E DENGAN DIAGNOSA
MEDIS“CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)” DI RUANGAN
RAJAWALI RSUD ANUTAPURA PALU
DI SUSUN OLEH
NAMA : NI LUH AYU ADNYANI
NIM : 2020032060
CI LAHAN CI INSTITUSI
B. Anatomi Fisiologi
1. Sistem Perkemihan
Sistem ini terdiri dari :
1) Ginjal
2) Ureter
3) Kandung kemih (Vesika Urinaria)
4) Uretra
Berfungsi untuk membuang sisa metabolisme dari tubuh, mempertahankan
keseimbangan asam basa dengan menahan dan mengeskresikan ion hydrogen,
mengatur keseimbangan cairan dan elekrolit tubuh setra mengatur tekanan darah.
1) Ginjal
Ginjal terdiri dari 2 yaitu ginjal kanan dan kiri termasuk organ bervaskular
banyak dan berbentuk seperti kacang. Terdiri dari 3 bagian yaitu
a. Korteks Renalis (bagian luar) : terjadi mekanisme penyaringan darah dan
dilindungi oleh fibrosa dan lapiran lemak.
b. Medulla Renalis (bagian tengah) : mengadung 8 sampai 12 piramida ginjal
( baji berlurik yang sebagian besar tersusun dari struktur tubular)
c. Pelvis Renalis (bagian dalam): menerima urine melalui kalises mayor,
menopang kelenjar adrenal dan kelenjar ini terletak disetiap ginjal.
Kelenjar ini dipengaruhi oleh pelepasan renin dari ginjal sehingga
memengarui sistem ginjal dan tekanan darah yang menyebabkan resistensi
natrium serta air dalam ginjal.
d. Bagian anterior dilindungi oleh isis perut dan bagian posterior oleh otot
yang melekat ke kolumna veterbralis bentuk urine.
e. Mempunyai banyak fungsi diantaranya :
1. Membuang sisa metabolism dan ion yang berlebihan dalam urine
2. Memfiltrasi darah dengan mengatur susunan kimiawi dan volume darah
3. Mempertahankan keseimbangan cairan elekrolit dan asam basa
4. Memproduksi renin untuk aktivitas angiotensin II serta produksi
aldosterone di kelenjar adrenal
5. Memproduksi ertitripoentin ( hormone yg merangsang sel darah merah)
dan enzim.
6. Mengubah vitamin D ke bentuk yang lebih aktif.
f. Nefron merupakan bagian dari ginjal yang memiliki 2 fungsi yaitu
menyaring atau memfiltrasi cairan, sisa metabolism, asam basa dan
elektrolit. Terdiri dari kumpulan kapiler yang disebut glomerulus dan
duktus pengumpul dan dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Tubulus kontortus proksimal :terjadi sirkulasi air dan reabsopsi glukosa,
asam amino, ,etabolit dan elekrolit dari filtrat ke kapiler terdekat.
2. Lengkungan Henle : terjadi konsentrasi filtrat melalui pertukaran
elektrolit dan reabsorpsi untuk menghasilkan cairan hyperosmolar
3. Tubulus kontortus distal : sebagai tempat filtrat memasuki tubulus
pengumpul dan tempat natrium direabsorpsi di bawah pengaruh
aldosterone.
2) Ureter
Ureter adalah tabung fibromuskular yang menghubungkan setiap ginjal
dengan kandung kemih (ureter kiri sedikit lebih panjang dari ureter kanan) di
kelilingi oleh 3 lapis dinding.Berperan sebagai saluran membawa urine dari
ginjal ke kandung kemih serta mempunyai gelombang peristaltic 1 sampai 5
kali setiap menit untuk mengalirkan urinr ke kandung kemih.
3) Kandung kemih ( Vesika Urinaria)
Kandung kemih merupakan organ muscular yang berbentuk bulat dan
berongga yang terletak pada panggul. Berfungsi menampung urine yang
mempunyai kapasitas 500 ml sampai 600 ml untuk dewasa dan mempunyai 3
lubang pada bagian dasarnya yang membentuk segitiga dan disebut trigonum.
4) Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang menyalurkan urine dari kandung kemih ke
luar tubuh, menempel pada dinding anterior vagina di belakang simfisis pubis
bagi wanita dan pada pria melewati ventrikel dan kelenjat prostat kemudian
memanjang melewati diagfragma urogenital dan penis.
C. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik sangat kompleks glomerulanefritis, gagal ginjal
akut, hipertensi esensial dan pieloneftiris merupakan penyebab tersering dari
gagal ginjal kronik.Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, lupus eritemtosus
sistemik, poliartritis dan amyloidosis juga dapat menyebabkan gagal ginjal
kronik.Diabetes mellitus menjadi penyebab utama dan lebih dari 30% klien
mengalami dialysis dan hipertensi menjadi penyebab kedua dari gagal ginjal
kronik.
D. Patofisiologi
Pada waktu terjadinya kegagalan ginjal pathogenesis GGK melibatkan kerusakan
dan nerfon dengan kehilangan fungsi ginjal yang progresif .ketika laju filtrasi
glomerulus menurun menyebabkan nitrogen urea serum dan kreatinin meningkat.
Nefron yang tersisa masih berfungsi ikut mengalami hipertrofi ketika menyaring zat
terlarut yang memiliki molekul yang besar.Akibatnya ginjal kehilangan kemampuan
untuk mengonsentrasi urin secara maksimal.
Untuk melanjutkan eksresi zat terlarut volume haluaran urine akan meningkat
sehingga klien rentan mengalami kehilangan cairan. Tubulus kehilangan kemampuan
untuk mereabsorpsi elekrolit secara bertahap.Terkadang hasilnya adalah pembuangan
garam sehingga urine mengandung banyak natrium dan memicu terjadinya polyuria
berat.
Ketika kerusakan ginjal berlanjut dan terjadi penurunan jumlah nefron yang
masih berfungsi. Laju flitrasi glomerulus total menurun lebih jauh sehinga tubuh
tidak mampu mengeluarkan kelebihan air, garam dan sisa metabolism lainya melalui
ginjal. Ketika laju filtrasi kurang dari 10-20 ml/min, tubuh akan mengalami
keracunan ureum. Jika penyakit tidak diatasi dengan dialysis atau transplantasi hasil
dari gagal ginjal stadium akhir dalah uremia dan kematian.
E. Pathway Penurunan aliran darah
ginjal
infeksi (glomerulonephritis, Penyakit vaskuler Zat toksik ( obat Gangguan jaringan Gangguan metabolik ( DM, Nefropatik
pielonefritis) hipertensif (hipertensi nefrotoksik) penyambung ( SLE, Hiperparatiroidisme) obstruktif
esensial, nefrosklerosis) Poliartritis
Hiponatremia
Gangguan pd Volume vaskuler Retensi Na & Hipoalbuminemia Sel kekurangan Suplai O2 ke Informasi
Pruritus
gastrointestinal menurun H2O protein jaringan inadekuat
Kelebihan volume
Hiperventilasi
cairan
Ketidakefektifan
pola napas
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pasien gagal ginjal kronik:
1. Mual dan muntah
2. Tidak ada nafsu makan
3. Kelemahan dan keletihan
4. Pola tidur terganggu
5. Frekuensi dan volume berkemih berubah
6. Kram dan otot berkedut
7. Bengkak pada kaki
8. Gata-gatal
9. Nyeri dada disebabkan penumpukan cairan pada selaput jatung
10. Sesak napas disebabkan penumpukan cairan di paru-paru
11. Tekanan darah tidak terkendali dan berubah-ubah
G. Komplikasi
Pada penderita CKD dapat menimbulkan keparahan bahkan komplikasi berlanjut.
Adapun beberapa komplikasi yg muncul :
1. Efek pada cairan dan elekrolit, hilangnya kemampuan ginjal dalam mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga kerusakan filtrasi menyebabkan
munculnya proteinuria, hematuria dan hyperkalemia.
2. Efek kardovaskular, penyakit ini menjadi penyebab utama kematian pada
penderita CKD. Hipertensi, hyperlipidemia dan intoleransi glukosa semuanya
berperan dalam proses tersebut.
3. Efek pada hematologi , ginjal berfungsi untuk meproduksi eritropoentin dan
hormone untuk mengontrol produksi SDM, sehingga ketika ginjal rusak
produksi tersebut menjadi turun dan menimbulkan salah satunya anemia.
4. Efek pada sistem imun, karena kadar urea dan sisa metabolik yang tinggi dapat
menyebabkan inflamasi dan fungsi imun terganggu hal ini disebabkan karena
penurunan SDP sehingga imunitas dan humoral rusak serta fagosi juga rusak.
5. Efek pada gastrointestinal, Karena adanya ulserasi pada saluran GI
menimbulkan uremia dan perdarahan pada GI sehingga menyebabkan
munculnya gejala anoreksia, mual, muntah .bahkan ulkus peptikum .
6. Efek neurologis, uremia menjadi peneyab terjadinya penurunan fungsi sistem
neurologis dan jika tidak ditangani dengan baik dapat berlanjut dan sehingga
menimbulkan perubahan mental seperti kesulitan konsentrasi, insomnia, kejang
dan bahkan fungsi motoric juga rusak seperti kelemahan otot, penurunan reflek
tendon dan gangguan berjalan.
7. Efek muskuloskleletal, penurunan kadar kalsium secara langsung akan
mengakibatkan deklasifikasimatriks pada tulang yang menyebabkan tulang
penulakan tulang dan penurunan massa tulang.
8. Efek endokrin dan metabolik, akumulasi produk sisa metabolic adalah faktor
utama. Hal ini menjadi resisten terhadap efek insulin dan menyebabkan
intoleransi glukosa dan kadar trigliserida dara tinggi dan kadar lipoporotein
densitas tinggi dan HDL menjandi rendah.
9. Efek dermatologi, anemia dan metablit dapat menyebabkan kulit menjadi pucat
dan berwarna kekuningan. Penurunan elastisitas dan kulit yang kering di
akobatkan oleh dehidrasi. Sisa metabolic yang tidak dikeluarkan dapat
menumpuk di kulit menyebabkan gatal dan pruritus.
H. Pemeriksaan diagnostik
g. Laboraturium
1. Kadar BUN (normal : 5-25 ml/dL)2, Kreatini serum (normal: 0,5-1,5
mg/dL; 45-132,5 ᶙmol/L[unit SI] )2, Natrium ( normal : serum : 135-
145 mmol/L; Urine : 40-220 mEq/L/24 jam), dan kalium ( normal: 3,5-
5,0 mEq/L ; 3-5,0 mmol/L [unit SI])2 meningkat.
2. Analisa gas darah arteri menunjukan penurunan Ph arteri (normal :
7,35-7,45)2 dan kadar birkarbonat (normal : 24-28 mEq/L)2
3. Kadar hematocrit (normal : wanita = 36-46%, o,36-0,46 [unita SI] dan
hemoglobin (normal : wanita = 12-16 g/dL : pria 13,5-18 g/dL rendah :
masa hidup sel darah merah berkurang.
4. Muncul defek trombositopenia dan trombosit ringan
5. Sekresi aldosterone meningkat
6. Terjadi hiperglikemia dan hipertrigliseridemia
7. Penurunan kadar high density lipoprotein (HDL)(normal : 29-77
mg/dL)
8. Analisa gas darah (AGD) menunjukan asidosis metabolic
9. Berat jenis urine (normal : 1,005-1,030) tetapi pada angka 1.010
10. Pasien mengalai proteinuria, glikosuria, dan urine ditemukan
sedimentasi, leukosit, sel darah merah dan kristal.
h. Pencitraan
Radiografi KUB, Urografi ekskrektorik, nefrotomografi, scan ginjal, dan
arteriografi ginjal, menujunkkan penurunan ukuran ginjal.
i. Prosedur diagnostic
Biopsy ginjal memungkinkan identifikasi histologi dari proses penyakit
yang mendasari .EEG menunjukkan dugaan perubahan ensefalopati
metabolic.
I. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan yang dapat diberikan yaitu :
a. Terapi konservatif, terapi ini diberikan apabila terjadi penurunan fungsi ginjal
tahap ringan, adapun pengobatan ini terdiri dari 3 yaitu :
1) Memperlambat laju penurunan fungsi ginjal
2) Mencegah kerusakan ginjal yang berlanjut
3) Pengelolahan uremia dan komplikasinya
b. Inisai dialysis, penatalaksanaan terapi konservatif dapat dihentikan bila pasien
akan melakukan transpalntasi dan memerlukan dialysis tetap. Dialisi
diperlukan jika:
1) Asidosis metabolik dan hyperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-
obatan
2) Cairan yang berlebihan
3) Penurunan kesadaran dan ensefalopati uremic
4) Sindrom uremic ( mual, muntah neuropati) yang memburuk
5) Efusi pericardial
c. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah untuk membuang cairan serta
sisa zat metabolik yang tidak dapat dikeluarkan oleh tubuh. Indikasi
hemodialisa dilakukan apabila CKD sudah memasuki stadium yang berat.
Indikasi ini dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Hemodialisa emergency, dilakukan apabila terjadi kegawatan ginjal dengan
keadaan, uremik berat, overhidrasi, oliguria
2) Hemodialisa kronik, dilakukan berkelanjutan demi kelangsungan seumur
hidup penderita dengan menggunakan mesin hemodialisa.
J. Pencegahan
Pencegahan dilakukan untuk menghidari dari timbulnya kompikasi berlanjut.
Pencegahan yang dilakukan jika muncul tanda dan gejala dapat dilakukan dengan
prinsip CERDIK yaitu :
C= cek kesehatan secara berkala
E = enyahkan asap rokok
R = rajin aktivitas fisik
I = istirahat yang cukup
K = kelola stress
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri sendi sekunder
terhadap gagal ginjal.
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostik, rencana tindakan dan prognosis.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap
gagal ginjal.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anorekasia, mual, muntah, kehilangan selera, bau, stomatitis dan diet
tak enak.
C. Perencanaan Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kelebihan volume cairan NOC: 1. Pertahankan catatan intake dan
Factor yang berubungan : a) Keseimbangan elektrolit dan asam basa output yang akurat
a) Gangguan mekanisme b) Keseimbangan cairan 2. Pasang urin kateter jika diperlukan
regulasi c) Hidrasi 3. Monitor hasil Lab yang sesuai
b) Kelebihan asupan cairan d) Status nutrisi; asupan makanan dan cairan: dengan retensi cairan (BUN, Hmt ,
c) Kelebihan asupan natrium Tujuan dan criteria evaluasi osmolalitas urin )
Batasan karakteristik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4. Monitor status hemodinamik
a) Adanya bunyi jantung S3 x 24 jam : termasuk CVP, MAP, PAP, dan
b) Anasarka Keseimbangan cairan akan teratasi, dibuktikan oleh : keseimbangan PCWP
c) Dispnea elektolit dan asam basa, keseimbangan status mental, hidrasi adekuat. 5. Monitor vital sign
d) Edema Dengan indicator sebagai 6. Monitor indikasi retensi / kelebihan
e) Efusi pleura Indikator Saat Target berikut: cairan (cracles, CVP , edema,
f) Gangguan pola nafas dikaji distensi vena leher, asites)
g) Ketidakseimbanan Tekanan darah 7. Kaji lokasi dan luas edema
elektrolit Denyut perifer 8. Monitor masukan makanan/cairan
h) Oliguris Turgor kulit Note : 1. Gangguan dan hitung intake kalori harian
i) Penurunan hemoglobin Keseimbangan ekstrem; 2. Berat; 3. 9. Monitor status nutrisi
intake dan output Sedang; 4. Ringan 5. 10. Berikan diuretik sesuai interuksi
dalam 24 jam Tidak ada gangguan 11. Batasi masukan cairan pada
Hematokrit keadaan hiponatrermi dilusi dengan
serum Na < 130 mEq/L
12. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri sendi sekunder terhadap gagal ginjal.
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi Aktivtas NOC: 1. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk
a) Tirah baring dan imobilitas a) Toleransi aktivitas; respon fisiologis terhadap gerakan yang berpindah dari tempat tidur, berdiri,
b) Kelemahan umum memakan energy dalam aktivitas sehari-hari ambulasi, dan melakukan ADL
c) Ketidak seimbangan antara b) Perawatan diri; ADL; kemampuan untuk melakukan tugas fisik 2. Kaji respon emosi, sosial dan spiritual
suplai dankebutuhan yang paling dasar dan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri terhadap aktivitas
oksigen dengan atau tanpa alat bantu 3. Evaluasi motivasi dan keinginan
d) Gaya hidup kurang sehat Tujuan dan criteria evaluasi pasien untuk meningkatkan aktivitas
Batasan karakteristik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4. Tentukan penyebab keletihan
Subjektif x 24 jam :Menunjukkan toleransi aktivitas, yang dibuktikan oleh 5. Pantau respon oksigen pasien terhadap
a) Ketidaknyamanan atau indicator sebagai berikut: aktivitas
dispnea saat beraktivitas Indikator Saat dikaji Target 6. Pantau respon nutrisi untuk
b) Melaporkan keletihan atau Saturasi oksigen saat memastikan sumber-sumber energy
kelemahan secara verbal Beraktivitas yang adekuat
Objektif Frekuensi pernapasan 7. Bantu dengan aktivitas fisik secara
a) Frekuensi jantung atau saat beraktivitas teratur (misalnya ambulasi, berpindah,
tekanan darah tidak normal Kemampuan untuk dan kebersihan diri) sesuai kebutuhan
sebagai respon dari berbicara saat 8. Instruksikan pada pasien dan keluarga
aktivitas beraktivitas fisik untuk:
b) Perubahan EKG yang Kecepatan berjalan Penggunaan teknik napas terkontrol
menunjukkan aritmia atau selama aktivitas
Kekuatan tubuh bagian atas
iskemia 9. Penggunaan tehnik relaksasi selama
Kekuatan tubuh bagian aktivitas
bawah 10. Bantu pasien untuk mengubah posisi
Kemudahan melakukan 11. Berikan pengobatan nyeri sebelum
ADL aktivitas, apabila nyeri merupakan
Note : 1. Gangguan ekstrem; 2. Berat; 3. Sedang; 4. Ringan 5. Tidak salah satu penyebab
ada gangguan 12. Kolaborasikan dengan ahli terapi
okupasi, fisik atau rekreasi untuk
merencanakan dan memantau program
aktivitas, jika perlu.
13. Berikan kesempatan keluarga untuk
terlibat dalam aktivitas dengan cara
yang tepat.
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana
Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia (2017). Buku Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta : EGC
Lyndon Saputra (2014). Ilustrasi Berwarna Anatomi dan Fisiologi.Jakarta : BINARUPA AKSARA
Ni Komang. A.M (2019).Asuhan keperawatan medical bedah pada Tn. A dengan chronic kidney
disease(CKD) di ruangan Komodo RSUD. PROF.DR.W.Z. Johanes Kupang. Politenik
Kesehatan Kemenkes Kupang.
Nanda International, (2018). Diagnosa keperawatan : definisi dan klasifikasi 2018-2020 (10th ed).
Jakarta: ECG
Pricilia Lemone RN, Karen M, Genere Bauldoff, (2016), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed
5. Vol 3.Jakarta : EGC