Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

E DENGAN DIAGNOSA
MEDIS“CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)” DI RUANGAN
RAJAWALI RSUD ANUTAPURA PALU

DI SUSUN OLEH
NAMA : NI LUH AYU ADNYANI
NIM : 2020032060

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Ns. Nasriana M. Umar, S.Kep) (Ns. Sri Yulianti, S.Kep, M.Kep)


Nip. 19800426 200604 025 Nik. 20170901074

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE(CKD)
(KONSEP TEORITIS)
A. Pengertian
Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal di sertai terjadi penurunan
laju filtrasi glomerulus (glomerolus filtration rate/GFR)dan berifat menahun dan
progresif. Jika tidak ditangani dengan baik dapat berlanjut menjadi gagal ginjal
stadium akhir sehingga diperlukan dialysis dan transpalntasi ginjal untuk
mempertahankan hidup.

B. Anatomi Fisiologi

1. Sistem Perkemihan
Sistem ini terdiri dari :
1) Ginjal
2) Ureter
3) Kandung kemih (Vesika Urinaria)
4) Uretra
Berfungsi untuk membuang sisa metabolisme dari tubuh, mempertahankan
keseimbangan asam basa dengan menahan dan mengeskresikan ion hydrogen,
mengatur keseimbangan cairan dan elekrolit tubuh setra mengatur tekanan darah.
1) Ginjal
Ginjal terdiri dari 2 yaitu ginjal kanan dan kiri termasuk organ bervaskular
banyak dan berbentuk seperti kacang. Terdiri dari 3 bagian yaitu
a. Korteks Renalis (bagian luar) : terjadi mekanisme penyaringan darah dan
dilindungi oleh fibrosa dan lapiran lemak.
b. Medulla Renalis (bagian tengah) : mengadung 8 sampai 12 piramida ginjal
( baji berlurik yang sebagian besar tersusun dari struktur tubular)
c. Pelvis Renalis (bagian dalam): menerima urine melalui kalises mayor,
menopang kelenjar adrenal dan kelenjar ini terletak disetiap ginjal.
Kelenjar ini dipengaruhi oleh pelepasan renin dari ginjal sehingga
memengarui sistem ginjal dan tekanan darah yang menyebabkan resistensi
natrium serta air dalam ginjal.
d. Bagian anterior dilindungi oleh isis perut dan bagian posterior oleh otot
yang melekat ke kolumna veterbralis bentuk urine.
e. Mempunyai banyak fungsi diantaranya :
1. Membuang sisa metabolism dan ion yang berlebihan dalam urine
2. Memfiltrasi darah dengan mengatur susunan kimiawi dan volume darah
3. Mempertahankan keseimbangan cairan elekrolit dan asam basa
4. Memproduksi renin untuk aktivitas angiotensin II serta produksi
aldosterone di kelenjar adrenal
5. Memproduksi ertitripoentin ( hormone yg merangsang sel darah merah)
dan enzim.
6. Mengubah vitamin D ke bentuk yang lebih aktif.
f. Nefron merupakan bagian dari ginjal yang memiliki 2 fungsi yaitu
menyaring atau memfiltrasi cairan, sisa metabolism, asam basa dan
elektrolit. Terdiri dari kumpulan kapiler yang disebut glomerulus dan
duktus pengumpul dan dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Tubulus kontortus proksimal :terjadi sirkulasi air dan reabsopsi glukosa,
asam amino, ,etabolit dan elekrolit dari filtrat ke kapiler terdekat.
2. Lengkungan Henle : terjadi konsentrasi filtrat melalui pertukaran
elektrolit dan reabsorpsi untuk menghasilkan cairan hyperosmolar
3. Tubulus kontortus distal : sebagai tempat filtrat memasuki tubulus
pengumpul dan tempat natrium direabsorpsi di bawah pengaruh
aldosterone.
2) Ureter
Ureter adalah tabung fibromuskular yang menghubungkan setiap ginjal
dengan kandung kemih (ureter kiri sedikit lebih panjang dari ureter kanan) di
kelilingi oleh 3 lapis dinding.Berperan sebagai saluran membawa urine dari
ginjal ke kandung kemih serta mempunyai gelombang peristaltic 1 sampai 5
kali setiap menit untuk mengalirkan urinr ke kandung kemih.
3) Kandung kemih ( Vesika Urinaria)
Kandung kemih merupakan organ muscular yang berbentuk bulat dan
berongga yang terletak pada panggul. Berfungsi menampung urine yang
mempunyai kapasitas 500 ml sampai 600 ml untuk dewasa dan mempunyai 3
lubang pada bagian dasarnya yang membentuk segitiga dan disebut trigonum.
4) Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang menyalurkan urine dari kandung kemih ke
luar tubuh, menempel pada dinding anterior vagina di belakang simfisis pubis
bagi wanita dan pada pria melewati ventrikel dan kelenjat prostat kemudian
memanjang melewati diagfragma urogenital dan penis.

C. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik sangat kompleks glomerulanefritis, gagal ginjal
akut, hipertensi esensial dan pieloneftiris merupakan penyebab tersering dari
gagal ginjal kronik.Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, lupus eritemtosus
sistemik, poliartritis dan amyloidosis juga dapat menyebabkan gagal ginjal
kronik.Diabetes mellitus menjadi penyebab utama dan lebih dari 30% klien
mengalami dialysis dan hipertensi menjadi penyebab kedua dari gagal ginjal
kronik.
D. Patofisiologi
Pada waktu terjadinya kegagalan ginjal pathogenesis GGK melibatkan kerusakan
dan nerfon dengan kehilangan fungsi ginjal yang progresif .ketika laju filtrasi
glomerulus menurun menyebabkan nitrogen urea serum dan kreatinin meningkat.
Nefron yang tersisa masih berfungsi ikut mengalami hipertrofi ketika menyaring zat
terlarut yang memiliki molekul yang besar.Akibatnya ginjal kehilangan kemampuan
untuk mengonsentrasi urin secara maksimal.
Untuk melanjutkan eksresi zat terlarut volume haluaran urine akan meningkat
sehingga klien rentan mengalami kehilangan cairan. Tubulus kehilangan kemampuan
untuk mereabsorpsi elekrolit secara bertahap.Terkadang hasilnya adalah pembuangan
garam sehingga urine mengandung banyak natrium dan memicu terjadinya polyuria
berat.
Ketika kerusakan ginjal berlanjut dan terjadi penurunan jumlah nefron yang
masih berfungsi. Laju flitrasi glomerulus total menurun lebih jauh sehinga tubuh
tidak mampu mengeluarkan kelebihan air, garam dan sisa metabolism lainya melalui
ginjal. Ketika laju filtrasi kurang dari 10-20 ml/min, tubuh akan mengalami
keracunan ureum. Jika penyakit tidak diatasi dengan dialysis atau transplantasi hasil
dari gagal ginjal stadium akhir dalah uremia dan kematian.
E. Pathway Penurunan aliran darah
ginjal

infeksi (glomerulonephritis, Penyakit vaskuler Zat toksik ( obat Gangguan jaringan Gangguan metabolik ( DM, Nefropatik
pielonefritis) hipertensif (hipertensi nefrotoksik) penyambung ( SLE, Hiperparatiroidisme) obstruktif
esensial, nefrosklerosis) Poliartritis

Akumlasi kompleks antigen Tertimbun dalam Terjadi Cairan tembus di


dan antibody tubuh Gangguan dan ginjal Kekebalan tubuh penimbunan lemak pelvis ginjal dan
perdarahan ginjal yang menurun ureter

Penebalan membrane Terjadi penebalan


Iskemia ginjal membrane dasar Terjadi atrofi
yang progresif Menyerang sel-sel
ginjal yang sehat kapiler parenkim ginjal
Nekrosis
Kerusakan progresif
kehilangan Disfungsi endotel Hidronefrosis
hampir seluruh bagian
ginjal fungsi ginjal mikrovaskular
Kerusakan struktur
Invasi jaringan fibrosa
Mikroangiopati ginjal
pada glomerulus dan
sebagian jaringan fungsional
ginjal hilang Nefropati
Penurunan filtrasi
glomerulus (GFR)
Jumlah kapiler penyaring
menurun
CKD

