Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PADA KELUARGA NY. E DENGAN HIPERTENSI


DI RT 10 KELURAHAN MURNI

Dosen Pembimbing :
Ns. Miko Eka Putri, S. Kep, M. Kep

DISUSUN OLEH :
Amelia Ade Anggraini
2018.91.058

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
TAHUN AJARAN DESEMBER 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
HIPERTENSI

Topik : Hipertensi
Sub Topik : Penanganan Hipertensi
Sasaran : Keluarga Ny. E
Tempat : Di Rumah Ny. E RT.10 Kelurahan Murni
Hari / Tanggal : Jumat/ 13 Desember 2019
Waktu : 45 Menit

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang tidak menular yang menjadi masalah
kesehatan penting di seluruh dunia karena prevalensinya yang cukup tinggi dan terus
meningkat serta hubungannya dengan penyakit kardiovaskuler, stroke, retinopati, dan gagal
ginjal. Hipertensi juga menjadi faktor risiko terbesar yang menyebabkan kematian.
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri
secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole
konstriksi. Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan
melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila
berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010).
Riskesdas (2018) melaporkan bahwa di Indonesia prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk umur ≥ 18 tahun mengalami peningkatan yaitu 25,8% di tahun
2013 menjadi 34,1% pada tahun 2018. Sedangkan di Provinsi Jambi angka hipertensi
mencapai 30,2% di tahun 2013 dan meningkat hingga 32,8% di tahun 2018.
Banyaknya penderita hipertensi diperkirakan sebesar 15 juta bangsa Indonesia tetapi
hanya 4% yang mampu mengendalikan hipertensi (controlled hypertension). Yang dimaksud
dengan hipertensi terkendali adalah mereka menderita hipertensi dan sedang berobat
sehingga terkendali dari kemungkinan serangan kenaikan tekanan darah yang berlebihan
(Bustan, 2015).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan pengkajian
fisik didapatkan masalah di RT 10 Kelurahan Murni yaitu masalah di keluarga Ny. E
khusunya Ny. E yang mengalami hipertensi. Maka mahasiswa ingin melakukan upaya
pencegahan kecacatan bahkan yang mengancam jiwa akibat penyakit degeneratif yang
disebabkan oleh hipertensi Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
mengadakan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif (Hipertensi) dan
perawatannya sehingga dapat melakukan perawatan dini secara mandiri sebelum
berkonsultasi pada pusat pelayanan kesehatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan kunjungan 1x 45 menit diharapkan keluarga Ny.E mampu
mengetahui dan memahami tentang penyakit Hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga Ny.E mampu :
a. Menjelaskan pengertian dan klasifikasi tentang hipertensi
b. Menyebutkan penyebab dan faktor resiko hipertensi
c. Mengetahui tanda dan gejala hipertensi.
d. Menyebutkan akibat lanjut dari hipertensi
e. Menyebutkan pencegahan hipertensi
f. Memutuskan merawat anggota keluarga dengan hipertensi

C. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah dan tanya jawab

D. Sasaran
Sasaran pada penyuluhan ini adalah keluarga Ny. E.

E. Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah
1. Lembar Balik (Flipchart)
2. Leaflet
F. Waktu Kegiatan
Hari / tanggal : Jumat/ 13 Desember 2019
Pukul : 16.00 WIB
Tempat :Di Rumah Ny. E RT. 10 Kelurahan Murni

G. Setting Tempat

Keterangan :
Penyaji
Keluarga Ny. E

Materi

H. Uraian Kegiatan
Kegiatan
No Tahap Waktu Mahasiswa Keluarga
1. Pembukaan 5 menit 1) Mengucapkan salam 1) Menjawab salam
2) Memperkenalkan diri 2) Memperhatikan
3) Menjelaskan tujuan dan 3) Memperhatikan
kontrak waktu
4) Menyebutkan materi  yang 4) Memperhatikan
akan diberikan
2 Inti 20 menit 1) Mengkaji pengetahuan 1) Menjawab
keluarga tentang pengertian
Hipertensi
2) Memberikan reinforcement 2) Memperhatikan
positif
3) Menjelaskan tentang 3) Mendengarkan
pengertian  Hipertensi
4) Mengkaji pengetahuan 4) Menjawab
keluarga tentang
penyebab Hipertensi
5) Memberikan reinforcement 5) Memperhatikan
positif
6) Menjelaskan tentang 6) Mendengarkan
penyebab dan faktor resiko
Hipertensi
7) Mengkaji pengetahuan 7) Menjawab
keluarga tentang tanda dan
gejala Hipertensi
8) Memberikan reinforcement 8) Memperhatikan
positif
9) Menjelaskan tentang tanda 9) Mendengarkan
dan gejala Hipertensi
10) Mengkaji pengetahuan 10) Menjawab
keluarga tentang akibat
lanjut/komplikasi
Hipertensi
11) Memberikan reinforcement 11) Memperhatikan
positif
12) Menjelaskan tentang 12) Mendengarkan
pencegahan Hipertensi
13) Meminta keluarga 13) Memutuskan
memutuskan cara merawat
keluarga yang mengalami
Hipertensi
3. Penutup 5 menit 1) Mengevaluasi materi 1) Menjawab dan
dengan cara memberikan mendengarkan
pertanyaan
2) Mengucapkan salam 2) Menjawab salam
penutup

I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Pre planning telah dikonsulkan sesuai perencanaan.
b. 80% peserta menghadiri penyuluhan.
c. Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana.
2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.
b. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan.
c. 75 % keluarga Ny. E aktif dalam kegiatan penyuluhan
d. 80 % keluarga Ny.E tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
75 % Keluarga Ny. E mampu:
a. Menjelaskan pengertian dan klasifikasi tentang Hipertensi
b. Menyebutkan penyebab dan faktor resiko Hipertensi
c. Mengetahui tanda dan gejala Hipertensi.
d. Menyebutkan komplikasi/akibat lanjut Hipertensi
e. Menyebutkan pencegahan Hipertensi
f. Memutuskan merawat anggota keluarga dengan Hipertensi
LAMPIRAN 1
MATERI PENYULUHAN
HIPERTENSI

A. Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah
dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hipertensi juga
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik diatas 140 mmhg dan atau tekanan darah
diastolik diatas 90 mmHg yang terjadi pada seorang klien pada tiga kejadian terpisah
(Udjianti, 2011). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg (Price, 2005 dalam Aspiani, 2015).
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan
angka kematian (mortalitas) (Kushariyadi, 2008 dalam Aspiani, 2015).
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang akan memberi gejala lanjut
ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh
darah jantung) dan hipertropi ventrikel kanan (untuk otot jantung) (Bustan, 2015).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg
dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmhg, Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada
pembuluh darah, yang mengakibatkan makin tingginya tekanan darah (Muttaqin, 2014).

B. Penyebab
Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang merupakan bentuk dari
arterioklerosis (pengerasan arteri). Antherosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang
progresif pada dinding arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena
sel-sel otot arteri tertimbun lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi penyempitan
pada arteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah
kemudian mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran darah
menyebabkan beban jantung bertambah berat yang dimanisfestasikan dalam bentuk
hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolik karena gangguan relaksasi
ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam system sirkulasi.
(Hull, 1996; dalam Panggabean 2006, Bustan 2007). Berdasarkan uraian patofisiologi
hipertensi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri.
Penimbunan lemak terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume
cairan darah ke jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian terjadi
penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah tidak dapat diatur yang
artinya beban jantung bertambah berat dan terjadi gangguan diastolic yang mengakibatkan
peningkatan tekanan darah.
Selain itu, menurut Udjianti (2010), berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi
menjadi dua golongan yaitu hipertensi esesnsial atau hipertensi primer dan hipertensi
sekunder
a. Hipertensi Esensial (Primer)
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi untuk
mendapatkan penyakit ini.
2) Jenis kelamin
Laki-laki berusia 30-50 tahun dan wanita pasca menopause beresiko tinggi untuk
mengalami hipertensi.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi.
4) Obesitas
Obesitas dinilai dari > 25 % dari BB ideal dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi.
5) Gaya hidup
Merokok dan mengkonsumsi alcohol dapat meningkatkan tekanan darah.
b. Hipertensi Sekunder
1) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Oral kontrasepsi yang berisi ekstrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui
mekanisme renin-aldosteron-mediated volume expansion.
2) Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal.
Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri
besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal.
3) Gangguan Endokrin.
Adrenal-mediated hypertension disebabkan kelebihan primer aldosenteron, kortisol,
dan katekolamin. Pada aldosteronime primer, kelebihan aldosteron menyebabkan
hipertensi dan hipokalemia.
4) Coarctation aorta
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat
pada aorta torasik atau aorta abdominal.
5) Neurogenik : tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik.
6) Kehamilan.
7) Luka bakar.
8) Peningkatan volume intravaskuler.
9) Merokok : nikotin dalam merokok merangsang pelepasan katekolamin.

C. Klasifikasi
a) Klasifikasi berdasarkan etiologi :
1) Hipertensi esensial (Primer)
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi, dimana sampai saat ini belum
diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam
terjadinya hipertensi esensial, seperti: faktor genetik, stress dan psikologis, serta
faktor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya asupan
kalium dan kalsium). Umumnya gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada
organ tertentu seperti ginjal, mata, otak dan jantung.
2) Hipertensi sekunder
Penyebab dan patofisiologi pada hipertensi sekunder dapat diketahui dengan pasti
sehingga lebih mudah dikendalikan dengan obat-obatan. Penyebab hipertensi
sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal, tumor, kanker, diabetes, kelainan
adrenal, kelaianan aorta, kelainan endokrin, obesitas, resistensi insulin dan pemakaian
obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid (Wijaya & Putri, 2013).
b) Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi :

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut European Society Of Cardiology

Tekanan sistolik Tekanan diastolik


Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal 120-129 80-84
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat
160-179 100-109
II
Hipertensi derajat
> 180 > 110
III
Hipertensi sistolik
> 190 < 90
terisolasi
Sumber: ESC, 2007 dalam Wijaya & Putri (2013).

B. Tanda dan Gejala


Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus.Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu
1. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
2. Sering gelisah
3. Wajah merah
4. Tengkuk terasa pegal
5. Mudah marah
6. Telinga berdengung
7. Sukar tidur
8. Sesak napas
9. Rasa berat ditengkuk
10. Mudah lelah
11. Mata berkunang-kunang
12. Mimisan ( keluar darah dari hidung)
C. Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Hipertensi
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau
tidak dapat dikontrol, antara lain:
1. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun
wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang
belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol
HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya
imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen
tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang
umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita
sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa
muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita.Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan
hormon setelah menopause (Marliani, 2007).
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang
berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal
ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis
obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus ,
hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi
pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah
menopause.
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan
usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama,
terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya
arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya
penyesuaian diri.
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian
sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan
serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan
kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan.
Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%
kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk,
2009). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).
Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan darah tinggi
cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua anda
ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda akan mempunyai peluang
sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua
mempunyai tekanan darah tingi maka peluang anda untuk terkena penyakit ini akan
meningkat menjadi 60%.
2. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:
a. Obesitas
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori
sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu
sebabnya berat badan meningkat.Obesitas dapat memperburuk kondisi
lansia.Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti
artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal.Pada penderita
hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.Obesitas beresiko
terhadap munculnya berbagai penyakit jantung dan pembuluh darah.Marliani juga
mengemukakan bahwa penderita hipertensi sebagian besar mempunyai berat badan
berlebih, tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang berat badanya normal
(tidak obesitas) dapat menderita hipertensi.Curah jantung dan sirkulasi volume
darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan berat
badannya normal. (Marliani,2007).
b. Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga
menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat
karena adanya kondisi tertentu.
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.Orang-orang yang tidak aktif cenderung
mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa
semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri.Latihan fisik berupa berjalan
kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan
peredaran darah.Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada
peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon
Health Science kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik
dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol
LDL (Low Density Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri
(Rohaendi, 2008).
c. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah.Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya
stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort
prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital,
Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi,
51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok
1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang
perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam
penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan
kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).
d. Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi. Kadar yodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol
(sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang
berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler
meningkat.Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga
volume cairan ekstraseluler meningkat.Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi.(Wolff, 2008).
e. Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan
organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan
termasuk salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).
f. Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi
mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi
meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
g. Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat
perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan
dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota
(Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan Stress akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan
pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
D. Komplikasi
Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung bekerja lebih
keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan
lebih cepat. Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung dua kali dan meningkatkan
resiko stroke delapan kalindibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.
Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada
ginjal dan kebutaan.Penelitian juga menunjukkan bahwa hipertensi dapat mengecilkan
volume otak, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi kognitif dan intelektual.Yang
paling parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak.
1. Penyakit jantung koroner dan arteri
Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin
mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan
dengan kondisi arteri yang mengeras ini.
2. Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak
mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh.Kondisi ini terjadi karena
kerusakan otot jantung atau system listrik jantung.
3. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi
pecah.Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak
yang dapat berakibat kematian.Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari
gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.
4. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal,
yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh.Dengan adanya gangguan tersebut,
ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah.Gagal
ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.
5. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga
mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.
E. Pencegahan Hipertensi
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut bukunya
(Gunawan, 2001),dengan cara sebagai berikut:
1. Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk
diet setiap hari.
2. Menghindari kegemukan (obesitas)
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (BB) normal atau
tidak berlebihan.Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat
badan normal.
3. Membatasi konsumsi lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu
tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan
kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol
bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan
demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah
hipertensi.
4. Olahraga teratur
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan
endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan
menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti
gerak jalan, berenang, naik sepeda.Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang
menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan
dapat menimbulkan hipertensi.
5. Makan banyak buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang
banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah.
6. Latihan relaksasi atau meditasi
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa.
Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil
membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan.Relaksasi dapat pula
dilakukan dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi.
7. Berusaha membina hidup yang positif
Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau
tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi
setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan
individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun
timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha
membina hidup yang positif.
Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah sebagai berikut:
a. Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah.
b. Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu untuk
kegiatan santai.
c. Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain
menyelesaikan bagiannya.
d. Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai.
e. Cobalah menolong orang lain.
f. Menghilangkan perasaan iri dan dengki.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Diva Press
Arikunto, S. 2013. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Asikin, M. dkk. 2016. Keperawatan medikal bedah: Sistem Kardiovaskuler. Jakarta:
Erlangga
Aspiani,R.L. 2015. Buku ajar asuhan keperawatan gangguan kardiovaskuler aplikasi NIC &
NOC.Jakarta: EGC.
Bare BG., Smeltzer SC. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC.
Bustan, M.N. 2015. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka
Cipta
Depkes RI. 2012. Masalah hipertensi di Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Erwanto, R. dkk. 2017. Lansia dan keperawatan keluarga. Yogyakarta: Nuha medika
Hidayat, A.A. 2017. Metode penelitian keperawatan dan kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika
Khairani, L & Fadhila, E. 2015. Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Yayasan Babus Salam Nurul
Hikmah Tahun 2015. di akses dari
https://ojs.stikesrshajimdn.ac.id/index.php/jsh/article/view/49 pada tanggal
08/12/2019 jam 14:04
Kowalski, R.E. 2010. Terapi Hipertensi program 8 minggu. Bandung: Qanita
Kemenkes RI. 2018. Hasil utama RISKESDAS 2018. Jakarta: Kemenkes RI.
Kuswardhani T. 2007. “Penatalaksaan Hipertensi Pada Lanjut Usia”. Jurnal. Denpasar :
Unud.
Lolo, L.L., & Rusmadewi, K.A. 2017. Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi diwilayah kerja Puskesmas Cendana
Putih II tahun 2017. Jurnal Voice of Midwifery, Vol 6, No.8, 56-58 di akses dari
www.ejournal.akbidmuhpalopo.ac.id/index.php/VoM/issue/view/3 pada tanggal
08/12/2019 jam 14:40
Lingga Lani. 2012. Bebas hipertensi tanpa obat. Jakarta Selatan: PT Agro Media Pustaka
Muhammad, S. 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke dan Serangan
Jantung. Jakarta: Keen Books
Muttaqin, A. 2014. Buku ajar Asuhan keperawatan klien dengan Gangguna sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Marliani L, dkk. 2007. 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta : PT Elex Media
Peter, Hanns W. 2009. Hipertensi. Diterjemahkan oleh Lily Endang Joeliani. Jakarta : PT
Bhuana Ilmu Populer.
Rahmawati., P.M dkk. 2018. Efektifitas Progresive Muscle Relaxation (PMR) terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. The Indonesian Journal of
Health Science, ISSN: 2087-5053, 188-193 di akses dari
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/TIJHS/article/view/154/ pada tanggal
08/12/2019 jam 22:20
Rohaendi. 2008. Treatment Of High Blood Pressure. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama
Rudianto, Budi F. 2013. Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Sakkhasukma.
Setyoadi & Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogenetrik.
Jakarta: Salemba Medika
Soewondo, S. 2017. Stres, Manajemen stres dan Relaksasi Progresif. LPSP3 Depok: UI
Sutanto. 2011. CEKAL (Cegah & Tangkal) PENYAKIT MODERN. CV. Yogyakarta: Andi
offset
Sutanto. 2009. Awas 7 Penyakit Degeneratif. Yogjakarta : Paradigma Indonesia
Triyanto, E. 2014. Pelayanan keperawatan bagi penderita hipertensi secara terpadu.
Yogyakarta: Graha ilmu
Udjianti, W.U. 2011. Keperawatan kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika
Udjianti,W.J. 2010. Keperawatan kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Wijaya, A.S., & Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa)
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha medika

Anda mungkin juga menyukai