 sempurna
Kelengkapan gizi agar diperhatikan a.l :
Vit D: Kekokohan tulang dan gigi
Kalsium Kuatnya terhadap kerapuhan
Fluor : Ketahanan gigi terhadap asam
Vit C, B Ketahanan gusi terhadap iritasi
Pencegahan kelainan gigi dan mulut. Makanan
Kendalikan keempat faktor yang berperan Perawatan Gigi Pada Anak
dengan cara:  Makanan berserat spt buah & sayuran 
e. Menyikat gigi  Hindari makanan manis dan lengket dan
f. Pemberian Fluoride makan di antara 2 waktu makan
g. Mengurangi makanan yang manis dan  Sesudah makan makanan tersebut, perlu
lengket berkumur atau sikat gigi --
h. Kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan  Menu sesuai 4 sehat 5 sempurna
sekali. Kelengkapan gizi agar diperhatikan a.l :
- Vit D: untuk kekokohan tulang dan gigi
- Kalsium: kuatnya terhadap kerapuhan
Cara menyikat gigi yang benar - Fluor : ketahanan gigi terhadap asam
 Pemilihan sikat gigi yang benar:gagang - Vit C, B: ketahanan gusi terhadap iritasi
lurus, kepala sikat sesuai dengan mulut,
bulu sikat halus
 Gosok gigi secara benar dan teratur 2x
sehari: sisa makanan dan plak dapat
dibersihkan OLEH:
 Gosok seluruh permukaan gigi, gusi serta
lidah
 Untuk gigi atas gerakan sikat dari atas ke Liza Emilda, S.Kep
bawah dan sebaliknya.
 Posisi sikat gigi 45 ˚ di daerah perbatasan
gigi dan gusi.
 Gunakan odol secukupnya + fluor
 Flossing (membersihkan gigi dengan PROGRAM STUDI PROFESI NERS
benang) FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
Pengertian Gigi & Fungsi Gigi Penyebab terjadinya kerusakan gigi Faktor lain yang dapat meningkatkan
karies
Gigi adalah alat pencernaan mekanik yang Ada empat hal utama yang menyebabkan f. Air liur dapat menjadi penyeimbang
terdapat pada bagian mulut. kerusakan gigi, yaitu : lingkungan asam pada mulut, seperti
e. Ada penyakit dan gangguan tertentu pada pada DM.
Fungsi gigi yaitu untuk merobek, memotong gigi yang dapat mempertinggi faktor risiko g. Obat-obatan seperti antihistamin dan
dan mengunyah makanan sebelum makanan terkena karies. antidepresan dapat memengaruhi produksi
tersebut akan masuk ke kerongkongan. f. Anatomi gigi juga berpengaruh pada air liur.
pembentukan karies. Celah atau alur dalam h. Penggunaan tembakau juga dapat
Macam-Macam Gigi gigi dapat menjadi lokasi perkembangan mempertinggi risiko karies.
karies. i. Karies botol susu adalah pola lubang yang
 Gigi Seri (Incisivus) g. Mulut merupakan tempat berkembangnya ditemukan di anak-anak pada gigi susu.
 Gigi Taring (Caninus) banyak bakteri, namun hanya sedikit Gigi yang sering terkena adalah gigi
 Gigi Geraham Kecil (Premolar) bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus depan di rahang atas, namun kesemua
 Gigi Geraham (Molar) mutans dan Lactobacilli. giginya dapat terkena juga. Sering
h. Tingkat frekuensi gigi terkena dengan muncul pada anak-anak yang tidur dengan
Kelainan-kelainan yang bisa terjadi di lingkungan yang kariogenik dapat cairan yang manis (misalnya susu) dengan
dalam mulut : mempengaruhi perkembangan karies, botol, seringnya pemberian makan pada
misalnya seseorang mengonsumsi makanan anak-anak dengan cairan manis.
d. Gigi berlubang (Karies): kerusakan yang mengandung gula, j. Karies yang merajalela atau karies yang
disebabkan oleh bakteri dalam plak menjalar ke semua gigi.
e. Penyakit / radang gusi.
f. Gigi berjejal.
FORMULIR PENCATATAN BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI
5 TAHUN

Tanggal Kunjungan : 1-11=2020 Alamat : Parak Lawas


o
20 kg PB/TB: 109 cm Suhu:36,2 C
Anak sakit apa? Batuk dan sakit gigi Kunjungan Pertama √ Kunjungan Ulang
PENILAIAN TINDAKAN/
KLASIFIKASI
(Lingkari semua gejala yang PENGOBATAN
ditemukan)
Tidak ada Tidak ada
MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM
• Tidak bisa minum/menyusu • Letargis atau tidak sadar
• Memuntahkan semuanya • Ada stridor
• Kejang • Biru ( cyanosis )
• Ujung tangan dan kaki pucat
dan dingin
Batuk bukan -Beri pereda
APAKAH ANAK BATUK ATAU SUKAR BERNAPAS ? Ya √ pneumonia tenggorokan dan pereda
Tidak batuk yang aman.
• Berapa lama? 3 hari • Hitung napas dalam 1 menit -Obati swheezing bila
ada
16 kali / menit. Napas Cepat ? Tidak
-Apabila batuk lebih 14
• Ada tarikan dinding dada kedalam tidak hari rujuk unntuk
• Ada wheezing: tidak pemeriksaan batuk
• Saturasi oksigen % karen asebab lain
-Kunjungan ulag 2 hari
jika tidak ada
perbaikan.
Tidak ada Tidak ada pengobatan
APAKAH ANAK DIARE ? Tidak Ya Tidak √
• Berapa lama? hari • Keadaan umum anak :
• Adakah darah dalam tinja? - Letargis atau tidak sadar
- Gelisah atau rewel
• Mata cekung
• Beri anak minum :
- Tidak bisa minum atau
malas minum
- Haus, minum dengan lahap
• Cubit kulit perut, apakah
kembalinya :
- Sangat lambat (lebih dari 2
detik)
- Lambat (masih sempat
terlihat lipatan kulit)
Tidak ada
APAKAH ANAK DEMAM ? Ya Lakukan Tes
Tidak √ Malaria, hasil :
(anamnesis ATAU teraba panas ATAU suhu > 37,5o C) RDT (+) / (-)
Tentukan Daerah Endemis Malaria : Tinggi - Rendah - Non ............................
Endemis Jika Daerah Non Endemis, tanyakan riwayat Mikroskopis :
............................
bepergian ke daerah endemis malaria dalam 2 minggu terakhir
dan tentukan daerah endemis sesuai tempat yang dikunjungi.
• Sudah berapa lama? hari • Lihat dan periksa adanya kaku kuduk
• Jika lebih dari 7 hari, apakah • Lihat adanya tanda-tanda demam
oleh bakteri demam terjadi setiap hari? • Lihat adanya tanda-tanda Campak
saat ini:
• Apakah pernah sakit malaria - Ruam kemerahan di kulit yang
menyeluruh atau minum obat malaria? DAN
• Apakah anak sakit campak - Terdapat salah satu
tanda berikut: dalam 3 bulan terakhir? batuk, pilek, mata
merah.
• pada semua kasus demam di daerah Endemis Malaria tinggi
• jika tidak ditemukan penyebab pasti demam di daerah Endemis Malaria rendah

Jika anak sakit campak saat ini atau dalam Tidak ada Tidak ada
3 bulan terakhir : • Lihat adanya luka di mulut
Jika ya, apakah dalam atau luas
?
• Lihat adanya nanah di mata
• Lihat adanya kekeruhan di
kornea

• Apakah demam mendadak tinggi • Periksa tanda-tanda syok :


dan terus menerus? Ujung ekstremitas teraba dingin
• Apakah ada bintik merah di kulit DAN nadi sangat lemah
atau tidak teraba atau perdarahan hidung/gusi? • Lihat adanya
perdarahan dari hidung/gusi
• Apakah anak sering muntah? atau bintik perdarahan di kulit (petekie)
• Apakah muntah dengan darah • Jika petekie sedikit DAN tidak
ada tanda lain atau seperti kopi? dari DBD, lakukan uji torniket,
jika mungkin
• Apakah berak berwarna hitam? Hasil uji torniket: positif negatif
• Apakah nyeri ulu hati atau gelisah? • Jika petekie sedikit TANPA tanda lain dari
DBD
DAN uji torniket tidak dapat
dilakukan, klasifikasikan sebagai
DBD.
Tidak ada Tidak ada
APAKAH ANAK MEM PUNYAI MASALAH TELINGA Ya pengobatan
Tidak √
• Apakah ada nyeri telinga? • Lihat adanya cairan atau nanah
• Adakah rasa penuh di telinga? keluar dari telinga
• Adakah cairan/nanah keluar dari • Raba adanya
pembengkakan yang nyeri telinga? Jika ya, berapa hari? hari di
belakang telinga
Gizi baik Tidak ada
MEMERIKSA STATUS GIZI
• Lihat apakah anak tampak sangat kurus.
• Lihat dan raba adanya pembengkakan di kedua punggung kaki/tangan
• Tentukan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB)
- BB menurut PB atau TB : < -3 SD
- BB menurut PB atau TB : -3 SD sampai -2 SD
- BB menurut PB atau TB : ≥ -2 SD √
• Tentukan lingkar lengan atas (LiLA) untuk anak umur 6 bulan atau lebih
- LiLA < 11,5 cm
- LiLA 11,5 cm - 12,5 cm
- LiLA ≥ 12,5 cm √
• Jika BB menurut PB atau TB < -3 SD ATAU Lingkar Lengan Atas
< 11,5 cm, periksa komplikasi medis :
- Apakah ada tanda bahaya umum?
- Apakah ada klasifikasi berat?
BUKU BAGAN

