DISUSUN OLEH :
NI KETUT SANTIANI.S.Kep
NIM. 2020032058
CI LAHAN CI INSTITUSI
B. Anatomi Fisiologi
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan
saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan
memelihara peredaran melalui saluran tubuh.
Arteri membawa darah dari jantungsedangkanVena membawa darah ke
jantung. Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan
merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga
terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe
mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang
dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Saluran
limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis
diatas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan
denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi penghidupan,
pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus
jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70 kali per menit.
Kecepatan normal denyut nadi per menit :
Kriteria Nadi (x/menit)
Pada bayi yang baru lahir 120 – 160
Selama tahun pertama 80 – 120
Selama tahun kedua 80 – 130
Pada umur 2-6 tahun 75 – 120
Pada umur 6 – 12 tahun 75 – 110
Pada orang dewasa 60 – 100
Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan
untuk daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan
sistem vena sehingga darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena
sehingga terbentuk aliran darah yang menetap.
Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari
pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantug
berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga
menimbulkan perubahan tekanan darah dan sirkulasi darah.
Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar
120 mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta
mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole
ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan
ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole.
Aterosklerosis dan
elastisitas pembuluh Hipertensi
darah menurun
Kerusakan vaskuler
Pembuluh darah
Perubahan struktur
Pembuluh darah
Penyumbatan pembuluh
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Otak Ginjal Pembuluh darah Retina
Penurunan Fatigue
Curah jantung
Edema
Intoleransi
aktifitas
Hipervolemia
F. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah,selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensiyaitu :
1. Mengeluh sakit kepala,pusing
2. Lemas, kelelahan
3. Sesaknapas
4. Gelisah
5. Mual
6. Muntah
7. Epistaksis
8. Kesadaran menurun
Menurut Corwin (2016), tanda dan gejala hipertensi adalah:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan darah intrakranium
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap akibat kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia akibat peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomelurus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien hipertensi adalah seperti laboratorium
rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan menentukan adanya
kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab hipertensi, biasanya
diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih darah (kalium, natrium, kreatinin,
gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDI, dan EKG).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin
protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan ekokardiografi.
(Mansjoer,2017).
Selain pemeriksaan diatas, juga dapat dilakukan pemeriksaan berikut untuk
mendiagnosa hipertensi:
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan.
H. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2017), pengobatan hipertensi yang ideal yang
diharapkan mempunyai sifat-sifat seperti :
1. Menurunkan tekanan darah secara bertahap dan aman.
2. Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral.
3. Berkhasiat untuk semua tingkat hipertensi.
4. Melindungi organ-organ vital.
5. Mendukung pengobatan penyakit penyerta DM.
6. Mengurangi faktor risiko penyakit kardiovaskular (PKV) dalam hal
memperbaiki left ventricular hypertrophy (LVH) dan mencegah
pembentukan aterosklerosis.
7. Mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina.
8. Memperbaiki fungsi ginjal dan menghambat kerusakan ginjal lebih lanjut.
9. Efek samping serendah mungkin seperti batuk, sakit kepala, edema, rasa
lelah, mual, dan muka merah.
10. Dapat membuat jantung bekerja lebih efisien.
11. Melindungi jantung terhadap risiko
infark. Jenis-jenis obat hipertensi:
1. Anti hipertensi non-farmakologik:
(Tindakan pengobatan supportif sesuai anjuran Joint National Committee on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure:
a. Turunkan BB pada obesitas.
b. Pembatasan komsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan rokok
e. Olahraga teratur
f. Diet rendah lemak jenuh
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah).
2. Obat antihipertensi
a. Diuretika, pelancar kencing yang diharapkan mengurangi volume input
pemberian diuretika sudah tidak terlalu dianjurkan sebagai langkah pertama
dalam manejemen hipertensi.
b. Penyekat Beta (B-blocker)
c. Antagonis kalsium
d. Inhibitor Anti Converting Enzyme (ACE), misalnya Inhibase
e. Obat Anti hipertensi sentral (Simpatokolitika)
f. Obat penyekat Alpha
g. Vasodilator
I. Komplikasi
Dalam perjalannya penyakit hipertensi ini termasuk penyakit kronis yang
dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain:
1. Stroke
2. Gagal jantung
3. Ginjal
4. Mata
Hubungan stroke dengan hipertensi dapat dijelaskan dengan singkat, bahwa
tahanan dari pembuluh darah memiliki batasan dalam menahan tekanan darah
yang datang. Apalagi dalam otak pembuluh darah yang ada termasuk pembuluh
darah kecil yang otomatis memiliki tahanan yang juga kecil.
Kemudian bila tekanan darah melebihi kemampuan pembuluh darah, maka
pembuluh darah ini akan pecah dan selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik
yang memiliki prognosis yang tidak baik.
Dengan demikian kontrol dalam penyakit hipertensi ini dapat dikatakan sebagai
pengobatan seumur hidup bila ingin dihindari terjadinya komplikasi yang tidak
baik.
KONSEP TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan
warna kulit, suhu dingin
3. Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
factor stress multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang,
pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,
perubahan retinal optik
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen
8. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocturnal roksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan,
bunyi napas tambahan, sianosis
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural
10. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM , penyakit ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut :
1. Penurunan Curah Jantung
2. Nyeri akut
3. Intoleran aktivitas
4. Kurang pengetahuan
5. Resiko Cedera
6. Gangguan pola tidur
C. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Intervensi
Keperawatan
SLKI SIKI
5. Monitor asupan
makanan klien
6. Tentukan jenis dan
banyaknya aktivitas
yang dibutuhkan
untuk menjaga
ketahanan
7. Berikan kegiatan
pengalihan untuk
meningkatkan
rileksasi
: Nafas dalam
obat antiansietas
5 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan keperawatan (1.08238) :
selama 2x24 jam
didapatkan Tingkat Nyeri 1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
(L.08066) adekuat dengan frekuensi, kualitas dan
kriteria hasil : intensitas nyeri
2. Identifikasi respon non
1. Keluhan nyeri (4) verbal
2. Gelisah (4) 3. Berikan teknik non
4 = cukup farmakologi untuk
menurun mengurangi rasa nyeri
3. Frekuensi nadi (4) (teknik relaksasi nafas
4. Pola nafas (4) dalam, membaca
5. Tekanan darah (4) istighfar)
4 = cukup 4. Fasilitasi istirahat dan
membaik tidur
5. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
6. Kolaborasi pemberian
analgesik
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin. dkk, 2016, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2, Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Brunner, & Suddarth, 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Corwin. 2016, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.
leMone, Burke, & Bauldoff. 2016. Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa.
Jakarta: EGC
Mansjoer, dkk. 2017, Kapita SelektaKedokteran Edisi Ketiga. FKUI Jakarta
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia