..
..
.
.
.
.
.
A. Definisi
Komunikasi yang sering digunakan di rumah sakit adalah komunikasi verbal.Komunikasi
yang efektif kepada pasien harus disampaikan dengan bahasa yang sesederhana mungkin,
mudah .dipahami, tidak menggunakan istilah medis yang tidak dipahami oleh pasien dan
disampaikan secara langsung. Akan tetapi, bukan berarti komunikasi non verbal
dikesampi..ngkan karena justru penggunaan komunikasi non verbal sangat berperan penting.
Isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal yang disampaikan oleh tenaga
kesehatan yang memberikan asuhan kepada pasiennya.
Komunikasi efektif yang dilakukan di rumah sakit, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
yang dipahami oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien.
B. Ruang lingkup
Komunikasi yang efektif di dalam rumah sakit adalah merupakan suatu issue/persoalan
kepemimpinan. Jadi, pimpinan rumah sakit memahami dinamika komunikasi antar anggota
kelompok profesional, dan antara kelompok profesi, unit stuktural; antara kelompok
profesional dan non profesional; anatara kelompok profesional kesehatan dengan manajemen;
antara profesional kesehatan keluarga; serta dengan pihak luar rumah sakit, sebagai contoh.
Pimpinan rumah sakit bukan hanya menyusun parameter dari komunikasi efektif, tetapi juga
berperan sebagai panutan (role model) dengan mengkomunikasikan secara efektif misi, strategi,
rencana dan informasi lain yang relevan. Pimpinan memberi perhatian terhadap akurasi dan
ketepatan waktu informasi dalam rumah sakit.
Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara
lisan dan yang diberikan melalui telepon, bila diperbolehkan peraturan perundangan.
Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan
kritis, seperti laboratorium klinis menelpon unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil
pemeriksaan segera / cito. Profesional kesehatan seharusnya mempunyai kemampuan yang
cukup untuk berkomunikasi dengan keluarga pasien. Hal tersebut dapat meminimalkan
terjadinya miskomunikasi akibat dari mispersepsi yang berdampak terhadap pelayanan rumah
sakit. Dampak tersebut tidak hanya dari segi material tapi juga citra pelayanan rumah sakit
semakin menurun. Komunikasi efektif dokter pasien adalah pengembangan hubungan dokter
pasien secara efektif yang berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian
informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerjasama
antara dokter dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan non verbal akan
menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang dan kendalanya,
sehingga dapat bersama-sama dokter mencari alternative untuk mengatasi permasalahnnya
Tenaga kesehatan harus memperhatikan hak pasien termasuk hak menerima informasi secara
jelas sehingga pasien dan keluarganya akan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.
Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan
terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas
mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman
buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien rumah sakit harus menciptakan dan mengelola
suatu sistem untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk
mempertahankan pasiennya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan jasa
pelayanan dengan sebaik-baiknya, termasuk melakukan komunikasi terhadap pelanggan dalam
hal ini adalah pasien dengan mempertimbangkan latar belakang budaya sehingga keluhan
negative terhadap pelayanan kesehatan dapat diminimalkan.
C. Tata Laksana
1. Komunikasi antar pemberi pelayanan di dalam rumah sakit
Banyak jenis komunikasi yang dapat dilakukan dalam rumah sakit antar pemberi pelayanan, yaitu secara
elektronik, lisan, atau tertulis. Dalam jenis komunikasi tersebut, komunikasi yang paling mudah
mengalami kesalahan adalah perintah yang diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon,
bila diperbolehkan peraturan perundangan. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pada
saat pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti bagian laboratorium klinis menelpon unit
pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito. Dalam rangka mendukung
terjadinya komunikasi yang efektif antar pemberi pelayanan di rumah sakit, maka secara kolaboratif
rumah sakit perlu mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur terkait perintah lisan dan
melalui telepon. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut juga tertuang dalam
kebijakan.
Proses komunikasi antar pemberi layanan dapat dilakukan dalam beberapa bentuk. Dimana hal
tersebut sudah menjadi ketentuan yang harus dilakukan di Rumah Sakit Bukit Lewoleba yang
dilakukan secara tepat waktu, berikut beberapa bentuk komunikasi yang dilakukan :
Rapat koordinasi
Komunikasi antar pemberi layanan(dokter, tenaga keperawatan dan tenaga
kesehatan lainnya)
Operan shift jaga
a. Rapat koordinasi
Rapat adalah pertemuan atau kumpulan dalam suatu organisasi, perusahaan, instansi
pemerintah baik dalam situasi formal maupun nonformal untuk membicarakan, merundingkan
dan memutuskan suatu masalah berdasarkan hasil kesepakatan bersama. Salah satu upaya
Rumah Sakit dalam meningkatkan komunikasi efektif antar pemberi pelayanan maka rumah
sakit m.engadakan rapat koordinasi, yaitu :
1) .Rapat Bulanan
2) Rapat Triwulan
3) Rapat Tahunan
4) Rapat insidental
Rapat koordinasi dapat dipimpin oleh Direktur , namun tidak harus dipimpin oleh Direktur.
Peserta yang hadir adalah Kepala Bagian, serta tamu undangan yang diharapkan hadir pada saat
rapat koordinasi tersebut berlangsung. Rapat koordinasi antar bagian digunakan untuk
mendiskusikan yang melibatkan antar bagian. Diharapkan dengan adanya rapat koordinasi yang
berkelanjutan akan memperbaiki kelemahan sistem sehinggga tujuan dari sasaran keselamatan
pasien dapat tercapai.