Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI PADA Tn.

H
DI DESA JETIS WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI SUKOHARJO

Disusun Oleh :

Novita Rizky Susanti J230215100

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik/ Materi : Hipertensi


Sasaran : Tn.S yang mengalami Hipertensi di Desa Jetis
Hari/ Tgl/ Jam : Minggu, 24 Juli 2022/ 09.00 WIB
Lokasi Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Tn. H

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 30 menit, keluarga
dapat memahami tentang hipertensi.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan, peserta penyuluhan dapat :
1. Mengerti dan memahami pengertian hipertensi
2. Mengerti dan memahami tanda dan gejala hipertensi
3. Mengerti dan memahami penyebab hipertensi
4. Mengerti dan memahami pencegahan hipertensi
5. Mengerti dan memahami penatalaksanaan hipertensi
6. Mengerti dan memahami komplikasi hipertensi
C. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Tahap
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Media
Pendidika Penyuluh Peserta Penyul uhan
n
Pendahluan 1. Memberi salam, 1. Menjaw
(5 menit) memperkenalkan ab salam
diri, dan membuka 2. Memperhatikan
penyuluhan. 3. Memperhatikan
2. Menjelaskan 4. Menerima
materi secara
umum.
3. Menjelaskan
tentang TIU dan
TIK
4. Membagikan
Leaflet
Penyajian Menjelaskan: Mendengarkan
(15 menit) 1. Pengertian dan bertanya
hipertensi
2. Tanda dan gejala
hipertensi
3. Penyebab
hipertensi
4. Pencegahan
hipertensi
5. Penatalaksanaan
hipertensi
6. Komplikasi
hipertensi

Penutup 1. Memberi 1. Menjaw


(10 menit) pertanyaan pada ab
peserta tentang pertanya
materi yang an
telah dijelaskan. 2. Mengulang
2. Meminta peserta 3. Memperhatikan
mengulang kembali dan menjawab
materi yang salam.
telah diberikan
3. Menutup pertemuan
dan memberi salam.

D. Media Penyuluhan
1. Leaflet
E. Metode Penyuluhan
Ceramah dan diskusi

F. Evaluasi
1. Struktur
a. Persiapan Penyuluh
1) Penyuluh menyiapkan diri untuk membawakan materi yang
akan disampaikan kepada peserta penyuluhan.
2) Penyuluh mampu menyiapkan satuan acara penyuluhan (SAP)
b. Media
Media yang digunakan berupa leaflet
c. Peserta
1) Peserta bersedia mengikuti acara penyuluhan
2) Peserta penyuluhan merupakan warga yang mengikuti posbindu
d. Tempat
Tempat penyuluhan berada dalam suasana yang nyaman dan
kondusif untuk mendukung pelaksanaan penyuluhan.
2. Proses
a. Penyuluhan membuat kontrak dengan peserta untuk waktu
pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
b. Peserta mengikuti kegiatan penyuluhan sejak awal hingga akhir
kegiatan.
c. Penyuluh mampu menarik perhatian peserta terhadap materi yang
disampaikan.
d. Peserta diharapkan berperan aktif selama kegiatan penyuluhan.
e. Kegiatan penyuluhan berjalan secara sistematis.
3. Hasil
a. Penyuluh mampu memberikan materi penyuluhan yang telah
dibuat minimal 90% dari materi penyuluhan.
b. Peserta diharapkan mengerti mengenai materi penyuluhan minimal
90%
c. Saat penyuluh melakukan evaluasi kepada peserta diharapkan peserta
dapat memberikan umpan balik yang positif misalnya peserta dapat
menjawab pertanyaan penyuluh
d. Media dapat terdistribusi kepada peserta penyuluhan
I. Lampiran
1. Materi
2. Media yang digunakan (leaflet)
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Lansia
Lansia merupakan perkembangan individu pada tahap masa tua dengan
batasan usia >60 tahun. Lansia merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami tahapan kegagalan dalam mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stress fisiologi dengan jangka waktu 10 tahun. Menurut
Azizah & Hartanti (2016) lansia merupakan individu yang akan mengalami
kemunduran fisik, mental serta sosial secara bertahap dengan batasan usia di
atas 60 tahun.

B. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
(Kemenkes RI, 2014 dalam Eriana, 2017).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana


tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001; dalam Yunus, 2016).
C. Tanda dan Gejala
Menurut Artiyaningrum (2016) hipertensi seringkali disebut sebagai
pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan,
tanpa disertai gejala gejalanya sebagai peringatan. Adapun gejala hipertensi
yang muncul dianggap sebagai gangguan biasa, penderita juga mengabaikan dan
terkesan tidak merasakan apapun atau berprasangka dalam keadaan sehat,
sehingga penderita terlambat dan tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi.
Gejala yang dirasakan bervariasi, bergantung pada tingginya tekanan darah.
Gejala-gejala hipertensi, yaitu:
1. Sakit kepala
2. Mimisan
3. Jantung berdebar-debar
4. Sering buang air kecil di malam hari
5. Sulit bernafas
6. Mudah lelah
7. Wajah memerah
8. Telinga berdenging
9. Vertigo
10. Pandangan kabur
Keluhan yang sering dirasakan dan dijumpai adalah pusing yang terasa
berat pada bagian tengkuk, biasanya terjadi pada siang hari (Lany Sustrani,
dkk, 2005 dalam Artiyaningrum, 2016).
D. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer
(esensial) dan hipertensi sekunder. Pada pasien dengan hipertensi primer
(esensial) penyebabnya tidak diketahui sedangkan pasien dengan hipertensi
sekunder mempunyai penyebab khusus baik endogen maupun eksogen
(Departemen Kesehatan, 2006; dalam Hulaima, 2017).
Faktor genetik memegang peranan penting pada patofisiologi hipertensi primer
(esensial) dikarenakan hipertensi ini memiliki kecenderungan terjadi secara turun
temurun. Ditemukan gambaran bentuk disregulasi monogenik dan poligenik.
Banyak dari gen-gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga
ditemukan mutasi-mutasi genetik yang mengubah ekskresi kallikrein urine,
pelepasan nitrit oksida, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen.
Hipertensi sekunder dapat disebabkan penyakit komorbid seperti disfungsi
renal akibat gagal ginjal kronis atau penyakit renovaskular dan juga dapat
disebabkan oleh konsumsi obat-obatan tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah seperti kortikosteroid, estrogen, OAINS, dan lain-lain
(Departemen Kesehatan, 2006; dalam Hulaima, 2017). Adapun faktor risiko
yang mempengaruhi hipertensi antara lain :

1. Keturunan
2. Konsumsi garam berlebih
3. Kegemukan
4. Stress
5. Merokok
6. Mengkonsumsi alkohol
7. Kurang olahraga
E. Pencegahan
Cegah Hipertensi dengan CERDIK (Kemenkes RI, 2019).
1. Cek kesehatan secara berkala
2. Enyahkan asap rokok
3. Rajin aktivitas fisik
4. Diet seimbang
5. Istirahat cukup
6. Kelola stres
F. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu penetalaksanaan
dengan terapi farmakologis dan non farmakologis.
1. Terapi farmakologis
Berbagai penelitian klinis membuktikan bahwa, obat anti hipertensi
yang diberikan tepat waktu dapat menurunkan kejadian stroke hingga
35-40 %, infark miokard 20-25 %, dan gagal jantung lebih dari 50 %.
Obat-obatan yang diberikan untuk penderita hipertensi meliputi diuretik,
angiotensin-converting enzyme (ACE), Beta-blocker, calcium channel
blocker (CCB), dll. Diuretik merupakan pengobatan hipertensi yang
pertama bagi kebanyakan orang dengan hipertensi (Kemenkes RI, 2013).
2. Terapi non farmakologis
a Makan gizi seimbang
Pengelolaan diet yang sesuai terbukti dapat menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi. Manajemen diet bagi penderita
hipertensi yaitu membatasi gula, garam, cukup buah, sayuran,
makanan rendah lemak, usahakan makan ikan berminyak seperti
tuna, makarel dan salmon (Kemenkes RI, 2013).
b Mengurangi berat badan
Hipertensi erat hubungannya dengan kelebihan berat badan.
Mengurangi berat badan dapat menurunkan tekanan darah karena
mengurangi kerja jantung dan volume sekuncup (Aspiani, 2015).
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan
(obesitas) dianjurkan untuk menurunkan berat badan hingga
mencapai IMT normal 18,5 – 22,9 kg/m 2, lingkar pinggang <90 cm
untuk laki-laki dan <80 cm untuk perempuan (Kemenkes RI, 2013).
c Olahraga yang teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang dan bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
kinerja jantung (Aspiani, 2015). Senam aerobic atau jalan cepat
selama 30-45 menit lima kali perminggu dapat menurunkan tekanan
darah baik sistole maupun diastole. Selain itu, berbagai cara
relaksasi seperti meditasi dan yoga merupakan alternatif bagi
penderita hipertensi tanpa obat (Kemenkes RI, 2013).
d Senam Hipertensi Lansia
Senam hipertensi lansia adalah olahraga yang disusun dengan selalu
mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot besar, dan
kelenturan sendi, serta memasukkan oksigen sebanyak mungkin.
Olahraga senam hipertensi juga merupakan salah satu terapi non
farmakologis yang dapat diterapkan pada pendeita hipertensi untuk
mengurangi ketergantuangan obat anti hipertensi pada penderita
hipertensi (Nugraheni, Andarmoyo, & Nurhidayat, 2019). Salah satu
tujuan senam hipertensi pada lansia adalah untuk meningkatkan
aliran darah dan pasokan oksigen ke dalam otot-otot dan rangka
yang aktif khususnya pada otot jantung. Berikut langkah-langkah
melakukan senam hipertensi :
1) Jalan di tempat 2 x 8
2) Tepuk tangan 2 x 8
3) Tepuk jari 4 x 8
4) Tepuk jalin tangan 4 x 8
5) Silang ibu jari 4 x 8
6) Adu sisi kelingking 2 x 8
7) Adu sisi telunjuk 2 x 8
8) Ketok pergelangan 2 x 8
9) Ketok nadi 2 x 8
10) Tekan jari – jari 2 x 8
11) Buka dan mengepal jari 2 x 8
12) Menepuk punggung tangan 4 x 8
13) Menepuk lengan dan bahu 4 x 8
14) Menepuk pinggang 2 x 8
15) Menepuk paha 4 x 8
16) Menepuk samping betis 2 x 8
17) Jongkok berdiri 2 x 8
18) Menepuk perut 2 x 8
19) Kaki jinjit 2 x 8
(Prajayanti, Sari, & Susilowati, 2020).
e Mengurangi konsumsi alkohol
Mengurangi konsumsi alkohol dapat menurunan tekanan darah
sistolik. Sehingga penderita hipertensi diupayakan untuk
menghindari konsumsi alkohol (Kemenkes RI, 2013).
f Mengurangi stres
Stres dapat memicu penurunan aliran darah ke jantung dan
meningkatkan kebutuhan oksigen ke berbagai organ sehingga
meningkatkan kinerja jantung, oleh karena itu dengan mengurangi
stres seseorang dapat mengontrol tekanan darahnya.
g Berhenti merokok
h Berhenti merokok dapat mengurangi efek jangka panjang hipertensi
karena asap rokok yang mengandung zat-zat kimia beracun seperti
nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok dapat
menurunkan aliran darah ke bebagai organ dan meningkatkan kerja
jantung (Aspiani, 2015).
i Konsumsi jus daun seledri
1) Alat dan Bahan
a) Blender
b) Gelas
c) Air minum 100 cc
d) 100 gram daun seledri
e) Saringan
2) Prosedur pembuatan jus seledri
a) Sediakan 100 cc air minum.
b) Cuci semua bahan.
c) Masukkan air minum 100 cc dan seledri ke dalam juicer atau
blender, kemudian diblender.
d) Saring airnya, minum untuk 2 kali sehari.
e. Konsumsi rebusan daun seledri
1) Alat dan Bahan :
a) 100 gram seledri
b) Air 400 ml
c) Gelas
d) Panci
e) Saringan
2) Prosedur Kerja :
a) Mencuci 100 gram seledri sampai bersih.
b) Seledri dipotong-potong kasar.
c) Kemudian seledri dimasukkan didalam panci.
d) Tambahkan air bersih 400 ml lalu rebus sampai airnya
mendidih ±15 menit hingga mencapai 200 ml.
e) Angkat, tuang dan saring kedalam gelas.
f) Setelah dingin, bagi 2 kali minum untuk sehari.
G. Komplikasi
1. Stroke
2. Gagal ginjal
3. Kebutaan
4. Penyakit jantung koroner
5. Kematian
DAFTAR PUSTAKA

Artiyaningrum, B. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Hipertensi Tidak Terkendali Pada Penderita Yang Melakukan Pemeriksaan
Rutin di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun 2016. Public
Health Perspective Journal, 1(1), 12–20. Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/phpj/article/view/7751/5395.
Diakses tanggal 19 Juli 2022.
Aspiani, R. Y. (2015) Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Krdiovaskular
Aplikasi Nic Noc. Jakarta: EGC.
Azizah, R., & Hartanti, R. D. (2016). Hubungan Antara Tingkat Stress Dengan
Kualitas Hidup Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonopringgo Pekalongan. Jurnal Universyty Reseach Coloquium, 261–
278. Diakses tanggal 19 Juli 2022.
Eriana, I. (2017). Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada
Pegawai Negeri Sipil UIN Alaudin Makassar Tahun 2017. UIN Alaudin
Makassar. Diakses tanggal 19 Juli 2022.
Hulaima, I. S. (2017). Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Kontrol Tekanan
Darah pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kedaton Kota Bandar
Lampung. Universitas lampung. Diakses tanggal 19 Juli 2022.
Kementerian Kesehatan RI (2013b) Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana
Hipertensi. Jakarta.
Nugraheni, A., Andarmoyo, S., & Nurhidayat, S,. (2019). Pengaruh Senam
Hipertensi Terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi
di Kelompok Prolanis Wilayah Kerja Puskesmas Sukorejo. Prosiding 1st
Seminar Nasional dan Call for Paper Arah Kebijakan dan Optimalisasi
Tenaga Kesehatan Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Fakultas Ilmu
Kesehatan. ISBN 978-602-0791-41-8
Prajayanti, E. D., Sari, I. M., & Susilowati, T,. (2020). Senam Hipertensi dan
Demonstrasi Pembuatan Jus Seledri untuk Penderita Hipertensi di
Pucang Sawit Surakarta. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol. 4
No. 2.
Yunus, B. (2016). Laporan Pendahuluan Gangguan Sistem Kardiovaskuler pada
Kasus Hipertensi di Ruangan Baji Pamai II RSUD Labuang Baji Provinsi
Sulawesi Selatan. Journal of Chemical Information and Modeling.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Mkassar.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004. Diakses tanggal 19 Juli
2022.

Anda mungkin juga menyukai