NAMA KELOMPOK :
AHMAD SAMBAS SUTISNA ( 219050)
CICA ROSITA SARI ( 219055 )
EVA ARTIAWATI ( 219060 )
GINTI NUR SAPITRI ( 219064 )
LEVYA AFRILIZA P ( 219068 )
NOVIANTI ISNAENI ( 219073 )
NURZALILLAH LISTIANA ( 219077 )
SANDI SOPIAN ( 219082 )
SITI NURBAETI ( 219084 )
TINI APRILIA LESMANA ( 219088 )
YUMELIA RAHAYU ( 219093)
PRODI S1 KEPERAWATAN 2B
STIKEP PPNI JAWA BARAT
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Latar Belakang
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensinya yang terus
meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas
fisik dan stres psikososial. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.
Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini
terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya
meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan
pengobatan secara adekuat. Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa
8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.
Hasil SKRT 1995, 2001 dan 2004 menunjukkan penyakit kardiovaskuler merupakan
penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20–35% dari
kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi. Dari hasil catatan kegiatan posyandu
lansia yang dilakukan satu bulan sekali di banjar bumi santhi, terdapat 7 lansia
menderita hipertensi dari 20 orang lansia yang berobat.
G. PROSES PELAKSANAAN
H. EVALUASI
A. Acara dihadiri oleh:
1. Mahasiswa: kelompok 4
2. Peserta : 5 orang
B. Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan satuan acara penyuluhan:
1. Evaluasi struktur
a. Pemateri melakukan pemaparan dengan baik
b. Jumlah peserta yang hadir penyuluhan minimal 85 %
c. Tempat untuk kegiatan sudah ditentukan sehari sebelum kegiatan penyuluhan
yaitu diselenggarakan di Kp.Cihampelas Rt 05/Rw 05
d. Peserta yang mengikuti penyuluhan 5 orang dan media yang digunakan leaflet
dan poster yang sudah siap sehari sebelum penyuluhan
e. Pembagian tugas untuk tim penyuluhan sudah siap ditempat penyuluhan 2 jam
sebelum acara dimulai yakni pukul 11.00
2. Evaluasi proses
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan pukul 13.00 wib
b. Sesampainya ditempat penyuluhan para peserta duduk diruang tunggu yang telah
disiapkan dan tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memakasi masker dan
menggunakan handsainitizer
c. Acara penyuluhan dimulai dengan pembukaan oleh moderator dengan memberi
salam, perkenalan nama-nama anggota kelompok penuluhan, melakukan kontrak
waktu dan menjelaskan kegiatan penyuluhan
d. Penyuluhan di mulai dengan penjelasan tentang hipertensi pada lansia oleh
penyaji materi penyuluhan
e. Peserta nampak antusias dan kooperatif dalam mengikuti penyuluhan dan dapat
menjelaskan kembali tentang pengertian hipertensi, tanda, gejala, pencegahan,
pengobatan hipertensi pada lansia
Hasil diskusi
- 75% peserta mampu mengikuti satuan acara penyuluhan
- 80% peserta mengikuti kegiatan penyuluhan dengan aktif
- 100% peserta mengikuti acara penyuluhan dari awal hingga akhir
Diskusi
1.) Apa akibat dari hipertensi yang dibiarkan begitu saja?
Jika dibiarkan bisa saja mengakibatkan penyakit lain,seperti stroke,bahkan
juga yang paling parah itu kematian.
2.) Kenapa hipertensi bisa sampai menyebabkan stroke ringan?
Ya jawabannya nyambung dari pertanyaan tadi .. karena darah terlalu
tinggi sehingga bisa terjadi pembuluh darah menyempit, bocor, pecah, atau
tersumbat. Hal ini dapat mengganggu aliran darah yang membawa oksigen
dan nutrisi ke otak. Jika hal ini terjadi, sel-sel dan jaringan otak pun akan mati
dan menyebabkan terjadinya stroke. Diibaratkan balon diisi terus menerus
dengan air tanpa henti akan pecah,begitu juga dengan saluran darah kita , kecil
diisi terus dengan darah yang sangat banyak ya sama hal dengan balon tadi.
F. Hasil evaluasi
Dari pelaksanaan penyuluhan bagi tiap anggota kelompok antara lain:
1. MC
- Mampu memberi tahu segala hal yang kurang dan yang perlu disiapkan
- Mampu menyampaikan salam, memperkenalkan anggota kelompok,
menyampaikan tujuan dari pelaksanaan penyuluhan
2. Penyaji
- Menguasai materi dan mampu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
oleh peserta
- Mampu memepertahankan kontak mata dan menggunakan bahasa yang sopan
dan mudah dimengerti oleh peserta dalam menyampaikan materi yang
dibawakan
3. Fasilitator
- Mampu memfasilitasi jalannya acara penyuluhan
- Berkoordinasi dengan anggota lain dalam menyiapkan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan
4. Peserta
Terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 75%
I. PENGORGANISASIAN
Pembawa acara : Ginti Nur Sapitri dan Eva Artiawati
Pembicara : Cica Rosita Sari, Levya Afriliza, dan Nurzalilah Listiana
Observer : Novianti, Sandi Sopian, dan Tini Aprillia
Fasilitator : Ahmad Sambas, Siti Nurbaeti, dan Yumelia
Pembimbing : Bu Vita Lucya, M.kep
J. SETTING TEMPAT
Denah:
Penyuluh
Fasilitator sasaran fasilitator sasaran fasilitator sasaran
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi secara umum adalah tekanan darah persisten dimana tekanan darah
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya diatas 90 mmHg tetapi
pada populsi lansia didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan diastoliknya
90 mmHg (Brunner and Suddarth, 2002).
Menurut WHO yang dikutip oleh Slamet Suyono (2001:253) batas tekanan darah
yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan
atau lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Secara umum seseorang
dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastolik 140/90 mmHg
(normalnya 120/80 mmHg).
Menurut Jan A. Staessen, et.al., Seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan
darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg atau tekanan darah diatolik (TDD) ≥ 90 mmHg.
Menurut Kaplan : Pria usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila
tekanan darah pada waktu berbaring atau sama dengan 130/90 mmHg. Pria usia lebih
dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya diatas 145/95 mmHg.
Pada wanita tekanan darah diatas atau sama dengan 160/90 mmHg dinyatakan
hipertensi.
B. Penyebab Hipertensi
7) Olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.
Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas
dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi.
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena
meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga
cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot
jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan
sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada
arteri.
8) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila
stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap
tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang
percobaan yang diberikan pemaparan tehadap stress ternyata membuat
binatang tersebut menjadi hipertensi. Menurut Sarafindo (1990) yang dikutip
oleh Bart Smet, stres adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara
individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-
tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya sistem biologis,
psikologis dan sosial dari seseorang. Stres adalah yang kita rasakan saat
tuntutan emosi, fisik atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya
dan kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif. Namun harus
dipahami bahwa stres bukanlah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar itu.
Stres adalah respon kita terhadap pengaruh-pengaruh dari luar itu. Stres atau
ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa
marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih
cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres
berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga
timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat
berupa hipertensi atau penyakit maag. Menurut Slamet Suyono stres juga
memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal ini diduga melalui saraf simpatis
yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stress
berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang
menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan
bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa
mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun
akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat
dipastikan.
9) Penggunaan Estrogen
Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi belum ada
data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan karena estrogen dari
dalam tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi hormonal estrogen.12 MN Bustan
menyatakan bahwa dengan lamanya pemakaian kontrasepsi estrogen (± 12 tahun
berturut-turut), akan meningkatkan tekanan darah perempuan. Oleh karena
hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor sehingga dari
seluruh faktor yang telah disebutkan diatas, faktor mana yang lebih berperan
terhadap timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itu
maka pencegahan hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan
gaya hidup sehat menjadi sangat penting.
E. Penatalaksanaan Farmakologis
Selain cara pengobatan nonfarmakologis, penatalaksanaan utama hipertensi
primer adalah dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi
berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya
kerusakan organ target dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskuler
atau faktor risiko lain. Terapi dengan pemberian obat antihipertensi terbukti dapat
menurunkan sistole dan mencegah terjadinya stroke pada lansia usia 70 tahun atau
lebih.
Menurut Arif Mansjoer, penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi
sebagian besar lansia dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara
titrasi sesuai umur dan kebutuhan. Terapi yang optimal harus efektif selama 24 jam
dan lebih disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah dan
dapat mengontrol hipertensi terus menerus dan lancar, dan melindungi lansia terhadap
risiko dari kematian mendadak, serangan jantung, atau stroke akibat peningkatan
tekanan darah mendadak saat bangun tidur. Sekarang terdapat pula obat yang berisi
kombinasi dosis rendah Kombinasi 2 obat dari golongan yang berbeda ini terbukti
memberikan efektifitas tambahan dan mengurangi efek samping. Setelah diputuskan
untuk untuk memakai obat antihipertensi dan bila tidak terdapat indikasi untuk
memilih golongan obat tertentu, diberikan diuretik atau beta bloker. Jika respon tidak
baik dengan dosis penuh, dilanjutkan sesuai dengan algoritma. Diuretik biasanya
menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek obat yang lain. Jika tambahan
obat yang kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah 1
tahun, dapat dicoba menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara
perlahan dan progresif.
F. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi dari penyakit hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik dapat
berdampak pada :
1. Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh
darah otak (stroke). Stroke sendiri merupakan kematian jaringan otak yang terjadi
karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Biasanya kasus ini terjadi
secara mendadak dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (complete
stroke)
2. Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot jantung kiri sehingga
jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan
kerja keras jantung untuk memompa darah
3. Gagal ginjal
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan dan
akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi ginjal menurun
hingga mengalami gagal ginjal. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi,
yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna
terjadi pada hipertensi yang sudah berlangsung lama sehingga terjadi
pengendapan pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal ini menyebabkan
permeabilitas (kelenturan) dinding pembuluh darah berkurang. Sementara itu,
nefrosklerosis maligna meruapakan kelainan ginjal yang ditandai dengan naiknya
tekanan diastole diatas 130 mmHg yang terganggunya fungsi ginjal
4. Kerusakan pada mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebakan kerusakan pembuluh darah
dan saraf pada mata.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/2019117687/Hipertensi-pada-lansia
www.academia.edu.hipertensi-pada-lansia
BARAT Stroke
TAHUN 2020
A. PENGERTIAN B. TANDA DAN D. PERAWATAN
GEJALA HIPERTENSI
Hipertensi secara umum
1. Sakit kepala 1. Menurunkan
adalah tekanan darah
2. Pusing faktor risiko yang
menyebabkan 1. Mengkudu 4. Setelah disaring
aterosklerosis. 2. Bunga Rosella kemudian
3. Daun Seledri diminum
2. Olahraga dan
4. Timun 5. Lakukan setiap
aktifitas fisik
5. Bawang Putih hari kurang lebih
3. Perubahan pola
6. Belimbing 1 kg untuk 2 kali
makan
minum.
4. Menghilangkan
stres
5. Menghindari
ketegangan
6. Istirahat
G. CARA
MEMBUAT OBAT
TRADISIONAL
DARI TIMUN DAN
BELIMBING
1. ½ kg buah
ketimun /
belimbing cuci
hingga bersih
2. Kupas kulitnya
kemudian diparut
3. Saring airnya
dengan
E. PENGOBATAN menggunakan
UNTUK penyaring
HIPERTENSI