Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

SELULITIS

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Oleh

DANI WAHYU FITRAMA


NIM 1301100031

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG
2016
LAPORAN PENDAHULUAN

SELULITIS

A. KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN

Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan
subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,
meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi pada
ekstremitas bawah

Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya


didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan
Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana cenderung
meluas kearah samping dan ke dalam

Jadi selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam yang disebabkan oleh
bakteri Stapilokokus aureus, Strepkokus grup A dan Streptokokus piogenes. $engan
karakteristik sebagai berikut :

a. Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis

b. Mengenai pembuluh limfe permukaan

c. Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas

2. KLASIFIKASI
Selulitis dapat digolongkan menjadi:
a. Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang tidak jelas
batasnya.Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat lunak dan
spongius.Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat.
b. Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi bakteri
tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan spasia yang
dikenainya.Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh bertendensi
membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh dalam mengontrol
infeksi.
c. Selulitis Difus Akut
$ibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
1. Ludwig)s *ngina
+. Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
3. Selulitis Senator)s $ifus Peripharingeal
4. Selulitis Fasialis Difus
5. Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya
6. Selulitis Kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena terbatasnya virulensi
bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada pasien dengan selulitis
sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa drainase.
7. Selulitis Difus yang Sering Dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina Ludwig's. Angina
Ludwig's merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia sublingual, submental dan
submandibular bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia pharingeal. Selulitis dimulai
dari dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu sisi/ unilateral disebut
Pseudophlegmon.

3. ETIOLOGI

Penyebab dari selulitis menururt Isselbacher (2009 ; 634) adalah bakteri streptokokus grup
A, streptokokus piogenes dan stapilokokus aureus.

Penyakit selulitis dapat disebabakan oleh :

a. Infeksi bakteri dan jamur :

1. Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureusØ

2. Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B

3. Infeksi dari jamur, Tapi Infeksi yang diakibatkanØ jamur termasuk jarang Aeromonas
Hydrophila.

4. S. Pneumoniae (Pneumococcus)

b. Penyebab lain :

1. Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.

2. Kulit kering

3. Eksim

4. Kulit yang terbakar atau melepuh

5. Diabetes

6. Obesitas atau kegemukan

7. Pembekakan yang kronis pada kaki

8. Penyalahgunaan obat-obat terlarang


8. Menurunnyaa daya tahan tubuh

17. @acar air

11. Malnutrisi

1+. Gagal ginjal

4. PATOFISIOLOGI

Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan
kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk,
rendah gi1i, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak
adekuat.

Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada ke dua
ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristi
hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.

Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh Streptokokus grup A,
Streptokokus lain atau Staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait berkembang
bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang
mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun
etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran
bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukkan adanya organisme campuran.

Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat
mengalami infeksi. >tiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan
peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.
6. PATHWAY SELULITIS

5. TANDA DAN GEJALA

Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi. Kulit tampak merah,
bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Auam kulit muncul secara tiba5tiba dan
memiliki batas yang tegas. Bisa disertai memar dan lepuhan5lepuhan kecil.

Gejala lainnya adalah:

a. $emam

b. Menggigil

c. Sakit kepala
d. 0yeri otot

e. Tidak enak badan

Manifestasi klinis selulitis adalah kerusakan kronik pada kulit sistem vena dan limfatik pada
kedua ekstremitas, kelainan kulit berupa infiltrat difus subkutan, eritema lokal, nyeri yang
cepat menyebar dan infitrasi ke jaringan dibawahnya, bengkak, merah dan hangat, nyeri
tekan, supurasi dan lekositosis.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK

Tidak membutuhkan prosedur lebih lanjut untuk sampai ke tahap diagnosis yang meliputi
anamnesis, uji laboratorium, sinar x dll, dalam kasus cellulite yang belum mengalami
komplikasi yang mana kriterianya seperti :

a. $aerah penyebaran belum luas

b. $aerah yang terinfeksi tidak mengalami rasa nyeri atau sedikit nyeri

c. Tidak ada tanda5tanda systemic seperti : demam, terasa dingin, dehidrasi, tachypnea,
tachycardia,hypotensi.

d. Tidak ada factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit bertambah parah seperti : Umur
yang sangat tua, daya tahan tubuh sangat lemah.

Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk melakukan diagnosis
membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan melakukan pemeriksaan lab seperti :

a. @omplete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata5rata sedimentasi
eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.

b. BU0 level

c. @reatinine level

d. @ulture darah

e. Pembuangan luka

1. Immunofluorescence : Immunofluorescence adalah sebuah teknik yang dimana dapat


membantu menghasilkan diagnosa sera pasti pada kultur cellulites negative, tapi teknik ini
jarang digunakan.

+. Penggunaan MAI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulites yang parah.
Mengidentifikasi pyomyositis, necroti1ing fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa
pembentukan abses pada subkutaneus.
7. PENATALKASANAAN MEDIS

Aawat inap di rumah sakit, Insisi dan drainase pada keadaan terbentuk abses.
Pemberian antibiotik seperti oksasilin atau nafsilin, obat oral dapat atau tidak digunakan,
infeksi ringan dapat diobati dengan obat oral pada pasien diluar rumah sakit, analgesik,
antipiretik. Posisi dan imobilisasi ekstremitas, bergantian kompres lembab hangat (Long,
+772 : 237:.

Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ lainnya.
$iberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin:. Jika infeksinya
ringan, diberikan sediaan per5oral (ditelan:. Biasanya sebelum diberikan sediaan per5oral,
terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:

a. penderita berusia lanjut

b. selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya

c. demam tinggi.

Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat dan
dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.

Pencegahan

Jika memiliki luka :

a. Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air

b. Oleskan antibiotic

c. Tutupi luka dengan perban

d. Sering5sering mengganti perban tersebut

e. Perhatikan jika ada tanda5tanda infeksi

Jika kulit masih normal :

a. Lembabkan kulit secara teratur

b. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati5hati

c. Lindungi tangan dan kaki

b. Aawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial

Komplikasi

Bakteremia
b. 0anah atau local *bscess

c. Superinfeksi oleh bakteri gram negative

d. Lymphangitis

e. Trombophlebitis

f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar 8C.

g. $imana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene:, dan dimana harus melakukan
amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga +/C.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses


keperawatan. $engan proses keperawatan, perawat memakai latar belakang, pengetahuan
yang komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan
diagnosa merencanakan intervensi, mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi
intervensi keperawatan.

1. PENGKAJIAN
a. Identitas

Menyerang sering pada lingkungan yang kurang bersih

b. Aiwayat Penyakit

1. Keluhan utama

Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil dan
malaise

+. Aiwayat penyakit dahulu

$itanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap


penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.

3. Aiwayat penyakit sekarang

Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna merah, terasa
lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap
4. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau


penyekit kulit lainnya

c. Keadaan Emosi Psikologi

Pasien tampak tenang,dan emosional stabil

d. Keadaan social ekonomi

Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana

e. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum : Lemah

TD : Menurun (< 120/80 mmHg)

Nadi : Turun (< 90)

Suhu : Meningkat (> 37,50)

RR : Normal

2. Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak

3. Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)

4. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping

5. Mulut : Kebersihan, tidak pucat

6. Telinga : Tidak ada serumen

7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar

8. Jantung : Denyut jantung meningkat

9. Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas

10. Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu
daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan
tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau dGorange:. Pada kulit yang
terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel: atau lepuhan besar
berisi cairan (bula:, yang bisa pecah.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. 0yeri akut b.d. respons inflamasi lokal saraf perifer kulit

b. <ipertermi b.d. respon inflamasi sistemik

c. Aesiko tinggi terjadinya infeksi b.d adanya luka pada kulit.

d. Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi kemerahan

3. PERENCANAAN

Tujuan intervensi keperawatan adalah menurunkan stimulus nyeri, penurunan suhu


tubuh, peningkatan integritas kulit, dan pemenuhan informasi. Untuk intervensi
penurunan suhu tubuh, dapat disesuaikan dengan masalah yang sama pada pasien
varisela. Untuk intervensi peningkatan integritas jaringan kulit dapat disesuaikan
dengan masalah yang sama pada pasien furunkel.

Nyeri akut b.d. respons inflamasi lokal


saraf perifer kulit
Tujuan : $alam waktu 1 x +4 jam nyeri
berkurang4hilang atau teradaptasi

Kriteria evaluasi :

Skala nyeri stabil (753:

a. Secara subjektif melapor nyeri berkurang


atau dapat diadaptasi.

b. Skala nyeri 754

c. $apat mengidentifikasi aktivitas yang


meningkatkan atau menurunkan nyeri

d. Pasien nampak rileks


Intervensi Rasional
Kaji nyeri dengan pendekatan PHAST Menjadi parametar dasar untuk mengetahui
sejauh mana intervensi yang diperlukan dan
sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi
manajemen
nyeri keperawatan yang telah dilakukan
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan
pereda nyeri nonfarmakologi dan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
noninvasif telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri
*tur posisi fisiologis dan imobilisasi Posisi fisiologis akan meningkatkan
ekstremitas yang mengalami selulitis asupan O+ ke jaringan yang mengalami
peradangan subkutan. Pengaturan posisi
idealnya adalah pada arah yang
berlawanan dengan letak dari selulitis.
Istirahatkan klien Istirahat diperlukan selama fase akut.
Kondisi ini akan meningkatkan suplai
darah pada jeringan yang mengalami
peradangan.
Lakukan kompres Pemberian kompres pada area inflamasi
dengan cairan 0a@l 7,8C bertujuan
meningkatkan integritas jaringan dan
menurunkan respons nyeri.
Manajemen lingkungan : lingkungan tenang Lingkungan tenang akan menurunkan
dan batasi pengunjung stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi O+ ruangan yang
akan berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada di ruangan.
*jarkan teknik relaksasi pernapasan dalam Meningkatkan asupan O+ sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder dari
peradangan.
*jarkan teknik distraksi pada saat nyeri $istraksi (pengalihan perhatian: dapat
menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi endofrin
dan enkefalin yang dapat memblok
reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke
korteks serebri sehingga menurunkan
persepsi nyeri.
Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan berupa sentuhan
dukungan psikologis bertujuan untuk
membantu menurunkan nyeri. Masase
ringan dapat meningkatkan aliran darah
dan dengan otomatis membantu suplai
darah dan oksigen ke area nyeri dan
menurunkan sensasi nyeri.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian *nalgetik memblok lintasan nyeri
analgetik sehingga nyeri akan berkurang
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Terapi antibiotik sistemik, yang dipilih
antibiotik berdasarkan pemeriksaan sensitivitas
umumnya diperlukan. Preparat oral
penisilin dan eritromisin juga efektif untuk
mengatasi selulitis
Hipertermi b.d. respon inflamasi sistemik
Tujuan : $alam waktu 1 x +4 jam klien
menunujukkan penurunan suhu tubuh.

Kriteria evaluasi :

a. TTI dalam batas

normal T$ : 1+7487

mm<g

0 : 275177x4menit

S : 32./o@ J 33o@

AA : 125+4 x4menit

b. Tidak terjadi demam

c. IntakeJoutput seimbang
Intervensi Rasional
Observasi suhu tubuh tekanan darah, frekuensi Menunjukkan status
permapasan dan denyut nadi. sirkulasi tubuh
Monitor intake dan output setiap 8 jam. Menunjukkan status hidrasi
*njurkan banyak minum bila tidak Mengganti cairan tubuh
ada kontraindikasi. yang hilang akibat dari
peningkatan laju
metabolisme tubuh
Berikan kompres hangat Membantu menurunkan
suhu tubuh
Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap Memberikan rasa nyaman
keringat dan mempercepat proses
penurunan suhu tubuh
*njurkan klien untuk bedrest total *ktivitas yang berlebihan
dapat meningkatkan
metabolisme tubuh sehingga
suhu semakin meningkat.
Pertahankan cairan II sesuai program Mendukung dan
memperbesar volume
sirkulasi, terutama jika
masukan oral tidak adekuat
Berikan terapi antipiretik sesuai anjuran dokter Membantu mengurangi
demam dan respon
hipermetabolisme,
menurunkan kehilangan
cairan takkasat mata
Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d adanya
luka pada kulit.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam klien
menunjukkan tidak terjadi infeksi

Kriteria evaluasi :

a. Tidak terdapat tanda — tanda infeksi


(kalor, rubor, tumor, dolor)

b. TTV dalam batas normal

TD : 120/80 mmHg

N : 60-100x/menit

S : 36.5oC — 37oC

RR : 16-24 x/menit

c. Leukosit dalam batas normal


Intervensi Rasional
Observasi adanya tanda — tanda infeksi. Melihat perkembangan dari
terapi yang telah diberikan.
Observasi tanda — tanda vital. Menunjukkan sirkulasi
tubuh.
Rawat luka klien dengan prinsif aseptik. Mencegah terpajan pada
organisme infeksius.
Anjurkan klien untuk selalu menjaga kebersihan Menurunkan resiko infeksi.
diri.
Awasi/batasi pengunjung, bila perlu. Mencegah kontaminasi
silang dari pengunjung.
Ajarkan pasien dan keluarga mengenal tanda Untuk mencegah hal — hal
dan gejala infeksi yang dapat mengancam
infeksi
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat Antimikrobial spektrum luas
betadine. tetapi nyeri pada
pemakaiaannya, dapat
menyebabkan asidosis
metabolik/ peningkatan
absorpsi iodin, dan merusak
jaringan rapuh.
Berikan Silver nitrat sesuai anjuran dokter Efektif untuk melawan
staphylococcus aureus,
Escheria coli, dan
Pseudomonas aeroginosa,
tetapi mempunyai penetrasi
jaringan buruk, nyeri, dan
dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat *ntibiotik sistemik
antibiotok sistemik. diberikan untuk mengontrol
patogen yang teridentifikasi
oleh kultur4sensitivitas.
Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi
kemerahan
Tujuan : $alam waktu + x +4 jam klien
menunjukkan perbaikan integritas kulit

Kriteria evaluasi :

a. Menunjukkan regenerasi jaringan

b. Mencapai penyembuhan tepat pada waktunya


Intervensi Rasional
Observasi ukuran, warna, kedalaman luka, Memberikan informasi
perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar dasar tentang kebutuhan
luka penanaman kulit dan
kemungkinan petunjuk
tentang sirkulasi pada area
luka infeksi.
Tinggikan area infeksi bila mungkin4tepat. Menurunkan
pembengkakan.
Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi Gerakan jaringan area
area bila diindikasikan infeksi dapat mengubah
posisi yang mempengaruhi
penyembuhan optimal.
Jaga kulit agar tetap bersih dan kering Membantu proses
penyembuhan

4. PELAKSANAAN

Menyesuaikan dengan intervensi yang ada sesuai diagnosa yang aktual

5. EVALUASI

1. Terjadi penurunan respons nyeri

+. Suhu tubuh dalam rentang normal dan pasien merasa nyaman.

3. Tidak terjadi infeksi.

4. Peningkatan integritas jaringan kulit


DAFTAR RUJUKAN

Angresti, C. 2012. Asuhan Keperwatan Pada Tn. A Dengan Selulitis Pedis Rumah Sakit

Pku Muhammdiyah Surakarta. Jurnal keperawatan : naskah publikasi, 5(2), pp.

85-94

Asma. 2015. Contoh Askep Selulitis, http://asmanurs3.blogspot.co.id/20l5/03/contoh(askep(

selulitis.html, diaksespada tanggal 5 April 2016

Genoschebasmara. 2011. Selulitis.

https://genoschebasmaba.wordpress.com/20ll/l2/30/selulittis(pedis/, diakses pada

tanggal 5 April 2016

Syahbandi. 2013. Askep Selulitis,

http://nersre)asyahbandi.blogspot.co.id/20l3/0*/ca(prostat.html, diakses pada

tanggal 5 april 2016

Anda mungkin juga menyukai