PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selulitis adalah penyebaran infeksi pada kulit yang meluas hingga jaringan subkutan.
Penyebab umumnya streptokokus hemolitikus b grup A (group A b -haemolytic streptococci
= GABHS) dan Stafilokokus aureus. Faktor predisposisi mencakup abrasi/kerusakan kulit,
laserasi (robekan), luka baker, kulit yang meradang/ eksim, dsb, meskipun jalur masuk
kuman tersebut mungkin saja tidak tampak jelas. Reaksi alergi/ dermatitis kontak (misalkan
gigitan serangga, imunisasi, tumbuh-tumbuhan, dsb) sering kali salah diagnosis sebagai
selulitis. Jika terdapat gatal, dan tidak ada nyeri tekan, bukanlah suatu selulitis.
Erisipelas merupakan bentuk superfisial yang spesifik dari selulitis yang disebabkan oleh
GAHBS. Pada selulitis biasanya juga disertai dengan keterlibatan kelenjar getah bening.
Impetigo (sering disebut juga korengan) merupakan infeksi di epidermis yang sangat
menular, umumnya terjadi pada anak kecil. Disebabkan oleh GABHS dan S. aureus.
Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) adalah kelainan kulit berupa lepuhan
yang disebabkan racun S. aureus yang menimbulkan pengelupasan atau eksfoliatif
(epidermolisis). Umumnya menyerang neonatus/bayi baru lahir dan anak kecil.
Necrotising fasciitis adalah infeksi progresif cepat pada jaringan lunak yang ditandai
dengan kematian jaringan subkutan. Penyebab umumnya berbagai macam kuman
(polimikrobial). Organisme penyebab mencakup GABHS, S. aureus, bakteri anaerob,
dsb. Kondisi ini dapat menyebabkan penyakit yang berat dengan laju kematian yang
tinggi (± 25%).
1
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Pada makalah ini akan dibahas tentang penyakit selulitis dan konsep asuhan
keperawatannya
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Definisi Selulitis
2. Mengetahui Klasifikasi Selulitis
3. Mengetahui Etiologi Selulitis
4. Mengetahui Manifestasi Klinik Selulitis
5. Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Selulitis
1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini mampu memberi informasi kepada pembaca tentang Selulitis
beserta manifestasi klinis, terapi dan konsep asuhan keperawatanya
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan
subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,
meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi pada
ekstremitas bawah (Tucker, 2008 : 633).
Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan subkutan
(Mansjoer, 2000 : 82).
Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan (Brunner &
Suddarth, 2000 : 496).
Jadi selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam yang disebabkan oleh
bakteri Stapilokokus aureus, Strepkokus grup A dan Streptokokus piogenes. Dengan
karakteristik sebagai berikut :
3
2.2 Klasifikasi
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang
tidak jelas batasnya.Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat lunak dan
spongius.Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat.
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi
bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan spasia
yang dikenainya.Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh bertendensi
membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh dalam mengontrol
infeksi.
1. Ludwig’s Angina
6. Selulitis Kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena terbatasnya
virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada pasien dengan selulitis
sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa drainase.
4
7. Selulitis Difus yang Sering Dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina Ludwig’s.
Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia sublingual,
submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia pharingeal.
Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu sisi/
unilateral disebut Pseudophlegmon.
2.3 Etiologi
Penyebab dari selulitis menururt Isselbacher (2009 ; 634) adalah bakteri streptokokus
grup A, streptokokus piogenes dan stapilokokus aureus.
2. Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B
3. Infeksi dari jamur, Tapi Infeksi yang diakibatkanØ jamur termasuk jarang Aeromonas
Hydrophila.
4. S. Pneumoniae (Pneumococcus)
b. Penyebab lain :
2. Kulit kering
3. Eksim
5. Diabetes
5
6. Obesitas atau kegemukan
11. Malnutrisi
a. Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang
pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti selulitis
pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan.
c. Diabetes Mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem
immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada
ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi
bakteri penginfeksi.
6
d. Cacar dan Ruam Saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk
bakteri penginfeksi.
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri
penginfeksi.
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko
bakteri penginfeksi masuk
i. Malnutrisi
2.5 Patofisiologi
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan
kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk,
rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak
adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada ke dua
ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristi
hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.
7
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh Streptokokus grup A,
Streptokokus lain atau Staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait berkembang
bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang
mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun
etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran
bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukkan adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat
mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan
peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.
2.6 Pathway
8
2.7 Manifestasi Klinis
a. Demam
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
Menurut Mansjoer (2000 : 82) manifestasi klinis selulitis adalah kerusakan kronik pada kulit
sistem vena dan limfatik pada kedua ekstremitas, kelainan kulit berupa infiltrat difus
subkutan, eritema lokal, nyeri yang cepat menyebar dan infitrasi ke jaringan dibawahnya,
bengkak, merah dan hangat, nyeri tekan, supurasi dan lekositosis.
Tidak membutuhkan prosedur lebih lanjut untuk sampai ke tahap diagnosis yang
meliputi anamnesis, uji laboratorium, sinar x dll, dalam kasus cellulite yang belum
mengalami komplikasi yang mana kriterianya seperti :
b. Daerah yang terinfeksi tidak mengalami rasa nyeri atau sedikit nyeri
c. Tidak ada tanda-tanda systemic seperti : demam, terasa dingin, dehidrasi, tachypnea,
tachycardia,hypotensi.
9
d. Tidak ada factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit bertambah parah seperti : Umur
yang sangat tua, daya tahan tubuh sangat lemah.
Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk melakukan
diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan melakukan pemeriksaan lab
seperti :
a. Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi
eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level
c. Creatinine level
d. Culture darah
e. Pembuangan luka
2. Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulites yang parah.
Mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa
pembentukan abses pada subkutaneus.
Rawat inap di rumah sakit, Insisi dan drainase pada keadaan terbentuk abses.
Pemberian antibiotik seperti oksasilin atau nafsilin, obat oral dapat atau tidak digunakan,
infeksi ringan dapat diobati dengan obat oral pada pasien diluar rumah sakit, analgesik,
antipiretik. Posisi dan imobilisasi ekstremitas, bergantian kompres lembab hangat (Long,
2006 : 670).
10
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ
lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin). Jika
infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya sebelum diberikan sediaan
per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:
c. demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat
dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
2.10 Pencegahan
b. Oleskan antibiotic
11
2.11 Komplikasi
a. Bakteremia
d. Lymphangitis
e. Trombophlebitis
f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar 8%.
g. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus melakukan
amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.
12
BAB III
a. Identitas
b. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil dan malaise
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap penyakit seperti
ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna merah, terasa
lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau penyekit kulit
lainnya
13
e. Pemeriksaan fisik
RR : Normal
10. Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah
yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit
jeruk yang mengelupas (peau d'orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan
kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.
14
3.2 Diagnosis Keperawatan
Kriteria evaluasi :
15
Intervensi Rasional
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Menjadi parametar dasar untuk
mengetahui sejauh mana
intervensi yang diperlukan dan
sebagai evaluasi keberhasilan
dari intervensi manajemen nyeri
keperawatan yang telah
dilakukan
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri Pendekatan dengan
nonfarmakologi dan noninvasif menggunakan relaksasi dan
nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri
Atur posisi fisiologis dan imobilisasi ekstremitas yang Posisi fisiologis akan
mengalami selulitis meningkatkan asupan O2 ke
jaringan yang mengalami
peradangan subkutan.
Pengaturan posisi idealnya
adalah pada arah yang
berlawanan dengan letak dari
selulitis.
Istirahatkan klien Istirahat diperlukan selama fase
akut. Kondisi ini akan
meningkatkan suplai darah pada
jeringan yang mengalami
peradangan.
Lakukan kompres Pemberian kompres pada area
inflamasi dengan cairan NaCl
0,9% bertujuan meningkatkan
integritas jaringan dan
menurunkan respons nyeri.
Manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi Lingkungan tenang akan
pengunjung menurunkan stimulus nyeri
16
eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi O2
ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang
berada di ruangan.
Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam Meningkatkan asupan O2
sehingga akan menurunkan
nyeri sekunder dari peradangan.
Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri Distraksi (pengalihan perhatian)
dapat menurunkan stimulus
internal dengan mekanisme
peningkatan produksi endofrin
dan enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri untuk
tidak dikirimkan ke korteks
serebri sehingga menurunkan
persepsi nyeri.
Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat
nyeri berupa sentuhan berupa
sentuhan dukungan psikologis
bertujuan untuk membantu
menurunkan nyeri. Masase
ringan dapat meningkatkan
aliran darah dan dengan
otomatis membantu suplai darah
dan oksigen ke area nyeri dan
menurunkan sensasi nyeri.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik Analgetik memblok lintasan
nyeri sehingga nyeri akan
berkurang
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik Terapi antibiotik sistemik, yang
dipilih berdasarkan pemeriksaan
17
sensitivitas umumnya
diperlukan. Preparat oral
penisilin dan eritromisin juga
efektif untuk mengatasi selulitis
Kriteria evaluasi :
TD : 120/80 mmHg
N : 60-100x/menit
S : 36.5oC – 37oC
RR : 16-24 x/menit
c. Intake–output seimbang
Intervensi Rasional
Observasi suhu tubuh tekanan darah, frekuensi permapasan Menunjukkan status sirkulasi
dan denyut nadi. tubuh
Monitor intake dan output setiap 8 jam. Menunjukkan status hidrasi
Anjurkan banyak minum bila tidak ada kontraindikasi. Mengganti cairan tubuh yang
hilang akibat dari peningkatan
laju metabolisme tubuh
Berikan kompres hangat Membantu menurunkan suhu
tubuh
18
Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat Memberikan rasa nyaman dan
mempercepat proses penurunan
suhu tubuh
Anjurkan klien untuk bedrest total Aktivitas yang berlebihan dapat
meningkatkan metabolisme tubuh
sehingga suhu semakin
meningkat.
Pertahankan cairan IV sesuai program Mendukung dan memperbesar
volume sirkulasi, terutama jika
masukan oral tidak adekuat
Berikan terapi antipiretik sesuai anjuran dokter Membantu mengurangi demam
dan respon hipermetabolisme,
menurunkan kehilangan cairan
takkasat mata
Kriteria evaluasi :
TD : 120/80 mmHg
N : 60-100x/menit
S : 36.5oC – 37oC
19
RR : 16-24 x/menit
20
4. Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi kemerahan
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam klien menunjukkan
perbaikan integritas kulit
Kriteria evaluasi :
2.5. Evaluasi
21
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
Selulitis merupakan suatu proses inflamasi yang mengenai jaringan lunak terutama
jaringan ikat longgar, sifatnya akut, oedematus difus, meliputi ruang yang luas, indurasi
tegas, biasanya disertai kondisi sistemik yang buruk. Selulitis dapat mengakibatkan kematian
jika tidak segera diberikan perawatan yang adekuat dan sesegera mungkin.
Selulitis fasial yang paling sering dijumpai adalah Angina Ludwig’s, selulitis bilateral
yang mengenai 3 spasium yaitu spasium submandibula, sublingual dan submental.
Penanganan selulitis hampir sama seperti penanganan infeksi odontogenik lainnya yaitu
menghilangkan causa, insisi drainase, pemberian antibiotik dan perawatan suportif, tetapi
yang perlu diperhatikan adalah penangganan kedaruratan untuk keadaan umum pasien yang
buruk, seperti sulit bernafas, deman tinggi, dan sebagainya
4.2Saran
Pada makalah ini penulis menyarankan mahasiswa kesehatan senantiasa
menggunakan metode proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
klien dengan Selulitis serta memberikan pendidikan kesehatan.
22