Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KASUS SBAR

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodelogi Penelitian

Dosen pengampu Diwa Agus Sudrajat, Ns., M.Kep

Oleh Kelompok 4 :

Armia Husni Hidayati (219053)

Arviansyah Wiguna (219054)

Cica Rosita Sari (219055)

Della Marsela (219056)

Dini Inayah (219059)

Siti Nurbaeti (219084)

Syafira Nurlaili (219086)

Tia Sopianti (219087)

Zaki Arif Sholeh (219094)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT

BANDUNG

2022
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi Situasion Background Assessment Recommendation (SBAR)
dalam dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar Pasien Safety dari Kaiser
Permanente Oakland California untuk membantu komunikasi anatar dokter dan
perawat. Meskipun komunikasi SBAR didesain untuk komunikasi dalam situasi
berisiko tinggi anatara perawat dan dokter, teknik SBAR juga dapat digunakan
untuk berbagai bentuk operan tugas, misalnya operan antara perawat. Di Kaiser
tempat asalnya, teknik SBAR tidak hanya digunakan untuk operan tugas tapi juga
untuk barbagai laporan oleh pimpinan unit kerja, mengirim pesan via email atau
voice mail serta bagian IT untuk mengatasi masalah (JCI, 2010 dalam penelitian
Rina, 2012).
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi
penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap
esklasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat
digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antar shift atau antar staf
di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan
untuk membeikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan
rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim
kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
Keselamatan pasien adalah topik penting dalam standar akreditasi rumah
sakit. Meningkatkan komunikasi yang efektif termasuk ke dalam sasaran
keselamatan pasien. Metode komunikasi SBAR yang terdiri dari Situation,
Background, Assessment, dan Recommendation merupakan kerangka komunikasi
efektif dan ditetapkan sebagai standar komunikasi antara tenaga kesehatan yang
berfokus terhadap pasien (SNARS, 2018). Dalam bidang pelayanan, contohnya,
metode SBAR membantu perawat untuk menyusun cara berpikir, mengolah
informasi, menyampaikan pesan, dan mempermudah berdiskusi dengan dokter
(Mardiana, Kristina, & Sulisno, 2019).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian SBAR?
2. Bagaimana komponen SBAR?
3. Apa saja manfaat SBAR?
4. Apa s
5. aja keuntungan SBAR?
6. Bagaimana penerapan SBAR?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian SBAR
2. Unutuk mengetahui komponen SBAR
3. Untuk mengetahui manfaat SBAR
4. Untuk mengetahui keuntungan SBAR
5. Untuk mengetahui penerapan SBAR
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian SBAR

SBAR (Situation, Background, Assessment, Recomendation) adalah


metode komunikasi yang digunakan untuk anggota tim medis kesehatan
dalam melaporkan kondisi pasien. SBAR digunakan sebagai acuan dalam
pelaporan kondisi pasien saat transfer pasien. Teknik SBAR (Situation,
Background, Assessment, Recomendation) menyediakan kerangka kerja
untuk komunikasi antara anggota tim kesehatan tentang kondisi pasien.
SBAR merupakan mekanisme komunikasi yang mudah diingat, merupakan
cara yang mudah untuk berkomunikasi dengan anggota tim,
mengembangkan kerja angota tim dan meningkatkan keselamatan pasien.
Penerapan komunikasi SBAR adalah metode komunikasi yang
sangat efektif apabila digunakan antar tenaga medis saat melaporkan kondisi
pasien. Hal ini dikarenakan komunikasi SBAR sudah mencakup komponen
yang dibutuhkan saat pelaporan kondisi pasien. Komponen yang dibutuhkan
saat pelaporan seperti Situation, Background, Assassement, Recomendation
dari pasien. Komunikasi yang tidak efektif dapat menimbulkan
kesalahpahaman pelaporan kondisi pasien yang berdampak pada
keselamatan pasien saat diberikan tindakan. Tindakan Komunikasi SBAR
dapat diterapkan saat kegiatan transfer pasien.

Kegiatan transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke


ruangan lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut6. Transfer pasien dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan terkait
prosedur transfer9. Kemampuan dan pengetahuan tenaga kesehatan yang
harus dimiliki salah satunya adalah komunikasi efektif seperti SBAR.
Komunikasi SBAR harus dilakukan dengan adanya SOP agar dapat
terdokumentasi dengan optimal. Proses komunikasi SBAR saat transfer
pasien dilakukan sebelum transfer dengan via phone dan saat transfer pasien
berlangsung secara face to face antar tenaga kesehatan sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam pelaporan kondisi pasien. Komunikasi SBAR saat transfer
pasien ini diterapkan oleh tenaga medis kesehatan yang salah satunya
adalah perawat. Hal ini sesuai dengan salah satu fungsi perawat adalah
sebagai pemberi asuhan keperawatan. Perawat memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan pelaporan kondisi pasien yang diberikan saat
pasien baru datang dari bangsal lain.

B. Komunikasi SBAR

Metode SBAR terdiri dari situation, background, assessment,


recommendation. Situation menggambarkan keadaan situasi yang terjadi seperti
yang dialami pasien saat ini, keluhan utama pasien, dan mengapa perawat
menghubungi dokter. Background membahas tentang apa yang melatarbelakangi
kondisi pasien, tanda-tanda vital dan riwayat penyakit, kondisi yang akan datang,
dan keadaan yang mengarah pada kondisi tersebut. Assessment merupakan hasil
pengkajian pasien dan kemungkinan masalah yang akan dihadapi pasien.
Recommendation yaitu mengusulkan tindakan yang harus dilakukan terkait kondisi
pasien saat ini (Pope, Rodzen, & Spross, 2008).
C. Komoponen SBAR

Komunikasi SBAR memiliki beberapa komponen, yaitu :

a) Situation : Komponen situation ini secara spesifik perawat harus


menyebut usia pasien, jenis kelamin, diagnosis pre operasi,
prosedur, status mental, kondisi pasien apakah stabil atau tidak.

b) Background : Komponen background menampilkan poko masalah


atau apa saja yang terjadi pada diri pasien,keluhan yang mendorong
untuk dilaporkan seperti sesak nafas, nyeri dada dan sebagainya.
Menyebutkan latar belakang apa yang menyebabkan munculnya
keluhan pasien tersebut, diagnosis pasien, dan data kelinik yang
mendukung maslah pasien.

c) Assessment : Komponen assessment ini berisi hasil pemikiran yang


timbul dari temuan serta di fokuskan pada probelm yang terjadi
pada pasien yang apabila tidak diantisipai akan menyebabkan
kondisi yang lebih buruk.
d) Recommendation : Komponen recommendation menyebutkan hal –
hal yang dibutuhkan untuk ditindak lanjuti. Apa intervensi yang
harus direkomendasikan oleh perawat.
Berikut ini adalah contoh komponen komunikasi SBAR, yaitu:

S : Identifikasi unit, pasien, status penyebab dari status klinik, status


diagnosa, status secara singkat seperti kapan dimulai, tujuan dari
transfer dan indikasi klinik atau tujuan dari tes diagnosis
B : Tanggal penerimaan, vital sign, alergi, situasi nyeri, medikasi
(dosis obat), antibiotik, IV infus, hasil laboratorium, diit, klinik
informasi lainnya meliputi jenis monitoring yang dibutuhkan.
A : Prioritas dari fokus masalah, karakteristik nyeri, pencegahan
keamanan petugas kesehatan, kemampuan koping dari penyakitnya,
pencegahan kulit, monitoring gastroentestinal perdarahan.
KASUS
PENINGKATAN PATIENT SAFETY DENGAN KOMUNIKASI SBAR
Sukesih1, Yuni Permatasari Istanti2 Program Pascasarjana ,Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
kesihfelishia@gmail.com Program Pascasarjana , Universitas Muhammadiyah Yogyakarta permata_06@yahoo.com

Abstrak

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat pelayanan

pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: penilaian risiko, identifikasi dan penanganan

terkait risiko pasien. Salah satu dari enam program yang menargetkan keselamatan pasien

adalah komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif merupakan kunci bagi perawat

untuk mencapai keselamatan pasien berdasarkan standar keselamatan pasien di rumah sakit.

Salah satu metode komunikasi yang efektif adalah komunikasi SBAR. Komunikasi SBAR

(Introduction, Situation, Background, Assessment, Recommendation) adalah komunikasi

yang menggunakan alat logika untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer ke orang

lain secara akurat dan efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas

komunikasi SBAR terhadap keselamatan pasien. Penelusuran literatur yang digunakan

menggunakan kata kunci comunication SBAR, pastient safety sebagai variabel bebas dan

variabel terikat comunication SBAR adalah patient safety. Pencarian dilakukan di website

Proquest, PMC, PubMed, atau website lain yang menggunakan Google Scholar. Dari hasil

pencarian di dapatkan sebanyak sepuluh jurnal yang berhubungan dengan tema tersebut. Dari

kesepuluh jurnal tersebut merupakan jurnal penelitian klinis. Hasil tinjauan pustaka

menemukan bahwa dari sepuluh jurnal menyebutkan komunikasi SBAR dapat meningkatkan

keselamatan pasien.
Situation (S) :
- selamat pagi dokter, saya dini perawat yang berjaga hari ini
- saya bertemu dokter untuk berbicara tentang pasien bernama ny.A diruang kasomi
- pasien selalu mengeluh ingin belajar berjalan dengan data ROM nya masih rendah
- Pasien masih kesulitan menggarakan tangan kanan dan kaki kanan . pasien juga tidak
dapat berbicara dengan jelas
Backround (B) :
- Ny.S adalah seorang wanita berusia 54 tahun . TD : 160/100 mmHg, Nadi
87x/menit, RR : 24V X/menit pasien sering memakan makanan tinggi kolesterol

Assessment (A) :
- sepertinya Ny.A mengalami gejela yang berhubungan dengan stroke sebelah

Recommendation (R) :
- : apakah dr budi bisa menemui pasien dankeluarga ? apakah harus melakukan test
EKG dan memberikan alat untuk menompang pasien seperti wolker roda?

Anda mungkin juga menyukai