Anda di halaman 1dari 22

Anak dengan

Kejang Demam

Created by Chatarina S
PENDAHULUAN
• DEFINISI KEJANG
– SUATU LEPAS MUATAN LISTRIK YANG BERLEBIHAN DAN
HIPERSINKRON DARI SEL-SEL NEURON DI OTAK

• ETIOLOGI
– EPILEPSI
– KEJANG DEMAM
– GGN. METABOLIK/ ELEKTROLIT
– TUMOR/ LESI DI OTAK
– INFEKSI SSP
Definisi
• Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara
tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak,
sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and
Gallo,1996).
• Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari
kumpulan gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi III,1996).
• Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang
demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia
di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan
hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau
virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
→Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah
bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh
yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.
Etiologi
• Intrakranial
– Asfiksia : Ensefalopati hipoksik – iskemik
– Trauma (perdarahan) : perdarahan
subaraknoid, subdural, atau intra
ventrikular
– Infeksi : Bakteri, virus, parasit
• Ekstra kranial
– Gangguan metabolik : Hipoglikemia,
hipokalsemia,
– Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom
putus obat.
– Infeksi di luar sistem saraf pusat, misalnya
karena Tonsillitis, Bronchitis atau Otitis
Media Akut.
• Idiopatik
Patofisiologi
• Untuk mempertahankan hidupnya, sel otak
membutuhkan energi yaitu senyawa glukosa yang
didapat dari proses metabolisme sel
• Sel-sel otak dikelilingi oleh membran yang dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat
sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit
lain kecuali Clorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion
K di dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Na
rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar sel
neuron.
→karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel tersebut maka terjadi beda
potensial yang disebut ‘Potensial Membran Sel
Neuron’.
→Untuk menjaga keseimbangan potensial membran
sel diperlukan energi dan enzim Na-K-ATP ase yang
terdapat di permukaan sel.
• Keseimbangan potensial membran sel dipengaruhi oleh:
– Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
– Rangsangan yang datangnya mendadak baik
rangsangan mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya.
– Perubahan patofisiologi dari membran karena penyakit
atau faktor keturunan.
• Pada keadaan demam, kenaikan suhu 10C akan
mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan
peningkatan kebutuhan oksigen sampai 20%.
• Pada kenaikan suhu tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi ion Kalium dan Natrium melalui
membran sel, dengan akibat lepasnya muatan listrik yang
demikian besar sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membran sel lain dengan bantuan
neurotransmitter dan terjadilah kejang.
Manifestasi Klinis kejang
• Demam
• Penurunan kesadaran
• Tangan dan kaki kaku atau
tersentak-sentak
• Sulit bernapas
• Wajah dan kulit menjadi pucat
atau kebiruan
• Mata berputar-putar, sehingga
hanya putih mata yang terlihat.
• Inkontinensia (mengeluarkan air
kemih atau tinja diluar
kesadarannya)
Klasifikasi

• Simple febrile seizures :


– Kejang menyeluruh
– Berlangsung < 15 menit
– Tidak berulang dalam 24 jam.
• Complex febrile seizures / complex
partial seizures :
– Kejang fokal (hanya melibatkan
salah satu bagian tubuh)
– Berlangsung > 15 menit
– Berulang dalam waktu singkat
(selama demam berlangsung).
Klasifikasi menurut Living Stone

• Kejang Demam Sederhana / KDS yaitu kejang yang


terjadi pada umur antara 6 bulan s/d 4 tahun, lama
kejang kurang dari 20 menit, kejang bersifat umum,
frekwensi kejang kurang dari 4x/tahun, kejang timbul
dalam 16 jam sesudah kenaikan suhu.

• Epilepsi yang Diprovokasi oleh Demam, ditegakkan


apabila kejang tidak memenuhi salah satu atau lebih
kriteria KDS. Kejang pada Epilepsi adalah merupakan
dasar kelainan, sedang demam adalah faktor
pencetus terjadinya serangan.
Klasifikasi Kejang
• Kejang Tonik
– Kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh
yang biasanya berlangsung selama 10-20
detik
• Kejang Klonik
– Kontraksi dan relaksasi otot yang kuat
dan berirama, biasanya berlangsung
selama 1-2 menit
• Kejang Mioklonik
– Gambaran klinis yang terlihat adalah
gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau
keempat anggota gerak yang berulang
dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut
menyerupai reflek moro.
– Kejang ini merupakan pertanda
kerusakan susunan saraf pusat yang luas
dan hebat.
TATALAKSANA KEJANG DEMAM

• PENGOBATAN KEJANG FASE AKUT


• MENCARI DAN MENGOBATI PENYEBAB
DEMAM
• PENGOBATAN PROFILAKSIS
• INTERMITTEN
• KONTINU
KEJANG

YA TIDAK
STATUS KONVULSIVUS

Fenobarbital 10-20mg/kg im 12 jam kemudian:


Fenitoin 5-7mg/kg iv
KEJANG

YA TIDAK

Intubasi di ICU 12 jam kemudian:


Fenobarbital 3-4mg/kg im
+ fenitoin 5-7mg/kg iv

Midazolam 0,2mg/kg,
Dilanjutkan dengan rumatan
Depresi jalan nafas  ventilator
PENATALAKSANAAN
• Fase akut
• Profilaksis terhadap berulangnya kejang
demam
• Fase akut :
- Diazepam 0,25 mg/kgBB, iv (2 menit)
- tidak ada respons0,4 mg/kgBB
- Tidak ada responso,5 mg/kgBB
• Diazepam perektal/ Stesolid :
- BB < 10 kg : 5 mg
- BB > 10 kg : 10 mg
• Fenobarbital im :
- Neonatus : 30 mg
- 1 bl-1 th : 50 mg
- > 1 th : 75 mg
• Empat jam kemudian : fenobarbital rumatan ,
yaitu hari ke-1 dan ke-3 8-10 mg/kgBB p.o atau
parenteral4-5 mg/kgBB (dalam 2 dosis)
Penatalaksanaan Keperawatan
• Mengawasi bayi dengan teliti dan hati-hati
• Memonitor pernafasan dan denyut jantung
• Usahakan suhu tetap stabil
• Perlu dipasang infus untuk pemberian
glukosa dan obat lain
• Pemberian anti konvulsan : fenobarbital
untuk mengatasi kejang, mengurangi
metabolisme sel yang rusak dan
memperbaiki sirkulasi otak sehingga
melindungi sel yang rusak karena asfiksia
dan anoxia
Pemeriksaan Lanjutan
• Lumbal Fungsi
– Pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan
yang ada di otak dan kanal tulang
belakang)
– Untuk meneliti kecurigaan meningitis.
• Electro Enchepalo Gram (EEG)
– Pemeriksaan gelombang otak untuk
meneliti ketidaknormalan gelombang.
– Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk
dilakukan pada kejang demam yang
baru terjadi sekali tanpa adanya defisit
(kelainan) neurologis.
• Pemeriksaan laboratorium
– Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah
rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor,
magnesium, atau gula darah tidak rutin
dilakukan pada kejang demam pertama.
– Pemeriksaan laboratorium harus
ditujukan untuk mencari sumber demam,
bukan sekedar sebagai pemeriksaan
rutin.
• Neuroimaging
– Pemeriksaannya antara lain adalah CT-
scan dan MRI kepala.
– Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada
kejang demam yang baru terjadi untuk
pertama kalinya.
Prognosa
• Kematian
– Dengan penanganan kejang yang cepat dan tepat,
prognosa biasanya baik, tidak sampai terjadi kematian.
– Dalam penelitian ditemukan angka kematian KDS 0,46 %
s/d 0,74 %.
• Terulangnya Kejang
– Kemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25
s/d 50 % pada 6 bulan pertama dari serangan pertama.
– Resiko terulangnya kejang
• Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama
• Riwayat kejang demam dalam keluarga
• Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam
atau saat suhu sudah relatif normal
• Riwayat demam yang sering
• Kejang pertama adalah complex febrile seizure
Prognosa
• Epilepsi
– Angka kejadian Epilepsi ditemukan 2,9 % dari KDS
dan 97 % dari Epilepsi yang diprovokasi oleh
demam.
– Resiko menjadi Epilepsi yang akan dihadapi oleh
seorang anak sesudah menderita KDS tergantung
kepada faktor :
• riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam
keluarga
• kelainan dalam perkembangan atau kelainan
sebelum anak menderita KDS
• kejang berlangsung lama atau kejang fokal.
– Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas,
maka kemungkinan mengalami serangan kejang
tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila hanya
didapat satu atau tidak sama sekali faktor di atas.
Prognosa
• Hemiparesis
– Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama
(berlangsung lebih dari setengah jam) baik kejang yang
bersifat umum maupun kejang fokal.
– Kejang fokal yang terjadi sesuai dengan kelumpuhannya.
Mula-mula kelumpuhan bersifat flacid, sesudah 2 minggu
timbul keadaan spastisitas.
– Diperkirakan sekitar 0,2 % KDS mengalami hemiparese
sesudah kejang lama.
• Retardasi Mental
– Ditemuan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami
kelainan IQ, sedang kejang demam pada anak yang
sebelumnya mengalami gangguan perkembangan atau
kelainan neurologik ditemukan IQ yang lebih rendah.
– Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang
tanpa demam, kemungkinan menjadi retardasi mental adalah
5x lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai