Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KEPERAWATAN PADA Ny.

S DENGAN SILULITIS

DIBANGSAL MAWAR I RSUD AMBARAWA

DISUSUN OLEH :

1. Nuri Handayani S10032


2. Rina Ayu Puspita S S10037
3. Sri Dewi S10042
4. Yuyun Elok E S10048

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kulit karena infeksi bakteri yang sering diterjadi disebut
pioderma. Pioderma disebabkan oleh bakteri gram positif staphyllococcus,
terutama S. aureus dan streptococcus atau keduanya. Faktor
predisposisinya yaitu higiene yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh
(mengidap penyakit menahun, kurang gizi, keganasan/kanker dan
sebagainya) dan adanya penyakit lain di kulit yang menyebabkan fungsi
perlindungan kulit terganggu.1 Erisipelas dan Selulitis merupakan penyakit
infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri,yang menyerang jaringan
subkutis dan daerah superficial (epidermis dan dermis). Faktor resiko
untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka
terbuka di kulit atau gangguan pada pembuluh vena maupun pembuluh
getah bening. Angka kejadian infeksi kulit ini kira-kira mencapai 10%
pasien yang dirawat di rumah sakit.2 Daerah predilesi yang sering terkena
yaitu wajah, badan, genitalia dan ekstremitas atas dan bawah. Sekitar 85%
kasus erysipelas dan selulitis terjadi pada kaki daripada wajah, dan pada
individu dari semua ras dan kedua jenis kelamin. 3 Permulaan erysipelas
dan selulitis didahului oleh gejala prodormal, seperti demam dan malaise,
kemudian diikuti dengan tanda-tanda peradangan yaitu bengkak, nyeri,
dan kemerahan. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis, gambaran klinis. Penanganannya perlu memperhatikan faktor
predisposisi dan komplikasi yang ada.
Dari referat ini diharapkan agar pembaca dapat mendiagnosis dan
memberikan terapi yang sesuai terhadap pasien erisipelas dan selulitis
yang akan ditemui pada praktik kedokteran.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui secara umum tentang penyakit selulitis dan mampu
menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada klien
dengan selulitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dan menganalisa
data pada klien dengan selulitis.
b. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan
berdasarkan analisa data.
c. Mampu membuat perencanaan pada klien dengan
selulitis.
d. Mampu memberikan implementasi berdasarkan
rencana yang sudahdisusun.
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah
dilakukan pada klien dengan selulitis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Pengertian
A. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan
jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu
area yang robek pada kulit, biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah
( Tucker, 1998 ).
B. Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian
jaringan subkutan ( Mansjoer, 2000 ).
C. Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan
( Brunner dan Suddarth, 2000 ).
D. Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri
stapilokokus aureus, streptokokus grup Adan streptokokus piogenes.

Klasifikasi
Menurut Berini, et al (1999) selulitis dapat digolongkan menjadi:
1. Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia
fasial, yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous,
konsistensinya sangat lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan
ruang anatomi atau spasia yang terlibat.
2. Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut,
hanya infeksi bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang
purulen. Penamaan berdasarkan spasia yang dikenainya. Jika
terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh bertendensi
membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh
dalam mengontrol infeksi.

3. Selulitis Difus Akut


Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
a. Ludwig’s Angina
b. Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
c. Selulitis Senator’s Difus Peripharingeal
d. Selulitis Fasialis Difus
e. Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya
f. Selulitis Kronis
4. Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat
karena terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi.
Biasanya terjadi pada pasien dengan selulitis sirkumskripta yang
tidak mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa drainase.
5. Selulitis Difus yang Sering Dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone /
Angina Ludwig’s . Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus
yang mengenai spasia sublingual, submental dan submandibular
bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia pharingeal (Berini,
Bresco & Gray, 1999 ; Topazian, 2002).
6. Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila
hanya mengenai satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.

Anatomi Fisiologi
II. Etiologi
Etiologinya berasal dari bakteri Streptococcus sp. Mikroorganisme
lainnya negatif anaerob seperti Prevotella, Porphyromona dan
Fusobacterium (Berini, et al, 1999). Infeksi odontogenik pada umumnya
merupakan infeksi campuran dari berbagai macam bakteri, baik bakteri
aerob maupun anaerob mempunyai fungsi yang sinergis ( Peterson,2003 ).
Infeksi Primer selulitis dapat berupa perluasan infeksi/abses
periapikal, osteomyielitis dan perikoronitis yang dihubungkan dengan
erupsi gigi molar tiga rahang bawah, ekstraksi gigi yang mengalami
infeksi periapikal/perikoronal, penyuntikan dengan menggunakan jarum
yang tidak steril, infeksi kelenjar ludah (Sialodenitis), fraktur compound
maksila / mandibula, laserasi mukosa lunak mulut serta infeksi sekunder
dari oral malignancy. Penyebab dari selulitis menurut Isselbacher ( 1999 ;
634 ) adalah bakteri streptokokus grup A, streptokokus piogenes dan
stapilokokus aureus.

III. Patoofisiologi dan Pathway


Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan
infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit
infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan
pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta
limfatik pada ke dua ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan
ditemukan kemerahan yang karakteristi hangat, nyeri tekan, demam dan
bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
streptokokus grup A, streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali
jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang
pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang mempunyai gejala
sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun
etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang
disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih
kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan adanya
organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan
berindurasi dan dapat mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi
mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis
dan infeksi derajat rendah.

Pathway
IV. Manisfestasi Klinik
Menurut Mansjoer ( 2000 ) manifestasi klinis selulitis adalah Kerusakan
kronik pada kulit sistem vena dan limfatik pada kedua ekstrimitas,
kelainan kulit berupa infiltrat difus subkutan, eritema local, nyeri yang
cepat menyebar dan infitratif ke jaringan dibawahnya, Bengkak, merah
dan hangat nyeri tekan, Supurasi dan lekositosis.

Komplikasi

a. Bakteremia
b. Nanah atau local Abscess
c. Superinfeksi oleh bakteri gram negative
d. Lymphangitis
e. Trombophlebitis
f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan
meningitis sebesar 8%.
g. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan
dimana harus melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko
kematian hingga 25%.

V. Penatalaksanaan

Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke


darah dan organ lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin
(misalnya cloxacillin).
Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya
sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan
antibiotik jika:

1. penderita berusia lanjut


2. selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
3. demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam
posisi terangkat dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan
pembengkakan.

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah
leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga
mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level
c. Creatinin level
d. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah
diduga
e. Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara
terbatas pada daerah penampakan luka namun sangat membantu
pada area abses atau terdapat bula
f. Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita
belum memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit yang
terkena kecil, tidak tersasa sakit, tidak ada tanda sistemik
(demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan
tidak ada faktor resiko.
2. Pemeriksaan Imaging
a. Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang
tidak lengkap (seperti kriteria yang telah disebutkan)
b. CT (Computed Tomography) Baik Plain-film Radiography
maupun CT keduanya dapat digunakan saat tata kilinis
menyarankan subjucent osteomyelitis. Jika sulit
membedakan selulitis dengan necrotizing fascitiis, maka
pemeriksaan yang dilakukan adalah
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu
pada diagnosis infeksi selulitis akut yang parah,
mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan
infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada
subkutaneus.

VI. Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian

a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi nama umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah
sakit, nomor register dan diagnosa medik.
2) Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai
demam, menggigil dan malaise
b) Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah
sebelumnya mengidap penyakit seperti ini, adakah alergi
yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.
c) Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik
berwarna merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri,
kulit menegang dan mengilap
d) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap
penyakit selulitis atau penyekit kulit lainnya
e) Keadaan emosi psikologi
Pasien tampak tenang,dan emosional stabil
f) Keadaan social ekonomi
Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana
g) Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum Klien
 Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis
 Berat badan : Biasanya normal
 Tinggi badan : Biasanya normal

Tanda-Tanda Vital
 TD :Biasanya menurun (< 120/80mmHg)
 Nadi : Biasanya menurun (<90x/i)
 RR : Biasanya normal (18-24 x/i)
 Suhu : Biasanya meningkat (>37.5 °C)

Pemeriksaan Head to Toe


 Kepala
Inspeksi :Bentuk, karakteristik rambut serta kebersihan
kepala
Palpasi : Adanya massa, benjolan ataupun lesi
 Mata
Inspeksi : Sklera, conjungtiva, iris, kornea serta reflek
pupil dan tanda-tanda iritasi
 Telinga
Inspeksi : Daun telinga, liang telinga, membran tympani,
adanya serumen serta pendarahan
 Hidung
Inspeksi : Lihat kesimetrisan, membran mukosa, tes
penciuman serta alergi terhadap sesuatu
 Mulut
Inspeksi : Kebersihan mulut, mukosa mulut, lidah, gigi dan
tonsil
 Leher
Inspeksi : Kesimetrisan leher, pembesaran kelenjar tyroid
dan JVP
Palpasi : Arteri carotis, vena jugularis, kelenjar tyroid,
adanya massa atau benjolan
 Thorax / Paru
Inspeksi : Bentuk thorax, pola nafas dan otot bantu nafas
Palpasi : Vocal remitus
Perkusi : Batas paru kanan dan kiri
Auskutasi : Suara nafas
 Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis
Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri
Auskultasi : Batas jantung I dan II
 Abdomen
Inspeksi : Asites atau tidak
Palpasi : Adanya massa atau nyeri tekan
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus
 Kulit
Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit, adanya jaringan parut
atau lesi dan CRT. Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang
terasa di suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi
panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau
d’orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi
cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.
 Ekstremitas
Kaji nyeri, kekuatan dan tonus otot

Keadaan umum : Composmentis


TD : Menurun (< 120/80 mmHg)
Nadi              : Turun (< 90)
Suhu : Meningkat (> 37,50)
RR                   : Normal
Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem
atau tidak
Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya
(+)
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping
Mulut : Kebersihan, tidak pucat
Telinga : Tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
Jantung : Denyut jantung meningkat
Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas
Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri
tekan yang terasa di suatu daerah yang kecil
di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas
dan bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk
yang mengelupas (peau d’orange). Pada
kulit yang terinfeksi bisa ditemukan
lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau
lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa
pecah.

VII. Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi
jaringan.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor
sirkulasi dan edema.
c. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk
salah satu anggota tubuh.
d. Hipertermi b/d proses infeksi/inflamasi sistemik

VIII. Intervensi Keperawatan


IX. Daftar Pustaka

Berini, et al, 1997, Medica Oral: Buccal and Cervicofacial Cellulitis. Volume 4,


(p337-50).
Brunner dan Suddarth. (2000). Kapita selekta kedokteran. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;Jakarta
Isselbacher, (1997), A Synopsis of Minor Oral Surgery, Wright, Oxford
Long, (1995), Emergency Dental Care. A Lea & Febiger Book. Baltimore
Mansjoer. (2000).Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
pencernaan. SelembaMedika;Jakarta.
Tucker. (1988). Rencana asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan.
Penerbit Buku Kedokteran EGC ; Jakarta
http://seputarsehat.com/artikel-kesehatan/asuhan-keperawatan-selulitis diakses
tanggal 4 april 2013
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


PADA Ny. S DENGAN SELULITIS DIRUANG MAWAR I
RSUD AMBARAWA

Tanggal/jam masuk rumah sakit : 03 juni 2013, 15.18 WIB

Tanggal/jam pengkajian : 03 juni 2013, 16.00 WIB

Metode pengkajian : Anamnesa dan status pasien

Diagnosa medis : Selulitis

No. Registrasi : 036xxx

I. BIODATA
1. IDENTITAS KLIEN
Nama klien : Ny. S
Alamat : Daleman
Umur : 54 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn. M
Umur : 60 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Daleman
Hubungan dengan klien : Suami

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri ditungkai kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri ditungkai kanan ,bengkak dan
memerah,sudah 4 hari susah untuk jalan .perut terasa
penuh ,sebah,mbesek ,sesak nafas (-). Di IGD pasien mendapat terapi
Infus RL 20 tpm, injeksi cefotaxim 2x1 gr, injeksi ranitidin 2x50ml,
injeksi ketorolac 3x 30mg, mestus cr tube, hutriltam 3x1, lalu dibawa
kebangsal mawar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan dulu pernah menderita selulitis tetapi tiak separah
sekarang. jika sakit pasien berobat ke dokter setempat dan uskesmas
ditempat tinggalnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan dikeluarga tidak ada penyakit keturunan
tetapi suami Ny.S mengalami penyakit DM .di dalan keluarga tidak ada
yang mempunyai penyakit menular.
Genogram

III. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan sehat itu penting. Pasien merasa penyakitnya
mengganggu aktivitasnya dan tidak bisa beraktivitas dan kumpul
dengan keluarganya.
2. Pola Nutrisi/Metabolik
A : TB : 155cm, BB :85 kg, IMT : 38 kg/m2
B : Hb 12,4 gr/dl
C : kulit lembab,tidak anemis,
D : pasien mengatakan ½ porsi dari yang disediakan
a. Sebelun sakit
1) Frekuensi : 3X
2) Jenis : Nasi, sayur, lauk pauk dan buah-buahan
3) Porsi : 1 porsi
4) Keluhan : tidak ada keluhan
b. Selama sakit
1) Frekuensi : 3X
2) Jenis : bubur, sayur, lauk pauk dan air putih
3) Porsi : 1/2 porsi
4) Keluhan : tidak ada keluhan

3. Pola eliminasi
a. BAB
1) Sebelum Sakit
a) Frekuensi : 1X hari
b) Konsistensi : padat, tidak ada darah
c) Warna : kuning kecoklatan
d) Keluhan : tidak ada keluhan
2) Selama Sakit
a) Frekuensi : 1X hari
b) Konsistensi : padat, tidak ada darah
c) Warna : kuning kecoklatan
d) Keluhan : tidak ada keluahan

b. BAK
1) Sebelum Sakit
a) Frekuensi : 6-7x/hari
b) Jumlah : ± 250 cc sekali BAK
c) Warna : kuning pucat
d) Keluhan : tidak ada keluahan
2) Selama Sakit
a) Frekuensi : 6-7x/hari
b) Jumlah : ± 250 cc sekali BAK
c) Warna : kuning pucat
d) Keluhan : tidak ada keluahan

ANALISA KESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN

INTAKE OUTPUT ANALISA


a. Minuman : cc a. Urine : cc Intake : cc
b. Makanan : cc b. Feses : cc Output : cc
c. IWL : cc
Total : cc Total : cc Balance cc

4. Pola Aktivitas dan Latihan (Sebelum dan Selama Sakit)

Kemampuan dalam Perawatan Diri 0 1 2 3 4


Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas ditempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi/ROM 
Ket :
0: Mandiri; 1: dengan alat bantu; 2: dibantu orang lain; 3: dibantu orang
lain dan alat; 4: tergantung total

5. Pola Istirahat Tidur


a. Sebelum Sakit : tidur nyenyak, 8 jam dimulai dari jam 21.00 WIB,
tidur siang 2 jam, tidur malam 6 jam, tidak terbangun pada malam
hari
b. Selama Sakit : tidur nyenyak, 6 jam dimulai dari jam 21.00 WIB,
tidur siang 1 jam, tidur malam 5 jam, terbangun pada malam hari
karena nyeri

6. Pola Kognitif-Perceptual
a. Sebelum Sakit : pasien dapat berbicara dengan lancar, melihat
dengan jelas, menjawab pertanyaan dengan tepat ketika diajak
berbincang-bincang, tidak ada gangguan pendengaran .
b. Selama Sakit : pasien dapat berbicara dengan lancar, melihat
dengan jelas, menjawab pertanyaan dengan tepat ketika diajak
berbincang-bincang, tidak terdapat gangguan pendengaran.
P = nyeri karena terdapat bengkak,memerah dan makula
ditungkai kanan
Q = nyeri seperti senut-senut
R = nyeri ditungkai kanan bagian dalam dan paha kanan
S =7
T = nyeri dirasakan saat untuk bergerak/pindah posisi

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri


a. Gambaran Diri : pasien menerima penyakit yang diderita,
pasien tabah
dengan kondisinya saat ini
b. Ideal Diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan
cepat
pulang, dan dapat berkumpul lagi dengan
keluarga
c. Harga Diri : pasien mengatakan tidak malu dengan
penyakitnya
d. Peran Diri pasien mengatakan semenjak sakit tidak
bisa
beraktivitas serta berkumpul dengan
keluarganya dan merasa kangen dengan
anak dan cucunya
e. Identitas Diri : pasien mengatakan dia adalah wanita yang
sudah
menikah dan sudah mempunyai anak

8. Pola Hubungan Peran


Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga dan tetangga sekitar
baik, semenjak sakit banyak keluarga dan tetangga datang menjenguk
pasien
9. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pasien mengatakan tidak menstruasi

10. Pola Mekanisme Koping


a. Sebelum Sakit : pasien mengatakan jika ada masalah selalu
menceritakan kepada suaminya
b. Selama Sakit : pasien mengatakan jika ada masalah selalu
menceritakan kepada suaminya dan selalu mendapatkan dukungan
dari keluarga untuk sembuh

11. Pola Nilai dan Keyakinan


a. Sebelum Sakit : pasien mengatakan rutin dalam beribadah
b. Selama Sakit : pasien mengatakan tidak sholat tetapi hanya
berdo’a

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan/Penampilan Umum
a. Kesadaran : Compos Mentis , GCS : 15 (E 4, V 5, M 6)
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan Darah : 145/80 mmHg
2) Nadi
a) Frekuensi : 96 kali/menit
b) Irama : teratur
c) Kekuatan : kuat
3) Pernafasan
a) Frekuensi : 20 kali/menit
b) Irama : teratur
4) Suhu : 36,2oC
Analisa : tekanan darah tinggi menunjukkan adanya Hipertensi
2. Kepala
a. Bentuk Kepala : Mesochepal
b. Kulit Kepala : Bersih
c. Rambut : Kering, rontok, sedikit uban
Analisa : tidak ada kelainan
3. Muka
a. Mata
1) Palpebra : tidak ada oedem, tidak petosis
2) Konjungtiva : Tidak anemis
3) Sclera : Putih
4) Pupil : isokor
5) Diameter ki/ka : 2mm
6) Refleks terhadap cahaya : ada refleks terhadap cahaya
7) Penggunaan alat bantu penglihatan : tidak
b. Hidung: hidung simetris, bersih, tidak terdapat sekresi, tidak
menggunakan nafas cuping hidung
c. Mulut : bibir kering, mukosa mulut lembab, tidak ada ada sianosis,
lidah kotor
d. Gigi : gigi bersih, tidak berlubang
e. Telinga: bersih, tidak ada sekresi, tidak ada gangguan pendengaran
Analisa : tidak ada kelainan
4. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Analisa : tidak ada kelainan
5. Dada (thorax)
a. Paru-paru
I : bentuk dada simetris, tidak menggunakan otot bantu nafas,
tidak ada kelainan bentuk tulang
P : vocal premitus seimbang pengembangan dada kanan dan
dada kiri sama
P : sonor pada seluruh lapang paru-paru
A : vesikuler pada paru kanan dan kiri
Analisa : tidak ada kelainan di paru-paru pasien
b. Jantung
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba di ICS 5
P : pekak
A : bunyi jantung lup dup, tidak ada suara tambahan
Analisa : tidak ada kelainan di jantung pasien
6. Abdomen
I : bentuk cembung, umbilikus kotor, tidak terdapat bekas luka ,
tidak asites
A : bising usus 15x/menit
P : tymphani
P : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa di kuadran I, II, III, IV
Analisa : tidak ada kelainan
7. Genetalia : tidak terpasang kateter
Analisa : tidak ada kelainan
8. Ekstremitas
a. Atas
1) Kekuatan otot kanan dan kiri : tangan kanan 5, tangan kiri
5 terpasang infus
2) Perubahan bentuk tulang : Tidak ada deformitas
3) Perabaan akral : hangat
4) Pitting edema : tidak ada edema
Analisa : tidak ada gangguan kekuatan otot sebelah kanan
b. Bawah
1) Kekuatan otot kanan dan kiri : kaki kanan 2, kaki kiri 5
2) Perubahan bentuk tulang : tidak ada
3) Perabaan akral : hangat
4) Pitting edema : ada edema
Analisa : ada gangguan kekuatan otot sebelah kanan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG (pada tanggal 4-6-2013 )

Hari/tgl/ Jenis Satua Keterangan


Nilai Normal Hasil
Jam Pemeriksaan n Hasil
Darah
1. Hb L : 14-18 gr/dl 12,4 Normal
P : 12-16 gr/dl
2. Leukosit 4000-10.000 /mm3 10.300/ Tinggi
mm3
3. Segmen 23-70 77 Tinggi
4. Limfosit 25-40 17 Rendah
5. Monosit 2-6 6 Normal
/mm 3
Normal
6. Eritrosit 4,5-5,5 juta 4.100.00
0/mm3 Normal
/mm 3
7. Trombosit 150.000- 293.000/ Normal
500.000 mm3
Mg/dl
Gula Darah 74-110 131 Tinggi
Sewaktu mg/dl
Mg/dl
Cholesterol 200 Tinggi
203

Mg/dl mg/dl
Trigleserid L : 60-165 Normal
84 mg/dl
P : 40-160
Mg/dl
Asam Urat Normal
L : 3,4-7 3,56
P : 2,4-5,7 mg/dl

VI. TERAPI MEDIS

Hari/tgl/ Golongan Fungsi &


Jam Jenis Terapi Dosis & Farmakologi
Kandungan

Cairan Cairan Menambah


IV : 30 tpm elektrolit cairin
1. Infus
RL

2. Obat 3 x Mupirocin Menghambat


topik 20mg 2% penyebaratn
al bakteri lebih
lanjut
3. Obat Oles Motadum Menghambat
topik tipis dan penyebaratn
al merata salthisisn bakteri lebih
lanjut
4. injeksi 2x1 cefotaxim antibiotik

5. injeksi 3 x 30 ketorolac Anti nyeri


mg
6. injeksi 2 x 50 ranitidin Anti
mg histamin( pe
radangan ,
alergi )
VII. ANALISA DATA
Nama : Ny. S No. CM : 036xxx
Umur : 54 tahun Diagnosa Medis : selulitis

No Hari/
Data Fokus Problem Etiologi Ttd
. Tgl/Jam
1. Senin, 1.

2. 1.

VIII. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. RENCANA KEPERAWATAN/INTERVENSI
Nama : Ny. S No. CM : 285158
Umur : 45 tahun Diagnosa Medis : stroke infark

IX. TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI


Nama : Ny. S No. CM : 285158
Umur : 45 tahun Diagnosa Medis : stroke infark

Hari/ No.
Implementasi Respon Ttd
Tgl/Jam Dx
1

1
1

1
2
2
2

2
1
1

2
2
1
1
2
2

X. CATATAN KEPERAWATAN/EVALUASI
Nama : Ny. S No. CM : 285158
Umur : 45 tahun Diagnosa Medis : stroke infark

No.
Hari/Tgl/Jam Evaluasi Ttd
Dx
1 1.
2 1.
1 1.
2 1.
1
2
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran

Daftar Pustaka
Berini, et al, 1997, Medica Oral: Buccal and Cervicofacial Cellulitis. Volume 4,
(p337-50).
Brunner dan Suddarth. (2000). Kapita selekta kedokteran. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;Jakarta
Isselbacher, (1997), A Synopsis of Minor Oral Surgery, Wright, Oxford
Long, (1995), Emergency Dental Care. A Lea & Febiger Book. Baltimore
Mansjoer. (2000).Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
pencernaan. SelembaMedika;Jakarta.
Tucker. (1988). Rencana asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan.
Penerbit Buku Kedokteran EGC ; Jakarta
http://seputarsehat.com/artikel-kesehatan/asuhan-keperawatan-selulitis diakses
tanggal 4 april 2013

Anda mungkin juga menyukai