Peningkatan BUN Ketidakmampuan Kerusakan glomerulus kegagalan produksi Proses hemodialisa


dan kreatinin mengkonsentrasi urine eritropoentin secara kontiyu

Filtrasi glomerulus Proteinuria


Sisa metabolism di Produksi hemoglobin Tindakan invasive
Kehilangan natrium menurun
aliran darah menurun yang berulang
dalam urin

Hiponatremia
Gangguan pd Volume vaskuler Retensi Na & Hipoalbuminemia Sel kekurangan Suplai O2 ke Informasi
Pruritus
gastrointestinal menurun H2O protein jaringan inadekuat

Lesi pada kulit Hipotensi Katabolisme


Mual dan muntah CES meningkat Sistem imun Anemia dan Ansietas
protein dalam sel
menurun pucat
Perfusi menurun
Kerusakan Tekanan kapiler
Ketidakseimbangan Ureum
integritas kulit meningkat
nutrisi kurang dari Resiko infeksi Fatique/
kebutuhan tubuh Ketidakefektifan malaise
perfusi jaringan Asidosis
Volume intertisial
metabolik
meningkat
Intoleransi
aktivitas
Kompensasi
Edema
respiratorik

Kelebihan volume
Hiperventilasi
cairan

Ketidakefektifan
pola napas
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pasien gagal ginjal kronik:
1. Mual dan muntah
2. Tidak ada nafsu makan
3. Kelemahan dan keletihan
4. Pola tidur terganggu
5. Frekuensi dan volume berkemih berubah
6. Kram dan otot berkedut
7. Bengkak pada kaki
8. Gata-gatal
9. Nyeri dada disebabkan penumpukan cairan pada selaput jatung
10. Sesak napas disebabkan penumpukan cairan di paru-paru
11. Tekanan darah tidak terkendali dan berubah-ubah

G. Komplikasi
Pada penderita CKD dapat menimbulkan keparahan bahkan komplikasi berlanjut.
Adapun beberapa komplikasi yg muncul :
1. Efek pada cairan dan elekrolit, hilangnya kemampuan ginjal dalam mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga kerusakan filtrasi menyebabkan
munculnya proteinuria, hematuria dan hyperkalemia.
2. Efek kardovaskular, penyakit ini menjadi penyebab utama kematian pada
penderita CKD. Hipertensi, hyperlipidemia dan intoleransi glukosa semuanya
berperan dalam proses tersebut.
3. Efek pada hematologi , ginjal berfungsi untuk meproduksi eritropoentin dan
hormone untuk mengontrol produksi SDM, sehingga ketika ginjal rusak
produksi tersebut menjadi turun dan menimbulkan salah satunya anemia.
4. Efek pada sistem imun, karena kadar urea dan sisa metabolik yang tinggi dapat
menyebabkan inflamasi dan fungsi imun terganggu hal ini disebabkan karena
penurunan SDP sehingga imunitas dan humoral rusak serta fagosi juga rusak.
5. Efek pada gastrointestinal, Karena adanya ulserasi pada saluran GI
menimbulkan uremia dan perdarahan pada GI sehingga menyebabkan
munculnya gejala anoreksia, mual, muntah .bahkan ulkus peptikum .
6. Efek neurologis, uremia menjadi peneyab terjadinya penurunan fungsi sistem
neurologis dan jika tidak ditangani dengan baik dapat berlanjut dan sehingga
menimbulkan perubahan mental seperti kesulitan konsentrasi, insomnia, kejang
dan bahkan fungsi motoric juga rusak seperti kelemahan otot, penurunan reflek
tendon dan gangguan berjalan.
7. Efek muskuloskleletal, penurunan kadar kalsium secara langsung akan
mengakibatkan deklasifikasimatriks pada tulang yang menyebabkan tulang
penulakan tulang dan penurunan massa tulang.
8. Efek endokrin dan metabolik, akumulasi produk sisa metabolic adalah faktor
utama. Hal ini menjadi resisten terhadap efek insulin dan menyebabkan
intoleransi glukosa dan kadar trigliserida dara tinggi dan kadar lipoporotein
densitas tinggi dan HDL menjandi rendah.
9. Efek dermatologi, anemia dan metablit dapat menyebabkan kulit menjadi pucat
dan berwarna kekuningan. Penurunan elastisitas dan kulit yang kering di
akobatkan oleh dehidrasi. Sisa metabolic yang tidak dikeluarkan dapat
menumpuk di kulit menyebabkan gatal dan pruritus.

H. Pemeriksaan diagnostik
g. Laboraturium
1. Kadar BUN (normal : 5-25 ml/dL)2, Kreatini serum (normal: 0,5-1,5
mg/dL; 45-132,5 ᶙmol/L[unit SI] )2, Natrium ( normal : serum : 135-
145 mmol/L; Urine : 40-220 mEq/L/24 jam), dan kalium ( normal: 3,5-
5,0 mEq/L ; 3-5,0 mmol/L [unit SI])2 meningkat.
2. Analisa gas darah arteri menunjukan penurunan Ph arteri (normal :
7,35-7,45)2 dan kadar birkarbonat (normal : 24-28 mEq/L)2
3. Kadar hematocrit (normal : wanita = 36-46%, o,36-0,46 [unita SI] dan
hemoglobin (normal : wanita = 12-16 g/dL : pria 13,5-18 g/dL rendah :
masa hidup sel darah merah berkurang.
4. Muncul defek trombositopenia dan trombosit ringan
5. Sekresi aldosterone meningkat
6. Terjadi hiperglikemia dan hipertrigliseridemia
7. Penurunan kadar high density lipoprotein (HDL)(normal : 29-77
mg/dL)
8. Analisa gas darah (AGD) menunjukan asidosis metabolic
9. Berat jenis urine (normal : 1,005-1,030) tetapi pada angka 1.010
10. Pasien mengalai proteinuria, glikosuria, dan urine ditemukan
sedimentasi, leukosit, sel darah merah dan kristal.
h. Pencitraan
Radiografi KUB, Urografi ekskrektorik, nefrotomografi, scan ginjal, dan
arteriografi ginjal, menujunkkan penurunan ukuran ginjal.
i. Prosedur diagnostic
Biopsy ginjal memungkinkan identifikasi histologi dari proses penyakit
yang mendasari .EEG menunjukkan dugaan perubahan ensefalopati
metabolic.

I. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan yang dapat diberikan yaitu :
a. Terapi konservatif, terapi ini diberikan apabila terjadi penurunan fungsi ginjal
tahap ringan, adapun pengobatan ini terdiri dari 3 yaitu :
1) Memperlambat laju penurunan fungsi ginjal
2) Mencegah kerusakan ginjal yang berlanjut
3) Pengelolahan uremia dan komplikasinya
b. Inisai dialysis, penatalaksanaan terapi konservatif dapat dihentikan bila pasien
akan melakukan transpalntasi dan memerlukan dialysis tetap. Dialisi
diperlukan jika:
1) Asidosis metabolik dan hyperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-
obatan
2) Cairan yang berlebihan
3) Penurunan kesadaran dan ensefalopati uremic
4) Sindrom uremic ( mual, muntah neuropati) yang memburuk
5) Efusi pericardial
c. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah untuk membuang cairan serta
sisa zat metabolik yang tidak dapat dikeluarkan oleh tubuh. Indikasi
hemodialisa dilakukan apabila CKD sudah memasuki stadium yang berat.
Indikasi ini dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Hemodialisa emergency, dilakukan apabila terjadi kegawatan ginjal dengan
keadaan, uremik berat, overhidrasi, oliguria
2) Hemodialisa kronik, dilakukan berkelanjutan demi kelangsungan seumur
hidup penderita dengan menggunakan mesin hemodialisa.

J. Pencegahan
Pencegahan dilakukan untuk menghidari dari timbulnya kompikasi berlanjut.
Pencegahan yang dilakukan jika muncul tanda dan gejala dapat dilakukan dengan
prinsip CERDIK yaitu :
C= cek kesehatan secara berkala
E = enyahkan asap rokok
R = rajin aktivitas fisik
I = istirahat yang cukup
K = kelola stress

1) Pencegahan primer adalah pencegahan yang dilakukan secara efektif dan


sedini mungkin dengan upaya mengurangi tanda dan gejala. Adapun
pencegahannya antara lain :
a) Kendalikakn hipertensi dengan menurunkan tekanan darah sampai
normal untuk mencegah risiko penurunan fungsi ginjal
b) Pengendalian gula darah, lemak darah, dan anemia
c) Berhenti merokok
d) Kelola berat badan
e) Banyak minum air putih agar urine tidak pekat dan mampu menampung/
f) melarutkan semua garam agar tidak terjadi pembentukan batu.
g) Konsumsi sedikit garam, makin tinggi konsuumsi garam, makin tinggi
ekskresi kalsium dalam air kemih yang dapat mempermudah terbentuknya
kristalisasi.
h) Mengurangi makanan yang mengandung protein tinggi dan kolestrol
Tinggi

2) Pencegahan Sekunder dilakukan apabila sudah menderita dan menjalani masa


perawatan, adapun pemcegahan yang dapat dilakukan yaitu :
a) Pengobatan Konservatif
b) Pengobatan Komplikasi
c) Pengobatan Pengganti

3) Pencegahan Tersier dilakukan apabila sudah dalam masa rehabilitasi untuk


mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian, tidak hanya
ditujukan kepada rehabilitasi medik tetapi juga menyangkut rehabilitasi jiwa.
Pencegahan ini dilakukan pada pasien GGK yang telah atau sedang menjalani
tindakan pengobatan atau terapi pengganti berupa:
a) Mengurangi stress.
b) Meningkatkan aktivitas sesuai toleransi.
c) Meningkatkan kepatuhan terhadap program terapeutik.
d) Mematuhi program diet yang dianjurkan.
A. Asuhan Keperawatan (Konsep Teori)
1. Pengkajian
1) Data Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada
juga yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh
berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan
sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan
juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena
kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung
banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2) Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM,
glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi
saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu
kemungkinan terjadinya CKD.
3) Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB
dalam kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah,
asupan nutrisi dan air naik atau turun.
4) Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input.
Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi
peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara
tekanan darah dan suhu
5) Pengkajian fisik
a) Penampilan / keadaan umum
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran
pasien dari compos mentis sampai coma.
b) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi
meningkat dan reguler.
c) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan
nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d) Kepala
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat
kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut
bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan
lidah kotor.
e) Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat
otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara
tambahan pada paru (ronchi basah), terdapat pembesaran jantung,
terdapat suara tambahan pada
jantung.
g) Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut
buncit.
h) Genitalia
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,
terdapat ulkus.
i) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema,
pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri sendi sekunder
terhadap gagal ginjal.
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostik, rencana tindakan dan prognosis.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap
gagal ginjal.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anorekasia, mual, muntah, kehilangan selera, bau, stomatitis dan diet
tak enak.
C. Perencanaan Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kelebihan volume cairan NOC: 1. Pertahankan catatan intake dan
Factor yang berubungan : a) Keseimbangan elektrolit dan asam basa output yang akurat
a) Gangguan mekanisme b) Keseimbangan cairan 2. Pasang urin kateter jika diperlukan
regulasi c) Hidrasi 3. Monitor hasil Lab yang sesuai
b) Kelebihan asupan cairan d) Status nutrisi; asupan makanan dan cairan: dengan retensi cairan (BUN, Hmt ,
c) Kelebihan asupan natrium Tujuan dan criteria evaluasi osmolalitas urin  )
Batasan karakteristik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4. Monitor status hemodinamik
a) Adanya bunyi jantung S3 x 24 jam : termasuk CVP, MAP, PAP, dan
b) Anasarka Keseimbangan cairan akan teratasi, dibuktikan oleh : keseimbangan PCWP
c) Dispnea elektolit dan asam basa, keseimbangan status mental, hidrasi adekuat. 5. Monitor vital sign
d) Edema Dengan indicator sebagai 6. Monitor indikasi retensi / kelebihan
e) Efusi pleura Indikator Saat Target berikut: cairan (cracles, CVP , edema,
f) Gangguan pola nafas dikaji distensi vena leher, asites)
g) Ketidakseimbanan Tekanan darah 7. Kaji lokasi dan luas edema
elektrolit Denyut perifer 8. Monitor masukan makanan/cairan
h) Oliguris Turgor kulit Note : 1. Gangguan dan hitung intake kalori harian
i) Penurunan hemoglobin Keseimbangan ekstrem; 2. Berat; 3. 9. Monitor status nutrisi
intake dan output Sedang; 4. Ringan 5. 10. Berikan diuretik sesuai interuksi
dalam 24 jam Tidak ada gangguan 11. Batasi masukan cairan pada
Hematokrit keadaan hiponatrermi dilusi dengan
serum Na < 130 mEq/L
12. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri sendi sekunder terhadap gagal ginjal.
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi Aktivtas NOC: 1. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk
a) Tirah baring dan imobilitas a) Toleransi aktivitas; respon fisiologis terhadap gerakan yang berpindah dari tempat tidur, berdiri,
b) Kelemahan umum memakan energy dalam aktivitas sehari-hari ambulasi, dan melakukan ADL
c) Ketidak seimbangan antara b) Perawatan diri; ADL; kemampuan untuk melakukan tugas fisik 2. Kaji respon emosi, sosial dan spiritual
suplai dankebutuhan yang paling dasar dan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri terhadap aktivitas
oksigen dengan atau tanpa alat bantu 3. Evaluasi motivasi dan keinginan
d) Gaya hidup kurang sehat Tujuan dan criteria evaluasi pasien untuk meningkatkan aktivitas
Batasan karakteristik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4. Tentukan penyebab keletihan
Subjektif x 24 jam :Menunjukkan toleransi aktivitas, yang dibuktikan oleh 5. Pantau respon oksigen pasien terhadap
a) Ketidaknyamanan atau indicator sebagai berikut: aktivitas
dispnea saat beraktivitas Indikator Saat dikaji Target 6. Pantau respon nutrisi untuk
b) Melaporkan keletihan atau Saturasi oksigen saat memastikan sumber-sumber energy
kelemahan secara verbal Beraktivitas yang adekuat
Objektif Frekuensi pernapasan 7. Bantu dengan aktivitas fisik secara
a) Frekuensi jantung atau saat beraktivitas teratur (misalnya ambulasi, berpindah,
tekanan darah tidak normal Kemampuan untuk dan kebersihan diri) sesuai kebutuhan
sebagai respon dari berbicara saat 8. Instruksikan pada pasien dan keluarga
aktivitas beraktivitas fisik untuk:
b) Perubahan EKG yang Kecepatan berjalan Penggunaan teknik napas terkontrol
menunjukkan aritmia atau selama aktivitas
Kekuatan tubuh bagian atas
iskemia 9. Penggunaan tehnik relaksasi selama
Kekuatan tubuh bagian aktivitas
bawah 10. Bantu pasien untuk mengubah posisi
Kemudahan melakukan 11. Berikan pengobatan nyeri sebelum
ADL aktivitas, apabila nyeri merupakan
Note : 1. Gangguan ekstrem; 2. Berat; 3. Sedang; 4. Ringan 5. Tidak salah satu penyebab
ada gangguan 12. Kolaborasikan dengan ahli terapi
okupasi, fisik atau rekreasi untuk
merencanakan dan memantau program
aktivitas, jika perlu.
13. Berikan kesempatan keluarga untuk
terlibat dalam aktivitas dengan cara
yang tepat.

3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana

tindakan dan prognosis.


INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ansietas NOC: 1. Kaji faktor yang dapat meningkatkan
Batasan Karakteristik : a) Tingkat kecemasan; keparahan dari tanda-tanda ketakutan, kerentenan terhadap infeksi
a) Gelisah ketegangan, atau kegelisahan yang berasal dari sumber yang tidak 2. Pantau hasil laboratorium
b) Kesedihan dapat diidentifikasi. 3. Amati penampilan praktek hygiene
c) Ketakutan Tujuan dan criteria evaluasi personal untuk perlindungan terhadap
d) Sangat Khawatir Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama x24 jam : ansietas infeksi
e) Ragu teratasi yang dibuktikan dengan indikator sebagai berikut: 4. Jelaskan pada pasien dan keluarga
f) Perasaan tidak adekuat Indikator Saat Target mengnai infeksi dan hal yang dapat
Factor yang berubungan : dikaji meningkatkan resiko infeksi
e) Ancaman Kematian Perasaan gelisah 5. Pengendalian infeksi (NIC) : ajarkan
f) Kebutuhan yang tidak Rasa takut yang disampaikan pasien teknik mencuci tangan dengan
dipenuhi secara lisan benar
g) Krisis situasi Rasa cemas yang 6. Pengendalian infeksi (NIC) ; berikan
h) Konflik nilai disampaikan secara lisan terapi antibiotik, bila diperlukan
i) Perubahan besar (mis, 7. Bersihkan lingkungan dengan benar
Peningkatan tekanan darah
status ekonomi, setelah digunakan masing-masing
Pusing
lingkungan, status pasien
kesehatan, fungsi peran, Penurunan produktivitas 8. Pertahankan teknik isolasi bila
status peran) Note : 1. Berat , 2. Cukup berat, 3. Sedang, 4. Ringan, 5. Tidak ada diperlukan
j) Stressor 9. Terapkan kewaspadaan universal
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap gagal ginjal.
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kerusakan Integritas Kulit NOC: 1. Perawatan area insisi (NIC): inspeksi
Factor yang berubungan : b) Penyembuhan luka: primer; tingkat regenerasi sel dan jaringan adanya kemerahan, pembengkakan
a) Zat kimia setelah penutupan yang disengaj atau tanda-tanda dehisensi atau
b) Kelembaban c) Penyembuhan luka: sekunder; tingkat regenerasi sel dan jaringan eviserasi pada area insisi
c) Hipertermia pada luka terbuka 2. Perawatan luka (NIC): inspeksi luka
d) Hipotermia pada setiapmengganti balutan
e) Factor mekanik (terpotong, Tujuan dan criteria evaluasi 3. Kaji luka terhadap karakteristik
tertekan, akibat restrain) Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama x24 jam : tersebut:lokasi, luas dan kedalaman,
f) Obat a) Menunjukkan integritas jaringan: kulit dan membrane mukosa, adanya dan karakter eksudat, termasuk
g) Kelembaban kulit serta penyembuhan luka primer dan sekunder, yang dibuktikan kekentalan, warna dan bau, ada atau
h) Imobilisasi fisik oleh indicator sebagai berikut : tidaknya granulasi atau epitelialisasi,
i) Radiasi Saat Target ada atau tidaknya jaringan nekrotik.
j) Perubahan status cairan Indikator Deskripsikan warna, baud an
dikaji
k) Perubahan pigmentasi Suhu, elastisitas, hidrasi dan banyaknya
l) Perubahan turgor sensasi 4. Konsultasikan pada ahli gizi tentang
m) Factor perkembangan Perfusi jaringan makanan tinggi protein, mineral,
n) Ketidakseimbangan nutrisi kalori dan vitamin
Keutuhan kulit
o) Deficit imunologis 5. Rujuk ke perawat terapi enterostma
Eritema kulit sekitar
p) Gangguan sirkulasi untuk mendapatkan bantuan dalam
q) Penonjolan tulang Luka berbau busuk pengkajian, penemuan derajat luka,
Objektif Pembentukan jaringan parut dan dokumentasi perawatan luka atau
a) Kerusakan pada lapisan Penyusutan luka kerusakan kulit
kulit Note : 1. Berat; 2. Cukup Berat; 3. Sedang; 4. Ringan 5. Tidak ada 6. Bersihkan dengan salin normal atau
b) Kerusakan pada gangguan pembersih nontoksik, jika perlu
permukaan kulit 7. Bersihkan dan balut luka area
c) Invasi struktur tubuh pembedahan menggunakan prinsip
steril atau tindakan asepsisi medis
berikut, jika perlu.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anorekasia, mual, muntah,

kehilangan selera, bau, stomatitis dan diet tak enak.


INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nutrisi Kurang Dari NOC: 1. Tentukan motivasi pasien untuk
Kebutuhan Tubuh : a) Status gizi; tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kegiatan mengubah kebiasaan makan
Factor yang berhubungan : metabolic 2. Pantau nilai laboratotium, khususnya
a) Kesulitan mengunyah atau b) Status gizi: pengukuran biokimia; komponen dan kimia cairan yang Hb, Ht, albumin, dan elektrolit
menelan mengindikasikan status nutrisi 3. Ketahui makanan kesukaan pasien
b) Kurang pengetahuan dasar c) Status gizi: asupan makanan dan cairan; jumlah makanan dan 4. Tentukan kemampuan pasien untuk
tentang nutrisi cairan yang dikonsumsi tubuh dalam waktu 24 jam memenuhi kebutuhan nutrisi
c) Hilang nafsu makan Tujuan dan criteria evaluasi 5. Pantau kandungan nutrisi dan kalori
d) Mual dan muntah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama pada catatan asupan
Batasan karakteristik x 24 jam : 6. Timbang pasien pada interval yang
Subjektif d) Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan, yang tepat
a) Kram abdomen dibuktikan indicator sebagai berikut: 7. Ajarkan metode untuk perencanaan
b) Nyeri abdomen Indikator Saat Target makan
c) Menolak makan dikaji 8. Ajarkan pasien dan keluarga tentang
Objektif Makanan oral, makanan yang berizi dan tidak mahal
a) Bising usus hiperaktif pemberian 9. Manajemen nutrisi: berikan informasi
b) Kurang makanan lewat yang tepat tentang kebutuhan nutrisi
informasi/informasi yang selang, atau dan bagaimana memenuhinya
salah nutrisi parenteral 10. Diskusikan dengan ahli gizi dalam
c) Kurangnya minat terhadap total menentukan kebutuhan protein pasien
makanan Asupan cairan yang mengalami ketidakadekuatak
d) Rongga mulut terluka oral asupan protein
e) Kelemahan otot yang atau IV
berfungsi untuk menelan Ket : 1. Tidak adekuat 2. Sedikit adekuat;
atau mnengunyah 3.Cukup adekuat 4. Adekuat 5. Sangat Adekuat
DAFTAR PUSTAKA

Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia (2017). Buku Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta : EGC

Lyndon Saputra (2014). Ilustrasi Berwarna Anatomi dan Fisiologi.Jakarta : BINARUPA AKSARA

Ni Komang. A.M (2019).Asuhan keperawatan medical bedah pada Tn. A dengan chronic kidney
disease(CKD) di ruangan Komodo RSUD. PROF.DR.W.Z. Johanes Kupang. Politenik
Kesehatan Kemenkes Kupang.

Nanda International, (2018). Diagnosa keperawatan : definisi dan klasifikasi 2018-2020 (10th ed).
Jakarta: ECG

Pricilia Lemone RN, Karen M, Genere Bauldoff, (2016), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed
5. Vol 3.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai