Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Selulitis adalah penyebaran infeksi pada kulit yang meluas hingga jaringan subkutan.
Penyebab umumnya streptokokus hemolitikus b grup A (group A b -haemolytic streptococci
= GABHS) dan Stafilokokus aureus. Faktor predisposisi mencakup abrasi/kerusakan kulit,
laserasi (robekan), luka baker, kulit yang meradang/ eksim, dsb, meskipun jalur masuk
kuman tersebut mungkin saja tidak tampak jelas. Reaksi alergi/ dermatitis kontak (misalkan
gigitan serangga, imunisasi, tumbuh-tumbuhan, dsb) sering kali salah diagnosis sebagai
selulitis. Jika terdapat gatal, dan tidak ada nyeri tekan, bukanlah suatu selulitis.
Erisipelas merupakan bentuk superfisial yang spesifik dari selulitis yang disebabkan oleh
GAHBS. Pada selulitis biasanya juga disertai dengan keterlibatan kelenjar getah bening.
Impetigo (sering disebut juga korengan) merupakan infeksi di epidermis yang sangat
menular, umumnya terjadi pada anak kecil. Disebabkan oleh GABHS dan S. aureus.

 Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) adalah kelainan kulit berupa lepuhan
yang disebabkan racun S. aureus yang menimbulkan pengelupasan atau eksfoliatif
(epidermolisis). Umumnya menyerang neonatus/bayi baru lahir dan anak kecil.
 Necrotising fasciitis adalah infeksi progresif cepat pada jaringan lunak yang ditandai
dengan kematian jaringan subkutan. Penyebab umumnya berbagai macam kuman
(polimikrobial). Organisme penyebab mencakup GABHS, S. aureus, bakteri anaerob,
dsb. Kondisi ini dapat menyebabkan penyakit yang berat dengan laju kematian yang
tinggi (± 25%).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah Selulitis itu?


2. Bagaimanakah Klasifikasi Selulitis ?
3. Bagaimanakah Etiologi Selulitis ?
4. Bagaimanakah Manifestasi Klinik Selulitis ?
5. Bagaimanakah Konsep Asuhan Keperawatan Selulitis ?

1
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum

Pada makalah ini akan dibahas tentang penyakit selulitis dan konsep asuhan
keperawatannya
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Definisi Selulitis
2. Mengetahui Klasifikasi Selulitis
3. Mengetahui Etiologi Selulitis
4. Mengetahui Manifestasi Klinik Selulitis
5. Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Selulitis

1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini mampu memberi informasi kepada pembaca tentang Selulitis
beserta manifestasi klinis, terapi dan konsep asuhan keperawatanya

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan
subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,
meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi pada
ekstremitas bawah (Tucker, 2008 : 633).

Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan subkutan
(Mansjoer, 2000 : 82).

Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan (Brunner &
Suddarth, 2000 : 496).

Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya


didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan
Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana cenderung
meluas kearah samping dan ke dalam (Herry, 1996).

Jadi selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam yang disebabkan oleh
bakteri Stapilokokus aureus, Strepkokus grup A dan Streptokokus piogenes. Dengan
karakteristik sebagai berikut :

a. Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis

b. Mengenai pembuluh limfe permukaan

c. Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas

3
2.2 Klasifikasi

Selulitis dapat digolongkan menjadi:

a. Selulitis Sirkumskripta Serous Akut

Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang
tidak jelas batasnya.Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat lunak dan
spongius.Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat.

b. Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut

Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi
bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan spasia
yang dikenainya.Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh bertendensi
membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh dalam mengontrol
infeksi.

c. Selulitis Difus Akut

Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:

1. Ludwig’s Angina

2. Selulitis yang berasal dari inframylohyoid

3. Selulitis Senator’s Difus Peripharingeal

4. Selulitis Fasialis Difus

5. Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya

6. Selulitis Kronis

Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena terbatasnya
virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada pasien dengan selulitis
sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa drainase.

4
7. Selulitis Difus yang Sering Dijumpai

Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina Ludwig’s.
Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia sublingual,
submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia pharingeal.
Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu sisi/
unilateral disebut Pseudophlegmon.

2.3 Etiologi

Penyebab dari selulitis menururt Isselbacher (2009 ; 634) adalah bakteri streptokokus
grup A, streptokokus piogenes dan stapilokokus aureus.

Penyakit selulitis dapat disebabakan oleh :

a. Infeksi bakteri dan jamur :

1. Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureusØ

2. Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B

3. Infeksi dari jamur, Tapi Infeksi yang diakibatkanØ jamur termasuk jarang Aeromonas
Hydrophila.

4. S. Pneumoniae (Pneumococcus)

b. Penyebab lain :

1. Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.

2. Kulit kering

3. Eksim

4. Kulit yang terbakar atau melepuh

5. Diabetes

5
6. Obesitas atau kegemukan

7. Pembekakan yang kronis pada kaki

8. Penyalahgunaan obat-obat terlarang

9. Menurunnyaa daya tahan tubuh

10. Cacar air

11. Malnutrisi

12. Gagal ginjal

2.4 Faktor Resiko

a. Usia

Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang
pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti selulitis
pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan.

b. Melemahnya Sistem Immun (Immunodeficiency)

Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya


infeksi. Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat
pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.

c. Diabetes Mellitus

Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem
immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada
ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi
bakteri penginfeksi.

6
d. Cacar dan Ruam Saraf

Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk
bakteri penginfeksi.

e. Pembangkakan Kronis Pada Lengan Dan Tungkai (Lymphedema)

Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri
penginfeksi.

f. Infeksi Jamur Kronis Pada Telapak atau Jari Kaki

Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko
bakteri penginfeksi masuk

g. Penggunaan Steroid Kronik

Contohnya penggunaan corticosteroid.

h. Penyalahgunaan Obat dan Alcohol

Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.

i. Malnutrisi

Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah


timbulnya penyakit ini.

2.5 Patofisiologi

Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan
kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk,
rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak
adekuat.

Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada ke dua
ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristi
hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.

7
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh Streptokokus grup A,
Streptokokus lain atau Staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait berkembang
bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang
mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun
etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran
bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukkan adanya organisme campuran.

Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat
mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan
peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.

2.6 Pathway

8
2.7 Manifestasi Klinis

Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi. Kulit tampak


merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Ruam kulit muncul secara tiba-
tiba dan memiliki batas yang tegas. Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil.

Gejala lainnya adalah:

a. Demam

b. Menggigil

c. Sakit kepala

d. Nyeri otot

e. Tidak enak badan

Menurut Mansjoer (2000 : 82) manifestasi klinis selulitis adalah kerusakan kronik pada kulit
sistem vena dan limfatik pada kedua ekstremitas, kelainan kulit berupa infiltrat difus
subkutan, eritema lokal, nyeri yang cepat menyebar dan infitrasi ke jaringan dibawahnya,
bengkak, merah dan hangat, nyeri tekan, supurasi dan lekositosis.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Tidak membutuhkan prosedur lebih lanjut untuk sampai ke tahap diagnosis yang
meliputi anamnesis, uji laboratorium, sinar x dll, dalam kasus cellulite yang belum
mengalami komplikasi yang mana kriterianya seperti :

a. Daerah penyebaran belum luas

b. Daerah yang terinfeksi tidak mengalami rasa nyeri atau sedikit nyeri

c. Tidak ada tanda-tanda systemic seperti : demam, terasa dingin, dehidrasi, tachypnea,
tachycardia,hypotensi.

9
d. Tidak ada factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit bertambah parah seperti : Umur
yang sangat tua, daya tahan tubuh sangat lemah.

Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk melakukan
diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan melakukan pemeriksaan lab
seperti :

a. Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi
eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.

b. BUN level

c. Creatinine level

d. Culture darah

e. Pembuangan luka

1. Immunofluorescence : Immunofluorescence adalah sebuah teknik yang dimana dapat


membantu menghasilkan diagnosa sera pasti pada kultur cellulites negative, tapi teknik ini
jarang digunakan.

2. Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulites yang parah.
Mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa
pembentukan abses pada subkutaneus.

2.9 Penatalaksanaan Medis

Rawat inap di rumah sakit, Insisi dan drainase pada keadaan terbentuk abses.
Pemberian antibiotik seperti oksasilin atau nafsilin, obat oral dapat atau tidak digunakan,
infeksi ringan dapat diobati dengan obat oral pada pasien diluar rumah sakit, analgesik,
antipiretik. Posisi dan imobilisasi ekstremitas, bergantian kompres lembab hangat (Long,
2006 : 670).

10
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ
lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin). Jika
infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya sebelum diberikan sediaan
per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:

a. penderita berusia lanjut

b. selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya

c. demam tinggi.

Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat
dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.

2.10 Pencegahan

Jika memiliki luka :

a. Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air

b. Oleskan antibiotic

c. Tutupi luka dengan perban

d. Sering-sering mengganti perban tersebut

e. Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi

Jika kulit masih normal :

a. Lembabkan kulit secara teratur

b. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati

c. Lindungi tangan dan kaki

b. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial

11
2.11 Komplikasi

a. Bakteremia

b. Nanah atau local Abscess

c. Superinfeksi oleh bakteri gram negative

d. Lymphangitis

e. Trombophlebitis

f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar 8%.

g. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus melakukan
amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.

12
BAB III

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian dan Anamnesa

a. Identitas

Menyerang sering pada lingkungan yang kurang bersih

b. Riwayat Penyakit

1. Keluhan utama

Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil dan malaise

2. Riwayat penyakit dahulu

Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap penyakit seperti
ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.

3. Riwayat penyakit sekarang

Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna merah, terasa
lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap

4. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau penyekit kulit
lainnya

c. Keadaan Emosi Psikologi

Pasien tampak tenang,dan emosional stabil

d. Keadaan social ekonomi

Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana

13
e. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum : Lemah

TD : Menurun (< 120/80 mmHg)

Nadi : Turun (< 90)

Suhu : Meningkat (> 37,50)

RR : Normal

2. Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak

3. Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)

4. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping

5. Mulut : Kebersihan, tidak pucat

6. Telinga : Tidak ada serumen

7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar

8. Jantung : Denyut jantung meningkat

9. Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas

10. Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah
yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit
jeruk yang mengelupas (peau d'orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan
kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.

14
3.2 Diagnosis Keperawatan

a. Nyeri akut b.d. respons inflamasi lokal saraf perifer kulit

b. Hipertermi b.d. respon inflamasi sistemik

c. Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d adanya luka pada kulit.

d. Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi kemerahan

3.3 Intervensi Keperawatan

Tujuan intervensi keperawatan adalah menurunkan stimulus nyeri, penurunan suhu


tubuh, peningkatan integritas kulit, dan pemenuhan informasi. Untuk intervensi penurunan
suhu tubuh, dapat disesuaikan dengan masalah yang sama pada pasien varisela. Untuk
intervensi peningkatan integritas jaringan kulit dapat disesuaikan dengan masalah yang sama
pada pasien furunkel.

1. Nyeri akut b.d. respons inflamasi lokal saraf perifer


kulit
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang/hilang
atau teradaptasi

Kriteria evaluasi :

Skala nyeri stabil (0-3)

a. Secara subjektif melapor nyeri berkurang atau dapat


diadaptasi.

b. Skala nyeri 0-4

c. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau


menurunkan nyeri

d. Pasien nampak rileks

15
Intervensi Rasional
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Menjadi parametar dasar untuk
mengetahui sejauh mana
intervensi yang diperlukan dan
sebagai evaluasi keberhasilan
dari intervensi manajemen nyeri
keperawatan yang telah
dilakukan
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri Pendekatan dengan
nonfarmakologi dan noninvasif menggunakan relaksasi dan
nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri
Atur posisi fisiologis dan imobilisasi ekstremitas yang Posisi fisiologis akan
mengalami selulitis meningkatkan asupan O2 ke
jaringan yang mengalami
peradangan subkutan.
Pengaturan posisi idealnya
adalah pada arah yang
berlawanan dengan letak dari
selulitis.
Istirahatkan klien Istirahat diperlukan selama fase
akut. Kondisi ini akan
meningkatkan suplai darah pada
jeringan yang mengalami
peradangan.
Lakukan kompres Pemberian kompres pada area
inflamasi dengan cairan NaCl
0,9% bertujuan meningkatkan
integritas jaringan dan
menurunkan respons nyeri.
Manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi Lingkungan tenang akan
pengunjung menurunkan stimulus nyeri

16
eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi O2
ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang
berada di ruangan.
Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam Meningkatkan asupan O2
sehingga akan menurunkan
nyeri sekunder dari peradangan.
Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri Distraksi (pengalihan perhatian)
dapat menurunkan stimulus
internal dengan mekanisme
peningkatan produksi endofrin
dan enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri untuk
tidak dikirimkan ke korteks
serebri sehingga menurunkan
persepsi nyeri.
Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat
nyeri berupa sentuhan berupa
sentuhan dukungan psikologis
bertujuan untuk membantu
menurunkan nyeri. Masase
ringan dapat meningkatkan
aliran darah dan dengan
otomatis membantu suplai darah
dan oksigen ke area nyeri dan
menurunkan sensasi nyeri.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik Analgetik memblok lintasan
nyeri sehingga nyeri akan
berkurang
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik Terapi antibiotik sistemik, yang
dipilih berdasarkan pemeriksaan

17
sensitivitas umumnya
diperlukan. Preparat oral
penisilin dan eritromisin juga
efektif untuk mengatasi selulitis

2. Hipertermi b.d. respon inflamasi sistemik


Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam klien menunujukkan
penurunan suhu tubuh.

Kriteria evaluasi :

a. TTV dalam batas normal

TD : 120/80 mmHg

N : 60-100x/menit

S : 36.5oC – 37oC

RR : 16-24 x/menit

b. Tidak terjadi demam

c. Intake–output seimbang
Intervensi Rasional
Observasi suhu tubuh tekanan darah, frekuensi permapasan Menunjukkan status sirkulasi
dan denyut nadi. tubuh
Monitor intake dan output setiap 8 jam. Menunjukkan status hidrasi
Anjurkan banyak minum bila tidak ada kontraindikasi. Mengganti cairan tubuh yang
hilang akibat dari peningkatan
laju metabolisme tubuh
Berikan kompres hangat Membantu menurunkan suhu
tubuh

18
Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat Memberikan rasa nyaman dan
mempercepat proses penurunan
suhu tubuh
Anjurkan klien untuk bedrest total Aktivitas yang berlebihan dapat
meningkatkan metabolisme tubuh
sehingga suhu semakin
meningkat.
Pertahankan cairan IV sesuai program Mendukung dan memperbesar
volume sirkulasi, terutama jika
masukan oral tidak adekuat
Berikan terapi antipiretik sesuai anjuran dokter Membantu mengurangi demam
dan respon hipermetabolisme,
menurunkan kehilangan cairan
takkasat mata

3. Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d adanya luka


pada kulit.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam klien menunjukkan
tidak terjadi infeksi

Kriteria evaluasi :

a. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi (kalor, rubor, tumor,


dolor)

b. TTV dalam batas normal

TD : 120/80 mmHg

N : 60-100x/menit

S : 36.5oC – 37oC

19
RR : 16-24 x/menit

c. Leukosit dalam batas normal


Intervensi Rasional
Observasi adanya tanda – tanda infeksi. Melihat perkembangan dari terapi
yang telah diberikan.
Observasi tanda – tanda vital. Menunjukkan sirkulasi tubuh.
Rawat luka klien dengan prinsif aseptik. Mencegah terpajan pada
organisme infeksius.
Anjurkan klien untuk selalu menjaga kebersihan diri. Menurunkan resiko infeksi.
Awasi/batasi pengunjung, bila perlu. Mencegah kontaminasi silang
dari pengunjung.
Ajarkan pasien dan keluarga mengenal tanda dan gejala Untuk mencegah hal – hal yang
infeksi dapat mengancam infeksi
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat betadine. Antimikrobial spektrum luas
tetapi nyeri pada pemakaiaannya,
dapat menyebabkan asidosis
metabolik/ peningkatan absorpsi
iodin, dan merusak jaringan
rapuh.
Berikan Silver nitrat sesuai anjuran dokter Efektif untuk melawan
staphylococcus aureus, Escheria
coli, dan Pseudomonas
aeroginosa, tetapi mempunyai
penetrasi jaringan buruk, nyeri,
dan dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat Antibiotik sistemik diberikan
antibiotok sistemik. untuk mengontrol patogen yang
teridentifikasi oleh
kultur/sensitivitas.

20
4. Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi kemerahan
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam klien menunjukkan
perbaikan integritas kulit

Kriteria evaluasi :

a. Menunjukkan regenerasi jaringan

b. Mencapai penyembuhan tepat pada waktunya


Intervensi Rasional
Observasi ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan Memberikan informasi dasar
jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka tentang kebutuhan penanaman
kulit dan kemungkinan petunjuk
tentang sirkulasi pada area luka
infeksi.
Tinggikan area infeksi bila mungkin/tepat. Menurunkan pembengkakan.
Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi area Gerakan jaringan area infeksi
bila diindikasikan dapat mengubah posisi yang
mempengaruhi penyembuhan
optimal.
Jaga kulit agar tetap bersih dan kering Membantu proses penyembuhan

2.4. Implementasi Keperawatan

Menyesuaikan dengan intervensi.

2.5. Evaluasi

1. Terjadi penurunan respons nyeri

2. Suhu tubuh dalam rentang normal dan pasien merasa nyaman.

3. Tidak terjadi infeksi.

4. Peningkatan integritas jaringan kuli

21
BAB IV
PENUTUP

4.1Kesimpulan

Selulitis merupakan suatu proses inflamasi yang mengenai jaringan lunak terutama
jaringan ikat longgar, sifatnya akut, oedematus difus, meliputi ruang yang luas, indurasi
tegas, biasanya disertai kondisi sistemik yang buruk. Selulitis dapat mengakibatkan kematian
jika tidak segera diberikan perawatan yang adekuat dan sesegera mungkin.
Selulitis fasial yang paling sering dijumpai adalah Angina Ludwig’s, selulitis bilateral
yang mengenai 3 spasium yaitu spasium submandibula, sublingual dan submental.
Penanganan selulitis hampir sama seperti penanganan infeksi odontogenik lainnya yaitu
menghilangkan causa, insisi drainase, pemberian antibiotik dan perawatan suportif, tetapi
yang perlu diperhatikan adalah penangganan kedaruratan untuk keadaan umum pasien yang
buruk, seperti sulit bernafas, deman tinggi, dan sebagainya

4.2Saran
Pada makalah ini penulis menyarankan mahasiswa kesehatan senantiasa
menggunakan metode proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
klien dengan Selulitis serta memberikan pendidikan kesehatan.

22

Anda mungkin juga menyukai