OLEH : KELOMPOK 3
CHRISTIN L EPAKAPURU
1
2020
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala rahmatnya sehinga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada pihak kampus yang telah memberi tugas makalah “ epidemiologi
dan implikasi untuk VCT “sehingga kami mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi karya
tulis agar menjadi lebih baik. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karna itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Cover .........................................................................................................................
Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
kegagalan fungsi sistem imun, yang memperparah keadaan pasien dan mempercepat
kejadian AIDS. Perawat merupakan faktor yang mempunyai peran penting pada
pengelolaan stres khususnya dalam memfasilitasi dan mengarahkan koping pasien
yang konstruktif agar pasien dapat beradaptasi dengan sakitnya dan pemberian
dukungan sosial, berupa dukungan emosional, informasi, dan material (Batuman,
1990; Bear, 1996; Folkman & Lazarus, 1988). Salah satu metoda yang digunakan
dalam penerapan teknologi ini adalah menerapkan model Asuhan Keperawatan.
Pendekatan yang digunakan adalah strategi koping dan dukungan sosial yang
bertujuan untuk mempercepat respons adaptif pada pasien terinfeksi HIV, meliputi
modulasi respons imun (Ader, 1991; Setyawan, 1996; Putra, 1999; ) respons
psikologis; dan respons sosial (Steward, 1997).
Tujuan penulisan
1. Mampu menganalisa diagnosa berdasarkan SDKI, memilih outcome dan
intervensi keperawatan berdasarkan SLKI-SIKI.
2. Dapat melakukan menajemen kasus pada klien dengan HIV/AIDS.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep HIV
1. Definisi HIV/AIDS
2. Etiologi HIV/AIDS
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV
dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus. Retrovirus ditularkan oleh darah
melalui kontak intim dan mempunyai afinitas yang kuat terhadap limfosit T
(Desmawati, 2013). Virus HIV menyerang sel CD4 menjadikannya tempat
berkembang biak virus HIV baru dan menyebabkan kerusakan pada sel darah putih
sehingga tidak dapat digunakan lagi. Ketika seseorang terkena HIV, virus ini tidak
langsung menyebabkan penyakit AIDS tapi memerlukan waktu yang cukup lama
(Rimbi, 2014)
3. Patofisiologi
Perjalanan klinis ODHA dari tahap terinfesi HIV sampai tahap AIDS, sejalan
dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama imunitas sekunder dan
menunjukkan gambaran penyakit yang kronis. Penurunan imunitas biasanya diikuti
dengan adanya peningkatan resiko dan derajat keparahan infeksi oportunistik serta
penyakit keganasan(Nursalam & Kurniati, 2009). Semua orang yang terinfesi HIV
6
sebagian besar berkembang menjadi AIDS pada tiga tahun pertama, 50% menjadi
AIDS sesudah sepuluh tahun dan hampir 100% ODHA menunjukkan gejala AIDS
setelah 13 tahun(Rendi & Margareth, 2012).
Perjalanan alamiah penyakit HIV pada umumnya terdiri dari 3 tahap, tahap
infeksi primer, tahap asimptomatik dan tahap simptomatik dan AIDS. Pada tahap
infeksi primer, terjadi repilkasi virus HIV secara cepat diikuti dengan kadar CD4+
penderita yang menurun. Pada tahap tersebut, respon imun tubuh juga akan berusaha
melawan virus HIV dengan mekanisme imunitas seluler dan humoral (Nursalam &
Kurniati, 2009). Tahap selanjutnya adalah tahap asimptomatik, dimana pada tahap
ini, replikasi virus tetap terjadi, namun cenderung lambat. Jumlah CD4+ pada tahap
ini juga menurun lebih lambat dari pada tahap sebelumnya. Jika jumlah sel CD4+
penderita mencapai <200 sel/mm3 dan terdapat minimal 1 infeksi opurtunistik pada
penderita, maka penderita sudah masuk pada tahap AIDS. Pada tahap ini, gejala yang
dialami penderita berupa penurunan berat badan demam >1bulan tanpa sebab yang
jelas, diarekronis >1 bulan, kandidiasis oral, serta gejala lainnya (Folasire, Folasire, &
Sanusi, 2015). Pasien HIV/AIDS pada umumnya mengalami penurunan nafsu
makan.Hal ini bisa disebabkan karena pengaruh obat ARV dan kesulitan menelan
akibat infeksi jamur kandida pada mulut. Penderita HIV/AIDS juga menderita diare
yang menyebabkan dehidrasi, absorbs makanan yang buruk sehingga terjadi
penurunan berat badan secara signifikan. Saat diare juga terjadi hilangnya zat gizi
dalam tubuh seperti vitamin dan mineral sehingga harus diberikan asupan zat gizi
yang tepat. Terjadinya demam yang lama sehingga menyebabkan kehilangan kalori
dan cairan (Nursalam & Kurniati, 2009).
1.Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi : Nama, umur, tempat dan tanggal lahir.
b. Riwayat
Test HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obatan.
c. Keadaan Umum
Pucat, kelaparan.
7
d. Gejala Subjektif
Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang kali,
lemah, lelah, anoreksia.
e. Psikososial
Kehilangan pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup.
f. Status Mental
Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi.
g. HEENT
Nyeri perorbital, sakit kepala, edema muka, mulut kering.
h. Neurologis
Gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kakukuduk,
kejang, paraplegia.
i. Muskoloskletal
Focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
j. Kardiovaskular
Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
k. Pernapasan
Dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot bantu pernapasan, batuk
produktif atau non produktif.
l. GI
Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
m. Gu
Lesi atau eksudat pada genital.
n. Integument
Kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
8
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa Perencanaan
keperawatan Tujuan & kriteria intervensi rasional
hasil
Resiko tinggii Pasien akan bebas 1.Monitor tanda-tanda Untuk pengobatan
nfeksi infeksi oportunistik infeksi baru. dini Mencegah pasien ter
Berhubungan dan komplikasinya papar oleh kuman
dengan dengan kriteria tak 2.Gunakan teknik patogen yang diperoleh di
imunosupresi, ada tanda-tanda aseptik pada setiap rumah sakit.
malnutrisi dan infeksi baru, lab tidak tindakan invasif. Cuci
pola hidup ada infeksi oportunis, tangansebelum Mencegah bertambahnya
yang beresiko. tanda vital dalam meberikan tindakan. infeksi.
batas normal, tidak
ada luka atau eksudat. 3.Anjurkan pasien Meyakinkan diagnosis ak
metoda mencegah urat dan pengobatan Mem
terpapar terhadap pertahankan kadar darah
lingkungan yang yangterapeutik
patogen.
4.Kumpulkan spesime
n untuk tes lab sesuai
order.
5.Atur pemberian
antiinfeksi sesuai
order.
9
Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1.Anjurkan pasien Pasien dan keluarga mau
infeksi ditransmisikan, tim atau orang penting dan memerlukan
(kontak pasien kesehatan lainnya metode informasikan ini
) memperhatikan mencegah transmisi
Berhubungan universal precautions HIV dan kuman Mencegah transimisi
dengan infeksi dengan kriteria kontak patogen lainnya. infeksi HIV ke oranglain.
HIV, adanya pasien dan tim Pasien dan keluarga
infeksi non kesehatan tidak mau dan memerlukan
opportunisitik terpapar HIV, tidak informasikan ini
yang dapat terinfeksi patogen lain
ditransmisikan seperti TBC. 2. Gunakan darah dan
cairan tubuh
precaution bial
merawat pasien.
Gunakan masker bila
perlu.
Intoleransaktiv Pasien berpartisipasi 1.Monitor respon Respon bervariasi dari
itas dalam kegiatan, fisiologisterhadap hari ke hari
berhubungan dengan kriteria bebas aktivitas.
dengan dyspnea dan takikardi Mengurangi kebutuhan
kelemahan, selama aktivitas. 2.Berikan bantuan energi
pertukaran perawatan yang
oksigen, pasien sendiri tidak Ekstra istirahat perlu jika
malnutrisi, mampu. karena meningkatkan
kelelahan. kebutuhan metabolik
3.Jadwalkan
perawatan pasien
sehingga tidak
mengganggu
isitirahat.
Perubahan Pasien mempunyai 1.Monitor Intake menurun
nutrisi kurang intakekalori dan kemampuan dihubungkan dengan
dari kebutuhan protein yang adekuat mengunyah dan nyeri tenggorokan dan
tubuh untuk memenuhi menelan. mulut
berhubungan kebutuhan
dengan intake metaboliknya dengan 2.Monitor BB, intake Menentukan data dasar
yang kurang, kriteria mual dan dan ouput
meningkatnya muntah dikontrol, Mengurangi muntah
kebutuhan pasien makan TKTP, 3.Atur antiemetik
metabolic, dan serum albumin dan sesuai order. Meyakinkan bahwa
menurunnya protein dalam batas makanan sesuai dengan
absorbsi zat normal, BB mendekati 4.Rencanakan diet keinginan pasien
gizi seperti sebelum sakit dengan pasien.
Diare Pasien merasa nyaman 1.Kaji konsistensi dan Mendeteksi adanya darah
10
berhubungan dan mengnontrol frekuensifeses dan dalam feses
dengan infeksi diare, komplikasi adanya darah.
GI minimal dengan Hipermotiliti umumnya
kriteria perut lunak, 2.Auskultasi bunyi dengan diare
tidak tegang, usus.
feseslunak dan warna Mengurangi motilitas
normal, kram perut 3.Atur agen anti usus, yang pelan,
hilang, motilitas dan psilium memperburuk perforasi
(Metamucil) sesuai pada intestinal
order.
Untuk menghilangkan
4.Berikan ointment A distensi
dan D,vaselin atau
zinc oside
BAB III
11
KASUS HIV
12
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus 2 : Keluhan utama pasien mengatakan lemah letih lesu meningkat sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Dari pengkajian data ini diangkat diagnosa
keperawatan Keletihan berhubungan dengan
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Integritas kulit dan jaringan
2 Perfusi perifer
3 Status nutrisi
4 Status sirkulasi
SIKI :
1.1 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit.
1.2 Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergi untuk kuliat
sensitif
1.3 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
1.4 Anjurkan minum air yang cukup
SLKI 2 : Keletihan
13
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Tingkat keletihan
2 Konservasi energi
3 Mobilitas fisik
4 Perawatan diri
SIKI :
1.1 Identifikasi gangguan tubuh yang mengakibatkan kelelahan
1.2 Monitor kelelahan fisik dan emosional
1.3 Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
1.4 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
1.5 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.
SLKI 3 : Hipovolemia
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Termoregulasi
2 Keseimbangan elektrolit
3 Perfusi perifer
SIKI :
1.1 Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun).
1.2 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis ( glukosa 2,5 %)
1.3 Kolaborasi pemberian produk darah
BAB V
14
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Terdapat Bentol-bentol berwarna merah keunguan di dada, perut, punggung
dan belakang telinga sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan utama pasien mengatakan
lemah letih lesu meningkat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Hasil
pemeriksaan Lab didapatkan HB : 8,6 gr/dl, BB menurun drastis merasa lemah dan
demam sejak 3 bulang yang lalu.
Jadi berdasarkan data-data diatas kita dapat mengangkat dan membuat 3
asuhan keperawatan menggunakan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)
yaitu. Gangguan integritas kulit/jaringan, Keletihan dan Hipovolemia.
5.2 Saran
Dari makalah yang dibuat ini mahasiswa diharapkan mempelajarinya supaya
Mahasiswa dapat memahami cara membuat suatu asuhan keperawatan menggunakan
buku Standar diagnosa keperawatan indonesia (SDKI) Standar luaran keperawatan
indonesia (SLKI) dan Standar intervensi keperawatan indonesia (SIKI).
15