Jika tidak ada komplikasi medis, nilai pemberian ASI pada anak umur < 6 bulan
- Apakah anak memiliki masalah pemberian ASI?
54
Tidak ada Tidak ada
MEMERIKSA ANEMIA
• Lihat adanya kepucatan pada telapak tangan, apakah tampak: - Sangat
pucat?
- Agak pucat?
Tidak ada Tidak ada
MEMERIKSA STATUS HIV
• Apakah ibu pernah diperiksa HI,V? Ya Tidak
Jika Ya, apakah hasilnya Positif Negatif
Jika ibu positif HIV: a. apakah ibu minum ARV? Sudah Belum
a. Apakah ibu minum ARV? Sudah Belum
Jika Sudah : - Apakah ARV sudah diminum minimal 6 bulan? Ya Tidak
- Apakah ibu patuh minum ARV? Ya Tidak
b. Apakah anak pernah tes HIV pada usia 6 minggu atau lebih? Ya Tidak Jika Ya, apakah dianjurkan untuk diulangi 4 minggu
c. Jika anak lebih dari 18 bulan, apakah pernah dilakukan tes HIV? Ya Tidak
Jika Ya, apakah hasilnya Positif Negatif
• Jika ibu HIV positif & anak tes serologis HIV negatif ATAU tidak diketahui, tanyakan
apakah anak :
- masih mendapatkan ASI pada saat tes? atau
- baru berhenti kurang dari 6 minggu pada saat dilakukan tes? atau
- masih mendapatkan ASI pada saat ini?
Jika Ya, apakah anak sudah mendapatkan ARV profilaksis? Sudah Belum
• Apakah anak ada riwayat pengobatan OAT (Obat Anti Tuberkolosis) dalam 1 tahun
terakhir?
Ya Tidak
• Apakah anak memiliki orang tua kandung dan/atau saudara kandung yang
terdiagnosis HIV atau yang meninggal karena penyebab yang tidak diketahui
tetapi masih mungkin karena HIV? Ya Tidak
• Lihat apakah ada salah satu klasifikasi berat: Penyakit sangat berat,
Pneumonia berat, Diare Persisten Berat, Penyakit Berat dengan Demam, Gizi
Buruk dengan Komplikasi.
• Periksa apakah terdapat bercak putih di mulut.
• Lakukan tes HIV serologis pada ibu dan anak jika hasil tes HIV dari
anemnesa meragukan atau hasilnya tidak dapat dibuktikan, atau belum
pernah tes HIV.

MEMERIKSA STATUS IMUNISASI


Lingkari imunisasi yang dibutuhkan hari ini, beri tanda v jika sudah diberikan. Imunisasi
lengkap Imunisasi

√ yang diberikan
hari ini :

MEMERIKSA PEMBERIAN VITAMIN A Dibutuhkan suplemen vitamin A : Ya Tidak Diberikan vit


A hari ini
:

Ya Tidak

Tidak ada
MENILAI MASALAH ATAU KELUHAN LAIN
55
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

LAKUKAN PENILAIAN PEMBERIAN MAKAN


Jika anak berumur < 2 TAHUN atau GIZI KURANG atau GIZI BURUK TANPA
KOMPLIKASI
anak tidak akan dirujuk segera.
• Apakah ibu menyusui anak ini? Ya Tidak
Jika ya, berapa kali sehari? kali
Apakah menyusui juga di malam hari? Ya Tidak
• Apakah anak mendapat makanan atau minuman lain? Ya
Tidak Jika ya, makanan atau minuman apa? Berapa kali sehari? kali
Alat apa yang digunakan untuk memberi minum anak?

Berapa banyak makanan atau minuman yang diberikan pada anak?
Apakah anak mendapat makanan tersendiri? Ya Tidak
Siapa yang memberi makan dan bagaimana caranya?
• Selama sakit ini, apakah ada perubahan pemberian makan? Ya Tidak
Jika ya, bagaimana?

Nasihati kapan
kembali segera.
Kunjungan Ulang
:2 hari.
56
Berdasarkan grafik BB menurut TB maka status gizi an N adalah gizi baik karena ≥ -2 SD.
Berdasarkan grafik BB menurut umur maka status gizi anak N adalah gizi baik karena
berada pada 0 atau ≥ -2 SD.
Link Video
1. Link Video Gabungan Pengkajian, Pemeriksaan Fisik, Terapi Bermain dan
Penyuluhan
https://youtu.be/pEVdXr5l3Lk

2. Link Video Pengkajian Pada Anak dengan ISPA


https://youtu.be/1dS3ScbmueY

3. Link Video Pemeriksaan Fisik Pada Anak dengan ISPA


https://youtu.be/TpFYZc75q10

4. Link Video Terapi Bermain


https://youtu.be/pEVdXr5l3Lk

5. Link Video Penyuluhan


https://youtu.be/AcETb_N-egU

DOKUMENTASI

Pengkajian
Pemeriksaan Fisik
Terapi Bermain “Mewarnai”
Penyuluhan “Perawatan Gigi Pada Anak”

Anda mungkin juga menyukai