Anda di halaman 1dari 19

MALFORMASI

ANOREKTAL
( MAR) /ATRESIA
ANI
DEFINISI
Atresia ani atau anus imperforata atau malformasi
anorektal adalah suatu kelainan kongenital tanpa
anus atau anus tidak sempurna, termasuk
didalamnya agenesis ani, agenesis rekti dan
atresia rekti.
EPIDEMIOLOGI
 Angka kejadian rata-rata malformasi
anorektal di seluruh dunia adalah 1 dalam
5000
kelahiran.
 Secara umum, malformasi anorektal lebih
banyak ditemukan pada laki-laki daripada
perempuan
 Fistula rektouretra merupakan kelainan yang
paling banyak ditemui pada bayi laki-laki,
diikuti oleh fistula perineal.
 Sedangkan pada bayi perempuan, jenis
malformasi anorektal yang paling banyak
ditemui adalah anus imperforata diikuti
fistula rektovestibular dan fistula perineal
ETIOLOGI
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas
dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur
2. Gangguan organogenesis dalam kandungan
3. Berkaitan dengan sindrom down
KLASIFIKASI
1. Letak tinggi apabila rektum berakhir diatas
muskulus levator ani (muskulus
pubokoksigeus).
2. Letak intermediet apabila akhiran rektum
terletak di muskulus levator ani.
3. Letak rendah apabila akhiran rektum
berakhir bawah muskulus levator ani
MAR PADA PEREMPUAN
MANIFESTASI KLINIS
 Tidak keluarnya mekonium pada 24 jam
pertama setelah kelahiran.
 Bayi tidak dapat dilakukan pengecekan suhu
melalui rektal
 Pada umumnya mekonium keluar melalui
sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
 Adanya distensi abdomen secara bertahap
dan tanda – tanda obstruksi usus (bila tidak
terdapat fistula)
 Pada umur 24 - 48 jam bayi mengalami
muntah - muntah.
 Ditemukannya membrane anal pada
pemeriksaan rectal touch
 Distensi abdomen
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan radiologi, ini dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya obstuksi intestinal
 Sinar X abdomen, akan berguna untuk
menentukan kejelasan gambar keseluruhan
bowel serta mengetahui jarak pemanjangan
kantung rectum dari sfingternya.
 CT Scan, untuk melihat apakah ada lesi atau
tidak.
 Pemeriksaan fisik rectum, biasanya akan dilakukan
colok dubur atau lebih mudahnya dilakukan
pengecekan suhu melalui anus.
 Rongenogram abdomen dan pelvis, ini untuk
mengkomfirmasi apakah ada fistula yang
berhubungan dengan traktus urinarius atau tidak
DIAGNOSIS
Pena menggunakan cara sebagai berikut:
Bayi laki-laki dilakukan pemeriksaan perineum dan urin bila
:
a. Fistel perianal (+), bucket handle, anal stenosis atau
anal membran berarti atresia letak rendah maka
dilakukan minimal Postero Sagital Anorektoplasti (PSARP)
tanpa kolostomi
b. Bila mekoneum (+) maka atresia letak tinggi dan
dilakukan kolostomi , setelah 8 minggu kemudian
dilakukan tindakan definitif.
Pada bayi perempuan 90 % atresia ani disertai
dengan fistel.
 Bila ditemukan fistel perineal (+) maka dilakukan
minimal PSARP (Postero sagittal anorectoplasty)
tanpa kolostomi.
 Bila fistel rektovaginal atau rektovestibuler
dilakukan kolostomi terlebih dahulu.
 Bila fistel (-) maka dilakukan invertrogram: apabila
akhiran < 1 cm dari kulit dilakukan postero sagital
anorektoplasti, apabila akhiran > 1 cm dari kulit
dilakukan kolostomi terlebih dahulu.
PENATALAKSANAAN NON MEDIS
 Pelatihan toilet training, kegiatan ini dapat
dimulai saat usia 2-3 tahun menggunakan
strategi yang sama dengan anak normal pada
umumnya, seperti pemilihan tempat duduk
berlubang untuk pembuangan atau
penggunaan toilet sesungguhnya.
 Diit tinggi serat, yang bertujuan untuk
mencegah konstipasi pada anak
KOMPLIKASI
 Obstruksi
 Perforasi
 Kerusakan pada uretra
 Keterlambatan atau masalah yang berhubungan
dengan toilet training
 Inkontinensia (akibat stenosis awal )
 Prolaps mukosa anorektal
 Fistula berulang (karena ketegangan diare
pembedahan dan infeksi)
 sepsis
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
 Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan
mencerna makanan dan mengabsorbsi
nutrien
 Hipovolemia b.d kekurangan cairan aktif
 Hipertermia
 Pola napas tidak efektif
 Ansietas
Post operasi
 Nyeri akut
 Konstipasi
 Gangguan pola tidur
 Resiko infeksi
 Gangguan citra tubuh
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai