H
DI DESA JETIS WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI SUKOHARJO
Disusun Oleh :
D. Media Penyuluhan
1. Leaflet
E. Metode Penyuluhan
Ceramah dan diskusi
F. Evaluasi
1. Struktur
a. Persiapan Penyuluh
1) Penyuluh menyiapkan diri untuk membawakan materi yang
akan disampaikan kepada peserta penyuluhan.
2) Penyuluh mampu menyiapkan satuan acara penyuluhan (SAP)
b. Media
Media yang digunakan berupa leaflet
c. Peserta
1) Peserta bersedia mengikuti acara penyuluhan
2) Peserta penyuluhan merupakan warga yang mengikuti posbindu
d. Tempat
Tempat penyuluhan berada dalam suasana yang nyaman dan
kondusif untuk mendukung pelaksanaan penyuluhan.
2. Proses
a. Penyuluhan membuat kontrak dengan peserta untuk waktu
pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
b. Peserta mengikuti kegiatan penyuluhan sejak awal hingga akhir
kegiatan.
c. Penyuluh mampu menarik perhatian peserta terhadap materi yang
disampaikan.
d. Peserta diharapkan berperan aktif selama kegiatan penyuluhan.
e. Kegiatan penyuluhan berjalan secara sistematis.
3. Hasil
a. Penyuluh mampu memberikan materi penyuluhan yang telah
dibuat minimal 90% dari materi penyuluhan.
b. Peserta diharapkan mengerti mengenai materi penyuluhan minimal
90%
c. Saat penyuluh melakukan evaluasi kepada peserta diharapkan peserta
dapat memberikan umpan balik yang positif misalnya peserta dapat
menjawab pertanyaan penyuluh
d. Media dapat terdistribusi kepada peserta penyuluhan
I. Lampiran
1. Materi
2. Media yang digunakan (leaflet)
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Lansia
Lansia merupakan perkembangan individu pada tahap masa tua dengan
batasan usia >60 tahun. Lansia merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami tahapan kegagalan dalam mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stress fisiologi dengan jangka waktu 10 tahun. Menurut
Azizah & Hartanti (2016) lansia merupakan individu yang akan mengalami
kemunduran fisik, mental serta sosial secara bertahap dengan batasan usia di
atas 60 tahun.
B. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
(Kemenkes RI, 2014 dalam Eriana, 2017).
1. Keturunan
2. Konsumsi garam berlebih
3. Kegemukan
4. Stress
5. Merokok
6. Mengkonsumsi alkohol
7. Kurang olahraga
E. Pencegahan
Cegah Hipertensi dengan CERDIK (Kemenkes RI, 2019).
1. Cek kesehatan secara berkala
2. Enyahkan asap rokok
3. Rajin aktivitas fisik
4. Diet seimbang
5. Istirahat cukup
6. Kelola stres
F. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu penetalaksanaan
dengan terapi farmakologis dan non farmakologis.
1. Terapi farmakologis
Berbagai penelitian klinis membuktikan bahwa, obat anti hipertensi
yang diberikan tepat waktu dapat menurunkan kejadian stroke hingga
35-40 %, infark miokard 20-25 %, dan gagal jantung lebih dari 50 %.
Obat-obatan yang diberikan untuk penderita hipertensi meliputi diuretik,
angiotensin-converting enzyme (ACE), Beta-blocker, calcium channel
blocker (CCB), dll. Diuretik merupakan pengobatan hipertensi yang
pertama bagi kebanyakan orang dengan hipertensi (Kemenkes RI, 2013).
2. Terapi non farmakologis
a Makan gizi seimbang
Pengelolaan diet yang sesuai terbukti dapat menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi. Manajemen diet bagi penderita
hipertensi yaitu membatasi gula, garam, cukup buah, sayuran,
makanan rendah lemak, usahakan makan ikan berminyak seperti
tuna, makarel dan salmon (Kemenkes RI, 2013).
b Mengurangi berat badan
Hipertensi erat hubungannya dengan kelebihan berat badan.
Mengurangi berat badan dapat menurunkan tekanan darah karena
mengurangi kerja jantung dan volume sekuncup (Aspiani, 2015).
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan
(obesitas) dianjurkan untuk menurunkan berat badan hingga
mencapai IMT normal 18,5 – 22,9 kg/m 2, lingkar pinggang <90 cm
untuk laki-laki dan <80 cm untuk perempuan (Kemenkes RI, 2013).
c Olahraga yang teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang dan bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
kinerja jantung (Aspiani, 2015). Senam aerobic atau jalan cepat
selama 30-45 menit lima kali perminggu dapat menurunkan tekanan
darah baik sistole maupun diastole. Selain itu, berbagai cara
relaksasi seperti meditasi dan yoga merupakan alternatif bagi
penderita hipertensi tanpa obat (Kemenkes RI, 2013).
d Senam Hipertensi Lansia
Senam hipertensi lansia adalah olahraga yang disusun dengan selalu
mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot besar, dan
kelenturan sendi, serta memasukkan oksigen sebanyak mungkin.
Olahraga senam hipertensi juga merupakan salah satu terapi non
farmakologis yang dapat diterapkan pada pendeita hipertensi untuk
mengurangi ketergantuangan obat anti hipertensi pada penderita
hipertensi (Nugraheni, Andarmoyo, & Nurhidayat, 2019). Salah satu
tujuan senam hipertensi pada lansia adalah untuk meningkatkan
aliran darah dan pasokan oksigen ke dalam otot-otot dan rangka
yang aktif khususnya pada otot jantung. Berikut langkah-langkah
melakukan senam hipertensi :
1) Jalan di tempat 2 x 8
2) Tepuk tangan 2 x 8
3) Tepuk jari 4 x 8
4) Tepuk jalin tangan 4 x 8
5) Silang ibu jari 4 x 8
6) Adu sisi kelingking 2 x 8
7) Adu sisi telunjuk 2 x 8
8) Ketok pergelangan 2 x 8
9) Ketok nadi 2 x 8
10) Tekan jari – jari 2 x 8
11) Buka dan mengepal jari 2 x 8
12) Menepuk punggung tangan 4 x 8
13) Menepuk lengan dan bahu 4 x 8
14) Menepuk pinggang 2 x 8
15) Menepuk paha 4 x 8
16) Menepuk samping betis 2 x 8
17) Jongkok berdiri 2 x 8
18) Menepuk perut 2 x 8
19) Kaki jinjit 2 x 8
(Prajayanti, Sari, & Susilowati, 2020).
e Mengurangi konsumsi alkohol
Mengurangi konsumsi alkohol dapat menurunan tekanan darah
sistolik. Sehingga penderita hipertensi diupayakan untuk
menghindari konsumsi alkohol (Kemenkes RI, 2013).
f Mengurangi stres
Stres dapat memicu penurunan aliran darah ke jantung dan
meningkatkan kebutuhan oksigen ke berbagai organ sehingga
meningkatkan kinerja jantung, oleh karena itu dengan mengurangi
stres seseorang dapat mengontrol tekanan darahnya.
g Berhenti merokok
h Berhenti merokok dapat mengurangi efek jangka panjang hipertensi
karena asap rokok yang mengandung zat-zat kimia beracun seperti
nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok dapat
menurunkan aliran darah ke bebagai organ dan meningkatkan kerja
jantung (Aspiani, 2015).
i Konsumsi jus daun seledri
1) Alat dan Bahan
a) Blender
b) Gelas
c) Air minum 100 cc
d) 100 gram daun seledri
e) Saringan
2) Prosedur pembuatan jus seledri
a) Sediakan 100 cc air minum.
b) Cuci semua bahan.
c) Masukkan air minum 100 cc dan seledri ke dalam juicer atau
blender, kemudian diblender.
d) Saring airnya, minum untuk 2 kali sehari.
e. Konsumsi rebusan daun seledri
1) Alat dan Bahan :
a) 100 gram seledri
b) Air 400 ml
c) Gelas
d) Panci
e) Saringan
2) Prosedur Kerja :
a) Mencuci 100 gram seledri sampai bersih.
b) Seledri dipotong-potong kasar.
c) Kemudian seledri dimasukkan didalam panci.
d) Tambahkan air bersih 400 ml lalu rebus sampai airnya
mendidih ±15 menit hingga mencapai 200 ml.
e) Angkat, tuang dan saring kedalam gelas.
f) Setelah dingin, bagi 2 kali minum untuk sehari.
G. Komplikasi
1. Stroke
2. Gagal ginjal
3. Kebutaan
4. Penyakit jantung koroner
5. Kematian
DAFTAR PUSTAKA