OLEH :
Kelompok 4
A. LATAR BELAKANG
Pembinaan kesehatan lansia merupakan salah satu kegiatan yang
harus terus digalakkan untuk mewujudkan lansia sejahtera, bahagia dan
berdaya guna bagi kehidupan keluarga dan masyarakat sekitarnya. Hal
ini merupakan suatu upaya menghadapi peningkatan status dan derajat
kesehatan rakyat Indonesia yang memberikan dampak pada
meningkatnya usia harapan hidup bangsa.
C. METODE PELAKSANAAN
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
D. SASARAN TARGET
a. Sasaran
Peserta yang hadir di Posyandu Lansia, kelurahan macanda – gowa
b. Target
Lansia dari usia 60 tahun keatas
E. WAKTU PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Jumat, 7 Mei 2021
Tempat : Rumah RT kelurahan Macanda - Gowa
Waktu : 11:00 WITA – Selesai
F. MEDIA DAN ALAT
a. Leaflet / poster
b. Lembar balik
c. Sound system
d. Meja kursi
G. SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Media penyuluhan
: Fasilitator
: peserta
: penyampaian materi
: moderator
2. Uraian Tugas
1. Penanggung jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
2. Pemateri
- Menyampaikan materi
- Mengevaluasi peserta tentang materi yang diberikan
3. Moderator
Membuka acara
Memperkenalkan mahasiswa
Menjelaskan topic dan tujuan penyuluhan
Menjelaskan kontrak waktu dan bahasa
Menjelaskan tata tertib penyuluhan Kegiatan inti
Meminta peserta memberikan pertanyaan atas penjelasaan
yang tidak dipahami
Memberikan kesempatan pada mahasiswa menjawab
pertanyaan yang diajukan peserta
Pada acara penutup Menyimpulkan dan menutup diskusi
Mengucapkan salam
4. Fasilitator
- Memotivasi peserta agar berperan aktif
- Membuat absensi penyuluhan
5. Observer
- Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
- Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan
6. Dokumentator
- Mendokumentasikan kegiatan penyuluhan yang dilakukan
I. SUSUNAN ACARA
NO. ACARA WAKTU
1. Persiapan ,meliputi 11:00 WITA
a. Pendaftaran
b. Tekanan Darah
c. Pendididkan kesehatan
Kegiatan penyuluhan
No Kegiatan Waktu Penyuluh Peserta
1 Pendahuluan 2 Menit Salam pembuka Menjawab salam
Menyampaikan Menyimak
tujuan penyuluhan Mendengarkan dan
Kontrak waktu menjawab pertanyaan
penyuluhan
2 Kerja 10 Penyampaian garis Mendengarkan
Menit besar materi: dengan penuh
a) Pengert perhatian
ian hipertensi Menanyakan hal-hal
b) Penyeb yang belum jelas
ab hipertensi Memperhatikan
c) Tanda jawaban dari
dan gejala penceramah
hipertensi
d) Perawa
tan keluarga
pada lansia
hipertensi
e) Penceg
ahan hipertensi
f) Kompli
kasi hipertensi
Memberi
kesempatan lansia
dan keluarga untuk
bertanya
Menjawab
pertanyaan
Evaluasi
3 Penutup 3 Menit Menyimpulkan Mendengarkan
Salam penutup Menjawab salam
Kontrak waktu
penyuluhan
berikutnya
J. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Waktu pelaksanaan Health Education telah disepakati dan
ditetapkan
c. Tempat dan perlengkapan acara telah dipersiapkan
d. Materi dan media yang akan digunakan dalam
kegiatan Heath Education telah dipersiapkan
e. Telah terbentuk panitia penyelenggaraan
2. Evaluasi proses
a. Jumlah peserta sesuai data jumlah lansia yang beredia
b. Peserta aktif mengikuti kelangsungan acara
c. Media dan alat bantu dapat digunakan secara efektif
d. Acara dapat berjalan sesuai rencana
3. Evaluasi hasil
a. Peserta posyandu lansia mengetahui kondisi kesehatan dan
mampu melakukan usaha untuk meningkatkan status
kesehatannya
b. 50% jumlah undangan hadir dalam kegiatan posyandu
c. 90% tidak meninngalkan tempat sebelum acara selesai.
K. LAMPIRAN
1. poster
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Pengertian Hipertensi
1. Hipertensi secara umum adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya diatas
90 mmHg tetapi pada populsi lansia didefinisikan sebagai tekanan sistolik
160 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg. ( Depkes, 2019 ),
2. Menurut WHO yang dikutip oleh Slamet Suyono (2011:253) batas tekanan
darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan
darah sama dengan atau lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika
tekanan darah sistolik/diastolik 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg).
( Depkes, 2019 ),
3. Menurut ( Palmer, Anna & Williams, 2007), Seseorang dikatakan
hipertensi apabila tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg atau tekanan
darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg.
4. Menurut ( Palmer, Anna & Williams, 2007), :
B. Penyebab Hipertensi
Menurut (Dinkes DIY, 2017) hipertendi disebabkan oleh faktor yang tidak
dapat dikontrol dan dapat dikontrol, yakni:
a. Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang
semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun
mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur,
risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian
sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitasnya atau
kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya usia,
kebanyakan orang hipertensinya meningkat ketika berumur lima
puluhan dan enam puluhan. Dengan bertambahnya umur, risiko
terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada
segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun
atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat
dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami
pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan
tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya
hipertensi.
b. Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat
angka yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah
didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita.
Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan,
sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6%
pria dan 13,7% wanita. Ahli lain mengatakan pria lebih banyak
menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29
mmHg untuk peningkatan darah sistolik. Sedangkan menurut Arif
Mansjoer, dkk, pria dan wanita menapouse mempunyai pengaruh yang
sama untuk terjadinya hipertensi. Menurut MN. Bustan bahwa wanita
lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria, hal ini
disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita.
c. Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang
mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat
keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer.
Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan
risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Dari data statistik terbukti bahwa
seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi. Menurut Sheps,
hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari
orang tua kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita
mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang
tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan
penyakit tersebut 60%.
d. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur).
Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer
(esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi,
bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang
dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala.
a. Kebiasaan Merokok
b. Konsumsi Asin/Garam
d. Penggunaan Jelantah
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali
dipakai untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak
yang telah rusak. Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam
seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung dan lain-lain. Meskipun beragam,
secara kimia isi kendungannya sebetulnya tidak jauh berbeda, yakni
terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak
jenuh (ALTJ). Dalam jumlah kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida,
sterol, asam lemak bebas, lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan
protein. Hal yang menyebabkan berbeda adalah komposisinya, minyak
sawit mengandung sekitar 45,5% ALJ yang didominasi oleh lemak
palmitat dan 54,1% ALTJ yang didominasi asam lemak oleat sering
juga disebut omega-9. minyak kelapa mengadung 80% ALJ dan 20%
ALTJ, sementara minyak zaitun dan minyak biji bunga matahari
hampir 90% komposisinya adalah ALTJ. Penggunaan minyak goreng
sebagai media penggorengan bisa menjadi rusak karena minyak goreng
tidak tahan terhadap panas. Minyak goreng yang tinggi kandungan
ALTJ-nya pun memiliki nilai tambah hanya pada gorengan pertama
saja, selebihnya minyak tersebut menjadi rusak. Bahan makanan kaya
omega-3 yang diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol darah,
akan tidak berkasiat bila dipanaskan dan diberi kesempatan untuk
dingin kemudian dipakai untuk menggoreng kembali, karena
komposisi ikatan rangkapnya telah rusak. Minyak goreng terutama
yang dipakai oleh pedagang goreng-gorengan pinggir jalan, dipakai
berulang kali, tidak peduli apakah warnanya sudah berubah menjadi
coklat tua sampai kehitaman. Alasan yang dikemukakan cukup
sederhana yaitu demi mengirit biaya produksi. Dianjurkan oleh Ali
Komsan, bagi mereka yang tidak menginginkan menderita
hiperkolesterolemi dianjurkan untuk membatasi penggunaan minyak
goreng terutama jelantah karena akan meningkatkan pembentukan
kolesterol yang berlebihan yang dapat menyebabkan aterosklerosis dan
hal ini dapat memicu terjadinya penyakit tertentu, seperti penyakit
jantung, darah tinggi dan lain-lain.
f. Obesitas
g. Olahraga
h. Stres
i. Penggunaan Estrogen
Menurut (Dinkes DIY, 2017), sebagian besar tanpa disertai gejala yang
mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi
bertahun-tahun berupa:
E. Komplikasi Hipertensi
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, 2019, Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Dinkes DIY, 2017, Profil Dinas Kesehatan Yogyakarta, Dinas Kesehatan
Yogyakarta, Yogyakarta.
Dika P, Rano K. Sinurya, Irma M. Puspitasari, Ajeng Diantini, Pengukuran
Tingkat Kepatuhan Pengobatan pasien Hipertensi Fasilitas Kesehatan
tingkat Pertama di Kota Bandung, diakses tanggal 12 September 2019
(http://jurnal.unpad.ac.id/ijcp/article/view/16375
Sofia Dewi, Digi Familia, 2012, Hidup Bahagia dengan Hipertensi, Jogjakarta
Palmer, Anna dan Williams, Bryan, 2007, Tekanan Darah Tinggi, Erlangga,
Jakarta.