Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

diajukan untuk memenuhi tugas Praktikum Keperawatan HIV/AIDS


Dosen Koordinator : Argi Virgona Bangun, S.Kp., M.Kep
Dosen Pengampu : Ismafiaty, S.Kep. Ners., M.Kep

Disusun oleh : Kelompok 2 kelas 2C


Anggota :

Hilmy Naufal Yasin 213118093 Mentari Dwi Saputri 213118100


Atik Sukarsih 213118094 Mela Putri Aprilia 213118101
Wina Dian Ratnasari 213118095 Anggia Nur Amalia 213118102
Siti Laela Saida Widia 213118096 Risa Ayunda Safitri 213118103
Rianti Khoirun Nisa 213118097 Sendy Oktaviani 213118105
Lenny Sri Lestari 213118099 Dara Khoerunnisa 213118106

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAN KELUARGA DALAM PENCEGAHAN HIV/AIDS
Pokok Bahasan : HIV/AIDS
Sub Pokok Pembahasan : Konsep dan peran keluarga dalam mengatasi HIV/AIDS
Sasaran : Pasien dan keluarga ODHA
Hari/Tanggal : Rabu, Juny 28 2020
Waktu : 30 menit
Tempat : Aula RSUD Cianjur

A. Tujuan Pembelajaran /Penyuluhan


1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan sasaran mengetahui tentang
HIV/Aids

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan Odha dan keluarga Odha
dapat:
a. Menjelaskan kembali pengertian dari HIV/AIDS
b. Menyebutkan kembali tanda dan gejala HIV/AIDS
c. Menjelaskan kembali cara penularan HIV/AIDS
d. Menyebutkan kembali pencegahan HIV/AIDS
e. Memahami dan menyebutkan peran keluarga dalam cara menghadapi pasien Odha

B. Materi Pembelajaran/Penyuluhan
1. Pengertian HIV/AIDS
2. Tanda dan gejala HIV/AIDS
3. Cara penularan
4. Pencegahan HIV/AIDS
5. Peran keluarga dalam menghadapi pasien Odha
C. Metode Pembelajaran /Penyuluhan
a. Ceramah dan Tanya jawab,
D. Media & Alat Pendukung
1. Media
a. Poster berisi tentang pengertian HIV/AIDS, Tanda dan gejala HIV/AIDS, Cara
penularan HIV/AIDS , Pencegahan HIV/AIDS,dan Peran keluarga dalam
menghadapi ODHA .
b. Power Point berisi tentang materi yang akan disampaikan a.pengertian HIV/AIDS,
Tanda dan gejala HIV/AIDS, Cara penularan HIV/AIDS , Pencegahan
HIV/AIDS,dan Peran keluarga dalam menghadapi ODHA .
2. Alat Pendukung
a. Kursi untuk tempat duduk para audien
b. Meja untuk meletakkan infocus dan laptop
c. Alat tulis untuk mencatat jika ada audien yang ingin bertanya.
d. Infocus sebagai media yang menampilkan materi pembelajaran berupa powerpoint
dari laptop

E. Prose Pembelajaran
BentukKegiatan
No Kegiatan Waktu
Fasilitator Klien/Audien
1. Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab salam 5 menit
 Memperkenalka  Memperkenalkan diri  Memperhatikan
n diri  Menjelaskan tujuan  Mendengarkan
 Kontrak Waktu penyuluhan  Menyetujui kontrak
 Menjelaskan  Kontrak waktu waktu
tujuan
pembelajaran
 Melakukan
Appersebsi
(Menggali
pengetahuan
awal dr klien)
2. Pelaksanaan  Fasilitator menjelaskan  Audien menyimak 15 menit
(menjelaskan materi tentangg materi dengan baik
penyuluhan sesuai penyuluhan yaitu :  Audien bertanya
dengan metode 1.Pengertian HIV/AIDS kepada fasilitator
pembelajaran yg 2.Tanda dan gejala
direncanakan dan HIV/AIDS
media pembelajaran 3.Cara penularan
untuk membantu 4.Pencegahan HIV/AIDS
dalam pemahaman 5.Peran keluarga dalam
klien terhadap menghadapi pasien Odha
materi penyuluhan  Fasilitator memberikan
yang kesempatan untuk
diinformasikan ) bertanya
 Fasilitator menanggapi
pertanyaan audien

3. Penutup  Fasilitator  Audien menyimak 10 menit


 Menyimpulkan menyimpulkan materi  Audien menjawab
materi yang telah diberikan pertanyaan
penyuluhan  Fasilitator melakukan  Audien
 Melakukan evaluasi mendengarkan
evaluasi sesuai  Fasilitator memberikan  Audien menjawab
rencana penegasan kepada audien salam
 Melakukan  Fasilitator mengucapkan
reinforcement salam penutup
(penguatkan
terhadap pesan
kesehatan sesuai
dg tema
penyuluhan)

F. Denah Kegiatan

Keterangan :
a. Fasilitator :

b. Media :

c. Dosenpembimbing :

d. Klien/audien :
G. Buku Sumber
Aryulina, Diah. dkk. 2004. Biologi. Jakarta. Esis Erlangga.
Nursalam. dkk. 2018. Asuhan Keperawatan pada Pasien terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta.
Salemba Medika.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Stop HIV AIDS. [Online]. Tersedia:
https://www.kemkes.go.id/development/site/depkes/pdf.php?id=1-17042500008

Tarigan, Johannes dan Arik Brakele. Cara Penularan HIV & AIDS. [Online]. Tersedia :
https://www.academia.edu/34804706/CARA_PENULARAN_HIV_and_AIDS

Siregar, Fazidah A. "Pengenalan dan pencegahan AIDS." (2004).

Sistiaran,Colti., Hariyadi,
(2018,Mei).
WHO. HIV/AIDS. Available from : http://www.who.int/topics/hiv_ aids
/en/.

H. Rencana Evaluasi
a. Evaluasi Pendidkan
1) Waktu = Waktu pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan selama 30 menit
diharapkan selesai secara tepat waktu dan efisien
2) Alat peraga = alat penyuluhan yang akan digunakan sudah siap menggunakan poster
sebagai alat peraga nya
3) Tempat = tempat sudah dipersiapkan dengan baik,seperti sudah tersedia kursi-kursi
bagi audiens dan juga tempat yang kondusif
4) Materi= materi-materi sudah disiapkan untuk penyuluhan

b. Evaluasi hasil kegiatan


1) Bentuk evaluasi
Bentuk evaluasi yang akan dilaksanakan yaitu evaluasi non test

2) Jenis evaluasi
Jenis evaluasi yang akan dilakukan yaitu dalam bentuk lisan ,yaitu bertanya
kepada audien secara langsung mengenai materi yang telah disampaikan seperti
mengingat kembali apa itu HIV/AIDS ,Tanda dan gejala nya,lalu seperti apa peran
keluarga yang baik dalam menghadapi Odha

I. Lampiran
1. Materi penyuluhan
a. Pengertian HIV/AIDS
Pengertian hiv aids menurut who
HIV: Human immunodeficiency virus. Virus yang memperlemah sistem kekebalan
tubuh, dan pada akhirnya menyebabkan AIDS. AIDS: Acquired immunodeficiency
syndrome. Sekelompok kondisi medis yang menunjukkan lemahnya kekebalan tubuh,
sering berwujud infeksi ikutan (infeksi oportunistik) dankanker, yang hingga saat ini
belum bisa disembuhkan.
Human immunodeficiency virus (HIV)
HIV dapat merusak sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh tidak mampu lagi
mengusir infeksi. Hal ini menyebabkan terjadinya sindrom berkurangnya kekebalan
didapat (Acquired Immune Deficiency Syndrome - AIDS). AIDS). Suatu ciri penting
dar iinfeksi HIV adalah bahwa biasanya diperlukan periode yang panjang setelah
adanya infeksi awal dimana selama itu orang tersebut hanya sedikit sekali
memperlihatkan atau bahkan tidak memperlihatkan gejala penyakit ini. HIV biasanya
berkembang melalui beberapa tahap. Pada minggu-minggu awal infeksi,
orang dapat memiliki gejala yang mirip dengan demam pembengkakan kelenjar.
Antibodi terhadap virus biasanya baru terbentuk pada saat ini (3 sampai 12 minggu
setelah infeksi terjadi). Mengikuti infeksi awal, terdapat waktu yang panjang
dimana selama itu orang tersebut hanya memperlihatkan sedikit atau bahkan tidak
terlihat adanya gejala-gejala, tetapi keberadaan HIV tersebut telah terdeteksi melalui
adanya antibodi didalam darah. Periode ini biasanya berlangsung dari tiga sampai
delapan tahun setelah infeksi awal. Pada periode ini, virus mulai merusak sistem
kekebalan tubuh dengan timbulnya beberapa gejala seperti kehilangan berat badan,
demam, diare, dan pembesaran pada kelenjar limpa. Hal ini biasanya berlanjut sampai
benar-benar AIDS, yang berkembang pesat sejalan dengan kerusakan yang parah pada
sistem kekebalan tubuh. Orang tersebut dapat menjadi sakit dengan
infeksi, kanker atau mengalami kerusakan sistem saraf.

WHO. HIV/AIDS. Available from : http://www.who.int/topics/hiv_ aids


/en/.
b. Tanda dan gejala HIV/AIDS
Banyak orang dengan HIV tidak tahu kalau mereka terinfeksi. Hal ini karena
gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS di tahap awal seringkali tidak menimbulkan gejala
berat. Infeksi HIV hingga menjadi AIDS terbagi menjadi tiga fase, yakni sebagai
berikut:
1.Fase pertama: Infeksi HIV akut
Fase pertama umumnya muncul setelah 2-4 minggu infeksi HIV terjadi. Pada fase awal
ini penderita HIV akan mengalami gejala mirip flu, seperti:
- Sakit kepala.
- Sariawan.
- Kelelahan.
- Radang tenggorokan.
- Hilang nafsu makan.
- Nyeri otot.
- Ruam.
- Bengkak kelenjar getah bening.
- Berkeringat.Gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS di atas muncul karena kekebalan tubuh
sedang melawan virus. Gejala ini bisa bertahan selama 1-2 minggu atau bahkan lebih.
Meski demikian, harus diingat bahwa gejala tersebut tidak selalu disebabkan oleh HIV.
Setelah gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS di atas hilang, penderita bisa tidak merasakan
apa pun sampai bertahun-tahun kemudian.
2. Fase kedua: Fase laten HIV
Pada fase ini, penderita HIV/AIDS tidak menunjukkan tanda dan gejala yang khas,
bahkan akan merasa sehat seperti tidak terinfeksi virus. Namun sebenarnya, virus HIV
secara diam-diam berkembang biak dan menyerang sel darah putih yang berperan
dalam melawan infeksi.
Tanda-tanda HIV/AIDS pada fase ini memang tidak terlihat, tapi penderita tetap bisa
menularkannya pada orang lain. Di akhir fase kedua, sel darah putih berkurang secara
drastis sehingga gejala yang lebih parah pun mulai muncul.
Fase ketiga: AIDS
AIDS merupakan fase terberat dari infeksi HIV. Pada fase ini, tubuh hampir kehilangan
kemampuannya untuk melawan penyakit. Hal ini karena jumlah sel darah putih berada
jauh di bawah normal. Tanda-tanda HIV AIDS pada tahap ini antara lain berat badan
menurun drastis, sering demam, mudah lelah, diare kronis, dan pembengkakan kelenjar
getah bening.
Karena pada fase AIDS sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah, maka penderita
HIV/AIDS akan sangat rentan terkena infeksi dan jenis kanker tertentu. Penyakit yang
biasanya terjadi pada penderita AIDS antara lain:
- Infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan. Gejala HIV pada wanita dapat dikenali
dari infeksi jamur pada vagina yang sering kambuh.
- Pneumonia.
- Toksoplasmosis.
- Meningitis.
- Tuberkulosis (TB)
- Kanker, seperti limfoma dan sarkoma kaposi.

Berikut adalah beberapa tanda-tanda bahwa mungkin seseorang positif terkena HIV,
antara lain:
1.Demam
Salah satu tanda-tanda pertama ARS adalah demam ringan, sampai sekitar 39 derajat
C (102 derajat F). Demam sering disertai dengan gejala ringan lainnya, seperti
kelelahan, pembengkakan pada kelenjar getah bening, dan sakit tenggorokan.
2.Kelelahan
Respon inflamasi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh juga dapat
menyebabkan lelah dan lesu. Kelelahan dapat menjadi tanda awal dan tanda
lanjutan dari HIV.
3. Pegal, nyeri otot dan sendi, pembengkakan kelenjar getah bening
ARS sering menyerupai gejala flu, mononucleosis, infeksi virus atau yang lain,
bahkan sifilis atau hepatitis. Hal tersebut memang tidak mengherankan. Banyak
gejala penyakit yang mirip bahkan sama, termasuk nyeri pada persendian dan nyeri
otot, serta pembengkakan kelenjar getah bening.
4.Sakit tenggorokan dan sakit kepala
"Seperti gejala penyakit lain, sakit tenggorokan, dan sakit kepala sering dapat
merupakan ARS," kata Dr. Horberg. Jika memiliki risiko tinggi HIV, maka
melakukan tes HIV adalah ide yang baik. Karena HIV paling menular pada tahap
awal.
5.Ruam kulit
Ruam kulit dapat terjadi lebih awal atau terlambat dalam perkembangan HIV/AIDS.
6.Mual, muntah dan diare
Sekitar 30 hingga 60 persen dari orang dengan HIV memiliki gejala jangka pendek
seperti mual, muntah, atau diare pada tahap awal HIV, kata Dr. Malvestutto. Gejala
tersebut juga dapat muncul sebagai akibat dari terapi antiretroviral, biasanya sebagai
akibat dari infeksi oportunistik.
"Diare yang tak henti-hentinya dan tidak merespon obat mungkin merupakan
indikasi. Atau gejala dapat disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak terlihat
pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang baik," kata Dr. Horberg.

c. Cara penularan HIV/AIDS


HIV dapat ditularkan melalui darah dan semen. HIV memasuki tubuh melalui luka
atau jarum suntik yang terkontaminasi dengan darah yang mengandung HIV. Beberapa
cara penularan HIV adalah sebagai berikut :
1. Lewat cairan darah:Melalui transfusi darah / produk darah yg sudah tercemar
HIVLewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai
bergantian tanpa disterilkan, misalnya pemakaian jarum suntikdikalangan pengguna
Narkotika. Penggunaan jarum suntik secara bergantian pada pecandu obat-obatan
terlarang. Darah yang terinfeksi HIV dapat menempel ke jarum suntik jika digunakan
oleh orang lain, HIV dapat masuk ke dalam aliran darah orang tersebut.
SuntikanMelalui pemakaian jarum suntik yang berulangkali dalam kegiatan
lain,misalnya : peyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk yangmenembus
kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat facial wajah
2. Transfuse darah. Darah yang terkontaminasi HIV dapat masuk ke tubuh resipien
3. Lewat cairan sperma dan cairan vagina
Hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan atau hubungan seksual para
homoseksual. Dengan berganti-ganti pasangan, kemungkinan ada pasangan yang
terinfeksi HIV. Pasangan yang terinfeksi HIV sehingga dapat menularkan HIV.
Pasangan yang homoseksual juga berisiko tertular HIV. Hal ini dikarenakan
hubungan seksual antar anus dapat menyebabkan luka. Jika salah satu pasangan
terinfeksi HIV, pasangan lainnya dapat tertular HIV.
4. HIV dapat menular dari ibu yang hamil ke bayi yang dikandungnya atau dari ibu
ke bayi yang disusuinya. Darah ibu mengalir ke tubuh bayi melalui plasenta sehingga
HIV akan terbawa ke bayi. Air susu ibun yang terinfeksi HIV mengalirkan darah
yang mengandung HIV melaui air susunya ke dalam tubuh bayi. Penularan ini
dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, danmelahirkan lewat vagina;
kemudian menyusui bayinya dengan ASI.Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi
(Mother-to-Child Transmission)ini berkisar hingga 30%, artinya dari setiap 10
kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir dengan HIV
positif
5. Penularan pada proses persalinan melalui transfuse fetomaternal atau kontak antara
kulit atau membrane mukosa bayi dan darah atau sekresi maternal saat melahirkan.
Semakin lama proses persalinan semakin besar resiko, sehingga lama persalinan bisa
dicegah dengan operasi section caesarea.
HIV Tidak akan menular jika :
1.Berjabat tangan
2. Berangkulan
3. Berpelukan
4. Digigit nyamuk atau Serangga
5. Bersentuhan
6. Berenang Bersama
7. Tinggal serumah dengan ODHA
8. Menggunakan toilet yang sama
9. Memakai alat makan & minum yang sama

d. Pencegahan HIV/AIDS
Pencegahan HIV dan AIDS
Terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan AIDS,
antara lain:
1. Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim, baik hubungan intim vaginal
maupun anal.
2. Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.
3. Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga
menjalani tes HIV.
4. Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai
penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu
ke janin.
5. Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.
6. Jika menduga baru saja terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah melakukan
hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Agar bisa
mendapatkan obat post-exposure prophylaxis (PEP) yang dikonsumsi selama 28 hari dan
terdiri dari 3 obat antiretroviral.
Pencegahan HIV/AIDS
1. Gunakan jarum yang steril
Hindari penggunaan jarum suntik secara bergantian. Pastikan jarum selalu steril jika
berniat ingin membuat tato ataupun tindik.
2. Hindari seks bebas
Dari segi kesehatan, seks bebas bisa memberikan efek yang berbahaya bagi tubuh. Seks
bebas sangat dilarang terlebih dengan pasangan yang berbeda-beda.
3. Menggunakan kondom
bisa menular lewat darah dan air liur yang masuk ke dalam tubuh atau juga melalui
hubungan seksual. Sebaiknya, saat berhubungan seksual gunakan kondom sebagai
pelindung dan pengaman diri untuk mencegah virus HIV masuk ke dalam tubuh.
4. Lakukan vaksin
Lakukan vaksin hepatitis A dan hepatitis B, serta lakukan tes secara teratur karena sangat
baik sebagai pencegahan diri dari HIV.
5. Pre-exposure prophylaxis (PrEP)
PrEP adalah pencegahan HIV dengan cara mengonsumsi antiretroviral bagi mereka yang
berisiko tinggi tertular HIV. Yang dimaksud dengan berisiko tinggi tertular HIV adalah
mereka yang telah disebutkan dalam penjelasan sebelumnya.
6. Perhatikan luka yang terbuka
Gunakan pakaian khusus yang disarankan oleh dokter untuk menutup tubuh ketika
menjenguk atau bersentuhan langsung dengan penderita HIV atau AIDS.Selain itu, ada
beberapa gaya hidup sehat untuk membantu anda mencegah HIV/AIDS:- Makan makanan
dengan gizi seimbang.
- Rutin berolahraga.
- Hindari mengonsumsi obat-obatan terlarang termasuk alkohol.
- Lakukan yoga atau meditasi untuk mengelola stres.
- Tidak atau berhenti merokok.
- Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap habis menyentuh hewan peliharaan.
e. Peran keluarga dalam menghadapi ODHA

Pemahaman dan informasi terhadap penyakit AIDS yang kurang akan memberikan
keleluasan bagi masyarakat dalam mengkonstruksikan dan mempertahankan pola
pemikiran yang diskriminatif sehingga menciptakan pengkotakan terhadap orang dengan
HIV/AIDS baik dalam dunia pendidikan, pekerjaan, kesehatan maupun dalam pergaulan
lingkungan sosialnya. Situasi-situasi diciptakan sedemikian rupa sehingga menyebabkan
ODHA semakin tenggelam dalam dunianya dan semakin menarik diri dari kehidupan
sosialnya. Saat ODHA memasuki masa transisi sejak mengetahui dirinya terinfeksi virus
HIV, disinilah keluarga menjadi penting dan menjadi satu kesatuan sistim dalam melihat
dan memahami permasalahan yang sedang terjadi, karena keluarga adalah tempat seorang
anak mendapatkan kasih sayang, perhatian, dan juga untuk bersosialisasi. Untuk
mempertahankan pola hidup dan melanjutkan satu generasi agar tetap bertahan, maka
keluarga sangat diharapkan untuk memainkan peran yang besar dalam memberi
perawatan dan dukungan kepada anggota-anggotanya yang terinfeksi
HIV/AIDS.
1.Seperti dengan tidak menjauhi karena takut tertular dan juga
2.Mendukung Odha ,Ada 5 bentuk dasar dari dukungan sosial yang dapat diberikan
Memberi dukungan,dan diterima oleh individu (Orford, 1992;Sarafino,2002), yaitu:
a. Dukungan Emosional: meliputi ekspresi dari rasa empati, perawatan, perhatian.
Ini menyebabkan individu merasa nyaman, tenteram, dimiliki, dan dicintai pada saat
kondisi yang menekan (Sheridan, 1992).
b. Dukungan Penghargaan: dukungan yang berpengaruh pada peningkatan self
esteem dan perasaan kompeten, sehubungan dengan adanya penilaian positif
c. Dukungan Materi: pemberian dukungan yang melibatkan bantuan secara
langsung, seperti bantuan finansial ataupun mengerjakan tugas rumah sehari-hari.
d. Dukungan Informasi: dukungan diberikan dalam bentuk saran, pengarahan, dan
umpanbalik mengenai cara menghadapi atau memecahkan masalah yang ada
e. Dukungan Jaringan Sosial: dukungan diberikan dalam bentuk kebersamaan
sehingga individu merasa sebagai bagian dari jaringan kelompok yang ada di masyarakat
Hal ini sangat penting karena dukungan yang diberikan oleh keluarga
merupakan suatu mata rantai dalam proses kesembuhan dan proses persiapan ODHA agar
dapat kembali bersosialisasi dengan lingkungannya dan menjalani hidup yang wajar.

ANGGOTA
KELOMPOK 2

Anda mungkin juga menyukai