Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KELOMPOK PESANTREN

Disusun Oleh :

Kelompok 13

1. MEGIWATI INKA WELLO (2018610071)


2. ROMEO ALEXANDER AL-FATH (2018610078)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyusun laporan ini dengan judul “LAPORAN PENDAHULUAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK PESANTREN” hingga
selesai.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah
memberikan saran atas selesainya penulisan laporan ini. Di dalam penulisan makalah ini kami
menyadari bahwa masih ada kekurangan-kekurangan mengingat keterbatasanny apengetahuan
dan pengalaman kami. Oleh sebab itu, sangat di harapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun untuk melengkapkan makalah ini dan berikutnya.

Malang , Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................1

Daftar Isi...............................................................................................................2

Bab 1 :Pendahuluan

1.1. Latar Belakang.........................................................................................4


1.2. Rumusan Masalah....................................................................................6
1.3. Tujuan......................................................................................................6
1.3.1. Tujuan Umum..........................................................................................6
1.3.2. Tujuan Khusus.........................................................................................6
1.4. Manfaat....................................................................................................6

Bab 2 :Tinjauan Pustaka

2.1............................................. Definisi Keperawatan Komunitas di Pesantren 7


2.2...................................... Keperawatan Komunitas di Lingkungan Pesantren 7
2.3................. Upaya Kegiatan Kesehatan Komunitas di Area Kalangan Santri 8
2.4....................................... Masalah-masalah Kesehatan di Pondok Pesantren 10

Bab 3 : Asuhan Keperawatan...........................................................................12

Bab 4 : Penutup

3.1. Kesimpulan............................................................................................23
3.2. Saran......................................................................................................23

Daftar Pustaka...................................................................................................24
BAB 1

PENDAHULUAN

.1. Latar Belakang


Harnilawati menjelaskan (2013) bahwa keperawatan komunitas mencakup perawatan
kesehatan keluarga ( nurse health family ) juga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas,
membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan
yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan kepada orang lain ( WHO, 1947 ),

M. Arifin (2012) secara terminologi dapat dikemukakan disini beberapa pandangan yang
mengarah kepada pengertian pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang
tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem (kompleks) dimana santri-santri
menerima pendidikan agama Islam melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya
dibawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang
bersifat karismatik serta independen dalam segala hal.

Menurut Riset Nasional Dasar Kesehatan 2013, prevalensi merokok di Indonesia yang
berusia 15 tahun ke atas meningkat dari 34,2% di 2007 menjadi 34,7% pada tahun 2010, dan
menjadi 36,3% pada tahun 2013. Persentase memulai menggunakan tembakau dalam setiap
kelompok usia adalah: 5-9 tahun - 0,7%, 10-14 tahun 9,5%, 15-19 tahun 50,3%, 20-24 tahun
26,7%, 25-29 tahun 7,6%, > 30 tahun 5,2% .

Budaya bersih merupakan cerminan sikap dan perilaku masyarakat dalam menjaga dan
memelihara kebersihan pribadi serta lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Pondok Pesantren
sebagai salah satu tempat pendidikan di Indonesia saat ini berjumlah kurang lebih 40.000.
Penyakit menular berbasis lingkungan dan perilaku seperti tuberkulosis paru, infeksi saluran
pernapasan atas, diare dan penyakit kulit masih merupakan masalah kesehatan yang juga dapat
ditemukan di Pondok Pesanten.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia prevalensi skabies di Puskesmas


seluruh Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6%-12,95% dan skabies menduduki urutan ketiga
dari 12 penyakit tersering (Siswono, 2008). Data kesakitan skabies pada tahun 2008 tingkat
Puskesmas se-Kota Semarang adalah 1100 kasus. 14,72% diantaranya terjadi pada balita (DKK
Semarang, 2008).

Prevalensi penyakit skabies disebuah pondok pesantren di Jakarta mencapai 78,70%, di


wilayah Kabupaten Pasuruan sebesar 66,70% prevalensi penyakit skabies jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan prevalensi penyakit skabies di negara berkembang yang hanya 6-27% atau
prevalensi penyakit skabies di Indonesia sebesar 4,60-12,95% saja, dengan prevalensi tertinggi
pada anak usia sekolah dan remaja (Nugraheni, 2008).

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan


antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta
masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan
utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan.

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat


alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

Pondok pesantren juga merupakan bagian dari lingkup komunitas yang pada umumnya
tergambar pada ciri khas yang biasanya dimiliki oleh pondok pesantren, yaitu adanya pengasuh
pomdok pesantren (Kyai/ Ajengan/ Tuan Guru/ Buya/ Tengku/ ustadz), adanya masjid sebagai
pusat kegiatan ibadah dan tempat belajar, adanya santri yang belajar, serta adanya asrama
sebagai tempat tinggal santri. Asuhan keperawatan komunitas di warga pesantren sebagai usaha
pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan dan memandirikan warga pesantren agar dapat
meningkatkan dan mempertahankan derajat kesehatan secara optimal.

