Anda di halaman 1dari 16

Pemeriksaan Fisik Dan Diagnostik

pada Klien dengan HIV/AIDS


Oleh :
Palupi Triwahyuni, S.Kep., Ns., M.Kes
Pengkajian
Pada tahap pengkajian keperawatan mencakup:
pengenalan faktor risiko yang potensial,
termasuk praktik seksual yang berisiko dan
penggunaan obat bius IV. Status fisik, psikologi
pasien, dan semua faktor yang memengaruhi
fungsi imun perlu digali dengan seksama.
• Data Subjektif
Informasi Penting tentang kesehatan
Riwayat kesehatan masa lalu, penggunaan obat-obatan
1. Pola fungsi Kesehatan →
a) Health Management : Persepsi tentang penyakit,
alkohol dan obat obat yang digunakan, dan malaise.
b) Metabolisme Nutrisi : kehilangan berat badan,
Anorexia, mual, muntah, adanya lesi, perdarahan,
adanya ulcer di bibir, mulut, gusi, lidah, atau
tenggorokkan; sensitif terhadap rasa asin, atau
pedas pada makanan; sulit menelan, kram perut,
ruam kulit, luka, atau perubahan warna kulit, luka
yang tidak sembuh.
• Eliminasi : diare dalam waktu yang lama, perubahan
karakter tinja, nyeri saat berkemih, dan Low Back Pain

• Activity- Exercise: Kelelahan, kelemahan otot, sulit


berjalan, batuk, nafas pendek.

• Status Istirahat: insomnia, berkeringat malam hari, dan


kelelahan.

• Kognitif Perseptual: sakit kepala, kaku leher, nyeri dada,


nyeri di anus, nyeri restoternal, pengelihatan kabur,
fotophobia, diplophia, kehilangan pengelihatan,
gangguan pendengaran, kebingungan, pikun, defisit
perhatian, perubahan status mental, kehilangan
memori, perubahan diri, parestesia, hipersitivitas di
kaki, pruritus.
• Role- relationship : sistem pendukung,
karir atau pekerjaan, sumber
penghasilan.
• Sexuality-reproductive: lesi pada alat
kelamin (bagian dalam atau luar),
pruritus, atau rasa terbakar pada vagina,
penis atau dubur; nyeri saat melakukan
hubungan seksual, nyeri pada dubur atau
adanya perdarahan, perubahan
menstruasi, keluar cairan dari vagina atau
penis, kehamilan.
• Toleransi Koping Stres: level stres, koping
stres, konsep diri, dan menarik diri dari
lingkungan sosial.

2. Data Objektif
Umum : lesu, demam dalam jangka waktu yang
lama, limpadenopati, pengecilan pembuluh
perifer, deposit lemak dan bagian belakang
a) Sistem Integumen: penurunan turgor kulit,
kulit kering, diaporesis, Pallor, sianosis,
adanya lesi, perubahan warna kulit memar
kulit atau di selaput lendir; eksoriasi vagina
atau perineum; alopesia; penyembuhan luka
yang tertunda
b) Mata : adanya eksudat, lesi pada retina atau
perdarahan, pupil edema
c) Pernapasan: Takipnea, dispnea, retraksi
interkostal, crackles, wheezing, batuk
produktif dan non-produktif
d) Sistem Kardiovaskular : Pericardial friction
rub, murmur, bradycardia, tachycardia
e) Sistem Percernaan: Lesi di bagian mulut,
melepuh, bercak putih-keabuan (infeksi
kandida), lesi berwarna putih yang tidak sakit
pada bagian aspek lidah (hairy Leukoplakia),
gingivitis, kerusakan gigi, kemerahan atau
putih yang tidak rata pada tenggorokkan,
muntah, diare, inkontinensia, luka pada
rektal, hiperactive bowel sound, massa perut,
hepatosplenomegali
f) Sistem Muskuloskeletal : muscle wasting,
kelemahan otot.
g) Sistem Saraf: ataxia, tremor, kurangnya
koordinasi; kehilangan koordinasi; cadel,
afasia, kehilangan memori, neuropati
periperal, apati, agitasi, perilaku yang tidak
pantas; penurunan kesadaran; kejang,
kelumpuhan, koma.
h) Sistem Repoduksi: luka pada daerah genital
Pemeriksaan Diagnostik HIV
Pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan jika individu
diduga mengalami HIV adalah :
• Hitung CD4
• Muatan Virus
• Hitung Darah lengkap
• Kimia darah (mis. Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal)
• Urinalis
• Pemeriksaan Infeksi Menular Seks (IMS)
• Pemeriksaan hepatitis, TB, atau toksoplasmosis
• Pemeriksaan senstivitas (mis. Pemeriksaan HLA-B*5701)
atau obat obatan yang resitan terhadap obat HIV yang
spesifik (mis. Uji kadar koreseptor tropisme)
Tes Antibodi HIV
Ada tiga jenis tes untuk memastikan adanya
antibodi terhadap HIV dan membantu mendiagnosis
infeksi HIV.
1. Tes Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
Tes ELISA tidak menegakkan diagnosis penyakit
AIDS tetapi lebih menunjukkan seseorang pernah
terkena atau terinfeksi oleh virus HIV. Orang yang
darahnya mengandung antibodi untuk HIV
disebut sebagai orang yang “seropositif”.
2. Pemeriksaan Western Blot Assay
Merupakan tes lainnya yang dapat mengenali
antibodi HIV dan digunakan untuk memastikan
seropositivias seperti yang teridentifikasi lewat
proses ELISA.
3. Indirect Immunofluorescence Assay (IFA)
Digunakan oleh sebagian dokter sebagai
pengganti pemeriksaan Western Blot untuk
memastikan seropositivitas.

Tes lainnya yang dapat digunakan juga adalah:


Radio Immuno Precipitation Assay (RIPA) lebih
mendeteksi protein HIV ketimbang antiodi.
Kriteria Diagnostik untuk AIDS
AIDS didiagnosa ketika seorang individu
dengan HIV mengalami kondisi :
1. Jumlah sel CD4+ T menurun hingga di bawah
200 sel/mL
2. Uji skrining Enzym Immunosurbent Assay
(ELISA) dan uji konfirmasi (Western Bolt)
mendeteksi adanya antibodi HIV yang
mengindikasikan infeksi HIV
3. Mengalami salah satu infeksi organisme berikut:
• Jamur : kandidiasis bronkus, trakea, paru-paru,
atau kerongkongan; Pneumocystis Ciroveci
Pneumonia (PCP)
• Virus : cytomegalovirus (CMV) penyakit selain
hati, limpa; retinis CMV (dengan kehilangan
pengelihatan), herpes simplex dengan luka
kronik, atau bronhitis, peradangan paru, atau
peradangan pada esopagus.
• Protozoa : taksoplasmosis otak, isosprorasis usus
kronis
• Bakteri : myobacterium avium complex (MAC)
atau myobacterium kansasii; pneumonia
berulang, salmonella septicemia berulang.
4.Menderita Salah satu dari kanker :
• Kanker serviks
• Kaposi sarcoma (KS)
• Burkitt’s lymphoma
• Immunosblastic lymphoma
• Primary lymphoma of the brain
5. Kehilangan berat badan
6. Aids dementia complex (ADC)

Anda mungkin juga menyukai