Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

APLIKASI SLKI, SDKI DAN SIKI

OLEH : KELOMPOK 3

CHRISTIN L EPAKAPURU

YOHANES WOLLA NGARA

YULITA INA KII

ARNIATA RADE KAKA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG

1
2020

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala rahmatnya sehinga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada pihak kampus yang telah memberi tugas makalah “ epidemiologi
dan implikasi untuk VCT “sehingga kami mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi karya
tulis agar menjadi lebih baik. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karna itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover .........................................................................................................................

Kata Pengantar...........................................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1


1.2 Tujuan penulisan........................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................2
2.1 Konsep Dasar Penyakit HIV/AIDS.........................................................2
2.2 Konsep Defisit Nutrisi Pada HIV/AIDS...................................................5
BAB III KASUS......................................................................................................14
3.1 Kasus HIV/AIDS ....................................................................................14

BAB IV PEMBAHASAN .........................................................................................

4.1 Pengaplikasian S3 ....................................................................................

BAB V PENUTUP ..................................................................................................

5.1 Kesimpulan ...........................................................................................

5.2 Saran ......................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data dari UNAIDS, terdapat 36,9 juta masyarakat berbagai


negara hidup bersama HIV dan AIDS pada 2017. Dari total penderita yang ada, 1,8
juta di antaranya adalah anak-anak berusia di bawah 15 tahun. Selebihnya adalah
orang dewasa, sejumlah 35,1 juta penderita. Masih bersumber dari data tersebut,
penderita HIV/AIDS lebih banyak diderita oleh kaum wanita, yakni sebanyak 18,2
juta penderita. Sementara laki-laki sebanyak 16,9 juta penderita. Sayangnya, 25
persen di antaranya, sekitar 9,9 juta penderita, tidak mengetahui bahwa mereka
terserang HIV atau bahkan mengidap AIDS.
Indonesia menjadi salah satu negara yang termasuk dalam Kawasan Asia
Pasifik. Kawasan ini menduduki peringkat ketiga sebagai wilayah dengan pengidap
HIV/AIDS terbanyak di seluruh dunia dengan total penderita sebanyak 5,2 juta jiwa.
6,1 juta pengidap. Di Indonesia, sejak 2005 sampai dengan Maret 2019, jumlah kasus
HIV yang dilaporkan mencapai 338.363 orang sedangkan jumlah kondisi AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) yang dilaporkan sejak pertama kali
ditemukan pada 1987 sampai dengan Maret 2019 mencapai 115.601 orang4 . Dari
Januari sampai dengan Maret 2019 transmisi HIV yang terlaporkan sebanyak 11.081
orang, sedangkan kasus AIDS mencapai 1.536 orang.
Sedangkan dijawa timur sendiri tercatat masih tertinggi kedua jumlah
penderita AIDS, Tercatat jumlah penderita HIV/AIDS di Jatim mencapai 43.399
orang sejak 1987 hingga Juni 2018 kemarin. Jumlah ini adalah tertinggi kedua,
dimana penderita HIV terbanyak adalah dari DKI Jakarta yakni 55.099 orang.
Stres psikososial-spiritual pasien terinfeksi HIV berlanjut, akan
mempercepat kejadian AIDS dan bahkan meningkatkan angka kematian. Menurut
Ross (1997) jika stres mencapai tingkat exhausted stage dapat menimbulkan

4
kegagalan fungsi sistem imun, yang memperparah keadaan pasien dan mempercepat
kejadian AIDS. Perawat merupakan faktor yang mempunyai peran penting pada
pengelolaan stres khususnya dalam memfasilitasi dan mengarahkan koping pasien
yang konstruktif agar pasien dapat beradaptasi dengan sakitnya dan pemberian
dukungan sosial, berupa dukungan emosional, informasi, dan material (Batuman,
1990; Bear, 1996; Folkman & Lazarus, 1988). Salah satu metoda yang digunakan
dalam penerapan teknologi ini adalah menerapkan model Asuhan Keperawatan.
Pendekatan yang digunakan adalah strategi koping dan dukungan sosial yang
bertujuan untuk mempercepat respons adaptif pada pasien terinfeksi HIV, meliputi
modulasi respons imun (Ader, 1991; Setyawan, 1996; Putra, 1999; ) respons
psikologis; dan respons sosial (Steward, 1997).

Tujuan penulisan
1. Mampu menganalisa diagnosa berdasarkan SDKI, memilih outcome dan
intervensi keperawatan berdasarkan SLKI-SIKI.
2. Dapat melakukan menajemen kasus pada klien dengan HIV/AIDS.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN TEORI

A. Konsep HIV

1. Definisi HIV/AIDS

Virus Human immunodeficiency virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk


dalam family lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA dan
DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi
yang panjang, utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. (Nursalam
& Kurniati, 2009). Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) merupakan salah
satu penyakit yang disebabkan oleh HIV, ditandai dengan adalnya kegagalan
progresif system imun (Irianto, 2014). Kerusakan progresif pada system kekebalan
tubuh menyebabkan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sangat rentan terserang
berbagai penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak terlalu berbahaya lama
kelamaan akan menyababkan pasien sakit parah bahkan meninggal (Rendi &
Margareth, 2012).

2. Etiologi HIV/AIDS

Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV
dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus. Retrovirus ditularkan oleh darah
melalui kontak intim dan mempunyai afinitas yang kuat terhadap limfosit T
(Desmawati, 2013). Virus HIV menyerang sel CD4 menjadikannya tempat
berkembang biak virus HIV baru dan menyebabkan kerusakan pada sel darah putih
sehingga tidak dapat digunakan lagi. Ketika seseorang terkena HIV, virus ini tidak
langsung menyebabkan penyakit AIDS tapi memerlukan waktu yang cukup lama
(Rimbi, 2014)

3. Patofisiologi

Perjalanan klinis ODHA dari tahap terinfesi HIV sampai tahap AIDS, sejalan
dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama imunitas sekunder dan
menunjukkan gambaran penyakit yang kronis. Penurunan imunitas biasanya diikuti
dengan adanya peningkatan resiko dan derajat keparahan infeksi oportunistik serta
penyakit keganasan(Nursalam & Kurniati, 2009). Semua orang yang terinfesi HIV

6
sebagian besar berkembang menjadi AIDS pada tiga tahun pertama, 50% menjadi
AIDS sesudah sepuluh tahun dan hampir 100% ODHA menunjukkan gejala AIDS
setelah 13 tahun(Rendi & Margareth, 2012).
Perjalanan alamiah penyakit HIV pada umumnya terdiri dari 3 tahap, tahap
infeksi primer, tahap asimptomatik dan tahap simptomatik dan AIDS. Pada tahap
infeksi primer, terjadi repilkasi virus HIV secara cepat diikuti dengan kadar CD4+
penderita yang menurun. Pada tahap tersebut, respon imun tubuh juga akan berusaha
melawan virus HIV dengan mekanisme imunitas seluler dan humoral (Nursalam &
Kurniati, 2009). Tahap selanjutnya adalah tahap asimptomatik, dimana pada tahap
ini, replikasi virus tetap terjadi, namun cenderung lambat. Jumlah CD4+ pada tahap
ini juga menurun lebih lambat dari pada tahap sebelumnya. Jika jumlah sel CD4+
penderita mencapai <200 sel/mm3 dan terdapat minimal 1 infeksi opurtunistik pada
penderita, maka penderita sudah masuk pada tahap AIDS. Pada tahap ini, gejala yang
dialami penderita berupa penurunan berat badan demam >1bulan tanpa sebab yang
jelas, diarekronis >1 bulan, kandidiasis oral, serta gejala lainnya (Folasire, Folasire, &
Sanusi, 2015). Pasien HIV/AIDS pada umumnya mengalami penurunan nafsu
makan.Hal ini bisa disebabkan karena pengaruh obat ARV dan kesulitan menelan
akibat infeksi jamur kandida pada mulut. Penderita HIV/AIDS juga menderita diare
yang menyebabkan dehidrasi, absorbs makanan yang buruk sehingga terjadi
penurunan berat badan secara signifikan. Saat diare juga terjadi hilangnya zat gizi
dalam tubuh seperti vitamin dan mineral sehingga harus diberikan asupan zat gizi
yang tepat. Terjadinya demam yang lama sehingga menyebabkan kehilangan kalori
dan cairan (Nursalam & Kurniati, 2009).

B. Konsep Asuhan Keperawatan HIV

1.Pengkajian

a. Identitas klien
Meliputi : Nama, umur, tempat dan tanggal lahir.

b. Riwayat
Test HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obatan.

c. Keadaan Umum
Pucat, kelaparan.

7
d. Gejala Subjektif
Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang kali,
lemah, lelah, anoreksia.

e. Psikososial
Kehilangan pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup.

f. Status Mental
Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi.

g. HEENT 
Nyeri perorbital, sakit kepala, edema muka, mulut kering.

h. Neurologis
Gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kakukuduk,
kejang, paraplegia.

i. Muskoloskletal
Focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.

j. Kardiovaskular
Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.

k.  Pernapasan
Dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot bantu pernapasan, batuk
produktif atau non produktif.

l.  GI
Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
 
m. Gu
Lesi atau eksudat pada genital.

n. Integument
Kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

8
2. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisidan pola


hidup yang beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksiHIV, adanya
infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaranoksigen,
malnutrisi, kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganintake yang
kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, danmenurunnya absorbsi zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI.
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentangkeadaan yang
orang dicintai.

3. Intervensi keperawatan

Diagnosa Perencanaan
keperawatan Tujuan & kriteria intervensi rasional
hasil
Resiko tinggii Pasien akan bebas 1.Monitor tanda-tanda Untuk pengobatan
nfeksi  infeksi oportunistik infeksi baru. dini Mencegah pasien ter
Berhubungan dan komplikasinya papar oleh kuman 
dengan dengan kriteria tak 2.Gunakan teknik patogen yang diperoleh di
imunosupresi, ada tanda-tanda aseptik pada setiap rumah sakit. 
malnutrisi dan infeksi baru, lab tidak tindakan invasif. Cuci
pola hidup ada infeksi oportunis, tangansebelum Mencegah bertambahnya
yang beresiko. tanda vital dalam meberikan tindakan. infeksi.
batas normal, tidak
ada luka atau eksudat. 3.Anjurkan pasien Meyakinkan diagnosis ak
metoda mencegah urat dan pengobatan Mem
terpapar terhadap pertahankan kadar darah 
lingkungan yang  yangterapeutik
patogen.

4.Kumpulkan spesime
n untuk tes lab sesuai
order.

5.Atur pemberian
antiinfeksi sesuai
order.

9
Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1.Anjurkan pasien Pasien dan keluarga mau
infeksi ditransmisikan, tim atau orang penting dan memerlukan
(kontak pasien kesehatan lainnya metode informasikan ini
)  memperhatikan mencegah transmisi
Berhubungan universal precautions HIV dan kuman Mencegah transimisi
dengan infeksi dengan kriteria kontak patogen lainnya. infeksi HIV ke oranglain.
HIV, adanya pasien dan tim Pasien dan keluarga
infeksi non kesehatan tidak mau dan memerlukan
opportunisitik terpapar HIV, tidak informasikan ini
yang dapat terinfeksi patogen lain
ditransmisikan seperti TBC. 2. Gunakan darah dan
cairan tubuh
precaution bial
merawat pasien.
Gunakan masker bila
perlu.
Intoleransaktiv Pasien berpartisipasi 1.Monitor respon Respon bervariasi dari
itas dalam kegiatan, fisiologisterhadap hari ke hari
berhubungan dengan kriteria bebas aktivitas.
dengan dyspnea dan takikardi Mengurangi kebutuhan
kelemahan, selama aktivitas. 2.Berikan bantuan energi
pertukaran perawatan yang
oksigen, pasien sendiri tidak Ekstra istirahat perlu jika
malnutrisi, mampu. karena meningkatkan
kelelahan. kebutuhan metabolik
3.Jadwalkan
perawatan pasien
sehingga tidak
mengganggu
isitirahat.
Perubahan Pasien mempunyai 1.Monitor Intake menurun
nutrisi kurang intakekalori dan kemampuan dihubungkan dengan
dari kebutuhan protein yang adekuat mengunyah dan nyeri tenggorokan dan
tubuh untuk memenuhi menelan. mulut
berhubungan kebutuhan
dengan intake metaboliknya dengan 2.Monitor BB, intake Menentukan data dasar
yang kurang, kriteria mual dan dan ouput
meningkatnya muntah dikontrol, Mengurangi muntah
kebutuhan pasien makan TKTP, 3.Atur antiemetik
metabolic, dan serum albumin dan sesuai order. Meyakinkan bahwa
menurunnya protein dalam batas makanan sesuai dengan
absorbsi zat normal, BB mendekati 4.Rencanakan diet keinginan pasien
gizi seperti sebelum sakit dengan pasien.
Diare Pasien merasa nyaman 1.Kaji konsistensi dan Mendeteksi adanya darah

10
berhubungan dan mengnontrol frekuensifeses dan dalam feses
dengan infeksi diare, komplikasi adanya darah.
GI minimal dengan Hipermotiliti umumnya
kriteria perut lunak, 2.Auskultasi bunyi dengan diare
tidak tegang, usus.
feseslunak dan warna Mengurangi motilitas
normal, kram perut 3.Atur agen anti usus, yang pelan,
hilang, motilitas dan psilium memperburuk perforasi
(Metamucil) sesuai pada intestinal
order.
Untuk menghilangkan
4.Berikan ointment A distensi
dan D,vaselin atau
zinc oside

BAB III

11
KASUS HIV

Seorang pasien laki-laki 27 tahun dirawat di bangsal Ilmu Penyakit Dalam


RSUP M Djamil Padang dengan keluhan utama lemah letih lesu meningkat sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Bentol-bentol berwarna merah keunguan di
dada, perut, punggung dan belakang telinga sejak 3 bulan yang lalu, demam sejak 3
bulan yang lalu, sering berkeringat pada malam hari, batuk sejak 3 bulan yang lalu,
penurunan nafsu makan, penurunan berat badan drastis, bercak keputihan pada lidah
dan mulut, dan pucat.
Pasien belum menikah dan bekerja sebagai pelayan rumah makan di Jakarta
selama 5 tahun. Riwayat seks bebas dengan wanita tuna susila mulai umur 22 tahun,
sering berganti pasangan dan terakhir seks bebas 6 bulan yang lalu. Vital sign pasien
saat dirawat dalam batas normal kecuali suhu 37,8o C. Pada pemeriksaan mata
didapatkan konjungtiva anemis, dan pada mata kanan terdapat massa batas tegas
berwarna merah kecoklatan di forniks posterior.
Pada pemeriksaan kulit terdapat plak dan nodul berwarna merah keunguan di
perut, dada, punggung dan belakang telinga dengan ukuran rata-rata 2x1x0,5 cm.
Pada pemeriksaan paru didapatkan suara nafas bronkovesikuler dan ronki basah halus
nyaring di kedua lapangan paru. Dari hasil laboratorium didapatkan Hb 8,6 gr/dl,
leukosit 3920/mm3, hematokrit 30% dan trombosit 189.000/mm3, LED 115 mm.

Dari kasus diatas ditemukan beberapa masalah fokus yaitu :


1. Gangguan integritas kulit/jaringan
2. Keletihan.
3. Hipovolemia berhubungan dengan AIDS.

12
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 SDKI kasus


Kasus 1 : Terdapat Bentol-bentol berwarna merah keunguan di dada, perut, punggung
dan belakang telinga sejak 3 bulan yang lalu. Dari data tersebut diangkat diagnosa
keperawatan dengan Gangguan Integritas kulit/jaringan.

Kasus 2 : Keluhan utama pasien mengatakan lemah letih lesu meningkat sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Dari pengkajian data ini diangkat diagnosa
keperawatan Keletihan berhubungan dengan

Kasus 3 : Hasil pemeriksaan Lab didapatkan HB : 8,6 gr/dl, BB menurun drastis


merasa lemah dan demam sejak 3 bulang yang lalu. Dari data tersebut diangkat
diagnosa keperawatan Hipovolemia.

4.2 Pengaplikasian Standar Luaran dan Standar Intervensi keperawatan


indonesia.

SLKI 1 : Gangguan integritas kulit/jaringan

No Indikator 1 2 3 4 5
1 Integritas kulit dan jaringan
2 Perfusi perifer
3 Status nutrisi
4 Status sirkulasi

SIKI : 1. Perawatan integritas kulit

SIKI :
1.1 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit.
1.2 Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergi untuk kuliat
sensitif
1.3 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
1.4 Anjurkan minum air yang cukup

SLKI 2 : Keletihan

13
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Tingkat keletihan
2 Konservasi energi
3 Mobilitas fisik
4 Perawatan diri

SIKI : 1. Menajemen energi

SIKI :
1.1 Identifikasi gangguan tubuh yang mengakibatkan kelelahan
1.2 Monitor kelelahan fisik dan emosional
1.3 Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
1.4 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
1.5 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.

SLKI 3 : Hipovolemia

No Indikator 1 2 3 4 5
1 Termoregulasi
2 Keseimbangan elektrolit
3 Perfusi perifer

SIKI : 1 Menajemen Hipovolemia

SIKI :
1.1 Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun).
1.2 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis ( glukosa 2,5 %)
1.3 Kolaborasi pemberian produk darah

BAB V

14
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Terdapat Bentol-bentol berwarna merah keunguan di dada, perut, punggung
dan belakang telinga sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan utama pasien mengatakan
lemah letih lesu meningkat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Hasil
pemeriksaan Lab didapatkan HB : 8,6 gr/dl, BB menurun drastis merasa lemah dan
demam sejak 3 bulang yang lalu.
Jadi berdasarkan data-data diatas kita dapat mengangkat dan membuat 3
asuhan keperawatan menggunakan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)
yaitu. Gangguan integritas kulit/jaringan, Keletihan dan Hipovolemia.

5.2 Saran
Dari makalah yang dibuat ini mahasiswa diharapkan mempelajarinya supaya
Mahasiswa dapat memahami cara membuat suatu asuhan keperawatan menggunakan
buku Standar diagnosa keperawatan indonesia (SDKI) Standar luaran keperawatan
indonesia (SLKI) dan Standar intervensi keperawatan indonesia (SIKI).

15

Anda mungkin juga menyukai