.2. RumusanMasalah
1. Apa Definisi Keperawatan Komunitas di Pesantren ?
2. Bagaimana Keperawatan Komunitas di Lingkungan Pesantren ?
3. Bagaimana Upaya Kegiatan Kesehatan Komunitas di Area Kalangan Santri ?
4. Bagaimana Masalah-masalah Kesehatan di Pondok Pesantren ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada kelompok pesantren?
.3. Tujuan
.3.1. TujuanUmum
Memahami dan mengerti “Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas dengan Masalah
Kesehatan Kelompok Pesantren” .
.3.2. TujuanKhusus
1. Untuk Mengetahui Definisi Keperawatan Komunitas di Pesantren
2. Untuk Mengetahui Keperawatan Komunitas di Lingkungan Pesantren
3. Untuk Mengetahui Upaya Kegiatan Kesehatan Komunitas di Area Kalangan Santri
4. Untuk Mengetahui Masalah-masalah Kesehatan di Pondok Pesantren
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kelompok pesantren

.4. Manfaat

Untuk mengetahui dan menambah wawasan baru tentang Asuhan keperawatan komunitas
di lingkungan pesantren serta mengetahui masalah Kesehatan di Pondok Pesantren dan upaya
Kegiatan Kesehatan Komunitas di Area Kalangan Santri.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

.1. Definisi Keperawatan Komunitas di Pesantren


Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta
masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitative secara menyeluruh
dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai
kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak,
2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat
alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok sertamasyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasik eperawatan (Wahyudi, 2010).
2.2. Keperawatan Komunitas di Lingkungan Pesantren

Pesantren merupakan tempat untuk mendidik agar santri-santri menjadi orang yang
bertaqwa, berakhlak mulia serta memeiliki kecerdasan yang tinggi. Santri-santri yang berada di
pondok Pesantren merupakan anak didik yang pada dasarnya sama saja dengan anak didik di
sekolah-sekolah umum yang harus berkembang dan merupakan sumber daya yang menjadi
generasi penerus pembangunan yang perlu mendapat perthatian khusus terutama kesehatan dan
pertumbuhannya. Permasalahan kesehatan yang dihadapi santri-santri tidak beda dengan
permasalahan yang dihadapi anak sekolah umum bahkan bagi santri yang mondok akan
bertambah lagi dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada di pondok yang mereka tempati.
Berdasarkan hal tersebut di atas dituntut suatu peran aktif dari masyarakat dalam hal ini
adalah Pesantren bekerjasam dengan pihak kesehatan melakukan pembinaan kesehatan bagi
santri-santri yang ada sehingga terwujud pola perilaku hidup bersih dan sehat bagi para santri
dan masyarakat Pondok Pesantren serta masyarakat lingkungannya.
2.3. Upaya Kegiatan Kesehatan Komunitas Di Area Kalangan Santri
Untuk mendapatkan hasil guna dan daya guna yang optimal sehubungan dengan peran serta
Pesantern untuk melakukan pembinaan kesehatan santri-santri diperlukan upaya-upaya yang
meliputi:
1. Upaya Promotif :
 Pelatihan kader kesehatan Pondok Pesantern yaitu kegiatan pelatihan santri-santri
yang berada di Pondok Pesantren untuk menjadi kader kesehatan yang akan
membantu kegiatan pelayanan kesehatan di Pondok Pesantren tersebut.
 Penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan pihak Pondok
Pesantren tentang pesan-pesan kesehatan guna meningkatkan pengetahuan sikap
dan perilaku santri dan masyarakat Pondok Pesantren mengenai kesehatn jasmani,
mental dan social.
 Perlombaan bidang kesehatn yaitu kegiatan yang sifatnya untuk meningkatkan
minat terhadap kegiatan kesehatn di Pondok Pesantren, misalnya lomba kebersihan,
lomba kesehatan dan lain-lain.
2. Upaya Preventif :
 Imunisasi , yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pihak kesehatn dibantu pihak Pondok
Pesantern dalam rangka pencegahan terhadap penyakit tertentu pada santri-santri
yang masih berusia sekolah, misaln ya imunisasi DT dan TT pada Bulan Imunisasi
Anak Sekolah (BIAS).
 Pemberantasan nyamuk dan sarangnya, adalah kegiatan pencegahan penyakit yang
disebabkan gigitan nyamuk dengan jenis kegiatan pemberantasan sarang nyamuk
yang dilaksanakan oleh santri dan petugas serta pihak Pondok Pesantren.
 Kesehatan lingkungan, yaitu suatu kegiatan berupa pengawasan dan pemeliharaan
lingkungan Pondok Pesantren berupa tempat pembuangan sampah, air limbah,
kotoran dan sarana air bersih. Kegiatan ini bertujuan guna meningkatkan kesehatan
lingkungan Pondok Pesantren.
 Penjaringan kesehatan santri baru guna mengetahui status kesehatan dan sedini
mungkin menemukan penyakit yang diderita para santri.
 Pemeriksaan berkala guna mengevaluasi kondisi kesehatan dan penyakit para santri di
Pondok Pesantren yang dialksanakan oleh petugas kesehatn dibantu pihak Pondok
Pesantren.
3. Upaya Kuratif dan rehabilitatif :
 Pengobatan dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap santri dan masyarakat
Pondok Pesantren yang sakit yang dirujuk pihak Pondok Pesantren.
 Rujukan kasus yaitu kegiatan merujuk santri dan mayarakat Pondok Pesantren yang
mmengidap penyakit tertentu ke fasilitas rujukan legih lanjut untuk mencegah
penyakit berkembang lebih lanjut.

Peran serta lain yang biasanya dilakukan oleh pihak Pondok Pesantren adalah dalam hal
pelayanan gizi di Pondok Pesantren dengan cara:

1) Pemantauan status gizi masyarakat Pesantren dengan kegiatan penimbangan berat


badan dan pengukuran tinggi badan.
2) Pemanfaatan halaman/pekarangan, yaitu memanfaatkan lahan untuk pertanian atau
perikanan/peternakan guna kelengkapan gizi santri.
3) Penanggulangan masalah gizi. Kegiatan bekerja sama dengan pihak kesehatan dalam
rangka mengatasi masalah gizi utama (Gaki atau gangguan akibat kekurangan iudiom,
Anemia gizi besi, Kurang Energi Protein, Kekurangan vitamin A).
4) Pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan.

Masalah lain yang juga berhubungan dengan peran serta Pondok Pesantren guna
meningkatkan derajat kesahatan masyarakat Pondok Pesantern adalah tentang kesehatan
lingkungan di Pondok Pesantren yang meliputi :

1) Lingkungan dan bangunan pondok Pesantren haruslah dalam keadaan bersih tersedia
sarana sanitasi yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan., bangunan yang kukuh.
2) Tata Ruang, sesuai dengan kebutuhan dan perencanaan.
3) Konstruksi bangunan sesuai dengan persyaratan kesehatan.
4) Kamar/ruang cukup untuk dihuni oleh santri dan sesuai dengan ketentuan kesehatan.

Keterlibatan Pondok Pesantren dalam hal kesehatan yang lain adalah tersedianya Pos Obat
Desa (POD). Pos Obat Desa yang dimaksud adalah suatu tempat dimana masyarakat warga
Pondok Pesantren yang sakit dapat dengan mudah memperoleh obat untuk mengobati santri
dengan murah dan bermutu. Obat-pbat yang dipakai adalah obat-obat yang diperbolehkan yaitu
sesuai dengan letentuan dari pihak kesehatan. Pengelola POD adalah kader yang telah dilatih
yang berada di Pondok Pesantren.

2.4 Masalah-masalah Kesehatan di Pondok Pesantren


Kurangnya pemahaman para santri tentang kesehatan di sekitar pondok dapat membuat
masalah pada dirinya sendiri. Masalah tersebut antara lain:
a) Berkaitan dengan kesehatan lingkungan:
 Sampah yang berserakan di lingkungan pesantren
 Lantai asrama jarang dipel
 Air limbah tidak mengalir kedalam got sehingga menjadi sarang nyamuk
 Bak mandi jarang di kuras Saluran air mandi tersumbat oleh sampah
 Kasur tidak dijemur
b) Bekaitan dengan masalah tingkah laku
 Piring tidak segera dicuci sebelum dan sesudah makan
 Sisa makanan yg berserakan di asrama
 Pakaian yang sudah digunakan bergantungan di dalam asrama
 Santri tidur dilantai, tanpa selimut dan alas tidur
 Ember sabun, sepatu dan sandal diletakkan sembarangan di dalam asrama.
 Bantal sering dipakai bersama-sama
 Menghidangkan makanan tidak ditutup
 Sesudah BAB tidak cuci tangan dengan sabun dan WC tidak disiram sampai
bersih
 Pakaian basah dijemur di dalam asrama.
c) Berkaitan dengan masalah Gizi
 Mie dijadikan makanan pokok
 Menu makanan kurang bervariasi
 Santri tidak sarapan pagi
 Mengambil porsi makanan yang tidak sesuai
d) Berkaitan dengan masalah sarana dan prasarana
 Ruang asrama tidak sesuai dengan jumlah penghuni
 Kurangnya obat-obat ringan dan P3K
 Kurangnya tempat menjemur pakaian
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PESANTREN

“Perilaku Hidup Bersih dan Sehat”

KASUS

Terdapat sebuah pondok pesantren yang bernama “Al-Amin” yang didirikan oleh K.H Agus
Salim sejak 20 Juli 1985 dengan jumlah santri 20 orang. Saat ini pondok pesantren “Al-Amin”
yang terletak di Jawa Timur terdapat 100 santri dengan pimpinan saat ini K.H Munir.

Pondok Pesantren ini bersifat Independen dan mandiri, sudah terdapat UKS tetapi PHBS di
pesantren ini kurang seperti ruang asrama tampak gelap, tampak pakaian dan peralatan sholat
yang digantung yang menghambat masuknya cahaya matahari. Ventilasi pada asrama kurang. Di
belakang asrama siswi tampak sampah berserakan. Ada toilet yang tidak terawat, selokan yang
tidak terawat dan kotor, serta menimbulkan bau. Kamar mandi sebagian ada yang tampak
berantakan.

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 DEMOGRAFI
1. Struktur Lokasi
 Bangunan
Mayoritas bangunan adalah bangunan permanen terbuat dari tembok.
 Arsitektur
Bangunan rumah ukuran kecil tetapi ada juga yang besar dan berdekat – dekatan,
satu dengan lainnya, dan sebagian lainnya memiliki corak yang sama. Sebagian
besar rumah lantainya terbuat dari keramik, hanya sebagian kecil yang
berlantaikan semen dan tanah. Rata-rata disetiap bangunan memiliki pencahayaan
yang kurang baik, sedikitnya bangunan yang mempunyai jendela yang dibuka
setiap hari.
2. Jumlah total penduduk
Santri berjumlah 135
3. Proporsi penduduk berdasarkan jeniskelamin
No Jenis kelamin Jumlah Proporsi
1 Laki-laki 75 75%
2 Perempuan 60 60%

4. Proporsi penduduk berdasarkan usia


No Usia Jumlah Proporsi
1 8-12 tahun 35 orang 35 %
2 16-18 tahun 27 orang 27 %
3 9-12 tahun 40 orang 40 %
4 15-18 tahun 33 orang 33 %

5. Suku dan budaya


Mayoritas santri dari suku Jawa Suku dan agama
6. Gaya hidup
para santri banyak yang tidak melakukan perilaku hidup bersih dan sehat seperti masih
terdapat para santri yang membuang sampah sembarangan, kamar yang tidak di bersihkan
dengan gantungan baju yang bertumpuk sehingga pencahayaan tidak baik, selain itu
kamar mandi yang tidak rajin dibersihkan.
7. Ekonomi Masyarakat
Sebagian besar masyarakat pondok pesantren masih berstatus siswa dan belum bekerja.

3.1.2 LINGKUNGAN FISIK

1. Perumahan

 Area
Pondok Pesantren Al Amin Kota Surabaya terdiri dari banyak bangunan yang digunakan
sebagai sarana sekolah mulai kelas 1 sampai 3.

 Kualitas
Terdapat beberapa lahan kosong lainnya tidak dimanfaatkan untuk kegiatan pondok
pesantren.

3. pembuangan sampah

 terdapat para santri yang membuang sampah sembarangan


 Penampungan sampah ada yaitu tempat sampah yang telah di sediakan .Tapi ketika
tempat sampah penuh dan belum di anggkut oleh petugas sampah maka sampah akan di
tumpuhkan dan di bongkar oleh kuncing sehingga berakah di mana-mana dan berbau
busuk.
 Keadaan tempat sampah terbuka .
4. pembuangan limbah

 Kebiasaan santri BAB & BAK di /WC.


 Pembuangan air limbah di alirkan ke got.
 Kondisi saluran pembuangan lancar.
3.1.3 KONDISI KESEHATAN UMUM

1. PelayananKesehatan

 Terdapat Puskesmas di Kecamatan Wonokromo. Tetapi untuk pondok pesantren sendiri


belum memiliki poskestren
 Terdapat puskesmas disekitar pesantren ± 1,5 km puskesmas Jagir dan RS Swasta ± 2 km
sedangkan di pesantren tersedia UKS
2. MasalahKesehatan Khusus

 Masalah kesehatan terbanyak yang terjadi selama 5 bulan terakhir yaitu akibat kurangnya
perilaku PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
3. Pasangan Usia subur
 Dalam pesantren terdapat 2 pasangan subur
 Tidak menjadi akseptor KB
 Alasannya di larang suami
A. Data Sub Sistem

1. Fisik dan lingkungan


Ruang asrama tampak gelap, tamp
ak pakaian dan peralatan sholat yang digantung yang menghambat masuknya
cahaya matahari. Ventilasi pada asrama kurang. Di belakang asrama siswa dan
siswi tampak sampah berserakan. Ada toilet yang tidak terawat, selokan yang
tidak terawat dan kotor, serta menimbulkan bau dan berlumut. Kamar mandi
sebagian ada yang tampak berantakan.
2. Pendidikan
Lama pendidikan di pondok pesantren Al-Amin putri ada tingkat tajhizi
(persiapan) 1 tahun, wutsha (3 tahun), dan kuliah 3 tahun. Dari kelas 1 sampai
kelas 2 MA masing-masing sebesar 50 orang dengan persentase 60%.
a. Distribusi jumlah siswa berdasarkan informasi kesehatan yang di lakukan
oleh petugas kesehatan sebesar 57 orang dengan persentase 71, 3%.
b. Tema informasi kesehatan
Didapatkan distribusi jumlah siswa yang di lakukan oleh petugas
kesehatan sebesar 35 orang dengan presentase 59%
c. Pelatihan dan keterampilan
Didapatkan jumlah siswa berdasarkan pernah tidaknya mengikuti kegiatan
pelatihan dan ketrampilan yang dilakukan oleh petugas kesehatan sebesar
46 orang dengan presentasi 57,5%.
d. Jenis pelatihan dan ketrampilan
Didapatkan jumlah siswa pernah tidaknya mengikuti jenis pelatihan dan
ketrampilan Penanganan P3K yang dilakukan oleh petugas kesehatan
sebesar 20 orang dengan presentasi 45%.
e. Sumber informasi kesehatan
Didapatkan bahwa hampir semua siswa di pesantren mendapatkan
informasi dari petugas kesehatan puskesmas sebanyak 80 orang dengan
presentasi sebesar 88,25%.
3. Komunikasi
a. Jenis komunikasi
Siswa paling banyak menggunakan sarana komunikasi sekolah jenis
majalah dinding sebanyak 85 orang dengan presentasi 88,9%.
4. Kesehatan dan pelayanan social
a. Sarana kesehatan
Terdapat puskesmas disekitar pesantren ± 1,5 km puskesmas Jagir dan RS
Swasta ± 2 km sedangkan di pesantren tersedia UKS
b. Program Kesehatan
UKS yang baru berjalan sebulan, belum terlalu diterapkan PHBS maupun
penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
c. Jaminan kesehatan sekolah
Berupa kartu UKS dengan kewajiban siswa membayar iuran kesehatan
sebanyak Rp 30.000,00 per tahun.
d. Angka kesakitan Siswa
Angka kesakitan siswa dalam setahun terakhir di pesantren dengan jumlah
68 orang dengan presentasi sebanyak 68,8%.
e. Jenis penyakit dan keluhan
Berdasarkan hasil wawancara para santri mengatakan banyak yang
membuang sampah sembarangan, tidak menaruh baju pada lemari tetapi
hanya di gantung, selain itu peralatan sholat yang digantung. Ada toilet
yang tidak terawat, selokan yang tidak terawat dan kotor, serta
menimbulkan bau. Kamar mandi sebagian ada yang tampak berantakan.
Sehingga perilaku hidup bersih dan sehat para santri kurang dengan
frekuensi 60 orang dengan presentasi sebanyak 78,8%.
Berdasarkan hasil wawancara para santri saat ditanyakan progam PHBS
mengatakan bahwa mereka belum paham sepenuhnya tentang pentingnya
PHBS.
5. Keamanan dan transportasi
Pondok pesantren Al Amin berada di lingkungan yang aman meskipun sulit
dari jangkauan transportasi umum. Mempunyai 3 satpam yang bertugas untuk
berjaga di pintu gerbang pondok pesantren.
6. Ekonomi
a. Sumber keuangan
Dari data didapatkan jenis sumber keuangan adalah dari orang tua
sebanyak 80 orang dengan presentasi 100%.
b. Jenis pekerjaan orang tua
Dari data di dapatkan bahwa jenis pekerjaan orang tua siswa paling
banyak adalah wiraswasta sebanyak 42 orang dengan presentasi 54%.
c. Biaya Sekolah
Besar biaya sekolah dipondok pesantren Al-Amin putrid untuk kelas 1 >
Rp 250.000 dan untuk biaya sekolah kelas 2 antara Rp 250.000 – Rp
500.000.
d. Besar Bantuan Beasiswa Pemerintah
Dari data yang didapatkan besar pungutan biaya sekolah di pesantren Al-
Amin paling banyak sebesar Rp 250.000 – Rp 750.000 sebanyak 52 orang
dengan presentase 65%.
e. Kantin tempat makan
Terdapat satu kantin yang menjual makanan dan minuman untuk para
siswa. Harga di kantin terjangkau oleh siswa, dengan harga semua
makanan di kantin Rp 1000. Kondisi kantin tampak kurang bersih, masih
ada banyak sampah berserakan dan lalat yang berterbangan tetapi terdapat
pula mini market di dalam lingkungan Pondok Pesantren Al-Amin.

7. Politik dan Pemerintahan


1. Kunjungan pemerintah
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa didapatkan bahwa
kunjungan pemerintah pernah dilakukan namun dengan waktu dan
banyak kunjungan yang tidak menentu.
2. Tema Kunjungan Pemerintah
Dari data yang didapat, tema kunjungan pemerintah menurut siswa di
pondok pesantren Al-Amin hal ini tampak dari lingkungan pondok
pesantren Al-Amin sendiri, yang tidak tampak adanya bendera partai,
spanduk, poster, maupun atribut partai yang lainnya.
8. Rekreasi
1. Kegiatan saat Waktu Istirahat Sekolah
Dari data didapatkan kegiatan saat waktu istirahat sekolah siswa di
Pesantren Al-Amin paling banyak adalah mengobrol dengan teman
sebanyak 55 orang dengan presentase 56,5%.
2. Jenis Sarana Hiburan Sekolah
Dari data didapatkan bahwa jenis sarana hiburan sekolah yang
dimanfaatkan siswa di Pesantren Al-Amin paling banyak adalah
kegiatan keagamaan (Pembacaan Maulid Habsyi, rebana) sebanyak 68
orang dengan presentase 72,5%.
3. Jumlah Hari Libur
Dari data didapatkan bahwa jumlah hari libur siswa di Pesantren Al-
Amin paling banyak adalah 1-3 hari sebanyak 53 orang dengan
presentase 27,5%
4. Tujuan Rekreasi Waktu Libur
Dari data yang didapat bahwa tujuan rekreasi waktu libur siswa di
Pesantren Al-Amin paling banyak adalah Ziarah Keagamaan sebanyak
55 orang dengan presentase 52,5%.
c. Persepsi
Para santri mengartikan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai hal yang biasa
dan tidak begitu penting karena mereka beranggapan selagi mereka sakit yang
tidak parah, perilaku kebiasaan mereka dianggap tidak bermasalah dan tetap
melakukan aktivitas fisik seperti biasa. Mereka juga menganggap seperti menaruh
tumpukan baju di gantungan baju maupun tembok, membuang sampah saat ini hal
biasa karena kadang-kadang ada yang membersihkan. Tetapi dalam hal ini mereka
mengatakan juga belum tahu bagaimana perilaku hidup bersih dan sehat agar lebih
baik dari sebelumnya
3.2 ANALISA DATA DAN PRIORITAS

3.2.1 Analisa Data

No Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan


1 Ds: Kebersihan lingkungan Resiko infeksi
 Berdasarkan hasil yang kurang baik
wawancara para siswa (peningkatan paparan
pesantren Al-Amin organisme pathogen
mengatakan Ada toilet yang lingkungan)
tidak terawat, selokan yang
tidak terawat dan kotor,
serta menimbulkan bau.
Kamar mandi sebagian ada
yang tampak berantakan
 Para siswa pondok
pesantren mengatakan
banyak yang membuang
sampah sembarangan, tidak
menaruh baju pada lemari
tetapi hanya di gantung,
selain itu peralatan sholat
yang digantung.

Do:
 Terlihat ruang asrama di
Pondok Pesantren Al-Amin
tampak pakaian dan
peralatan sholat yang
digantung, menghambat
masuknya cahaya matahari
ke dalam ruang asrama.
Ventilasi pada asrama
Pondok Pesantren Al-Amin
kurang.
 Kebersihan lingkungan di
Pesantren Al-Amin banyak
terdapat sampah yang
berserakan seperti sampah
botol,bungkusan makanan,
dan baju bekas,WC tidak
terawat, kebersihan kamar
mandi tidak sama ada kamar
mandi yang bersih dan ada
kamar mandi yang tampak
berantakan, selokan tidak
terawat dan tempatnya
sangat kotor penuh lumut
dan menimbulkan bau serta
 Kondisi kantin tampak
kurang bersih, masih ada
banyak sampah berserakan
dan lalat yang berterbangan

2 DS: Kurangnya paparan Defisit pengetahuan tentang


 Para siswa pondok informasi tentang PHBS perilaku PHBS
pesantren “Al-Amin”
mengatakan belum terlalu
mengetahui mengenai
PHBS (Perilaku Hidup
bersih dan Sehat)
 Para siswa pondok
pesantren “Al-Amin”
mengatakan banyak siswi
yang mengalami diare dan
gatal-gatal dikulit.
DO:
Masalah Kesehatan di Pesantren:
 informasi kesehatan tentang
PHBS 0%.
 Skabies : 20 orang
dengan prosentase 23,3%
 PHBS : 60 orang dengan
prosentase 78,8%
 Kutu : 4 orang dengan
prosentase 5%
 Kudis : 10 orang dengan
prosentase 10%
 Gastritis : 15 orang
dengan prosentase 15%
 Influenza : 12 orang
dengan prosentase 12%
 Herpes : 3 orang dengan
prosentase 3%
 Diare : 11 orang dengan
prosentase 11%
3.2.2 Penetapan Prioritas Masalah

DiagnosaKepera Pentingnya Motivasi Peningkatan Jumlah


watan masalah Masyarakat Kualitas Hidup
skor
Untuk Untuk Masyarakat bila
Diselesaikan Menyelesaikan masalah
Masalah diselesaikan
1 : rendah
0 : tidakada 0 : tidakada
2 : sedang
1 : rendah 1 : rendah
3 : tinggi
2 : sedang 2 : sedang

3 : tinggi 3 : tinggi

Resiko infeksi 2 2 3 7

Deficit 3 2 3 8
pengetahuan
tentang PHBS

3.2.3 Prioritas Masalah

1) Defisit pengetahuan tentang perilaku PHBS b/d kurang terpapar informasi


2) Resiko infeksi b/d peningkatan paparan mikroorganisme pathogen lingkungan
3.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan Sasaran Strategi Rencana Kegiatan Hari, Tempat Evaluas
keperawatan Tanggal
Kriteria
1. Resiko infeksi Jangka panjang Santri di 1. Komunikasi 1. Lakukan skrining Selasa, 1 Halaman Psikomotor 1.
ditandai Pesantren 2. Informasi maret Pondok
Santri di Pesantren resiko gangguan
dengan “Al- 3. Edukasi 2021 Pesantren Al-
Al-Amin dapat
 Banyak Amin” kesehatan lingkungan Amin
memelihara
terdapatnya kebersihan 2. Identifikasi factor
sampah lingkungan dan
yang resiko keehatan yang
melaksanakan
berserakan perilaku hidup bersih di ketahui
seperti dan sehat selama 1
sampah 3. Anjurkan strategi
bulan
botol, menciptakan
bungkus Jangka pendek
makanan, lingkungan yang aman
Setelah mengikuti
dan baju penyuluhan selama dan bersih
bekas 100 menit santri di
 WC tidak 4. Libatkan partisipasi
Pesantren Al-Amin
terawat mampu: masyarakat dalam
 Selokan a. Melaksanankan
tidak memelihara keamanan
kebersihan
terawat dan lingkungan setiap lingkungan
tampak 1 kali dalam 5. Promosikan kebijakan
sangat seminggu.
pemerintah untuk
kotor, b. Melaksanakan
penuh pembagian mengurangi resiko
lumut dan pembuangan
penyakit
menimbulk sampah baik
an bau organik ataupun 6. Diberikan penyuluhan
 mendapatk nonorganik. kepada para santri
an c. Melakukan tentang pentingnya
informasi progam perilaku perilaku hidup bersih
tentang hidup bersih dan dan sehat
PHBS (0) sehat 7. Memperbaiki program
0%. yang ada di dalam
suatu PonPes
8. Memberi semangat
atau dorongan
9. Mengadakan kerja
bakti pada hari jum’at
10. Membuang sampah
pada tempatnya
11. Melakukan personal
hygiene dengan benar
2. Deficit Jangka panjang Para Santri 1. Komunikasi 1. Diberikan Rabu, 2 Aula pondok Verbal -
pengetahuan di 2. Informasi penyuluhan maret Pesantren Al-
Para santri di Pesantren
tentang PHBS 3. Edukasi tentang PHBS 2021 Amin
Pesantren Al-Amin Al-Amin
b.d kurang (Perilaku Hidup
Putri mampu
terpapar Bersih dan Sehat)
meningkatkan
informasi 2. identifikasi
pengetahuan,
yang ditandai perubahan sikap dan kesiapan dan -
60 orang perilaku serta
kemampuan
dengan kemandirian
presentase perorangan dalam menerima
78,8% yang mengatasi masalah
informasi
PHBS nya kesehatan agar dapat
kurang. hidup bersih dan 3. sediakan materi
sehat selama 4 bulan
dan media
kesehatan
4. jadwalkn
Jangka pendek
Setelah mengikuti pendidikan
penyuluhan selama
kesehatan sesuai
4x100 menit Santri
di Pesantren Al- kesepakatan
Amin mampu:
5. Tentang
a. Mengetahui dan
Menjelaskan pengertian dan
pengertian
tujuan maupun
PHBS
b. Mengetahui dan progam dari PHBS
menjelaskan
6. identifikasi factor-
tujuan PHBS
faktor yang dapat
meningkatkan dan
menurunkan
motivasi perilaku
hidup bersih
7. ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
8. ajarkan strategi
yang dapat di
gunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
9. berikan
kesempatan untuk
bertanya
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No. Diagnosis Tanggal Implementasi Evaluasi


1. Deficit pengetahuan b.d senin, 4 maret 2021 Manajemen lingkungan komunitas Struktur
kurangnya terpapar informasi  Mengidentifikasi keamanan  Manajemen lingkungan telah direncanakan 2
yang di tandai dengan : dan kenyamanan minggu sebelumnya.
 Mengatur posisi furniture  Undangan telah di berikan 2 hari sebelumnya.
Belum mendapatkan informasi dengan rapi dan terjangkau Proses
tentang PHBS (0) 0%. selasa 5 maret 2021  Atur suhu lingkungan yang  Peserta yang hadir sebanyak 125 orang.
(penyakit kulit, penyakit sesuai  30% peserta aktif dalam program manajemen
menular, maag, dan flu dan  Sediakan ruang berjelan ang lingkungan
batuk) ditandai dengan angka cukup aman  Manajemen dilakukan di pesantren putra dan
kesakitan 68 orang (85%), rabu 6 maret 2021  Menyediakan tempat tidur putri
penyakit kulit 31 orang dan lingkungan yang bersih  Kendala :saat di lakukan manajemen
(57,5%), penyakit menular dan nyaman lingkungan 15 % berbicara atau mengobrol
(diare, malaria, DBD) 9 orang kamis 7 maret 2021  Menyediakan pewangi dengan teman sebaya dan tidak ikut serta dalam
(25%), Maag 9 orang (12,5%) ruangan manajemen lingkungan. Dan 10% yang
dan Flu dan batuk 9 orang
 Menjelaskan cara membuat mengerjakan tugas sekolahnya sehingga mereka
(12,5%). jumad 8 maret 2021 tidak sepenuhnya mengikuti manajemen
lingkungan nyaman,aman,
dan bersih lingkungan
 Melakukan skrining resiko Hasil
gangguan kesehatan  Peserta aktif dalam mengikuti manajeman
lingkungan lingkungan :
 Melibatkan partisipsi  Semua berkerja sama dalam melakukan
masyarakat dalam manajemen lingkungan
memelihara keamanan
lingkungan
 berkolalaborasi dengan
kelompok msarakat dalam
menjalankan program
penerintah
 kolaborasi dalam
pengembangan proses aksi
masyarakat

2. Resiko infeksi b.d peningkatan Sabtu 9 maret 2021  Melaksanakan kebersihan Struktur
paparan mikroorganisme lingkungan melalui gotong  Gotong royong dan gerakan moral PINASA
pathogen lingkungan ditandai royong yang dilaksanakan telah direncananakan 2 minggu sebelumnya.
dengan : setiap 1kali seminggu  Pemeberitahuan gotong royong dan gerakan
 Banyak terdapatnya sampah  Dan juga gerakan moral moral PINASA telah di berikan 2 hari
yang berserakan seperti PINASA(Pia na sampah,ala) sebelumnya.
sampah botol, bungkus yang dalam Bahasa daerah Proses
makanan, dan baju bekas setempat berarti “Lihat sampah,  Peserta yang hadir sebanyak 135 orang.
 WC tidak terawat Ambil”.  Gotong royong dan gerekan moral PINASA
 Selokan tidak terawat dan dilakukan halaman pondok Pesantren Al-Falah
tampak sangat kotor, penuh Putri
lumut dan menimbulkan bau  Acara berjalan dengan lancar.
Hasil
 Peserta aktif dalam melaksananakan gotong
royong dan gerakan moral PINASA:
 Semua peserta saling bekerja sama dalam
melaksanakan gotong royong dan juga
gerakan moral PINASA
BAB 4

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pondok pesantren juga merupakan bagian dari lingkup komunitas yang pada umumnya tergambar pada ciri khas yang biasanya
dimiliki oleh pondok pesantren, yaitu adanya pengasuh pondok pesantren (Kyai/ Ajengan/ Tuan Guru/ Buya/ Tengku/ ustadz), adanya
masjid sebagai pusat kegiatan ibadah dan tempat belajar, adanya santri yang belajar, serta adanya asrama sebagai tempat tinggal santri.
Asuhan keperawatan komunitas di warga pesantren sebagai usaha pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan dan memandirikan warga
pesantren agar dapat meningkatkan dan mempertahankan derajat kesehatan secara optimal.

3.2. Saran
Menyadari bahwa laporan kami masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber- sumber yang lebih banyak yang dapat di pertanggung jawabkan.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua kalangan terutama bagi kami sendiri sebagai penulis dari makalah ini. Dan
diharapkan dengan adanya makalah ini rekan mahasiswa keperawatan lebih memahami tentang keperawatan komunitas.
DAFTAR PUSTAKA

http://keperawatankomunitas/2009/05/peran-serta-pondok-pesantren.dalam.pdf

https://muslimafiyah.com/beberapa-masalah-kesehatan-yang-sering-muncul-di-pondok-pesantren.html

Anda mungkin juga menyukai