Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

KERACUNAN

DISUSUN OLEH:

LISTARI

202191004

PRODI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM


JAMBI
2021
A. KONSEP KERACUNAN
1. Definisi keracunan makanan
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut,
hidung (inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan mengganggu
dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau jaringan ( Sartono 2001 : 1 )
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya.Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan
mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman yang
terkontaminasi. (KMB Brunner & Suddarth Vol.3)

2. Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang
ringan sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :
a. Mikroba. Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :

a. Escherichia coli patogen

b. Staphilococus aureus

c. Salmonella

d. Bacillus Parahemolyticus

e. Clostridium Botulisme

f. Streptokkkus

b. Bahan Kimia

a. Peptisida golongan organofosfat

b. Organo Sulfat dan karbonat

c. Toksin

a. Jamur
b. Keracunan Singkong

c. Tempe Bongkrek

d. Bayam beracun

e. Kerang

3. Patofisiologi
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor
bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi
vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh.
Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut
kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati ( sebagai
akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi
pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat . Makanan yang
mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat ( inktivasi ) enzim
asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk
menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang bersifat
inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak
terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat – tempat tertentu,
sehingga timbul gejala – gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan
menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulakan stimulasi kemudian
depresi SSP )mual muntah,devisit volume cairan, perubahan perfusi
jaringan,kekurangan O2 (Hipoksia),G3 organ2 tubuh,HCL meningkat,Iritasi pada
Lambung,pola napas tidak efektif, penurunan kesadaran & depresi
cardiovaskuler,Distress pernapasan,Depresi SSP (sistem saraf pusat),Racun masuk
kedalam darah, paru, hati & ginjal,Faktor Penyebab (bahan kimia/kuman).

4. Manifestasi
a. Gejala yang paling menonjol meliputi

a. Kelainan Visus

b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat

c. Gangguan Saluran pencernaan


d. Kesukaran bernafas

b. Keracunan ringan

a. Anoreksia

b. Nyeri kepala

c. Rasa lemah

d. Rasa takut

e. Tremor pada lidah dan kelopak mata

f. Pupil miosis

c. Keracunan sedang

a. Nausea

b. Muntah – muntah

c. Kejang dan kram perut

d. Hipersalifa

e. Hiperhidrosis

f. Fasikulasi otot

g. Bradikardi

d. Keracunan berat

a. Diare

b. Reaksi cahaya negatif

c. Sesak nafas

d. Sianosis

e. Edema paru

f. Inkontinensia urine dan feses


g. Kovulsi

h. Koma

i. Blokade jantung akhirnya meninggal

5. Komplikasi
 Kejang
 Koma
 Henti napas (Apneu)
 Syok

6. Pemeriksaan penunjang
a. BGA
b. Laboratorium. Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma,
penting untuk memastikan diagnosis keracuna IFO akut / kronik .Keracunan
Akut :
 Ringan 40 – 70 %
 Sedang 20 – 40 %
 Berat <>
 Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 25–50%.
c. Pathologi Anatomi
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan pathologi biasanya tidak khas. Sering
hanya di temukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ –
organ lainnya.
7. Penatalaksanaan
a. Tindakan Emergensi
 Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
 Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernafasan tidak adekuat
 Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki
perfusi jaringan.
b. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi.
Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran
pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator
pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut,
sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan
hanya di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag –valve –
mask.
c. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya
usaha mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha – usaha
penyelamatan penderita yang harus segera di lakukan.
d. Mengurangi absorbs
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan
merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon
aktif dan membersihkan usus
e. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa
atau asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfus
8. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium.Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak
banyak membantu.
b. Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5 mg/dl), elektrolit
serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl)).
c. Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
d. Pemeriksaan EKG.
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena
sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi,
sinus bradikardi, takikardi supraventrikuler,takikardi ventrikuler, fibrilasi
ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi
timbulnya aritmia pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia,
nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan
penyakit dasar jantung iskemik.
9. Pencegahan
a. Masak masakan sampai benar – benar matang karena racun akan tidak aktif dengan
pemanasan makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit, pada suhu 80 C selama 5
menit, selain itu spora juga tidak aktif dengan pemanasan 120 C
b. Letakkan bahan – bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh dari
jangakauan anak –anak
c. Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya
d. Hindari pemakaian botol / kaleng bekas
e. Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat – obatan
f. Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluarsa

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1) PENGKAJIAN
a) Identitas pasien
Identitas Pasien : mena, usia (bien terjadi pada sana usia), jenis kelamin 
terjadi pada orang renang, penyelam), pendidikan,
b) Riwayat Kesehatan setelah keracunan,ada magalsh lain sebagi pencetus
keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya,
c) Peneriksam Fisik
 Tanda-tanda vital
- Disiress pernapamn
- Sianosis
- Takipnoe, dispnes
- Hipoksia
 Neurologi IFO menyebabkan tingkat toksisitas lebih tinggi, efek-
efeknya termasuk letargi, peka rangsangan, pusing, stupor & koma
 Sirkulasi Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi, hipotensi
(pada kasus berat), aritmia jantung, pucat, sianosis, keringat banyak.
 Gl Tract
 Iritasi muhut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan esofagus,
mual dan muntah.
 kardiovaskuler
disritmia
d) Pada pemeriksaan ADL (Activiry Daily Living) data yang mungkin muncul
adalah sebagai berikut :
 Aktifitas dan istirahat : Keletihan, kelemahan , malaise, hiporefleksi
 Makam Cairan Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati,
perubahan turgor
 Eliminasi Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinariabising
usus menurun,kerusakan ginjal, perubahan wama urin contoh kuning
pekat,merah, coklat.
 Nyaman/ nyeri Nyeri tubuh, sakit kepala, perilaku
berhati-hati/distraksi,gelisah.
 Keamanan Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, asidemia.
e) Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil sebagai berikut :
 Enitrosit menurun
 Proteanuria
 Hematuna
 Hipoplasi sumsum tulang

2) DIAGNOSA
a) Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
b) Defisit volume cairan b.d muntah, diare
c) Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2
Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan SLKI SDKI


1. Pola nafas infektif b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
obstruksi keperawatan ...x... jam, maka pola Observasi
trakheobronkeal nafas tidak efektif menigkat dengan - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
kriteria hasil : - Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
- Penggunaan otot bantu nafas wheezing, ronkhi)
menurun - Dispnea menurun
- Pemanjangan fase ekspirasi menurun
- Frekuensi nafas membaik
- Kedalaman nafas membaik
2. Defisit volume cairan b.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Gangguan Makan
muntah, diare selama ........ jam, maka status Observasi :
nutrisimembaik dengan kriteria hasil : 1. Monitor asupan dan keluarnya makanan
- Kekuatan otot pengunyah meningkat dan cairan serta kebutuhan kalori
- Kekuatan otot menelan meningkat Terapiutik :
- Serum albumin meningkat 1) Timbang berat badan secara rutin
- Ungkapan keinginan untuk 2) Diskusikan perilaku makanan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk
meningkat nutrisi meningkat olahraga) yang sesuai
- Pengetahuan tentang pilihan 3) Laukan kontrak perilaku (misal, target berat badan,
makanan/minuman yang sehat tanggungjawab perilaku)
meningkat 4) Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan
perubahan perilaku
5) Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai kontrak
6) Rencanakan program pengobatan untuk perawatan dirumah

Edukasi :
1) Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi
pemicu pengeluaran makanan (misal, pengeluaran yang
disengaja, muntah, aktivitas berlebih)
2) Ajarkan pengaturan diet yang tepat
3) Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah
perilaku makan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target
berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
3. Gangguan perfusi Setelah dilakukan intervensi keperawatan PERAWATAN SIRKULASI (I.02079)
jaringan b.d kekurangan selama ........ jam, maka status a. Definisi
O2 nutrisimembaik dengan kriteria hasil Mengidentifikasi dan merawat area lokal dengan keterbatsan sirkulasi
perifer
b. Tindakan
1. Observasi
 Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer, edema, pengisian
kalpiler, warna, suhu, angkle brachial index)
 Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes,
perokok, orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
 Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
2. Terapeutik
 Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas pada
keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang
cidera
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan perawatan kaki dan kuku
 Lakukan hidrasi
3. Edukasi
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
 Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika perlu
 Anjurkan minum obat pengontrol tekakan darah secara teratur
 Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
 Ajurkan melahkukan perawatan kulit yang tepat(mis.
Melembabkan kulit kering pada kaki)
 Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
 Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi( mis.
Rendah lemak jenuh, minyak ikan, omega3)
 Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan( mis. Rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya rasa)
LAPORAN KASUS

KERACUNAN

DISUSUN OLEH:

LIISTARI

202191004

PRODI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM


JAMBI
2021
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. A DENGAN

KERACUNAN MAKANAN

kasus :

Tuan A di bawa kepuskesmas kertapati oleh istrinya setelah makan tempe . istri klien

mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe bongkrek.kondisi

klien mengalami penurunan kesadaran somnolen, muntah, diare, dehidrasi dan pusing. Dari
hasil pengkajian sementara didapatkan Tekanan darah : 100/60 mmHg ,BB : 45 kg (BB
semula 55 kg) Nadi : 67 x/ menit (70-80 x/menit), RR : 23 x/menit (N:16-20x/menit) Suhu :
360C (36,5- 37,5 0C) istri klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat elergi
sebelumnya.

A. PENGKAJIAN

1) Identitas klien

Nama klien : Tn. A

Usia : 26 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal masuk : 14 febuari 2014

No. Register : 0903055

Diagnosa medik : Keracunan Makanan

2) Keluhan utama

Klien mengalami penurunan kesadaran yaitu somnolen, muntah setelah makan


tempe, pusing.

3) Airway
Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh sputum/lendir. RR : 23 x/ menit,
cepat dan dangkal

4) Breathing

Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan, Irama pernafasan : cepat,


Kedalaman : dangkal. RR : 23 x/ menit.

5) Circulation

Tekanan Darah pasien : 100/60 mmHg (kuat dan regular), Nadi : 67 x/menit,
capillary refill : <2 dtk="" sianosis="" span="" terdapat="" tidak="">, EKG
menunjukkan sinus bradikardia.

6) Disability

Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2

7) Exposure and enviromental control : buka baju penderita, tapi cegah hipotermia
8) Tingkat kesadaran somnolen. Pengkajian dilakukan alloanamnesa dengan keluarga
klien
9) Riwayat Kesehatan Sekarang
Istri klien mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan
tempe bongkrek.
10) Riwayat Kesehatan Dahulu

Istri klien mengatakan klien belum pernah dirawat dirumah sakit.

11) Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga klien tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama
dengan klien.

12) Anamnesa singkat

Istri klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi.

13) Pemeriksaan head to toe


- Kepala : mesosephal, klien berambut lurus dan panjang, dan tidakrontok
- Mata : besar pupil kanan kiri 2 dan reaksi pupil keduanya (+) terhadap cahaya
kunjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
- Telinga : bersih tidak terdapat serumen dan tidak mengalami gangguan
pendengaran
- Hidung : Bentuk hidungnya simetris, tidak terdapat polip pada hidung.
- Wajah : wajah klien tampak simetris.
- Mulut : tampak hipersekrasi kelenjar ludah, mukosa mulut basah, bibir basah.
- Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
- Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk, RR 23 x/menit, cepat dan dangkal,
HR 55x/menit, suara jantung s1 dan s2 tunggal.
- Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak ada luka
memar, peristaltik usus 8x/mnit, perkusi hipertimpani.
14) Pemeriksaan tanda-tanda vital:
- Tekanan darah : 100/60 mmHg
- BB : 45 kg (BB semula 55 kg)
- Nadi : 67 x/ menit (70-80 x/menit)
- RR : 23 x/menit (N:16-20x/menit)
- Suhu : 360C (36,5-37,5 0C)
ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: obstruksi jalan nafas Bersihan jalan nafas tidak
- Klien mengatakan efektif
sesak dan tidak bisa
mengeluarkan dahak
DO:
- Terdapat sumbatan
pada jalan nafas oleh
sputum/lendir.
- RR : 23 x/ menit,
cepat dan dangkal

DS: Nutrisi kurang dari


intake tidak adekuat
- Klien mengatakan kebutuhan
( Anoreksia, Mual dan
muntah setelah makan
Muntah)
tempe, pusing.
DO:
- Klien tampak
mualdan muntah
beberapa kali

DIAGNOSA

a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
b) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
( Anoreksia, Mual dan Muntah
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan SLKI SDKI


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Napas
berhubungan dengan obstruksi selama … x 24 jam diharapkan Status - Monitor pola napas (frekuensi,kedalaman, usaha
jalan nafas pernapasan membaik dengan kriteria hasil: napas)
kepatenan jalan napas. - Monitor bunyi napas tambahan (mis.gurgling,
- Frekuensi pernafasan (5) tidak ada mengi, wheezing, ronkhi kering)
deviasi dari kisaran normal. - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
- Irama pernafasan (5) tidak ada - Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head tilt
deviasi dari kisaran normal. dan chin lift (jaw thrust) jika curiga trauma servikal
- Kedalaman inspirasi(5) tidak ada - Posisikan semi fowler atau fowler
deviasi dari kisaran normal. - Berikan minum hangat
- Kemampuan untuk mengeluarkan - Lakukan fisioterapi dada
secret (5) tidak ada deviasi dari - Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
kisaran normal. - Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
- Suara nafas tambahan (5) tidak ada. endotrakeal
- Pernafasan cuping hidung (5) tidak - Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
ada. Mcgill
- . Batuk (5) tidak ada. - Berikan oksigen
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak
kontraindikasi
- . Ajarkan teknik batuk efektif
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukoliti
2. Defisit volume cairan b.d muntah, Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Gangguan Makan
diare selama ........ jam, maka status Observasi :
nutrisimembaik dengan kriteria hasil : 1. Monitor asupan dan keluarnya makanan
- Kekuatan otot pengunyah meningkat dan cairan serta kebutuhan kalori
- Kekuatan otot menelan meningkat Terapiutik :
- Serum albumin meningkat 7) Timbang berat badan secara rutin
- Ungkapan keinginan untuk meningkat 8) Diskusikan perilaku makanan dan jumlah aktivitas fisik
nutrisi meningkat (termasuk olahraga) yang sesuai
- Pengetahuan tentang pilihan 9) Laukan kontrak perilaku (misal, target berat badan,
makanan/minuman yang sehat tanggungjawab perilaku)
meningkat 10) Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target
dan perubahan perilaku
11) Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai
kontrak
12) Rencanakan program pengobatan untuk perawatan
dirumah

Edukasi :
4) Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan
dan situasi pemicu pengeluaran makanan (misal,
pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas
berlebih)
5) Ajarkan pengaturan diet yang tepat
6) Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian
masalah perilaku makan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target
berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


1. Bersihan jalan nafas Manajemen Jalan Napas S:
tidak efektif - Memonitor pola napas (frekuensi,kedalaman, usaha - Klien mengatakan sesak dan tidak
berhubungan dengan napas) bisa mengeluarkan dahak
obstruksi jalan nafas - Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma) O:
- mempertahankan kepatenan jalan napas dengan head - Terdapat sumbatan pada jalan nafas
tilt dan chin lift (jaw thrust) jika curiga trauma servikal oleh sputum/lendir.
- memposisikan semi fowler atau fowler - RR : 23 x/ menit, cepat dan dangkal
- melaakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik A:
- memberikan oksigen Masalah belum teratasi

- mengajarkan teknik batuk efektif P: intervensi dilanjutkan

- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,


mukoliti
2. Defisit volume cairan Manajemen Gangguan Makan S:
b.d muntah, diare Observasi : - Klien mengatakan muntah setelah
1. Memonitor asupan dan keluarnya makanan makan tempe, pusing.
dan cairan serta kebutuhan kalori O:
Klien tampak mual dan muntah beberapa
Terapiutik : kali
1) menimbang berat badan secara rutin
2) mennjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan A:
situasi pemicu pengeluaran makanan (misal, pengeluaran Masalah belum teratasi
yang disengaja, muntah, aktivitas berlebih) P: intervensi dilanjutkan
3) mengajarkan pengaturan diet yang tepat
4) mengjarkan keterampilan koping untuk penyelesaian
masalah perilaku makan
Kolaborasi :
mengkolaborasi dengan ahli gizi tentang target
berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan
makanan

Anda mungkin juga menyukai