Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN SELULITIS PEDIS DI RUANG NILAM

RSUD Dr. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

I I

S T I K E S

A
E

OLEH :

SUTARI
NIM.18.31.1333

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN SELULITIS PEDIS DI RUANG NILAM


RSUD Dr. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

I I

S T I K E S

A
E

OLEH :

SUTARI
NIM.18.31.1333

Banjarmasin, Februari 2020


Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

M. Saputra., S.Kep.,Ns.,Mm Misrah., S.Kep.,Ns


LAPORAN PENDAHULUAN
SELULITIS PEDIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses
inflamasi, yang umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri
S.aureus dan atau Streptococcus (Muttaqin Arif, 2013).
Selulitis adalah infeksi infeksi dermis dan jaringan subkutan akut
yang menyebabkan inflamasi sel, dapat mengakibatkan kerusakan kulit
seperti gigitan atau luka, progonosis biasanya baik dengan terapi yang
teratur, dengan penyakit lainnya seperti diabetes meningkatkan resiko
terbentuknya Selulitis atau penyebaran Selulitis (Kimberly, 2012)
Selulitis pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri, paling sering diakibatkan oleh bakteri Staphylococcus dan
Streptococcus. Bakteri ini merupakan bakteri normal yang ditemukan pada
kulit. Akan tetapi, ketika kulit terluka, bakteri tersebut dapat menyebabkan
terjadinya selulitis. Selulitis dapat terjadi pada berbagai tempat, seperti
kaki, mata, wajah, dan sekitar anus. Selulitis paling sering terjadi pada
kaki, disebut juga selulitis pedis.
2. Etiologi
Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah
Staphylococcus aureus dan Streptokokus beta hemolitikus grup A
sedangkan penyebab selulitis pada anak adalah Haemophilus influenza
tipe b (Hib), Streptokokus beta hemolitikus grup A, dan Staphylococcus
aureus. Streptococcuss beta hemolitikus group B adalah penyebab yang
jarang pada selulitis.6 Selulitis pada orang dewasa imunokompeten banyak
disebabkan oleh Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus
sedangkan pada ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus biasanya
disebabkan oleh organisme campuran antara kokus gram positif dan gram
negatif aerob maupun anaerob. Bakteri mencapai dermis melalui jalur

1
2

eksternalmaupun hematogen. Pada imunokompeten perlu ada kerusakan


barrier kulit, sedangkan pada imunokopromais lebih sering melalui aliran
darah (buku kuning). Onset timbulnya penyakit ini pada semua usia
3. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya
semua bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan
dan bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat
di sekitar luka atau ulkus disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan
akut, kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai limfadenopati
limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal
(flegmon, nekrosis atau gangren)
Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam,
menggigil, dan malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal
peradangan yaitu rubor (eritema), color (hangat), dolor (nyeri) dan tumor
(pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak berbatas tegas pada tepi
lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang berat dapat
ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau jaringan neurotik. ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening regional dan limfangitis ascenden. pada
pemeriksaan darah tepi biasanya ditemukan leukositosis.
Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. gejala
prodormal berupa malaise anoreksia, demam, menggigil dan berkembang
dengan cepat, sebelum menimbulkan gejala-gejala khasnya. Pasien
imunokompromais rentan mengalami infeksi walau dengan patogen yang
patogenisitas rendah. Terdapat gejala berupa nyeri yang terlokalisasi dan
nyeri tekan. Jika tidak diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi
terutama ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat
terjadi elefantiasis.
Lokasi Selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan
pada orang dewasa paling sering di ekstremitas karena berhubungan
dengan riwayat seringnya trauma di ekstremitas. pada penggunaan salah
obat, sering berlokasi di lengan atas. Komplikasi jarang ditemukan, tetapi
3

termasuk glomerulonefritis akut (jika disebabkan oleh strain nefritogenik


streptococcus, limfadenitis, endokarditis bakterial subakut). kerusakan
pembuluh limfe dapat menyebabkan Selulitis rekurens.
Kulit merupakan organ luas yang dapat bertindak sebagai jalan
masuk ke infeksi sistemik. Selulitis menyebabkan kemerahan atau
peradangan yang terlokalisasi. Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai
nyeri tekan dan teraba hangat.Ruam kulit muncul secara tiba-tiba dan
memiliki batas yang tegas. Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil
4. Patofisiologi
Kerusakan integritas kulit hampir selalu mendahului infeksi, karena
organisme invasif menyerang area yang terganggu, kejadian ini membuat
sel pertahanan kewalahan, seiring perkembangan Selulitis, organisme
menyerang jaringan disekitar lokasi luka awal (Kimberly, 2012).
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi
pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan, penyakit infeksi
sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua
pikun dan pada orang kencing manis yang pengobatannya tidak adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan system vena dan limfatik
pada kedua ektrimitas atas dan bawah.Pada pemeriksaan ditemukan
kemerahan yang karakteristik hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
streptokokus grup A, sterptokokus lain atau staphilokokus aureus, kecuali
jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang
pasti sulit ditentukan, untuk absses lokalisata yang mempunyai gejala
sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. meskipun
etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang
disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih
kompleks. bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan adanya
organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. lesi ini dangkal dan
berindurasi dan dapat mengalami super infeksi. etiologinya tidak jelas,
4

tetapi mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda asing,


nekrosis, dan infeksi derajat rendah.

Patway

Bakteri patogen (streptokokus piogenes, streptokokus grup A,


stapilokokus aureus)

Menyerang kulit dan jaringan subkutan

Meluas ke jaringan yang lebih dalam

Menyebar secara sistemik

Terjadi peradangan akut

Eritema lokal pada kulit Edema kemerahan

Lesi

Nyeri tekan

Gangguan rasa nyaman


Kerusakan integritas kulit dan nyeri

Peningkatan suhu tubuh

Hipertemi
5

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah, terdapat leukositosis. Laju endap darah dan kadar
C-reactive protein juga meningkat, terutama pada pasien dengan
penyakit berat yang membutuhkan rawat inap jangka panjang.
b. Pungsi cairan pada bagian yang terinfeksi di biakkan dan dipulas
dengan pulasan gram.
c. Kultur darah positif (hanya pada beberapa pasien)
d. Jika infeksi berulang dari selulitis diduga sebagai infeksi sekunder dari
tinea pedis, disarankan untuk melakukan tes atau kultur mikologis.
e. Biopsi kulit tidak disarankan untuk dikerjakan, kecuali pada pasien
dengan dugaan etiologi infeksi non bakteri, atau pada pasien dengan
Immunocompromised.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Antibiotik
Penggunaan antibiotik ditargetkan pada organisme penyebab
infeksi. Antibiotik pilihan dituliskan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Antibiotik berdasarkan organisme penyebab
Organisme Obat lini pertama Obat alternative
Infeksi 1. Ampicillin/sulbactam Cefoxitin, clindamycin, atau
Campuran 2. Imipenem/cilastatin, metronidazole +
meropenem aminoglycoside
3. Ticarcillin/clavulanat
e
Streptococcus 1. Penicillin G+ 1. Ceftriaxone+Clindamycin
(A,C,G,B) Clindamycin untuk 2. Vancomycin, Linezolid,
Toxic Shock Daptomycin
Syndrome
2. Fluoxacillin
Enterococcus Penicillin G atau 1. Vancomycin +
(systemic Ampicillin + Gentamicin gentamicin atau
infection) atau Streptomycin streptomycin, linezolid
6

2. Quinupristin/dalfopristin,
atau daptomycin
Staphylococcus 1. Nafcillin (atau Cefazolin atau
aureus oxacillin) amoxicillin/asam klavulanat,
2. Vancomycin (pada klindamisin,
mikroba yang quinupristin/dalfopristin
resisten methicillin)
3. Linezolid,
daptomycin
4. Fluoxacillin
Clostridium Penicillin F + klindamisin 1. Metronidazole dan
perfringens imipenem atau
meropenem
2. Ceftriaxone
3. Klorampenikol
Sumber: dr. Rainey, 2018.

b. Penanganan Umum
Penanganan umum yang dapat dilakukan terutama adalah
elevasi pada area yang terkena. Elevasi sangat penting untuk
mengurangi edema lokal. Selain itu, pasien harus tirah baring dan pada
lesi dengan bula, harus diberikan perawatan luka steril dengan cairan
salin normal.
c. Tindakan Bedah
Debridemen dengan pembedahan harus dilakukan secepatnya
pada pasien dengan necrotizing fasciitis, debridemen juga harus
dilakukan bersamaan dengan drainase yang benar. Eksplorasi ulang
dan debridemen baiknya dilakukan kembali untuk memastikan seluruh
jaringan nekrotik telah dibersihkan serta pus telah dikeluarkan.
Debridemen dengan pembedahan juga diindikasikan pada selulitis
anaerobik.
7

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Anamnesis
Biasanya di dapatkan keluhan nyeri lokal dan pada beberapa
pasien didapatkan adanya keluhan malaise, demam dan menggigil.
b. Riwayat
Yang dapat meningkatkan resiko Selulitis, seperti penyakit
diabetes melitus, riwayat intervensi diagnostik invasif pada penyakit
jantung, riwayat penggunaan obat. Pasca bedah penggantian sendi
pinggul (Total hip replacement),
c. Pemeriksaan Fisik
1) Suhu : Selulitis ditandai dengan demam, suhu meningkat (>
37,50C).
2) Kulit : Pada fase awal bisa didapatkan adanya kemerahan dan
nyeri tekan yang terasa di suatu daerah yang kecil dikulit atau
daerah luka, kulit menjadi panas dan bengkak, serta tampak seperti
kulit jeruk yang mengelupas, dengan berlanjutnya penyakit, status
lokalis didapatkan adanya lesi kulit berupa eritma lokal yang
nyeri, dengan cepat menjadi makin merah, meluas namun
batasannya tak jelas (difus) dan tepi tidak meninggi. Terkadang
bagian tengahnya menjadi nodular dan bagian atasnya terdapat
vasikula yang pecah mengeluarkan pus (nanah) serta jaringan
nikrotik. fase lanjut karena infeksi menyebar ke daerah yang lebih
luas maka kelenjar getah bening di dekatnya dapat membengkak
dan teraba lunak. Kelenjar getah bening di lipatan paha membesar
karena infeksi di tungkai, kelenjar getah bening di ketiak
membesar karena terinfeksi di lengan, penderita dapat mengalami
demam, menggigil, peningkatan denyut jantung, sakit kepala dan
tekanan darah rendah. Terkadang gejala-gejala ini timbul beberapa
jam sebelum gejala ini sama sekali tidak ada. Abses dapat timbul
sebagai akibat dari Selulitis, meskipun jarang, dapat terjadi
8

komplikasi serius berupa penyebaran infeksi dibawah kulit yang


menyebabkan kematian jaringan dan penyebaran infeksi melalui
aliran darah (bakterimia) ke bagian tubuh lainnya, jika Selulitis
kembali menyerang sisi yang sama, maka pembuluh getah bening
di dekatnya dapat mengalami kerusakan dan menyebabkan
pembengkakan jaringan yang bersifat menetap.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan Agen Injury (Biologi, Kimia,
Fisik, Psikologis).
b. Hipertermi berhubungan dengan penyakit/trauma/ respon inflamasi
sistemik.
c. Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan respon
inflamasi lokal dan nekrotik jaringan subkutis.
9

3. Nursing Care Planning (NCP)


No DIAGNOSA NOC NIC
. KEPERAWATAN (NURSING OUTCOME) (NURSING
INTERVENTION
CLASIFICATION)
1. Nyeri akut/kronis Setelah dilakukan asuhan (... x ...) 1. Lakukan pegkajian
berhubungan diharapkan nyeri akut berhubungan nyeri secara
dengan Agen Injury dengan thorak drains bergeser komprehensif
(Biologi, Kimia, dapat teratasi dengan termasuk lokasi,
Fisik, Psikologis). karakteristik, durasi,
Kriteria hasil :
frekuensi, kualitas
dan ontro presipitasi.
IR ER
Indikator 2. Observasi reaksi
1. Melaporkan nonverbal dari
adanya nyeri ketidaknyamanan.
2. Luas bagian 3. Gunakan teknik
tubuh yang komunikasi
terpengaruh terapeutik untuk
3. Frekuensi mengetahui
nyeri pengalaman nyeri
4. Panjangnya klien sebelumnya.
episode nyeri 4. Kontrol ontro
5. Pernyataan lingkungan yang
nyeri mempengaruhi nyeri
6. Ekspresi nyeri seperti suhu ruangan,
pada wajah pencahayaan,
kebisingan.
Keterangan : 5. Kurangi ontro
1. Keluhan ekstrem presipitasi nyeri.
2. Keluhan berat 6. Pilih dan lakukan
3. Keluhan sedang penanganan nyeri
10

4. Keluhan ringan (farmakologis/non


5. Tidak ada keluhan farmakologis)..
7. Ajarkan teknik non
farmakologis
(relaksasi, distraksi
dll) untuk mengetasi
nyeri..
8. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri.
9. Evaluasi tindakan
pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
10. Kolaborasi dengan
dokter bila ada
komplain tentang
pemberian analgetik
tidak berhasil.
11. Monitor penerimaan
klien tentang
manajemen nyeri.
2. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan 1 Kaji suhu tubuh
berhubungan keperawatan selama ( .. x…) jam pasien
dengan suhu tubuh dalam rentan normal. 2 Pertahankan
penyakit/trauma/ Kriteria hasil : lingkungan tetap sejuk
respon inflamasi Indikator IR ER 3 Berikan kompres
sistemik. 1. Pasien hangat basah pada
tidak ketiak, lipatan paha,
gelisah kening (untuk sugesti)
2. Pasien tidak 4 Anjurkan pasien untuk
menggigil banyak minum
11

3. Akral teraba 5 Anjurkan mengenakan


hangat pakaian yang minimal
2. Warna kulit atau tipis
tidak ada 6 Berikan antipiretik
kemerahan sesuai indikasi
Keterangan: 7 Berikan antimikroba
1. Keluhan ekstrim jika disarankan
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
3. Kerusakan Setelah dilakukan asuhan (...x...) Pressure Management
integritas jaringan diharapkan kerusakan integritas 1. Anjurkan pasien
kulit berhubungan berhubungan dengan diskontinuitas untuk menggunakan
dengan respon jaringan dapat teratasi dengan pakaian yang
inflamasi lokal dan longgar
Kriteria hasil :
nekrotik jaringan 2. Hindari kerutan
subkutis. pada tempat tidur
IR ER
Indikator 3. Jaga kebersihan
1. Integritas kulit kulit agar tetap
yang baik bisa bersih dan kering
dipertahankan 4. Mobilisasi pasien
(sensasi, (ubah posisi pasien)
elastisitas, setiap dua jam sekali
temperatur, 5. Monitor kulit akan
hidrasi, adanya kemerahan
pigmentasi) 6. Oleskan lotion atau
2. Tidak ada luka/ minyak atau baby oil
lesi pada kulit pada daerah yang
3. Menunjukkan tertekan
pemahaman 7. Monitor aktivitas
dalam proses
12

perbaikan kulit dan mobilisasi


dan mencegah pasien
terjadinya cedera 8. Memandikan pasien
berulang dengan sabun dan
4. Mampu air hangat
melindungi kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
5. Elastisitas sesuai
yang diharapkan
6. Warna sesuai
dengan yang
diharapkan

Keterangan :
1. Keluhan ekstrem
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
DAFTAR PUSTAKA
Alomedika. Penatalaksanaan Selulitis. Diakses pada tanggal 16 Februari 2020 di
https://www.alomedika.com/penyakit/dermatovenereologi/selulitis/penatal
aksanaan

Amin, dan Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda NIC-NOC. Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Andi, Wiwik. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ganggun Sistem
Hematologi. Jakarta: Selemba medika

Bilotta Kimberly A. J. 2012. Kapita Selekta Penyakit, Jakarta, EGC.

Muttaqin Arif. 2013. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen, Jakarta:


selemba medika.

NANDA International. 2015. Diagnoses: Definitions & Classification 2015 –


2017 Ed. 10. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai