Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

KOMUNIKASI ANTARA PERAWAT DENGAN TENAGA


KESEHATAN LAIN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Defenisi SBAR
Komunikasi merupakan bagian penting dalam praktik sehari-hari dalam perawatan
kesehatan. Komunikasi yang berkualitas akan mencegah terjadinya kesalahan, pemahaman
yang jelas, patuh terhadap rencana perawatan dan juga hasil positif bagi pasien. Salah satu
komunikasi standart yaitu SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation)
format disusun untuk mengoptimalkan komunikasi yang efektif di antara semua anggota tim
perawatan kesehatan, untuk menyampaikan situasi apa pun, seperti cedera atau keluhan pasien,
perubahan shift perubahan status klinis pasien, atau merujuk pasien ke unit perawatan yang
berbeda.
SBAR digunakan antara perawat dengan perawat, perawat dengan dokter, perawat dengan
teknisi, dan sebagainya. Dengan menggunakan komunikasi SBAR perawat semakin siap
menyampaikan situasi yang terjadi dan meningkatkan kerjasama yang baik dengan teman
sejawat yang lain. Selain itu SBAR juga memperlancar pertukaran informasi dan meningkatkan
keselamtan kerja ( Perry, dkk., 2020). SBAR menurut Standart Nasional Akreditasi RS
Indonesia (SNARS) tahun 2017 adalah kerangka komunikasi efektif yang digunakan dirumah
sakit untuk mengkomunikasikan informasi penting yang membutuhkan perhatian segera yang
dapat meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan untuk meningkatkan
serah terima atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. SBAR memberikan
kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya. SBAR
merupakan strategi dalam menyampaikan kondisi pasien yang telah terbukti dapat mengurangi
kesalahan. SBAR adalah bentuk komunikasi terstruktur yang diadaptasi dari penerbangan dan
industri andal lainnya untuk menggambarkan situasi atau kondisi pasien kepada tim yang lain.
SBAR juga dapat meningkatkan keselamatan pasien dengan mendorong penggunaan
komunikasi yang jelas dan terfokus dalam kondisi kritis (Compton, 2016).
2.2 Prosedur Pelaksanaan Komunikasi dengan SBAR
1. Langkah-langkah pelaksanaan komunikasi efektif dengan metode SBAR menurut
Perry, dkk (2020) yaitu:
2. Mengidentifikasi tujuan menghubungi kolega (misalnya, melaporkan hasil
pemeriksaan laboratorium, status pengobatan intravena (IV), insiden jatuh, dan
perubahan kondisi klinis pasien).
3. Menilai faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dengan orang lain (lingkungan,
waktu, kepercayaan dan nilai budaya yang dianut, pengalaman sebelumnya).
4. Perhatikan bahasa nonverbal yang dapat mempengaruhi komunikasi dengan orang lain
dan jangan menghakimi.
5. Persiapakan lingkungan fisik, pergi ketempat yang sunyi, tenang, mengurangi
gangguan seperti suara dari luar.
6. Perhatikan perbedaan hierarki antara anggota tim perawatan kesehatan dengan pasien
yang sebagai penghalang komunikasi dan kolaborasi yang efektif.
7. Perkenalkan diri dan tujuan dari tindakan.
8. Perhatikan bahasa tubuh dan intonasi suara, tidak menyilangkan kedua tangan pada
dada, pertahankan kontak mata.
9. Gunakan keterampilan berkomunikasi yaitu ajukan pertanyaan terbuka, jangan
berasumsi, jangan menganggu, jangan menyalahkan satu sama lain, berikan umpan
balik, aktif mendengarkan dan klarifikasi pesan yang dismapaikan bila perlu.
10. Menggunakan metode komunikasi yang tertulis di tempat kerja seperti komunikasi
dengan metode SBAR untuk menyampaikan kondisi pasien kepada teman sejawat.
Kerangka SBAR dalam timbang terima atau handover yaitu: S (Situation): nama pasien,
usia, jenis kelamin, keluhan utama, kondisi saat ini. B (Background): riwayat alergi,
status kode darurat (tidak di resusitasi), riwayat penyakit dan operasi, berkebutuhan
khusus (buta, tuli, dan amputasi), dan riwayat imunisasi. A (Assessment): nilai dan
amati kondisi yang terjadi saat ini, perhatikan adanya perubahan kondisi, termasuk
informasi yang disampaikan oleh pasien, keluarga, care giver dan tim penyedia layanan,
pemeriksaan laboratorium, diagnosa medis, termasuk terapi atau pengobatan yang
sudah diberikan dan hasil yang diharapkan (perubahan obat, menggunakan oksigen),
berikan pendidikan kesehatan tentang rencana pengobatan kepada pasien atau keluarga,
evaluasi respon pasien dan hasil yang ditemui. R (Recommendation): jelaskan prioritas
masalah kepada perawat jaga selanjutnya, termasuk rujukan, instruksi keperawatan dan
tindakan keperawatan utama.
11. Mengkaji perkembangan pasien dan melaporkannya setiap pergantian shift.
Prosedur pelaksanaan komunikasi SBAR dalam layanan kesehatan menurut Simamora
(2018) yaitu:
1. Situation/ Situasi Situasi membahas tentang kondisi pasien saat ini seperti, bagaimana
situasi pasien saat ini? Mengapa perawat menghubungi dokter? Apa yang sedang terjadi
kepada pasien saat ini?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijelaskan dengan kalimat yang
singkat sesuai dengan situasi yang sebenarnya terjadi sehingga dokter mendapatkan
gambaran situasi pasien saat ini.
2. Background/ Latar belakang Background berisi tentang riwayat kesehatan yang dialami
oleh pasien seperti riwayat alergi, obat-obatan dan cairan infuse yang diberikan,
jelaskan hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan yang mendukung kondisi
pasien, informasi klinik yang mendukung, tanda vital pasien. Secara umum latar
belakang membahas tentang apa yang melatarbelakangi kondisi pasien? Apa saja tanda-
tanda vital dan riwayat penyakit pasien? Jelaskan bagaimana kondisi situasi yang akan
datang? Keadaaan apa yang mengarah pada kondisi tersebut?
3. Assessment/ Penilaian Penilaian berbicara tentang kesimpulan dari analisa terhadap
gambaran situasi pasien. Secara umum pada penilaian, menjelaskan tentang pertanyaan
apa penilaian anda terhadap kondisi tersebut? apa masalah yang terjadi kepada pasien
berdasarkan penilaian masalah tersebut?
4. Recommendation/ Rekomendasi Rekomendasi membahas tentang tindakan yang harus
dilakukan selanjutnya terkait kondisi yang terjadi pada pasien seperti: mengusulkan
dokter untuk mengunjungi pasien, menghubungi dokter tentang apa yang harus
dilakukan selanjutnya. Secara umum rekomendasi menjelaskan tentang apa yang harus
dilakukan untuk memperbaiki masalah yang terjadi pada pasien? Tindakan apa yang
harus dilakukan atau diusulkan?
Fase interaksi (perawat shift sebelumnya dengan perawat shift selanjutnya bersama
pasien dengan keluarga) pelaporan dengan metode SBAR menurut Hadi (2016):
1. Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien) Sebutkan nama pasien dan umur
pasien, sebutkan tanggal masuk ruangan dan hari perawatan, sebutkan nama dokter
yang menangani pasien, sebutkan diagnosa medis dan masalah keperawatan yang
belum atau yang sudah teratasi. 2. Background (info penting yang berhubugan dengan
kondisi pasien terkini) Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dari setiap diagnose
keperawatan, sebutkan riwayat alergi, riwayat
2. Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini) Jelaskan secara lengkap hasil
pengkajian pasien terkini (meliputi B6/ head to toe), jelaskan kondisi klinik yang
mendukung (Lab, Rongent dll).
3. Recommendation Rekomendasi intervensi keperawatan yang sudah dan perlu
dilanjutkan (refer to nursing plan) termasuk discharge planning serta edukasi pasien
dan keluarga. pembedahan, pemasangan alat invasive dan obat-obatan termasuk alat
infuse yang digunakan, jelaskan dan identifikasi pengetahuan pasien dan keluarga
tentang diagnosa medis.

2.3 Penerapan Komunikasi SBAR


1. Operan Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu
laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien. Tujuan dilakukan operan adalah
untuk menyampaikan kondisi pasien, menyampaikan asuhan keperawatan yang
belum dilaksanakan, menyampaikan hal yang harus ditindaklanjuti, menyusun
rencana kerja. Untuk mencapai tujuan harus diterapkan komunikasi efektif seperti
SBAR. 2.3. 2 Pelaporan Kondisi Pasien Pelaporan Kondisi Pasien dilakukan oleh
perawat kepada tenaga medis lain termasuk dokter. Hal ini bertujuan untuk
melaporkan setipap kondisi pasien kepada dokter sehingga dokter dapat
memberikan tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien. Pelaporan kondisi pasien
yang efektif dapat meningkatkan keselamaran pasien (Davey, 2015)
Faktor yang dapat mempengaruhi pelaporan kondisi pasien adalah komunikasi.
Komunikasi yang tidak efektif antara perawat dan dokter dapat mempengaruhi
keselamatan pasien. Berbagai jurnal yang telah diteliti dihasilkan komunikasi
efektif seperti SBAR dapat meningkatkan komunikasi antara perawat-dokter
sehingga angka keselamatan pasien meningkat. (Sukesih, 2015)
2. Transfer Pasien Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke
ruangan lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut. Transfer pasien dibagi menjadi transfer pasien internal dan
external. Transfer pasien internal adalah transfer antar ruangan didalam rumah
sakit dan transfer pasien external adalah transfer antar rumah sakit. Transfer pasien
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah memiliki kemampuan dan
pengetahuan terkait prosedur transfer . Kemampuan dan pengetahuan tenaga
kesehatan yang harus dimiliki adalah memahami proses pra transfer, peralatan
transfer, dan komunikasi saat transfer pasien. Komunikasi yang efektif diperlukan
untuk proses pelayanan kesehatan. Salah satu proses pelayanan kesehatan adalah
transfer pasien (Prakoso, 2016).
Komunikasi SBAR merupakan salah satu komunikasi efektif yang dapat
meningkatkan keselamatan pasien. Masalah komunikasi SBAR saat proses transfer
berpotensi untuk mengalami masalah dan dapat berdampak pada pasien. Masalah
yang dialami seperti tidak lengkapnya laporan transfer pasien dan kurang efektif
komunikasi pelaporan informasi kondisi pasien saat transfer. Masalah yang sering
terjadi seperti komunikasi yang gagal akibat kurangnya interaksi secara langsung
dan dokumentasi yang kurang jelas. Masalah yang terjadi saat transfer pasien dapat
berdampak pada keselamatan pasien maka perlu diperhatikan mekanisme transfer
pasien (Landua, 2014).
2.4 Definisi Dari Komunikasi Dengan Metode TBAK
Adalah teknik komunikasi lisan menggunakan telepon dengan menulis,
membaca ulang dan melakukan konfirmasi pesan yang diterima oleh pemberi
pesan. Dalam berkomunikasi di rumah sakit, petugas dan tenaga medis harus
melakukan proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan catat,
baca kembali dan konfirmasi ulang (TBAK), yaitu :
1. Pemberi pesan memberikan pesan secara lisan. Komunikasi dapat dilakukan
secara langsung atau melalui sarana komunikasi seperti telepon. Pemberi pesan
harus memperhatikan kosa kata yang digunakan, intonasi, kekuatan suara (tidak
besar dan tidak kecil), jelas, singkat dan padat.
2. Penerima pesan mencatat isi pesan tersebut. (TULIS) Untuk menghindari
adanya pesan yang terlewat maka penerima pesan harus mencatat pesan yang
diberikan secara jelas.
3. Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima pesan. (BACA)
Setelah pesan dicatat, penerima pesan harus membacakan kembali pesan
tersebut kepada pemberi pesan agar tidak terjadi kesalahan dan pesan dapan
diterima dengan baik.
4. Penerima pesan mengkonfirmasi kembali isi pesan kepada pemberi pesan.
(KONFIRMASI) Pemberi pesan harus mendengarkan pesan yang dibacakan
oleh penerima pesan dan memberikan perbaikan bila pesan tersebut masih ada
yang kurang atau salah.
2.5 Tujuan Dari Komunikasi Dengan Metode TBAK
Berdasarkan IPSG 2 tentang komunikasi efektif, agar aman, aman bagi pemberi
pemberi pesan, aman bagi penerima pesan, dan aman terhadap isi pesan sehingga
tidak terjadi kesalahan saat pemberian tindakan, dan juga aspek legal secara hukum
karena ada verifikasi secara tertulis maka gunakanlah TBAK: Tulis, Baca Kembali
Dan Konfirmasi
2.6 Cara Mengaplikasikan Komunikasi Dengan Metode TBAK
Tulis instruksi ataupun terapi dan jam diterimanya informasi di catatan terintegrasi
berkas rekam medis oleh penerima informasi. Bacakan kembali nama dan tanggal
lahir pasien oleh petugas kesehatan penerima informasi untuk verifikasi.
Konfirmasi ulang kebenaran nama dan tangga lahir serta instruksi ataupun terapi
pasien yang dibacakan kembali oleh petugas kesehatan penerima pesan. Pemberi
instruksi harus segera melengkapi dokumentasi verifikasi secara tertulis di catatan
terintegrasi dalam kolom cap verifikasi komunikasi efektif dalam 1 x 24 jam.
Untuk kata-kata yang sulit didengar, pemberi/penerima informasi/instruksi dapat
mengeja alfabet agar tidak salah penafsiran
BAB 2
STANDAR OPERASIONALPROSEDUR SBAR
2.1 Standart Operasional Prosedur SBAR
Pengertian : Suatu standar sistem komunikasi antar
tenaga kesehatan guna mengkomunikasikan
hal-hal mengenai pengelolaan pasien.
Tujuan Tercapainya Keselamatan Pasien terutama
sasaran mengenai Komunikasi yang Efektif.
Manfaat Sistem komunikasi SBAR digunakan untuk
mengkomunikasikan pasien dan
pengelolaannya, terutama komunikasi verbal
baik langsung maupun melalui sambungan
telepon antar tenaga kesehatan yaitu antara:
a. Perawat dengan dokter
b. Konsultasi antardokter
c. Antar bagian layanan Kesehatan
d. ergantian petugas jaga (shift)
Kebijakan : Komunikasi antar petugas kesehatan
dilakukan dengan metode SBAR
Prosedur : Langkah melakukan SBAR (Situation,
Background, Assesment, Recommendation)
dan konfirmasi ulang.
1. Situation.
Sebutkan:
1. Salam,
2. Identitas pelapor dan asal ruang
perawatan,
3. Identitas pasien.
4. Alasan untuk melaporkan kondisi
pasien, secara subyektif dan obyektif.
Dengan kata-kata, ”Selamat
pagi/siang/malam, saya …. dari ruangan
… RS …, hendak melaporkan pasien
Tn/Ny/An …. Saat ini kondisi pasien …..
dengan tanda-tanda vital ….”
2. Background.
Sebutkan:
1. Latar belakang pasien, yaitu Riwayat
Penyakit Sekarang (RPS),
2. Alasan pasien dirawat inap (bila
rawat inap),
3. Pengelolaan pasien yang sudah
berjalan,
4. Terapi yang diterima pasien sampai
saat itu (yang signifikan).
Sudah dilakukan tindakan …. pengobatan
…..”
Recommendation.
Sebutkan rekomendasi untuk pasien menurut
pelapor (bila ada) Dengan kata-kata, ”Apa
yang perlu dilakukan? Mohon dokter segera
datang” Dengan kata-kata, ”Pasien dengan
diagnosis …. perawatan hari ke ….
Konfirmasi Ulang. 1. Catat hasil pembicaraan pada secarik
kertas,
2. sebutkan ulang kepada pihak yang
dilapori
3. bila benar, pihak yang dilapori
menyatakan setuju dengan hasil tersebut.
4. Pembicaraan selesai.
Khusus untuk konsultasi perawat dengan
dokter:
1. Salin hasil pembicaraan di status
pasien dengan urutan SBAR.
2. Bubuhkan stempel untuk tempat
tanda tangan dokter.
3. Dalam waktu 1×24 jam, dokter yang
dikonsuli harus membubuhkan tanda
tangan sebagai bentuk pengesahan
instruksi tersebut.
Unit Terkait : 1. Keperawatan.
2. Dokter.
3. Instalasi Rehabilitasi Medik.
4. Laboratorium.
5. Radiologi.
6. Instalasi Gizi.
7. Instalasi Gawat Darurat.

2.2 Contoh Dialog Komunikasi SBAR


Perawat: Assalamualaikum, mohon maaf menganggu waktunya. Apakah benar ini dengan
dokter Tari ?
Dokter: Waalaikum iya benar
Perawat : Saya perawat sujar dari ruang Melati Rumah Sakit Sandi Karsa ingin melaporkan
keadaan pasien yang bernama Tn. Indra umur 42 tahun, tanggal masuk 20 Januari 2020 sudah
3 hari perawatan, DPJP : dr Tari, Sp.PD, diagnosa medis : Post Operasi Apendicitis. Nyeri
tetap ada selama dirawat dibagian bekas operasi pasien terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit,
kesadaran composmentis. Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 15, ureum 237
mg/dl. Dokter : Iya sus, ada apa ?
Perawat: Tn. Indra, merasakan nyeri berat pada bekas operasinya dikarenakan pasien
mengkonsumsi makanan pedas ketika makan malam semalam. Saya sudah menganjurkan
pasien latihan tarik nafas untuk mengurangi rasa nyerinya dan saya berikan analgesik.
Dokter: Nah, tolong terapi latihan tarik nafas diteruskan ya sus. Berikan juga obat antiemetik
parenteral untuk mengurangi rasa nyeri di bekas operasi bapak tersebut. Perawat : Baik dok,
saya ulangi rekomendasi dari dokter. Latihan tarik nafas diteruskan dan berikan obat antiemetik
parenteral untuk mengurangi rasa nyeri.
Dokter: Ya sus, benar
Perawat : Baik dokter terimakasih atas waktunya, asalamualaikum.
Dokter: Waalaikumsalam.
2.3 Contoh dialog komunikasi TBAK SBAR
Ada laporan dari dr. X hasil lab kritis Tn. A. tgl lahir 2-mei 1978. No RM 001234,
kalium 6.2 maka yang melaporkan (dr. X menanyakan penerimanya siapa? misal Ners Y)
Ners Y konfirmasi dengan TBAK : ia dok saya dengan Nrs Y, saya konfirmasi ulang ya :
hasil lab tn. tn. A. tgl lahir 2-mei 1978 no RM 001234 (IPSG 1 identifikasi pasien dengan
benar, nama/tgl lahir/no RM) hasil kalium 6.2---> anda tulis di catatan integrasi lalu anda CAP
dengan CAP nilai kritis (anda dan DPJP), kemudian anda laporkan ke dokter pemengang pasien
atau DPJP mengenai hasil lab tersebut cara SBAR : Situasi, Background, Assesment,
Rekomendasi
Situasi: Hallo dok DPJP, saya Ners Y dapat laporan dari lab dr. X.
Backround: Mau melaporkan Tn.A. tgl lahir 2 Mei 1978 no RM 001234, hasil kalium 6.2
Assesment: TD 110/70 mg N: 80 x/menit S: 36 RR 20
Rekomendasi; Apa rekomendasi dokternya? Jika ada rekomendasi misalkan koreksi
hiperkalemi dengan....(bla..bla..bla) dan rekomendasi tersebut anda konfirmasi dengan TBAK
sambil anda tulis lagi di integrasi dengan metode TBAK--> lalu CAP dengan CAP komunikasi
efektif (anda dan DPJP) dan CAP komunikasi efektif (terdiri dari nama perawat dan DPJP).
BAB 3
PENUGASAN
3.1 Deskripsi Mata Ajaran

Praktik Belajar Klinik Mata ajar Komunikasi Keperawatan merupakan mata ajar yang
mengaplikasikan tentang prinsip-prinsip komunikasi terapeutik beserta aplikasinya dalam
konteks pelayanan kesehatan secara umum dan secara khusus dalam memberikan asuhan
keperawatan yang diperuntukkan bagi individu, kelompok, keluarga dan masyarakat untuk
berbagai tatanan baik praktik klinis dan komunitas. Selama melaksanakan Praktik Belajar
Klinik ini peserta didik diharapkan mendapat kesempatan untuk menerapkan dan
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang telah dimiliki berkaitan dengan
pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat – pasien, perawat- keluarga, perawat dengan
tim kesehatan dan pemberian service excellent kepada pasien dan keluarga pasie.

3.2 Tujuan

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran komunikasi keperawatan, jika berkomunikasi


dengan tenaga kesehatan mahasiswa akan :

1. Mampu menganalisis konsep komunikasi efektif dan helping relationship dalam


konteks hubungan efektif perawat dengan tenaga Kesehatan lain dan melakukan
simulasi penerapannya dalam membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi
klien.
2. Mampu menganalisis karakteristik perawat yang memfasilitasi hubungan yang efektif
3. Mampu melakukan analisa diri untuk menumbuhkan self awareness dalam hubungan
interpersonal
4. Mampu melakukan penggunaan diri secara efektif dalam komunikasi
5. Mampu melakukan tahap – tahap dalam komunikasi efektif
6. Mampu melakukan teknik-teknik komunikasi efektif secara tepat sesuai dengan situasi
dan kondisi.
7. Mampu menganalisis hambatan dalam komunikasi efektif dan mengaplikasikannya
secara tepat ketika berhubungan dengan tenaga Kesehatan lainya.
8. Mampu melakukan komunikasi efektif pada kondisi khusus dan berbagai rentang usia
9. Mampu mengelola komunikasi dalam kelompok dan organisasi.
10. Mampu melakukan manajemen konflik
11. Mampu menerapkan service excellent dengan penerapan 5 S ( senyum, salam, sapa,
sopan, santun)

3.3 Aktivitas Mahasiswa


1.Sebelum mulai mempelajari kegiatan praktikum ini sebaiknya mahasiswa telah
memahami topik materi komunikasi efektif anatara perawat dengan tenaga Kesehatan
yang lain secara baik. Banyaklah berdiskusi dengan teman. Jika dalam diskusi dengan
teman, Anda masih memiliki beberapa pertanyaan yang tidak terjawab mintalah bantuan
pembimbing untuk menjelaskannya kembali, sehingga pemahaman menjadi semakin
baik.
2.Buatlah dialog sesuai dengan tugas yang ditentukan di praktikum ini. .
3.Lakukanlah latihan komunikasi efektif sesering mungkin dimulai dari prainteraksi,
orientasi, kerja dan terminasi
4.Susunlah strategi dialog lalu lakukan praktek cara melakukan komunikasi efektif dengan
baik
5.Latihanlah bersama teman anda cara berkomunikasi dengan baik.
3.4 Tempat Praktikum
Kegiatan praktikum ini tidak memerlukan ruangan khusus. Ruangan untuk praktikum
dapat mempergunakan ruangan yang ada asalkan ruangan tersebut tidak berisik dan
tidak banyak orang yang berlalu lalang sehingga akan mengganggu jalannya praktikum.
3.5 Alokasi Waktu Praktikum
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan praktikum ini adalah 3 x
170 menit.
3.6 Tata Tertib Praktikum
Berikut ini adalah tata tertib pelaksanaan praktikum.
1.Mahasiswa harus hadir 10 menit di tempat praktikum sebelum kegiatan praktikum
berlangsung.
2.Menggunakan jas praktikum yang telah ditetapkan dilengkapi dengan papan nama
3.Diwajibkan menggunakan sepatu. Bila pembimbing menginginkan melepas sepatu
ketika memasuki ruang praktikum, maka wajib mematuhinya.
4.Pada saat praktikum berlangsung Anda dilarang mempergunakan alat komunikasi
apapun sampai kegiatan praktikum selesai
5.Mahasiswa harus menyiapkan alat tulis sendiri dan peralatan praktikum yang
dibutuhkan
6.Semua kelengkapan untuk praktikum harus disiapkan seperti format strategi
pelaksanaan
7.Selama kegiatan praktikum berlangsung mahasiswa diberikan kesempatan untuk ke
kamar kecil sebelum kegiatan berlangsung dan tidak diperbolehkan makan dan
minum ketika kegiatan praktikum sedang berlangsung.
3.7 Penugasan
Mahasiswa mencari kasus secara mandiri yang berkaitan dengan komunikasi efektif
antara perawat dengan tenaga Kesehatan lain menggunakan metode SBAR kemudian
di aplikasikan dalam bentuk praktikum dan dari kasus yang ditemukan buatlah dialog
kemudian di simulasikan dengan baik
3.8 Laporan Praktikum
Laporan praktikum dikumpulkan segera setelah Anda melakukan praktikum. Berikut
ini adalah syarat yang harus Anda penuhi ketika mengumpulkan laporan praktikum.
Laporan praktikum terdiri dari hasil dari kegiatan yang sudah dilakukan dan dialog
serta kerangka kerjanya dikumpulkan ke dosen pengampu

Anda mungkin juga menyukai