KERACUNAN
DISUSUN OLEH:
LISTARI
202191004
2. Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang
ringan sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :
a. Mikroba. Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
b. Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus
b. Bahan Kimia
c. Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang
3. Patofisiologi
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor
bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi
vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh.
Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut
kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati ( sebagai
akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi
pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat . Makanan yang
mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat ( inktivasi ) enzim
asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk
menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang bersifat
inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak
terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat – tempat tertentu,
sehingga timbul gejala – gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan
menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulakan stimulasi kemudian
depresi SSP )mual muntah,devisit volume cairan, perubahan perfusi
jaringan,kekurangan O2 (Hipoksia),G3 organ2 tubuh,HCL meningkat,Iritasi pada
Lambung,pola napas tidak efektif, penurunan kesadaran & depresi
cardiovaskuler,Distress pernapasan,Depresi SSP (sistem saraf pusat),Racun masuk
kedalam darah, paru, hati & ginjal,Faktor Penyebab (bahan kimia/kuman).
4. Manifestasi
a. Gejala yang paling menonjol meliputi
a. Kelainan Visus
b. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
f. Pupil miosis
c. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah – muntah
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
d. Keracunan berat
a. Diare
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
h. Koma
5. Komplikasi
Kejang
Koma
Henti napas (Apneu)
Syok
6. Pemeriksaan penunjang
a. BGA
b. Laboratorium. Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma,
penting untuk memastikan diagnosis keracuna IFO akut / kronik .Keracunan
Akut :
Ringan 40 – 70 %
Sedang 20 – 40 %
Berat <>
Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 25–50%.
c. Pathologi Anatomi
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan pathologi biasanya tidak khas. Sering
hanya di temukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ –
organ lainnya.
7. Penatalaksanaan
a. Tindakan Emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki
perfusi jaringan.
b. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi.
Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran
pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator
pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut,
sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan
hanya di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag –valve –
mask.
c. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya
usaha mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha – usaha
penyelamatan penderita yang harus segera di lakukan.
d. Mengurangi absorbs
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan
merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon
aktif dan membersihkan usus
e. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa
atau asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfus
8. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium.Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak
banyak membantu.
b. Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5 mg/dl), elektrolit
serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl)).
c. Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
d. Pemeriksaan EKG.
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena
sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi,
sinus bradikardi, takikardi supraventrikuler,takikardi ventrikuler, fibrilasi
ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi
timbulnya aritmia pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia,
nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan
penyakit dasar jantung iskemik.
9. Pencegahan
a. Masak masakan sampai benar – benar matang karena racun akan tidak aktif dengan
pemanasan makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit, pada suhu 80 C selama 5
menit, selain itu spora juga tidak aktif dengan pemanasan 120 C
b. Letakkan bahan – bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh dari
jangakauan anak –anak
c. Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya
d. Hindari pemakaian botol / kaleng bekas
e. Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat – obatan
f. Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluarsa
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1) PENGKAJIAN
a) Identitas pasien
Identitas Pasien : mena, usia (bien terjadi pada sana usia), jenis kelamin
terjadi pada orang renang, penyelam), pendidikan,
b) Riwayat Kesehatan setelah keracunan,ada magalsh lain sebagi pencetus
keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya,
c) Peneriksam Fisik
Tanda-tanda vital
- Disiress pernapamn
- Sianosis
- Takipnoe, dispnes
- Hipoksia
Neurologi IFO menyebabkan tingkat toksisitas lebih tinggi, efek-
efeknya termasuk letargi, peka rangsangan, pusing, stupor & koma
Sirkulasi Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi, hipotensi
(pada kasus berat), aritmia jantung, pucat, sianosis, keringat banyak.
Gl Tract
Iritasi muhut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan esofagus,
mual dan muntah.
kardiovaskuler
disritmia
d) Pada pemeriksaan ADL (Activiry Daily Living) data yang mungkin muncul
adalah sebagai berikut :
Aktifitas dan istirahat : Keletihan, kelemahan , malaise, hiporefleksi
Makam Cairan Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati,
perubahan turgor
Eliminasi Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinariabising
usus menurun,kerusakan ginjal, perubahan wama urin contoh kuning
pekat,merah, coklat.
Nyaman/ nyeri Nyeri tubuh, sakit kepala, perilaku
berhati-hati/distraksi,gelisah.
Keamanan Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, asidemia.
e) Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil sebagai berikut :
Enitrosit menurun
Proteanuria
Hematuna
Hipoplasi sumsum tulang
2) DIAGNOSA
a) Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
b) Defisit volume cairan b.d muntah, diare
c) Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2
Intervensi Keperawatan
Edukasi :
1) Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi
pemicu pengeluaran makanan (misal, pengeluaran yang
disengaja, muntah, aktivitas berlebih)
2) Ajarkan pengaturan diet yang tepat
3) Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah
perilaku makan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target
berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
3. Gangguan perfusi Setelah dilakukan intervensi keperawatan PERAWATAN SIRKULASI (I.02079)
jaringan b.d kekurangan selama ........ jam, maka status a. Definisi
O2 nutrisimembaik dengan kriteria hasil Mengidentifikasi dan merawat area lokal dengan keterbatsan sirkulasi
perifer
b. Tindakan
1. Observasi
Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer, edema, pengisian
kalpiler, warna, suhu, angkle brachial index)
Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes,
perokok, orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
2. Terapeutik
Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas pada
keterbatasan perfusi
Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang
cidera
Lakukan pencegahan infeksi
Lakukan perawatan kaki dan kuku
Lakukan hidrasi
3. Edukasi
Anjurkan berhenti merokok
Anjurkan berolahraga rutin
Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika perlu
Anjurkan minum obat pengontrol tekakan darah secara teratur
Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
Ajurkan melahkukan perawatan kulit yang tepat(mis.
Melembabkan kulit kering pada kaki)
Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi( mis.
Rendah lemak jenuh, minyak ikan, omega3)
Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan( mis. Rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya rasa)
LAPORAN KASUS
KERACUNAN
DISUSUN OLEH:
LIISTARI
202191004
KERACUNAN MAKANAN
kasus :
Tuan A di bawa kepuskesmas kertapati oleh istrinya setelah makan tempe . istri klien
mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe bongkrek.kondisi
klien mengalami penurunan kesadaran somnolen, muntah, diare, dehidrasi dan pusing. Dari
hasil pengkajian sementara didapatkan Tekanan darah : 100/60 mmHg ,BB : 45 kg (BB
semula 55 kg) Nadi : 67 x/ menit (70-80 x/menit), RR : 23 x/menit (N:16-20x/menit) Suhu :
360C (36,5- 37,5 0C) istri klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat elergi
sebelumnya.
A. PENGKAJIAN
1) Identitas klien
Usia : 26 tahun
2) Keluhan utama
3) Airway
Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh sputum/lendir. RR : 23 x/ menit,
cepat dan dangkal
4) Breathing
5) Circulation
Tekanan Darah pasien : 100/60 mmHg (kuat dan regular), Nadi : 67 x/menit,
capillary refill : <2 dtk="" sianosis="" span="" terdapat="" tidak="">, EKG
menunjukkan sinus bradikardia.
6) Disability
Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2
7) Exposure and enviromental control : buka baju penderita, tapi cegah hipotermia
8) Tingkat kesadaran somnolen. Pengkajian dilakukan alloanamnesa dengan keluarga
klien
9) Riwayat Kesehatan Sekarang
Istri klien mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan
tempe bongkrek.
10) Riwayat Kesehatan Dahulu
Dalam keluarga klien tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama
dengan klien.
DIAGNOSA
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
b) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
( Anoreksia, Mual dan Muntah
INTERVENSI KEPERAWATAN
Edukasi :
4) Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan
dan situasi pemicu pengeluaran makanan (misal,
pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas
berlebih)
5) Ajarkan pengaturan diet yang tepat
6) Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian
masalah perilaku makan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target
berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN