Disusun Oleh :
Edy Sutrisno Siregar 19360241
Nabella Putri Munggaran 20360088
Nabilah Tarisa 20360089
Pembimbing :
dr. Luhu A. Tapiheru Sp. S
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus yang
berjudul “Space Occupying Lesion (SOL) Intrakranial“. Laporan kasus ini
Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Bagian
Neurologi di Rumah Sakit Umum Haji Medan Sumatera Utara.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para pengajar
di SMF bagian Neurologi, khususnya dr. Luhu A. Tapiheru Sp. S atas bimbingannya
selama berlangsungnya pendidikan di bagian Neurologi ini sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas “Laporan Kasus” ini. Kami menyadari bahwa laporan kasus
ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk memperbaiki laporan kasus ini dan untuk melatih
kemampuan menulis makalah untuk selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan Laporan Kasus ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi kami yang sedang menempuh
pendidikan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.2 Skema Proses Desak Ruang Yang menimbulkan Kompresi Pada
Jaringan Otak dan Pergeseran Struktur Tengah. (Satyanegara, 2014).
II. EPIDEMIOLOGI
IV. KLASIFIKASI
Klasifikasi tumor otak dari segi klinis :
Primary brain tumor :
a. Histologically benign or malformative :
Meningioma, Pituitary adenoma, Craniopharyngioma, Pilocyctic astrocytoma,
Hemangioblastoma, Acustic neuroma
b. Histologically malignant :
Glioma, Anaplastic astrocytoma, Glioblastomaa multiforme, Ependymoma,
Medulloblastoma, Oligodendroglioma, Pineal cell tumor, Choroid plexus
carcinoma, Primitive neuroectodermal tumor
c. Metastatic brain tumor :
Single or multiple metastases, Meningeal carcinomatosis
Gambar 2.3 Klasifikasi Tumor Otak (Grading) Grading of selected CNS Tumours
according to the 2016 CNS ,World Health Organization.
V. PATOFISIOLOGI
Ruang didalam kepala dibatasi oleh struktur yang kaku, semua
kompartemen intrakranial ini tidak dapat dimampatkan, hal ini dikarenakan volume
intrakranial yang konstan (Hukum MonroKellie). Oleh karena itu bila terdapat
kelainan pada salah satu isi yang mempengaruhi peningkatan volume didalamnya
akan terjadi peningkatan tekanan intrakranial setelah batas kompensasi
(compliance) terlewati. Tekanan intrakranial normal berkisar pada 8-10 mmHg
untuk bayi, nilai kurang dari 15 mmHg untuk anak dan dewasa, sedangkan bila
lebih dari 20 mmHg dan sudah menetap dalam waktu lebih dari 20 menit dikatakan
sebagai hipertensi intrakranial. Efek peningkatan tekanan intrakranial sangatlah
kompleks, oleh karena itu perlu penanganan segera agar penderita tidak jatuh
dalam keadaan yang lebih buruk (Wolfey & Torbey, 2009).
Prinsip TIK diuraikan pertama kali oleh Profesor Monroe dan Kellie pada
tahun 1820. Orang dewasa normal menghasilkan sekitar 500 mL cairan
serebrospinal (CSF) dalam waktu 24 jam. Setiap saat, kira-kira150 mL ada didalam
ruang intrakranial. Ruang intradural terdiri dari ruang intraspinal ditambah ruang
intrakranial. Total volume ruang ini pada orang dewasa sekitar 1700 mL, dimana
sekitar 8% adalah cairan serebrospinal, 12% volume darah, dan 80% jaringan otak
dan medulla spinalis. Karena kantung dura tulang belakang tidak selalu penuh
tegang, maka beberapa peningkatan volume ruang intradural dapat dicapai dengan
kompresi terhadap pembuluh darah epidural tulang belakang. Setelah kantung dural
sepenuhnya tegang, apapun penambahan volume selanjutnya akan meningkatkan
salah satu komponen ruang intrakranial yang harus diimbangi dengan penurunan
volume salah satu komponen yang lain. Pertambahan volume dari suatu
kompartemen hanya dapat terjadi jika terdapat penekanan (kompresi) pada
kompartemen yang lain. Satu-satunya bagian yang memilik kapasitas dalam
mengimbangi (buffer capacity) adalah terjadinya kompresi terhadap sinus venosus
dan terjadi perpindahan LCS ke arah aksis lumbosakral. Ketika manifestasi di atas
sudah maksimal maka terdapat kecenderungan terjadinya peningkatan volume pada
kompartemen (seperti pada massa di otak) akan menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial (TIK) (Mayer & Chong, 2002).
Nilai normal TIK masih ada perbedaan diantara beberapa penulis, dan
bervariasi sesuai dengan usia, angka 8-10 mmHg masih dianggap normal untuk
bayi, nilai kurang dari 15 mmHg masih dianggap normal untuk anak dan dewasa,
sedangkan bila lebih dari 20 mmHg dan sudah menetap dalam waktu lebih dari 20
menit dikatakan sebagai hipertensi intrkranial.2 Tekanan intrakranial akan
mempengaruhi tekanan perfusi cerebral (CPP / Cerebral perfusion pressure). CPP
dapat dihitung sebagai selisih antara rerata tekanan arterial (MAP) dan tekanan
intrakranial (ICP/TIK). CPP = MAP – ICP atau MAP Ini dipakai ketika kranium
sedang terbuka (saat operasi) dan ICP-nya nol. Jadi perubahan pada tekanan
intrakranial akan mempengaruhi tekanan perfusi cerebral, dimana ini akan
berakibat terjadinya iskemia otak. Bila terjadi kenaikan yang relatif kecil dari
volume otak, keadaan ini tidak akan cepat menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial. Sebab volume yang meninggi ini dapat dikompensasi dengan
memindahkan cairan serebrospinalis dari rongga tengkorak ke kanalis spinalis dan
disamping itu volume darah intrakranial akan menurun oleh karena berkurangnya
peregangan durameter. Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal dengan
complience. Jika otak, darah dan cairan serebrospinalis volumenya terus menerus
meninggi, maka mekanisme penyesuaian ini akan gagal dan terjadilah peningkatan
tekanan intrakranial (Nakagawa & Smith, 2011).
Idiopatik
Tumor otak
MK: Kecemasan
Pandangan kabur, Gangguan
pendengaran kurang, kepala kesadaran
Mual, muntah, sakit
kurang aktifitas
MK: Gangguan
MK: Ketidakseimbangan nutrisi nyaman nyeri
kurang dari kebutuhan tubuh
VI. MANIFESTASI KLINIK
1. Umum :
Gejala tumor otak bergantung pada size tumor, jenis tumor dan lokasi
tumor. Ini adalah gejala paling sering pada tumor otak: (National Cancer
Institute, 2015)
- Sakit kepala
- Pening dan muntah
- Perubahan mood atau kekurangan konsentrasi
- Gangguan pemikiran
- Masalah peringatan
- Gangguan penglihatan dan pendengaran
- Gangguan psikiatri
- Kejang
2. Spesifik :
Saat tumor tumbuh akan terjadinya kerusakan dan disfungsi pada jaringan
otak. Dengan cara ini, penghancuran otak besar, batang otak, dan saraf
kranial dapat segera terlihat melalui hilangnya perubahan bagian ini
(National Cancer Institute, 2015).
A. Lobus frontal
B. Lobus pariental
D. Lobus oksipital
- Perubahan visual dan kejang yang diawali oleh aura halusinasi cahaya
dan visual merupakan ciri khas
E. Tumor cerebellar
- Kehilangan pendengaran
- Sakit kepala
- Facial numbness
- Abses intraserebral
- Epidural hematom
- Meningitis kronik
VIII. DIAGNOSA
2. CT ( Computerised tomography)
IX. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
2. Terapi Radiasi
- Terapi radiasi adalah terapi yang paling efektif dalam pengelolaan tumor
otak.
3. Kemoterapi
- Kemoterapi adalah obat untuk mengobati kanker
- Umumnya obat kemoterapi berjalan melalui aliran darah dan merusak atau
menghancurkan sel yang membelah dengan cepat seperti sel kanker,
sekaligus menyebabkan kerusakan sekecil mungkin pada sel sehat (Johnson
et al, 2002).
X. PROGNOSIS
Prognosa penderita tumor otak didapati bahwa tanpa terapi radiasi, harapan
hidup rata-rata pasien dengan metastasis otak adalah 1 bulan. Selain itu,
Resectability Tumor, lokasi tumor, usia pasien, dan histologi tumor adalah penentu
utama kelangsungan hidup. Pasien dengan kejang sekunder ke tumor otak umumnya
mengalami kerusakan neurologis yang jelas selama kursus 6 bulan. Kebanyakan
pasien dengan tumor metastase mati karena perkembangan keganasan utama tetapi
bukan dari kerusakan otak (Armstrong S.Terri, 2010). Prognosis untuk pasien ini
baik. Karena pada pasien telah dilakukan diagnosis dini dan penanganan yang tepat
melalui pembedahan. Dengan penanganan yang baik maka persentase angka
ketahahan hidup diharapkan dapat meningkat .Angka ketahanan hidup lima tahun
(fiveyears survival) berkisar 50-60% danangka ketahanan hidup sepuluh tahun
(tenyears survival) berkisar 3040% (AANS, 2012).
Prognosis tergantung pada tipe tumor. Untuk glioblastoma multiforme yang
cepat membesar “rata-rata survival time” tanpa pengobatan adalah 12 minggu;
dengan terapi pembedahan yang optimal dan radiasi, 32 minggu. Beberapa
astrositoma yang tumbuh mungkin menyebabkan gejala-gejala minimal atau hanya
serangan kejang-kejang selama 20 tahun atau lebih. Prognosa penderita tumor otak
yang seluruh tumornya telah dilakukan pengangkatan secara bersih dan luas akan
mempengaruhi (recurrens rates) atau angka residif kembali. Hasil penelitian dari
‘The Mayo Clinic Amerika’ menunjukkan bahwa: 25% dari seluruh penderita tumor
otak yang telah dilakukan reseksi total, sepuluh tahun kemudian tumornya residif
kembali, sedangkan pada penderita yang hanya dilakukan reseksi subtotal, 61% yang
residif kembali (Simamora & Zanariah, 2017).
BAB III
LAPORAN KASUS
Pasien datang dengan keluhan lemah pada tangan kiri dan tidak bisa digerakkan saat sedang
mengendarai motor sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Setelah pulang kerumah,
pasien merasakan sakit kepala dan sempat hilang kesadaran. Sakit kepala dirasakan lebih
berat pada malam hari dan tidak berkurang dengan meminum obat dari warung. Saat
dirumah sakit pasien kembali sadar, selain sakit kepala pasien juga mengeluhkan nyeri pada
ulu hati disertai mual tanpa muntah dan mengalami panurunan nafsu makan sejak 2 hari
yang lalu.
ANAMNESA TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius : Dalam Batas Normal
Traktus Respiratorius : Sesak (-), Batuk (-)
Traktus Digestivus : Tidak Ada Selera Makan
Traktus Urogenitalis : Urin kuning jernih
Penyakit Terdahulu & Kecelakaan : Tidak Ada
Intoksikasi & Obat-obatan : Tidak Ada
ANAMNESA KELUARGA
Faktor Herediter : Tidak Ada
Faktor Familier : Tidak Ada
Lain-lain : Tidak Ada
ANAMNESA SOSIAL
Kelahiran & Pertumbuhan : Normal
Imunisasi : Lengkap
Pendidikan : SMA Sederajat
Pekerjaan : BUMN
Perkawinan & anak : Belum Kawin
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN UMUM
Tekanan Darah : 155/90 mmHg
Nadi : 90x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Temperatur : 36,0oc
Kulit dan selaput lendir : Ikterik (-), ruam(-), konjungtiva (-)
Kelenjar dan getah bening :Tidak ada pembesaran kelenjar
Persendian : Tidak ada nyeri
KEPALA DAN LEHER
Bentuk dan posisi : Normochepali, posisi:
simetris
Pergerakan : Dalam Batas Normal
Kelainan Panca Indera : Tidak Ada
Rongga Mulut dan Gigi : Dalam Batas Normal
Kelenjar Parotis : SDN
Desah : Tidak Ada
Dan lain-lain : Tidak Ada
RONGGA DADA DAN ABDOMEN
Rongga Dada
Inspeksi : Simetris kanan =kiri
Palpasi : Massa (-), Stem fremitus (kanan=kiri)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler
Rongga Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), massa(-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
Genitalia
Toucher : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Status Neurologi
Sensorium : Compos Mentis (GCS: E=4, M=5, V=5)
Kranium
Bentuk :Normocepali
Fontanella : Tertutup, keras
Palpasi : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Perkusi : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Auskultasi : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Transiluminasi : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Perangsangan Meningeal
Kaku kuduk :-
Tanda kernig :-
Tanda Lasegue :-
Tanda brudzinski I :-
Tanda Brudzinski II :-
Peningkatan Tekanan Intrakranial
Muntah :-
Mual :+
Nyeri kepala :+
Kejang :-
Nervus II (Opticus)
OculiDextra OkuliSinistra
Visus :Normal Normal
Lapanganpandang
Normal :Normal Normal
Menyempit : - -
Hemianopsia : - -
Skotoma : - -
Refleks Ancam : - -
Fundus Okuli : TDP TDP
Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducent)
Gerakan bola mata : terdapat pandangan ganda
Nistagmus - -
:
Pupil Isokor Isoko
: r
Lebar 2mm 2mm
:
Bentuk Bulat Bulat
Refleks Cahaya Langsung + +
Refleks cahaya tidak langsung + +
:
Rima Palpebra <7mm <7m
m
Deviasi Konjugate - -
Fenomena Doll’s Eye : TDP TDP
Strabismus : - -
Kanan Kiri
Nervus VII (Facialis)
Motorik
Mimik : + +
Kerut Kening : + +
Kedipan Mata : + +
Menutup Mata : + +
MengerutkanAlis : + +
Lipatan Naso Labial : + +
Meringis : - -
Menggembungkan Pipi : + +
MeniupSekuatnya : + +
Memperlihatakan Gigi : + +
Tertawa : - -
Bersiul : Bisa dilakukan
Sensorik
Pengecapan 2/3depan lidah : Masih dapat merasakan
semua rasa
Produksi kelenjar ludah :Normal
Hiperakusis :-
Refleks stapeidal : Tidak dilakukan
pemeriksaan
Nervus VIII (Vestibulocochclearis) Kanan ki
Auditorius ri
Pendengaran : DBN D
B
N
Tes Rinne : TDP T
D
P
Tes Weber : TDP T
D
P
TesSwabach : TDP T
D
Vestibularis
P
Nistagmus : - -
Reaksikalori : TDP T
D
P
Vertigo : - -
Tinitus : - -
Nervus IX, X (Glosopharyngeus, Vagus)
Pallatum mole : Arkus faring
medial
Uvula : Medial
Disfagia :-
Disatria :-
Disfonia :-
Refleks muntah : TDP
Pengecapan 1/3 belakanglidah : TDP
K
ir
Nervus XI (Accessorius) Kanan i
Mengangkat Bahu : + +
Otot sternokledomastoideus : + +
Test Sensibilitas
Eksteroseptif
Nyeri superfisial : - -
Raba : + +
Suhu : TDP TDP
Propioseptis
Posisi : + +
Gerak : + +
Tekanan : + +
Fungsi kortikaluntuk sensibilitas
Steorognosis : tdp
Pengenalan 2 titik : tdp
Grafestesia : Tidak Dilakukan
Pemeriksaan
Refleks Patologis
Babinski : - -
Oppenheim : - -
Chaddock : - -
Gordon : - -
Schaefer : - -
Hoffman- tromner : - -
Klonuslutut : - -
Klonus kaki : - -
Refleks primitif : TDP TDP
Koordinasi
Lenggang :TDP
Bicara :+
Menulis : Tidak Dilakukan
Pemeriksaan
Percobaan apraksia : Dex (+), Sin (+)
Mimik : Dex (+), Sin (+)
Testelunnjuk-telunjuk : Dex (+), Sin (+)
Testelunjuk-hidung : Dex (+), Sin (+)
Diadokinesia : Dex (+), Sin (+)
Test tumit–lutut : Tidak Dilakukan
Pemeriksaan
Test Romberg : Tidak Dilakukan
Pemeriksaan
Vegetatif
Vasomotorik : Normal(+)
Sudomotorik : Normal(+)
Piloerektor : Normal (+)
Miksi : Normal(+)
Defekasi : Normal(+)
PotensidanLibido : Tidak Dilakukan
Pemeriksaan
Vertebra
Bentuk
Normal :+
Scoliosis :-
Hiperlordosis :-
Pergerakkan
Leher : Normal(+)
Pinggang : Normal(+)
Tanda Perangsangan Radikuler
Laseque :
-
CrosLaseque :
-
TestLhermitte :
-
TestNafziger :
-
Gejala-Gejala Serebelar
Ataksia :
-
Disartria :
-
Tremor :
-
Nistagmus :
-
Fenomena rebound :
-
Vertigo :
-
Dll :
-
Gejala-Gejala Ekstrapiramidal
Tremor :-
Rigiditas :-
Bradikinesia :-
Danlain-lain :-
Fungsi Luhur
Kesadarankualitatif : Compos Mentis
Ingatanbaru : Dalam Batas
Normal
Agnosa
Agnosiavisual :-
Agnosia jari-jari :-
Akalkulia :-
Disorientasi Kanan-kiri :-
CT SCAN
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Anamnesis
Keluhan Utama : lemah pada tangan kiri
Telaah :
Pasien datang dengan keluhan lemah pada tangan kiri dan tidak bisa digerakkan saat sedang
mengendarai motor sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Setelah pulang kerumah,
pasien merasakan sakit kepala dan sempat hilang kesadaran. Sakit kepala dirasakan lebih
berat pada malam hari dan tidak berkurang dengan meminum obat dari warung. Saat
dirumah sakit pasien kembali sadar, selain sakit kepala pasien juga mengeluhkan nyeri pada
ulu hati disertai mual tanpa muntah dan mengalami panurunan nafsu makan sejak 2 hari
yang lalu.
STATUS PRESENT
Tekanan Darah : 155/90 mmHg
Nadi : 90x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Temperatur : 36,0oc
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala Dan Leher
Posisi: Simetris, Pergerakan : +
PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
Vomiting (-) & Nausea (+), chepalgia(+), penurunan kesadaran (+)
NERVUS CRANIALIS
• Nervus I : Meamatus Nasi Sinistra (+)
• Nervus II : DBN
• Nervus III,IV,VI : Mengalami Kelainan Pada Nervus ()
• Nervus V : DBN
• Nervus VII : DBN
• Nervus VIII : DBN
• Nervus IX,X : DBN
• Nervus XI : DBN
SISTEM MOTORIK
Trofi : Normotrofi Normotro
fi
Tonus Otot : Normotonus Hipotonu
ss
55555 33333
Kekuatan Otot : ESD : ESS :
55555 33333
55555 55555
EID : EIS :
55555 55555
BAB IV
KESIMPULAN
2. Amstrong. T.S., et al., 2001. American Brain Tumor Association. 9th Edition
p1517.
4. Brust. E.M. John, 2012. Current Diagnosis & Treatment, In Neurology, 2nd
Edition, Mc Graw-Hill, Lange. New York.
5. Butt ME, Khan SA, Chaudrhy NA, Qureshi GR. 2005. Intra-Cranial space
occupying lesions. A morphological analysis. Biomedica. 21:31-5.
10. Harsono. 2015. Buku Ajaran Neurologi klinis. Cetakan ke-6. Yogyakarta
Indonesia. Gadjah Mada University Press. p 201-206
14. Mayer SA, Chong JY. Critical care management of increased intracranial
pressure. J Intensive Care Med 2002;17:55-67.
15. Mutaqqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta. Salemba Medika
16. National Cancer Institute, 2009. Risk factor ,Treatment and Symptoms.
18. Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.
19. Radinal YSP & Amroisa N, 2014. Primary Brain Tumor with Hemiparese
Dextra and Parese Nerve II, III, IV, VI. Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung, Medulla, volume 2, nomor 3.
20. Satyanegara. 2014. Ilmu bedah saraf satyanegara. Edisi ke-5. Jakarta: PT
Gramedia. hlm. 265.
21. Sjamsuhidajat R, Jong WD. 2011. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta. EGC.
22. Simamora, S. K., & Zanariah, Z. 2017. Space Occupying Lesion (SOL).
Medical Profession Journal Of Lampung [MEDULA], 7(1), 6873.
26. Wolfe TJ, Torbey MT. 2009. Management of intracranial pressure. Curr
Neuro Neurosci Reports. 9:477-85