Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HUBUNGAN ANTARA MEROKOK DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI

OLEH :
SITI JUMROATUL LATIFAH
(026221030)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NGUDI WALUYO UNGARAN
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Materi : Hubungan Antara Merokok dengan Kejadian Hipertensi


Penyaji :
Tempat : Kediaman Keluarga Tn. A
Sasaran : Keluarga Tn. A dan warga sekitar Desa B
Waktu : 30 menit

A. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 30 menit,
keluarga dapat memahami tentang hipertensi
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan bagi para
warga penyuluhan mampu :
a. Mengerti dan memahami pengertian hipertensi
b. Mengerti dan memahami klasifikasi hipertensi
c. Mengerti dan memahami penyebab hipertensi
d. Mengerti dan memahami hubungan merokok dan hipertensi
e. Mengerti dan memahami tanda dan gejala hipertensi
f. Mengerti dan memahami komplikasi hipertensi
g. Mengerti dan memahami cara mencegah hipertensi

B. SASARAN
Keluarga Tn. A dan warga sekitar Desa B

C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. MEDIA
1. Microsoft Power Point
2. Leaflet

E. PELAKSANAAN
NO KEGIATAN
WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN
PESERTA
1. 3 menit Pendahuluan :
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menyampaikan tentang tujuan Memberikan
pokok materi tanggapan
4. Meyampakaikan pokok
pembahasan
5. Kontrak waktu
2. 20 menit Penyajian:
1. Menjelaskan pengertian 1. Menjawab
2. Menjelaskan penyebab pertanyaan yang
3. Menjelaskan tanda dan gejala mengaju oleh
4. Menjelaskan faktor resiko penyaji
5. Menjelaskan upaya 2. Mendengarkan
pencegahan dan
Memperhatikan
pertanyaan dan
tanggapan.
3. Ceramah

3. 7 menit Penutup :
1. Melakukan evaluasi dengan 1. Memperhatikan
meminta sasaran. dan Menjawab
2. Memberikan kesempatan pertanyaan
warga bertanya 2. Ceramah dan
3. Menyimpulkan isi materi Tanya Jawab
penyuluhan
4. Mengucapkan salam

F. EVALUASI
1. Struktur
a. Persiapan Pemateri
 Pemateri menyiapkan diri untuk membawakan materi yang akan
disampaikan kepada peserta penyuluhan.
 Pemateri mampu menyiapkan satuan acara penyuluhan (SAP)
b. Media
Media yang digunakan berupa leaflet dan power point
c. Peserta
 Peserta bersedia mengikuti acara penyuluhan
 Peserta penyuluhan merupakan warga yang mengikuti posbindu
d. Tempat
Tempat penyuluhan berada dalam suasana yang nyaman dan
kondusif untuk mendukung pelaksanaan penyuluhan.
2. Proses
a. Penyuluhan membuat kontrak dengan peserta untuk waktu
pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
b. Peserta mengikuti kegiatan penyuluhan sejak awal hingga akhir
kegiatan.
c. Pemateri mampu menarik perhatian peserta terhadap materi yang
disampaikan.
d. Peserta diharapkan berperan aktif selama kegiatan penyuluhan.
e. Kegiatan penyuluhan berjalan secara sistematis.
3. Hasil
a. Pemateri mampu memberikan materi penyuluhan yang telah dibuat
minimal 90% dari materi penyuluhan.
b. Peserta diharapkan mengerti mengenai materi penyuluhan minima l
90%
c. Saat penyuluh melakukan evaluasi kepada peserta diharapkan
peserta dapat memberikan umpan balik yang positif misalnya peserta
dapat menjawab pertanyaan penyuluh
d. Media dapat terdistribusi kepada peserta penyuluhan

LAMPIRAN
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014 dalam Eriana, 2017).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001; dalam Yunus, 2016).

B. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Yunus (2016) hipertensi dibagi menjadi beberapa kategori
berikut:
1. Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
2 golongan besar yaitu :
 Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
 Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain
2. Klasifikasi hipertensi menurut WHO:
 Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
 Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.
 Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95 mmHg.
3. Klasifikasi tekanan darah menurut Laporan Joint National Committee on
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya
tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
 Hipertensi emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera
dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ
target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD
mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di
perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu
menit/jam.
 Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif
bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.
Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam
(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam
hitungan jam sampai hari).

C. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer
(esensial) dan hipertensi sekunder. Pada pasien dengan hipertensi primer
(esensial) penyebabnya tidak diketahui sedangkan pasien dengan hipertensi
sekunder mempunyai penyebab khusus baik endogen maupun eksogen
(Departemen Kesehatan, 2006; dalam Hulaima, 2017).
Faktor genetik memegang peranan penting pada patofisiologi
hipertensi primer (esensial) dikarenakan hipertensi ini memiliki
kecenderungan terjadi secara turun temurun. Ditemukan gambaran bentuk
disregulasi monogenik dan poligenik. Banyak dari gen-gen ini yang
mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga ditemukan mutasi-mutasi
genetik yang mengubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitrit oksida,
ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen. Hipertensi sekunder
dapat disebabkan penyakit komorbid seperti disfungsi renal akibat gagal ginjal
kronis atau penyakit renovaskular dan juga dapat disebabkan oleh konsumsi
obat-obatan tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah seperti
kortikosteroid, estrogen, OAINS, dan lain-lain (Departemen Kesehatan, 2006;
dalam Hulaima, 2017). Adapun faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi
antara lain:
 Keturunan
 Konsumsi garam berlebih
 Kegemukan
 Stress
 Merokok
 Mengkonsumsi alkohol
 Kurang olahraga

D. Tanda dan Gejala


Menurut Artiyaningrum (2016) hipertensi seringkali disebut sebagai
pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan,
tanpa disertai gejala gejalanya sebagai peringatan. Adapun gejala hipertensi
yang muncul dianggap sebagai gangguan biasa, penderita juga mengabaikan
dan terkesan tidak merasakan apapun atau berprasangka dalam keadaan sehat,
sehingga penderita terlambat dan tidak mengetahui dirinya mengidap
hipertensi. Gejala yang dirasakan bervariasi, bergantung pada tingginya
tekanan darah. Gejala-gejala hipertensi, yaitu:
 Sakit kepala
 Mimisan
 Jantung berdebar-debar
 Sering buang air kecil di malam hari
 Sulit bernafas
 Mudah lelah
 Wajah memerah
 Telinga berdenging
 Vertigo
 Pandangan kabur
Keluhan yang sering dirasakan dan dijumpai adalah pusing yang
terasa berat pada bagian tengkuk, biasanya terjadi pada siang hari (Lany
Sustrani, dkk, 2005 dalam Artiyaningrum, 2016).
 Komplikasi
 Stroke
 Gagal ginjal
 Kebutaan
 Penyakit jantung koroner
 Kematian

E. Cara Mencegah
 Rutin melakukan aktivitas fisik 30 menit/ hari
 Mengurangi asupan garam
 Mengurangi stress
 Mempertahankan BB ideal
 Berhenti merokok
 Periksa tekanan darah secaraberkala

F. Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi


Peraturan Pemerintah RI No 109 tahun 2012 menyebutkan bahwa
rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar
dan diisap dan atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih,
cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,
Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya
mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. Merokok
sangat berbahaya bagi kesehatan karena dalam rokok ada banyak zat yang
berbahaya bagi tubuh diantaranya adalah nikotin, tar dan karbon monoksida.
Nikotin yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan risiko terjadinya
pengumpalan darah dalam pembuluh darah dan juga nikotin dapat
menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin dalam asap
rokok merangsang tubuh melepasakan adrenalin yang menyebabkan
peningkatan detak jantung dan tekanan darah. Salah satu faktor risiko
terjadinya hipertensi adalah merokok, Risiko ini terjadi akibat zat kimia
bersifat toksik, misalnya nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui
rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses arteriosklerosis dan tekanan
darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan
merokok dengan adanya aterosklerosis pada seluruh pembuluh darah.
Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen otot
jantung (Aula, 2010).
Rokok adalah batang silinder yang dibuat menggunakan kertas yang
diisi dengan menggunakan daun tembakau dan bahan-bahan lainnya. Rokok
dikonsumsi dengan cara dibakar lalu dihisap melalui mulut lalu dikeluarkan
lagi asapnya. Perilaku merokok dilihat dari sisi manapun adalah tindakan
merugikan, tidak hanya merugikan untuk perokok itu sendiri tapi juga untuk
lingkungan disekitarnya. Terbukti bahaya merokok bukan saja milik perokok
tetapi juga berdampak pada orang disekelilingnya. Merokok kretek merupakan
penyebab tunggal kematian yang dapat dicegah di Amerika Serikat, meskipun
sekitar 25% populasi merokok. Lebih dari 4000 zat, termasuk nikotin yang
sangat aditif, ditemukan dalam asap rokok (Kowalski, 2014).
Zat-zat kimia beracun (toksik) dalam rokok dapat mengakibatkan
tekanan darah tinggi atau hipertensi. Salah satu zat toksik tersebut adalah
nikotin dan karbon monoksida. Nikotin dapat meningkatkan adrenalin yang
membuat jantung berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras, frekuensi
jantung meningkat, dan kontraksi jantung meningkat sehingga menimbulkan
tekanan darah meningkat (Aula, 2010). Karbon monoksida merupakan gas
berbahaya yang terkandung dalam asap pembuangan kendaraan, CO
berpengaruh kuat terhadap kerja hemoglobin (Hb) pada darah. CO mengikat
hemoglobin dengan sangat kuat sehingga hemoglobin tidak mampu
melepaskan ikatan CO, Unsur CO memiliki afinitas 250 kali lebih besar
dibandingkan dengan oksigen untuk berikatan dengan Hb. Karbon monoksida
menggantikon 15% oksigen yang seharusnya dibawa oleh sel-sel darah merah.
Hal ini mengakibatkan hemoglobin tidak dapat berikatan dengan oksigen
sehingga fungsi hemoglobin sebagai pengangkut oksigen mulai berkurang,
Karbon monoksida juga menyebabkan rusaknya lapisan dalam pembuluh
darah dan meninggikan endapan lemak pada dinding pembuluh darah
sehingga menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.
Kadar zat-zat kimia rokok dalam darah secara langsung ditentukan
dari banyak sedikitnya konsumsi rokok. Semakin banyak jumlah konsumsi
batang rokok per hari maka semakin besar resiko orang terkena hipertensi
(Aula, 2010).

Anda mungkin juga menyukai