Anda di halaman 1dari 6

PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER, TERSIER KLIEN DENGAN HIV AIDS

HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh
seseorang dan menyebabkan tubuh menjadi lemah. Seseorang yang menderita HIV tidak selalu
berarti dia juga menderita Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Perlu bertahun-tahun
untuk pengidap virus ini dapat berkembang menjadi AIDS. HIV/AIDS tidak bisa disembuhkan.
Namun, dengan obat yang tersedia saat ini seperti obat antiretroviral, sangat mungkin untuk
seseorang yang mengidap penyakit ini memiliki hidup normal dengan kualitas hidup optimal.

Cara Penularan HIV/AIDS
1)      Lewat cairan darah
Melalui transfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV. Lewat pemakaian jarum suntik
yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian tanpa disterilkan, melalui pemakaian jarum
suntik yang berulangkali dalam kegiatan lain, misalnya: penyuntikan obat, imunisasi, pemakaian
alat tusuk yang menembus kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat facial wajah.
2)      Lewat cairan sperma dan cairan vagina
Melalui hubungan seks penetratif (penis masuk kedalam Vagina/Anus), tanpa menggunakan
kondom, sehingga memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan cairan vagina (untuk
hubungan seks lewat vagina) atau tercampurnya cairan sperma dengan darah, yang mungkin
terjadi dalam hubungan seks lewat anus.
3)      Lewat air susu ibu
Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan melahirkan
lewat vagina kemudian menyusui bayinya dengan ASI.

Pencegahan HIV/AIDS
1)        Primer
Pencegahan primer dilakukan sebelum seseorang terinfeksi HIV. Hal ini diberikan pada
seseorang yang sehat secara fisik dan mental. Pencegahan ini tidak bersifat terapeutik, tidak
menggunakan tindakan yang terapeutik dan tidak menggunakan identifikasi gejala
penyakit. Pencegahan ini meliputi dua hal, yaitu:

a. Peningkatan kesehatan, misalnya: dengan pendidikan kesehatan reproduksi tentang


HIV/AIDS, standarisasi nutrisi, menghindari seks bebas screening, dan sebagainya.
b. Perlindungan khusus, misalnya: imunisasi, kebersihan pribadi, atau pemakaian kondom.
2)        Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) agar tidak mengalami
komplikasi atau kondisi yang lebih buruk. Pencegahan ini dilakukan melalui pembuatan
diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat sehingga dapat mengurangi keparahan kondisi dan
memungkinkan ODHA tetap bertahan melawan penyakitnya. Pencegahan sekunder terdiri dari
teknik skrining dan pengobatan penyakit pada tahap dini. Hal ini dilakukan dengan
menghindarkan atau menunda keparahan akibat yang ditimbulkan dari perkembangan
penyakit atau meminimalkan potensi tertularnya penyakit lain.

3)        Tersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika seseorang teridentifikasi terinfeksi HIV/AIDS dan
mengalami ketidakmampuan permanen yang tidak dapat disembuhkan. Pencegahan ini terdiri
dari cara meminimalkan akibat penyakit atau ketidakmampuan melalui intervensi yang bertujuan
mencegah komplikasi dan penurunan kesehatan. Kegiatan pencegahan tersier ditujukan untuk
melaksanakan rehabilitasi, dari pada pembuatan diagnosa dan tindakan penyakit. Perawatan pada
tingkat ini ditujukan untuk membantu ODHA mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai
dengan keterbatasan yang ada akibat HIV/AIDS. Tingkat perawatan ini bisa disebut juga
perawatan preventive, karena di dalamnya terdapat tindak pencegahan terhadap kerusakan atau
penurunan fungsi lebih jauh. Misalnya, dalam merawat seseorang yang terkena HIV/AIDS,
disamping memaksimalkan aktivitas ODHA dalam aktivitas sehari-hari di masyarakat, juga
mencegah terjadinya penularan penyakit lain ke dalam penderita HIV/AIDS. Mengingat
seseorang yang terkena HIV/AIDS mengalami penurunan imunitas dan sangat rentan tertular
penyakit lain.
Selain hal-hal tersebut, pendekatan yang dapat digunakan dalam upaya pencegahan penularan
infeksi HIV/AIDS adalah penyuluhan untuk mempertahankan perilaku tidak beresiko. Hal ini
bisa dengan menggunakan prinsip ABCDE yang telah dibakukan secara internasional sebagai
cara efektif mencegah infeksi HIV/AIDS lewat hubungan seksual. ABCDE ini meliputi:
A = abstinensia, tidak melakukan hubungan seks terutama seks berisiko tinggi dan seks
pranikah.
B = be faithful, bersikap saling setia dalam hubungan perkawinan atau hubungan tetap.
C = condom, cegah penularan HIV dengan memakai kondom secara benar dan    konsisten untuk
para penjaja seksual.
D = drugs, hindari pemakaian narkoba suntik.
E =  equipment , jangan memakai alat suntik bergantian.
Upaya penanggulangan penyakit HIV/AIDS dapat dilakukan dengan menyediakan Rumah Sakit
atau tempat perawatan khusus bagi pasien penderita HIV/AIDS dan dijaga sedemikian rupa
sehingga penularan kepada yang sehat dapat dicegah serta melakukan pemantauan secara terus
menerus untuk melihat perkembangan masalah AIDS agar masalah AIDS ini dapat ditangani
dengan baik.
PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER, TERSIER KLIEN DENGAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA

Kali ini saya akan menjelaskan tentang pencegahan primer,sekunder,dan tersier terhadap klien
dengan penyalahgunaan NAPZA.

Saat ini ada 3 tipe pencegahan penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh Badan Narkotika
Nasional (BNN) yaitu :

1. Pencegahan Primer

Pencegahan Primer merupakan tindakan pencegahan yang dilakukan sejak dini supaya
orang tidak menyalahgunakan narkoba. Sasaran utamanya adalah anak atau remaja, keluarga dan
kesatuan masyarakat yang belum terkena masalah penyalahgunaan NARKOBA.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :

- Penyuluhan tentang bahaya narkoba dan upaya-upaya pencegahan yang bisa di lakukan.

- Penerangan melalui berbagai media tentang bahaya narkoba.

- Pendidikan tentang pengetahuan narkoba dan bahayanya.

Bisa juga di lakukan dengan metode yang sudah di rekomendasikan oleh UNODC (United
Nation Office on Drugs and Crime) yaitu pencegahan penyalahgunaan narkoba dengan melalui
berbasis ilmu pengetahuan.

UNODC menunjukkan bahwa metode pencegahan penyalahgunaan narkoba yang selama


ini dilakukan seperti pencetakan booklet, buku, poster maupun leaflet malah terkesan
menyeramkan sehingga tidak menarik perhatian masyarakat untuk tahu lebih banyak tentang
narkoba dan bahayanya. Ini karena materi, isi maupun testimony yang ada di dalamnya kurang
atau bahkan tidak tepat sebagai sarana untuk menyadarkan ataupun mengingatkan masyarakat
tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.

Berbagai sarana tersebut sangat kurang memberi dampak positif bahkan tidak
mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat sama sekali. Oleh karena itulah UNODC
merekomendasikan strategi pencegahan penyalahgunaan narkoba berbasis ilmu pengetahuan.
Metode kali ini mengutamakan kerjasama dengan keluarga, sekolah, masyarakat ataupun
komunitas tertentu untuk mengembangkan program pencegahan yang menekankan pada aspek
pendidikan (edukasi).
2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan Sekunder adalah untuk menginisiasi penyalahguna narkoba yang baru saja
menggunakan atau mencoba-coba. Mereka perlu disadarkan supaya nantinya tidak berkembang
menjadi pecandu karena efek adiktif dari narkoba yang dikonsumsi. Pecegahan ini menitik
beratkan pada mengarahkan si penyalahguna narkoba untuk melalukan pola hidup sehat dalam
keseharian mereka (healthy lifestyle). Selain itu juga dibantu agar mereka menjalani terapi
maupun rehabilitasi.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :

1. Layananan informasi dan konsultasi

2. Konseling

3. Rujukan

4. Fasilitas dan penguatan kelompok

5. Pembinaan olahraga dan kesenian

6. Penerangan dan Pendidikan pengembangan individu

Yang tidak kalah penting adalah kebijakan untuk mendukung agar para pecandu narkoba di
kirim ke pusat rehabilitasi, bukan dihukum dan mengirimnya ke dalam penjara.

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan Tersier ditujukan bagi para pecandu yang sudah lama mengonsumsi narkoba
dan bergaul dengan barang haram ini. Dalam tahap pencegahan ini para pecandu akan
direhabilitasi. Ini karena para pecandu tersebut pada dasarnya adalah seseorang yang sakit
sehingga perlu disembuhkan. Dalam masa rehabilitasi para pecandu akan dipulihkan dari
ketergantungan sehingga mereka bisa hidup normal serta kembali bersosialisasi dengan keluarga
dan masyarakat.

Adapun tahap-tahap dalam pencegahan tersier ini,yaitu :

1. Tahap Menjauhkan diri

Bisa berlangsung selama 2 tahun sejak tanggal penggunaan terakhir.

2. Tahap Konfrontasi
Berlangsung mulai akhir tahap 1 sampai selama 5 tahun tidak menggunakan secara konsisten.

3. Tahap Pertumbuhan

Berlangsung selama 5 tahun atau lebih.

4. Tahap transformasi

Sudah melanjutkan gaya hidup yang baru yang di temukan pada tahap pertumbuhan.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :

- Konseling dan bimbingan sosial kepada pengguna dan keluarga serta kelompok lingkungannya

- Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bekas pengguna agar mereka tidak terjerat untuk
kembali sebagai pengguna narkoba.

Selain pencegahan yang telah disebutkan, maka wahana yang paling berpotensi untuk dapat
menghindari penyalahgunaan narkoba adalah dari lingkungan keluarga.

Ada Beberapa strategi sederhana yang dapat dilakukan orang tua dalam upaya pencegahan
narkoba diantaranya yaitu:

1. Orang tua harus memiliki pengetahuan secara jelas tentang narkoba , agar dapat memberikan
pengetahuan dan pembekalan pada anak tentang ganasnya narkoba dan bagaimana cara
menghindarinya.

2. Hindari kepercayaan diri yang berlebihan bahwa anaknya adalah anak yang sempurna dan
tidak punya masalah, ini perlu dilakukan agar secepatnya dapat mendeteksi dini bila ada
perubahan yang tidak lazim pada anaknya.

3. Jangan segan mengawasi dan mencari penyebab terjadinya perubahan tingkah dan perilaku
pada anaknya.

4. Cek secara berkala kondisi kamar ( bila anak memiliki kamar pribadi ), pakaian yang habis
dipakai (isi kantong, aroma pakaian, dls) tas sekolah dan atribut lainnya. (dalam melakukannya
perlu strategi yang baik agar tidak menimbulkan konflik dengan anaknya).

5. Orang tua sebaiknya dapat menjadi model dan contoh yang baik bagi anaknya serta sekaligus
juga dapat berperan sebagai sahabatnya. ( agar anaknya tidak segan mencurahkan segala isi hati,
pendapat dan permasalahan yang dihadapinya).

6. Menerapkan dan membudayakan delapan fungsi keluarga di dalam kehidupan sehari-hari


keluarga. Agar muncul rasa nyaman pada anak ketika berada di lingkungan keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai