Anda di halaman 1dari 27

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

RESIKO HIPERTENSI PADA LANSIA

NAMA KELOMPOK :
AHMAD SAMBAS SUTISNA ( 219050)
CICA ROSITA SARI ( 219055 )
EVA ARTIAWATI ( 219060 )
GINTI NUR SAPITRI ( 219064 )
LEVYA AFRILIZA P ( 219068 )
NOVIANTI ISNAENI ( 219073 )
NURZALILLAH LISTIANA ( 219077 )
SANDI SOPIAN ( 219082 )
SITI NURBAETI ( 219084 )
TINI APRILIA LESMANA ( 219088 )
YUMELIA RAHAYU ( 219093)

PRODI S1 KEPERAWATAN 2B
STIKEP PPNI JAWA BARAT
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Penyakit Tidak Menular


Sub Pokok Bahasan : Hipertensi dan Penanganannya pada Lansia
Sasaran : Masyarakat
Target : Lansia dan keluarga
Hari/Tanggal : Senin, 09 Oktober 2020
Waktu : 15 menit
Tempat : Padalarang dan pangalengan Jawa Barat
Penyuluh : Kelompok 4 Mahasiswa S1-2B STIKep PPNI JABAR

A. Latar Belakang
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensinya yang terus
meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas
fisik dan stres psikososial. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.
Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini
terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya
meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan
pengobatan secara adekuat. Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa
8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.
Hasil SKRT 1995, 2001 dan 2004 menunjukkan penyakit kardiovaskuler merupakan
penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20–35% dari
kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi. Dari hasil catatan kegiatan posyandu
lansia yang dilakukan satu bulan sekali di banjar bumi santhi, terdapat 7 lansia
menderita hipertensi dari 20 orang lansia yang berobat.

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala


yang akan berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (untuk otak), penyakit
jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan left ventricle hypertrophy (untuk
otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi adalah
penyebab utama stroke yang membawa kematian tinggi. Menurut Gunawan (2001)
penyebab hipertensi diantaranya karena faktor keturunan, ciri dari perseorangan serta
kebiasaan hidup seseorang. Seseorang memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. Oleh karenanya
pengelolaan hipertensi oleh keluarga sangat penting untuk mencegah terjadinya
hipertensi dan menanggulangi komplikasi akibat hipertensi.
Penatalaksanaan hipertensi seperti kepatuhan diet, modifikasi lingkungan, dan
sebagainya merupakan hal penting yang dapat mengontrol hipertensi pada lansia.
Dalam melaksanakan pengobatan hipertensi ini, dukungan dan motivasi kepada lansia
penting dilakukan oleh keluarga, karena keluarga memberikan pengaruh yang penting
dalam mempercepat kesembuhan lansia. Dengan pemberian edukasi yang dilakukan
oleh perawat kepada keluarga mengenai hipertensi dan cara penanggulangannya
diharapkan tekanan darah lansia berada dalam kisaran normal serta mencegah
terjadinya kekambuhan stroke pada anggota keluarga yang menderita stroke
sebelumnya akibat hipertensi.
B. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, lansia dan keluarga
mengetahui tentang penyakit hipertensi dan penatalaksanaannya.
C. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 15 menit, diharapkan sasaran
penyuluhan dapat mengetahui tentang:
a. Pengertian Hipertensi
b. Penyebab Hipertensi
c. Tanda dan gejala Hipertensi
d. Perawatan keluarga pada lansia Hipertensi
e. Pencegahan Hipertensi
f. Komplikasi Hipertensi
D. Metode : ceramah dan diskusi
E. Media : Leaflet
Poster
F. PENGORGANISASIAN & URAIAN TUGAS
1. Protokol / Pembawa acara :
a) Membawa acara
b) Membuka Acara
c) Menyambut Pemateri
d) Menghidupkan acara
e) Mempersilahkan pemateri
f) Menutup Acara
2. Penyuluh / Pengajar :
a) Menyampaikan materi
3. Fasilitator :
a) Memfasilitasi yang bertanya
b) Mengarahkan yang bertanya
4. Observe :
a) Mengamati proses penyuluhan
b) Mencatat selama proses penyuluhan ada hambatan ataupun tidak,peserta
antusias atau tidak,pemateri melaksanakan dengan baik atau tidak

G. PROSES PELAKSANAAN

No Kegiatan Waktu Penyuluh Peserta


1 Pendahuluan 2 Menit  Salam pembuka  Menjawab salam
 Menyampaikan tujuan  Menyimak
penyuluhan  Mendengarkan dan
 Kontrak waktu menjawab pertanyaan
penyuluhan
2 Kerja 10 Menit  Penyampaian garis  Mendengarkan dengan
besar materi: penuh perhatian
a) Pengertian  Menanyakan hal-hal yang
hipertensi belum jelas
b) Penyebab  Memperhatikan jawaban
hipertensi dari penceramah
c) Tanda dan
gejala hipertensi
d) Perawatan
keluarga pada
lansia hipertensi
e) Pencegaha
n hipertensi
f) Komplika
si hiperten
 Memberi kesempatan
lansia dan keluarga
untuk bertanya
 Menjawab pertanyaan
 Evaluasi

3 Penutup 3 Menit  Menyimpulkan  Mendengarkan


 Salam penutup  Menjawab salam
 Kontrak waktu
penyuluhan
berikutnya

H. EVALUASI
A. Acara dihadiri oleh:
1. Mahasiswa: kelompok 4
2. Peserta : 5 orang
B. Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan satuan acara penyuluhan:
1. Evaluasi struktur
a. Pemateri melakukan pemaparan dengan baik
b. Jumlah peserta yang hadir penyuluhan minimal 85 %
c. Tempat untuk kegiatan sudah ditentukan sehari sebelum kegiatan penyuluhan
yaitu diselenggarakan di Kp.Cihampelas Rt 05/Rw 05
d. Peserta yang mengikuti penyuluhan 5 orang dan media yang digunakan leaflet
dan poster yang sudah siap sehari sebelum penyuluhan
e. Pembagian tugas untuk tim penyuluhan sudah siap ditempat penyuluhan 2 jam
sebelum acara dimulai yakni pukul 11.00
2. Evaluasi proses
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan pukul 13.00 wib
b. Sesampainya ditempat penyuluhan para peserta duduk diruang tunggu yang telah
disiapkan dan tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memakasi masker dan
menggunakan handsainitizer
c. Acara penyuluhan dimulai dengan pembukaan oleh moderator dengan memberi
salam, perkenalan nama-nama anggota kelompok penuluhan, melakukan kontrak
waktu dan menjelaskan kegiatan penyuluhan
d. Penyuluhan di mulai dengan penjelasan tentang hipertensi pada lansia oleh
penyaji materi penyuluhan
e. Peserta nampak antusias dan kooperatif dalam mengikuti penyuluhan dan dapat
menjelaskan kembali tentang pengertian hipertensi, tanda, gejala, pencegahan,
pengobatan hipertensi pada lansia
Hasil diskusi
- 75% peserta mampu mengikuti satuan acara penyuluhan
- 80% peserta mengikuti kegiatan penyuluhan dengan aktif
- 100% peserta mengikuti acara penyuluhan dari awal hingga akhir
Diskusi
1.) Apa akibat dari hipertensi yang dibiarkan begitu saja?
Jika dibiarkan bisa saja mengakibatkan penyakit lain,seperti stroke,bahkan
juga yang paling parah itu kematian.
2.) Kenapa hipertensi bisa sampai menyebabkan stroke ringan?
Ya jawabannya nyambung dari pertanyaan tadi .. karena darah terlalu
tinggi sehingga bisa terjadi pembuluh darah menyempit, bocor, pecah, atau
tersumbat. Hal ini dapat mengganggu aliran darah yang membawa oksigen
dan nutrisi ke otak. Jika hal ini terjadi, sel-sel dan jaringan otak pun akan mati
dan menyebabkan terjadinya stroke. Diibaratkan balon diisi terus menerus
dengan air tanpa henti akan pecah,begitu juga dengan saluran darah kita , kecil
diisi terus dengan darah yang sangat banyak ya sama hal dengan balon tadi.
F. Hasil evaluasi
Dari pelaksanaan penyuluhan bagi tiap anggota kelompok antara lain:

1. MC
- Mampu memberi tahu segala hal yang kurang dan yang perlu disiapkan
- Mampu menyampaikan salam, memperkenalkan anggota kelompok,
menyampaikan tujuan dari pelaksanaan penyuluhan
2. Penyaji
- Menguasai materi dan mampu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
oleh peserta
- Mampu memepertahankan kontak mata dan menggunakan bahasa yang sopan
dan mudah dimengerti oleh peserta dalam menyampaikan materi yang
dibawakan
3. Fasilitator
- Mampu memfasilitasi jalannya acara penyuluhan
- Berkoordinasi dengan anggota lain dalam menyiapkan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan
4. Peserta
Terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 75%

I. PENGORGANISASIAN
Pembawa acara : Ginti Nur Sapitri dan Eva Artiawati
Pembicara : Cica Rosita Sari, Levya Afriliza, dan Nurzalilah Listiana
Observer : Novianti, Sandi Sopian, dan Tini Aprillia
Fasilitator : Ahmad Sambas, Siti Nurbaeti, dan Yumelia
Pembimbing : Bu Vita Lucya, M.kep
J. SETTING TEMPAT
Denah:

Penyuluh
Fasilitator sasaran fasilitator sasaran fasilitator sasaran
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi secara umum adalah tekanan darah persisten dimana tekanan darah
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya diatas 90 mmHg tetapi
pada populsi lansia didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan diastoliknya
90 mmHg (Brunner and Suddarth, 2002).
Menurut WHO yang dikutip oleh Slamet Suyono (2001:253) batas tekanan darah
yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan
atau lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Secara umum seseorang
dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastolik 140/90 mmHg
(normalnya 120/80 mmHg).
Menurut Jan A. Staessen, et.al., Seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan
darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg atau tekanan darah diatolik (TDD) ≥ 90 mmHg.
Menurut Kaplan : Pria usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila
tekanan darah pada waktu berbaring atau sama dengan 130/90 mmHg. Pria usia lebih
dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya diatas 145/95 mmHg.
Pada wanita tekanan darah diatas atau sama dengan 160/90 mmHg dinyatakan
hipertensi.
B. Penyebab Hipertensi

Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol


1) Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar
risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena
hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar
sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar
40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan
elastisitasnya atau kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya usia,
kebanyakan orang hipertensinya meningkat ketika berumur lima puluhan dan
enam puluhan. Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi
meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling
sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila
tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan
oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila
perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya
hipertensi.
2) Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka
yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka
prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatera
Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta
(Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita. Ahli lain mengatakan
pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar
2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik. Sedangkan menurut Arif Mansjoer,
dkk, pria dan wanita menapouse mempunyai pengaruh yang sama untuk
terjadinya hipertensi. Menurut MN. Bustan bahwa wanita lebih banyak yang
menderita hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya
hormon estrogen pada wanita.
3) Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai
hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang
menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena
hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi
dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Dari data
statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi. Menurut Sheps,
hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua
kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25%
kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai
hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.
4) Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot
(satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang
mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara
alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan
hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul
tanda dan gejala.

b. Faktor yang dapat diubah/dikontrol


1) Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok dengan
peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya,
risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari.
Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi
dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan
karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah
dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan hipertensi. Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab
meningkatnya tekanan darah segara setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia
lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil
didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik
nikotin sudah mencapai otak.
Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal
untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik
maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada
ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek
nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan
perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi
sepanjang hari.
2) Konsumsi Asin/Garam
Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam
dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme
timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui
peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan
diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan
hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi esensial
mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh. Reaksi
orang terhadap natrium berbeda-beda. Pada beberapa orang, baik yang sehat
maupun yang mempunyai hipertensi, walaupun mereka mengkonsumsi natrium
tanpa batas, pengaruhnya terhadap tekanan darah sedikit sekali atau bahkan tidak
ada. Pada kelompok lain, terlalu banyak natrium menyebabkan kenaikan darah
yang juga memicu terjadinya hipertensi. Garam merupakan faktor yang sangat
penting dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan
pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari
3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika
asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi
15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Garam
menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan diluar sel
agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada
manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah
rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-
rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari
setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari. Menurut Alison Hull,
penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium dengan hipertensi
pada beberapa individu. Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh
meretensi cairan yang meningkatkan volume darah.
3) Konsumsi Lemak Jenuh
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat
badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga
meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan
darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang
bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya
yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber
dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.
4) Penggunaan Jelantah
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai untuk
menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang telah rusak. Bahan
dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung
dan lain-lain. Meskipun beragam, secara kimia isi kendungannya sebetulnya tidak
jauh berbeda, yakni terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak
tidak jenuh (ALTJ). Dalam jumlah kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida,
sterol, asam lemak bebas, lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan protein. Hal
yang menyebabkan berbeda adalah komposisinya, minyak sawit mengandung
sekitar 45,5% ALJ yang didominasi oleh lemak palmitat dan 54,1% ALTJ yang
didominasi asam lemak oleat sering juga disebut omega-9. minyak kelapa
mengadung 80% ALJ dan 20% ALTJ, sementara minyak zaitun dan minyak biji
bunga matahari hampir 90% komposisinya adalah ALTJ. Penggunaan minyak
goreng sebagai media penggorengan bisa menjadi rusak karena minyak goreng
tidak tahan terhadap panas. Minyak goreng yang tinggi kandungan ALTJ-nya pun
memiliki nilai tambah hanya pada gorengan pertama saja, selebihnya minyak
tersebut menjadi rusak. Bahan makanan kaya omega-3 yang diketahui dapat
menurunkan kadar kolesterol darah, akan tidak berkasiat bila dipanaskan dan
diberi kesempatan untuk dingin kemudian dipakai untuk menggoreng kembali,
karena komposisi ikatan rangkapnya telah rusak.
Minyak goreng terutama yang dipakai oleh pedagang goreng-gorengan
pinggir jalan, dipakai berulang kali, tidak peduli apakah warnanya sudah berubah
menjadi coklat tua sampai kehitaman. Alasan yang dikemukakan cukup sederhana
yaitu demi mengirit biaya produksi. Dianjurkan oleh Ali Komsan, bagi mereka
yang tidak menginginkan menderita hiperkolesterolemi dianjurkan untuk
membatasi penggunaan minyak goreng terutama jelantah karena akan
meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan yang dapat menyebabkan
aterosklerosis dan hal ini dapat memicu terjadinya penyakit tertentu, seperti
penyakit jantung, darah tinggi dan lain-lain.
5) Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat
cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui
secara pasti. Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu
banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum
atau minum sedikit. Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai
karena survei menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan
konsumsi alkohol. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih
belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume
sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan tekanan
darah. Diperkirakan konsumsi alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-
20% dari semua kasus hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman
berakohol per hari meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali.
6) Obesitas
Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh >
25 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga merupakan salah satu
faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari populasi
penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita
hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas.
Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf
simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.
Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap hipertensi.
Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45
menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan
darah. Selain itu dengan kurangnya olah raga maka risiko timbulnya obesitas akan
bertambah, dan apabila asupan garam bertambah maka risiko timbulnya hipertensi
juga akan bertambah. Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi
makanan yang mengandung tinggi lemak.
Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab.
Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok
oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Oleh karena itu, penurunan berat badan
dengan membatasi kalori bagi orang-orang yang obes bisa dijadikan langkah
positif untuk mencegah terjadinya hipertensi. Berat badan dan indeks Massa
Tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita
hipertensi ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih.

7) Olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.
Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas
dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi.
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena
meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga
cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot
jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan
sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada
arteri.
8) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila
stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap
tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang
percobaan yang diberikan pemaparan tehadap stress ternyata membuat
binatang tersebut menjadi hipertensi. Menurut Sarafindo (1990) yang dikutip
oleh Bart Smet, stres adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara
individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-
tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya sistem biologis,
psikologis dan sosial dari seseorang. Stres adalah yang kita rasakan saat
tuntutan emosi, fisik atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya
dan kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif. Namun harus
dipahami bahwa stres bukanlah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar itu.
Stres adalah respon kita terhadap pengaruh-pengaruh dari luar itu. Stres atau
ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa
marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih
cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres
berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga
timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat
berupa hipertensi atau penyakit maag. Menurut Slamet Suyono stres juga
memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal ini diduga melalui saraf simpatis
yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stress
berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang
menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan
bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa
mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun
akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat
dipastikan.
9) Penggunaan Estrogen
Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi belum ada
data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan karena estrogen dari
dalam tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi hormonal estrogen.12 MN Bustan
menyatakan bahwa dengan lamanya pemakaian kontrasepsi estrogen (± 12 tahun
berturut-turut), akan meningkatkan tekanan darah perempuan. Oleh karena
hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor sehingga dari
seluruh faktor yang telah disebutkan diatas, faktor mana yang lebih berperan
terhadap timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itu
maka pencegahan hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan
gaya hidup sehat menjadi sangat penting.

C. Tanda dan gejala Hipertensi

Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa disertai gejala yang


mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-tahun
berupa:
 Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
tekanan darah intrakranium.
 Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
 Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
 Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
 Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler. Peninggian tekanan
darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi komplikasi pada ginjal, mata,
otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga
berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.
D. Perawatan keluarga pada lansia Hipertensi

Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum


penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh seorang yang
sedang dalam terapi obat. Sedangkan lansia hipertensi yang terkontrol, pendekatan
nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan dosis obat pada sebagian
penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting
diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi. Menurut
beberapa ahli, pengobatan nonfarmakologis sama pentingnya dengan pengobatan
farmakologis, terutama pada pengobatan hipertensi derajat I. Pada hipertensi derajat I,
pengobatan secara nonfarmakologis kadang-kadang dapat mengendalikan tekanan
darah sehingga pengobatan farmakologis tidak diperlukan atau pemberiannya dapat
ditunda. Jika obat antihipertensi diperlukan, Pengobatan nonfarmakologis dapat
dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik.
Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal:
1. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.
Menurut Corwin berhenti merokok penting untuk mengurangi efek
jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran
darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung. Selain
itu pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan risiko
aterosklerosis.Penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengurangi asupan alkohol. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental,
sampai pengurangan sekitar 10 kg berat badan berhubungan langsung dengan
penurunan tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg per kg berat badan.
2. Olahraga dan aktifitas fisik
Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan aktifitas
fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga
kebugaran tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang baik dilakukan untuk
penderita hipertensi. Dianjurkan untuk olahraga teratur, minimal 3 kali
seminggu, dengan demikian dapat menurunkan tekanan darah walaupun
berat badan belum tentu turun. Olahraga yang teratur dibuktikan dapat
menurunkan tekanan perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Olahraga dapat menimbulkan perasaan santai dan mengurangi berat badan
sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Yang perlu diingatkan kepada
kita adalah bahwa olahraga saja tidak dapat digunakan sebagai pengobatan
hipertensi. Menurut Dede Kusmana, beberapa patokan berikut ini perlu
dipenuhi sebelum memutuskan berolahraga, antara lain:

a. Penderita hipertensi sebaiknya dikontrol atau dikendalikan tanpa atau


dengan obat terlebih dahulu tekanan darahnya, sehingga tekanan darah
sistolik tidak melebihi 160 mmHg dan tekanan darah diastolik tidak
melebihi 100 mmHg.
b. Alangkah tepat jika sebelum berolahraga terlebih dahulu mendapat
informasi mengenai penyebab hipertensi yang sedang diderita.
c. Sebelum melakukan latihan sebaiknya telah dilakukan uji latih jantung
dengan beban (treadmill/ergometer) agar dapat dinilai reaksi tekanan darah
serta perubahan aktifitas listrik jantung (EKG), sekaligus menilai tingkat
kapasitas fisik.
d. Pada saat uji latih sebaiknya obat yang sedang diminum tetap diteruskan
sehingga dapat diketahui efektifitas obat terhadap kenaikan beban.
e. Latihan yang diberikan ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
tidak menambah peningkatan darah.
f. Olahraga yang bersifat kompetisi tidak diperbolehkan.
g. Olahraga peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan.
h. Secara teratur memeriksakan tekanan darah sebelum dan sesudah latihan.
i. Salah satu dari olahraga hipertensi adalah timbulnya penurunan tekanan
darah sehingga olahraga dapat menjadi salah satu obat hipertensi.
j. Umumnya penderita hipertensi mempunyai kecenderungan ada kaitannya dengan
beban emosi (stres). Oleh karena itu disamping olahraga yang bersifat fisik
dilakukan pula olahraga pengendalian emosi, artinya berusaha mengatasi
ketegangan emosional yang ada.
k. Jika hasil latihan menunjukkan penurunan tekanan darah, maka dosis/takaran obat
yang sedang digunakan sebaiknya dilakukan penyesuaian (pengurangan).
3. Perubahan pola makan
a. Mengurangi asupan garam
Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya penurunan berat
badan dapat digunakan sebagai langkah awal pengobatan hipertensi. Nasihat
pengurangan asupan garam harus memperhatikan kebiasaan makan lansia, dengan
memperhitungkan jenis makanan tertentu yang banyak mengandung garam.
Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol per hari, berarti tidak menambahkan
garam pada waktu makan, memasak tanpa garam, menghindari makanan yang
sudah diasinkan, dan menggunakan mentega yang bebas garam. Cara tersebut
diatas akan sulit dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat
dan akan mengurangi kebiasaan makan lansia secara drastis. Menurut Sheps, jika
dokter atau ahli gizi menyarankan agar kita mengurangi natrium demi menurunkan
tekanan darah, maka ikutilah saran itu. Bahkan sebelum disarankan pun sebaiknya
kurangi natrium, cobalah membatasi jumlah natrium yang kita konsumsi setiap
hari. Beberapa cara yang dapat dilakukan:
 Perbanyak makanan segar, kurangi makan yang diproses.
 Pilihlah produk dengan natrium rendah.
 Jangan menambah garam pada makanan saat memasak.
 Jangan menambah garam saat di meja makan.
 Batasi penggunaan saus-sausan
 Bilaslah makanan dalam kaleng.
b. Diet rendah lemak jenuh
Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak
dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak
tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan
lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.
c. Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendah lemak Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral bermanfaat mengatasi hipertensi.
Kalium dibuktikan erat kaitannya dengan penurunan tekanan darah arteri dan
mengurangi risiko terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi kalsium dan
magnesium bermanfaat dalam penurunan tekanan darah.
Banyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung banyak mineral,
seperti seledri, kol, jamur (banyak mengandung kalium), kacang-kacangan (banyak
mengandung magnesium). Sedangkan susu dan produk susu mengandung banyak
kalsium.
4. Menghilangkan stres
Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau bahkan sudah
melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk menghilangkan stres yaitu
perubahan pola hidup dengan membuat perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari
dapat meringankan beban stres.
Perubahan-perubahan itu ialah:
a. Rencanakan semua dengan baik. Buatlah jadwal tertulis untuk kegiatan setiap hari
sehingga tidak akan terjadi bentrokan acara atau kita terpaksa harus terburu-buru
untuk tepat waktu memenuhi suatu janji atau aktifitas.
b. Sederhanakan jadwal. Cobalah bekerja dengan lebih santai.
c. Bebaskan diri dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan.
d. Siapkan cadangan untuk keuangan
e. Berolahraga.
f. Makanlah yang benar.
g. Tidur yang cukup.
h. Ubahlah gaya. Amati sikap tubuh dan perilaku saat sedang dilanda stres.
i. Sediakan waktu untuk keluar dari kegiatan rutin.
j. Binalah hubungan sosial yang baik.
k. Ubalah pola pikir. Perhatikan pola pikir agar dapat menekan perasaan kritis atau
negatif terhadap diri sendiri. Sediakan waktu untuk hal-hal yang memerlukan
perhatian khusus.
l. Carilah humor.
m. Berserah diri pada Yang Maha Kuasa.
Selain penatalaksanaan di atas, menurunkan hipertensi atau tekanan darah tinggi juga dapat
dilakukan dengan pengobatan herbal. Pengobatan herbal ini dapat memanfaatkan beberapa
tanaman di sekitar rumah dan dimodifikasi sedemikian rupa. Berikut beberapa pilihan obat
herbal yang dapat digunakan untuk menurunkan hipertensi diantaranya:
1. Mengkudu
Buah mengkudu mengandung sejenis fitonutrien, yaitu scopoletin. Scopoletin
berfungsi memperlebar saluran darah yang mengalami penyempitan. Dinding
pembuluh darah yang lebar dapat mempercepat proses aliran darah ke jantung dan
mempercepat penghantaran darah ke seluruh tubuh, mencegah terjadinya konstriksi
pembuluh darah, sehingga tekanan darah menjadi normal (Smeltzer & Bare, 2001).
Selain scopoletin, juga terdapat arginin yang berfungsi dalam sintesis nitric oksida
(NO), suatu vasodilator yang dapat menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh
darah (Santosa, 2005). Menurut penelitian Hartono dan Indriawati tahun 2009 tentang
pengaruh mengkudu terhadap hipertensi pada kelompok lansia menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan signifikan antara tekanan darah sistolik dan diastolic sebelum dan
sesudah minum kapsul ekstrak mengkudu. Cara pembuatan obat herbal dengan
mengkudu yaitu dengan cara mencuci bersih dua buah mengkudu (Morinda Citrifolia)
masak, kemudian diparut, diperas, dan disaring untuk diambil sari buahnya. Minuman
ini dapat diminum dua sampai tiga kali sehari. Apabila tidak terlalu suka dengan rasa
alami mengkudu maka dapat ditambahkan madu satu sendok makan.
2. Bunga Rosella
Menurut Depkes RI.No.SPP.1065/35.15/05, setiap 100 gram rosella segar
mengandung 260-280 mg vitamin C, vitamin D, B1 dan B2, kalsium 486 mg, omega
3, magnesium, beta karotin serta asam amino esensial seperti lysine dan agrinine.
Penelitian yang dilakukan oleh Didah (2005) menunjukkan bahwa kandungan
antioksidan yang dimiliki oleh kelopak rosella terdiri atas senyawa gossipetin,
antosianin, dan glukosida hibiscin yang mempunyai efek diuretic, memperlancar
peredaran darah, mencegah tekanan darah tinggi, meningkatkan kinerja usus serta
berfungsi sebagai obat kuat. Sedangkan menurut penelitian Dwi Siwi (2009)
mengatakan bahwa pemberian seduhan teh rosella merah mampu menurunkan
tekanan darah sistolik dan diastolic pada penderita hipertensi sekitar 100% (33
subjek). Pembuatan minuman herbal ini yaitu dengan menyeduh 1,5 gram rosella
menggunakan air panas dan diminum dua kali sehari selama satu bulan.
3. Timun
Tanaman mentimun mengandung zat saponin, protein, Fe atau zat besi, sulfur, lemak,
kalsium, vitamin A, vitamin B1, dan juga vitamin C. berbagai zat ini bersifat porgonik
yang disinyalir mampu menurunkan tekanan darah dalam tubuh. Menurut penelitian
Zauhani, pemberian jus mentimun sebanyak 100 gram kepada lansia selama lima hari
mampu menurunkan hipertensi. Cara pembuatan minuman herbal ini yaitu dengan
memblender 100 gram mentimun yang diberi 100 cc air tanpa diberi tambahan apapun
3 kali dalam sehari.
4. Seledri
Tanaman seledri (Apium Graveolens Linn) varietas secalinum mengandung berbagai
zat aktif antara lain flavonoid (apigenin), senyawa butyl phthalide, dan kalium yang
mempunyai efek menurunkan tekanan darah. Menurut penelitian Upik Rahmawati
(2010), pemberian jus seledri kepada ibu rumah tangga usia 40-60 tahun mampu
menurunkan hipertensinya. Sedangkan menurut penelitian Tantya Marlien (2009)
pemberian air rebusan seledri pada wanita dewasa selama 3 hari mampu menurunkan
hipertensi secara signifikan. Cara membuat minuman herbal ini yaitu dengan mencuci
bersih seledri dan ditambahkan air bersih secukupnya kemudian direbus. Setelah
mendidih air rebusan disaring dan diminum sehari tiga kali sebanyak dua sendok
makan.

E. Penatalaksanaan Farmakologis
Selain cara pengobatan nonfarmakologis, penatalaksanaan utama hipertensi
primer adalah dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi
berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya
kerusakan organ target dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskuler
atau faktor risiko lain. Terapi dengan pemberian obat antihipertensi terbukti dapat
menurunkan sistole dan mencegah terjadinya stroke pada lansia usia 70 tahun atau
lebih.
Menurut Arif Mansjoer, penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi
sebagian besar lansia dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara
titrasi sesuai umur dan kebutuhan. Terapi yang optimal harus efektif selama 24 jam
dan lebih disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah dan
dapat mengontrol hipertensi terus menerus dan lancar, dan melindungi lansia terhadap
risiko dari kematian mendadak, serangan jantung, atau stroke akibat peningkatan
tekanan darah mendadak saat bangun tidur. Sekarang terdapat pula obat yang berisi
kombinasi dosis rendah Kombinasi 2 obat dari golongan yang berbeda ini terbukti
memberikan efektifitas tambahan dan mengurangi efek samping. Setelah diputuskan
untuk untuk memakai obat antihipertensi dan bila tidak terdapat indikasi untuk
memilih golongan obat tertentu, diberikan diuretik atau beta bloker. Jika respon tidak
baik dengan dosis penuh, dilanjutkan sesuai dengan algoritma. Diuretik biasanya
menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek obat yang lain. Jika tambahan
obat yang kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah 1
tahun, dapat dicoba menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara
perlahan dan progresif.
F. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi dari penyakit hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik dapat
berdampak pada :

1. Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh
darah otak (stroke). Stroke sendiri merupakan kematian jaringan otak yang terjadi
karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Biasanya kasus ini terjadi
secara mendadak dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (complete
stroke)
2. Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot jantung kiri sehingga
jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan
kerja keras jantung untuk memompa darah
3. Gagal ginjal
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan dan
akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi ginjal menurun
hingga mengalami gagal ginjal. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi,
yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna
terjadi pada hipertensi yang sudah berlangsung lama sehingga terjadi
pengendapan pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal ini menyebabkan
permeabilitas (kelenturan) dinding pembuluh darah berkurang. Sementara itu,
nefrosklerosis maligna meruapakan kelainan ginjal yang ditandai dengan naiknya
tekanan diastole diatas 130 mmHg yang terganggunya fungsi ginjal
4. Kerusakan pada mata

Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebakan kerusakan pembuluh darah
dan saraf pada mata.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/2019117687/Hipertensi-pada-lansia

www.academia.edu.hipertensi-pada-lansia

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Mansjoer, et al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius


Lampiran
1. Poster
persisten dimana tekanan 3. Lemas
darah sistoliknya diatas 4. Epistaksis
140 mmHg dan tekanan 5. Penglihatan Kabur
darah diastoliknya diatas 6. Sesak Nafas
90 mmHg tetapi pada 7. Kelelahan
populsi lansia 8. Rasa berat di
Kelompok 4 didefinisikan sebagai tengkuk
Ahmad Sambas Sutisna tekanan sistolik 160
(219050) mmHg dan diastoliknya
Cica Rosita Sari (219055) 90 mmHg (Brunner and
Eva Artiawati (219060) Suddarth, 2002).
Ginti Nur Sapitri
(219064)
Levya Afriliza P
(219068)
Novianti Isnaeni
(219073)
Nurzalillah Listiana
(219070)
Sandi Sopian (219082)
A. PENYEBAB
Siti Nurbaeti (219084)
1. Umur
Tini Aprilia Lesmana C. Akibat Lanjut
2. Jenis Kelamin
(219088) Hipertensi
3. Riwayat Keluarga
Yumelia Rahayu 1. Penyakit Jantung :
4. Genetik
(219093) Gagal Jantung
2. Penyakit Ginjal :

PRODI S1-2B Gagal Ginjal

STIKEP PPNI JAWA 3. Otak : Serangan

BARAT Stroke

TAHUN 2020
A. PENGERTIAN B. TANDA DAN D. PERAWATAN
GEJALA HIPERTENSI
Hipertensi secara umum
1. Sakit kepala 1. Menurunkan
adalah tekanan darah
2. Pusing faktor risiko yang
menyebabkan 1. Mengkudu 4. Setelah disaring
aterosklerosis. 2. Bunga Rosella kemudian
3. Daun Seledri diminum
2. Olahraga dan
4. Timun 5. Lakukan setiap
aktifitas fisik
5. Bawang Putih hari kurang lebih
3. Perubahan pola
6. Belimbing 1 kg untuk 2 kali
makan
minum.
4. Menghilangkan
stres
5. Menghindari
ketegangan
6. Istirahat

G. CARA
MEMBUAT OBAT
TRADISIONAL
DARI TIMUN DAN
BELIMBING
1. ½ kg buah
ketimun /
belimbing cuci
hingga bersih
2. Kupas kulitnya
kemudian diparut
3. Saring airnya
dengan

E. PENGOBATAN menggunakan

TRADISIONAL kain atau

UNTUK penyaring

HIPERTENSI

Anda mungkin juga menyukai