Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN

CODE BLUE

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KH. MUHAMMAD THOHIR


KABUPATEN PESISIR BARAT
TAHUN 2019

ii
PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR BARAT
RSUD KH. MUHAMMAD THOHIR
Pekon Atar Sedangke kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat
Kode Pos 34874
Email : rskomunitaskrui@gmail.com
Telp : 082186415842 (Kantor), 082186415831

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RSUD KH. MUHAMMAD THOHIR KABUPATEN PESISIR BARAT
NOMOR : / / /2019

TENTANG
PANDUAN CODE BLUE
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KH.
MUHAMMAD THOHIR

Menimbang a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Umum Daerah KH. Muhammad Thohir, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi.
b. bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah KH.
Muhammad Thohir dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad
Thohir sebagai landasan penyelenggaraan pelayanan Rumah Sakit
Umum Daerah KH. Muhammad Thohir.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
butir a dan butir b perlu ditetapkan dengan Keputusan Derektur
Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir.
1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
Mengingat 2009 Tentang Rumah Sakit.
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438 / MENKES / PER / IX / 2010 Tentang Standart
Pelayanan Kedokteran.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290 / MENKES / PER / III / 2008 Tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269 / MENKES / PER / III / 2008 Tentang Rekam Medis.
6. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun

ii
1999 Tentang Pelindungan Konsumen.
7. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
1996 Tentang Kualitas pangan yang dikomsumsi harus
memenuhi beberapa kriteeria, diantaranya adalah aman,
bergizi, bermutu dan dapat terjangkau oleh daya beli
masyarakat.
8. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1992 Tentang Kesehatan & Kepmenkes Nomor 715 /
Menkes / SK / V / 2003 Tentang Persyaratan hygiene
sanitasi jasaboga.
9. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 1996 Tentang Pangan, Pasal 16 ayat (1) “ Setiap
orang yang memproduksi pangan untuk diedarkkan dilarang
menggunakan bahan apapun sebagai kemasan pangan yang
dinyatakan terlarang dan atau yang dapat melepaskan
cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan
manusia “ dan ayat (3) “Pemerintah menetapkan bahan yang
dilarang digunakan sebagai kemasan pangan dan tata cara
penegemasan pangan tertentu yang diperdagangkan.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129 / MENKES / SK / II / 2008 tanggal 6 Februari Tentang
Standart pelayanan minimal Rumah Sakit.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
374 / MENKES / SK / III / 2007 tanggal 27 Maret 2007
Tentang Standart Profesi Gizi.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161 / MENKES / PER / 2010 Tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098 / MENKES / SK / VII / 2003 Tentang Persyaratan
Hygiene Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit.
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204 / MENKES / SK / X / 2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
794a / MENKES / PER / XII / 1989 Tentang Rekam Medis.

3
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
722 / MENKES / PER / IX / 1988 Tentang Bahan
Tambahan Makanan.
17. Peringatan Publik BPOM Nomor KH.00.02.1.55.2888
Tahun 2009 Tentang “Plastik Kresek” dan Keterangan Pers
BPO, Nomor KH.00.02.1.55.2888 Tahun 2009 Tentang
“Kemasan Makanan Styrofoam” (lampiran) ditambah
dengan penelitian-penelitan yang pernah dilakukan terhadap
bahaya plastik dan styrofoam, semakin perlu diawasi.
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
519 / MENKES / PER / III / 2011 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anastesiologi dan terapi
intensif di Rumah Sakit.

Menetapkan MEMUTUSKAN

PERTAMA KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


PRINGSEWU TENTANG PANDUAN CODE BLUE DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH KH. MUHAMMAD THOHIR
KABUPATEN PESISIR BARAT.

KEDUA Kebijakan Proses pelayanan Pasien Rumah Sakit Umum Daerah


KH. Muhammad Thohir, sebagaimana tercantum dalam lampiran
Keputusan ini.

KETIGA Pembinaan dan pengawasan penuyelenggaraan proses pelayanan


pasien Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir,
dilaksanakan oleh Pembinaan Pelayanan Medik Rumah Sakit
Umum Daerah KH. Muhammad Thohir.

KEEMPAT Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
KELIMA Panduan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Pesisir Barat, 28 Mei 2019


Direktur RSUD KH. Muhammad Thohir

Dr. EDWIN H MA’AS


IV a / PEMBINA
NIP. 19650522 200212 1 003

TEMBUSAN YTH :
1. Kepala Instalasi Rawat Inap
2. Kepala Seksi Keperawatan
3. Kepala Bidang Bidang keperawatan
4. Arsip
DAFTAR ISI
SURAT KEPUTUSAN ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................vii


BAB I DEFINISI ............................................................................................................ 1
DEFINISI.............................................................................................................................1
TUJUAN..............................................................................................................................2
BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................................
3
BAB III TATA LAKSANA PROSEDUR CODE BLUE.................................................
5
PENGORGANISASIAN TIM CODE BLUE ................................................................7
URAIAN TUGAS TIM CODE BLUE ............................................................................8
ALGORITME CODE BLUE ........................................................................................12
BAB IV DOKUMENTASI
...................................................................................................14
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Panduan Code blue di
Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir ini dapat terselesaikan.

Perlu disadari bahwa pelaksanaan pelayanan Code blue di Rumah


Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir diperlukan komitmen yang baik,
yaitu dari seluruh pemberi asuhan pasien di rumah sakit untuk memenuhi
kebutuhan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir.

Ungkapan terima kasih kami haturkan kepada Direktur Rumah Umum


Daerah Sakit KH. Muhammad Thohir yang telah memberikan dukungan baik
secara moril maupun materil dalam penyelesaian penyusunan Panduan
Code blue di Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir , serta
kepada seluruh tim dokter dan staf keperawatan di Rumah Sakit Umum
Daerah KH. Muhammad Thohir yang telah turut serta membantu dan
berperan aktif dalam pelaksanaan Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah
KH. Muhammad Thohir .

vii
LAMPIRAN PERATURAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KH.
MUHAMMAD THOHIR NOMOR : / / /2019
TANGGAL : Mei 2019

BAB I
DEFINISI

DEFINISI

Code blue merupakan salah satu kode prosedur emergensi yang harus
segera diaktifkan jika ditemukan seseorang dalam kondisi
cardiaerespiratory arrest di dalam area rumah sakit.

Code blue response team atau tim code blue adalah suatu tim yang dibentuk
oleh rumah sakit yang bertugas merespon kondisi code blue didalam area
rumah sakit. Tim ini terdiri dari dokter dan perawat yang sudah terlatih dalam
penanganan kondisi cardiac respiratory arrest.

Resusitasi jantung paru merupakan serangkaian tindakan untuk


meningkatkan daya tahan hidup setelah terjadinya henti jantung. Meskipun
pencapaian optimal dari resusitasi jantung paru ini dapat bervariasi,
tergantung kepada kemampuan penolong, kondisi korban, dan sumber daya
yang tersedia, tantangan mendasar tetap pada bagaimana melakukan
resusitasi jantung paru sedini mungkin dan efektif.

Bantuan hidup dasar menekankan pada pentingnya mempertahankan


sirkulasi dengan segera melakukan kompresi sebelum membuka jalan napas
dan memberikan napas bantuan. Perubahan pada siklus bantuan hidup dasar
menjadi C-A-B (compression — airway — breathing) ini dengan
pertimbangan segera mengembalikan sirkulasi jantung sehingga perfusi
jaringan dapat terjaga.

Rantai pertama pada rantai kelangsungan hidup (the chain of survival) adalah
mendeteksi segera kondisi korban dan meminta pertolongan (early access),
rantai kedua adalah resusitasi jantung paru (RJP) segera (early
cardiopulmonary resuscitation), rantai ketiga adalah defibrilasi segera (early
defibrillation), rantai keempat adalah tindakan bantuan hidup lanjut segera
(early advanced cardiovascular life support) dan rantai kelima adalah
perawatan paska henti jantung (post cardiac-arrest care).

1
TUJUAN

Tujuan dari panduan ini adalah :

1. Untuk memberikan panduan baku bagi tim code blue dalam


melaksanakan tugas-tugasnya sebagai tim reaksi cepat jika code blue
diaktifkan.
2. Membangun respon seluruh petugas di RSUD KH. Muhammad Thohir
pada pelayanan kesehatan dalam keadaan gawat darurat.
3. Mempercepat respon time kegawatdaruratan di rumah sakit untuk
menghindari kematian dan kecacatan yang seharusnya tidak perlu
terjadi.
BAB II RUANG
LINGKUP

Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua
kondisi cardiacrespiratory arrest tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi
sesegera mungkin. Sistem respon terbagi dalam 2 tahap, yaitu:

1. Respon awal (responder pertama) berasal dari petugas rumah sakit


baik medis ataupun non medis yang berada di sekitar korban.
2. Respon kedua (responder kedua) berasal dari timcode blue.

Adapun area penanganan cardiac respiratory arrest di Rumah Sakit terbagi


atas:

Area penanganancardiocrespitory arrest di RSUD KH. Muhammad Thohir


terbagi atas:

1. Area 1 meliputi
- Area parkir
- Ruang pendaftaran dan medical record
- Seluruh poli rawat jalan
- Instalasi formasi
- Instasi gawat darurat dan sekitarnya

2. Area 2 meliputi
- Instalasi laboraterium dan sekitarnya
- Ruang Radiologi dan sekitarnya
- Ruang Perinatologi dan sekitarnya
- Ruang Kebidanan dan sekitarnya

3. Area 3 meliputi
- Ruang anak dan sekirtarnya
- Ruang laundry dan sekitarnya
- Ruang Poli penyakit dalam dan sekitarnya
- Instalasi Gizi dan sekitarnya
- Instalasi pemeliharaan Sarana Rumah Sakit dan sekitarnya
- Instalsi pemulasaran
BAB III
TATA LAKSANA PROSEDUR CODE BLUE

1. Jika didapatkan seseorang atau pasien dalam kondisi cardiac


respiratory arrest maka perawat ruangan (I) atau first
responder berperan dalam tahap pertolongan, yaitu:
2. Segera melakukan penilaian dini kesadaran korban.
3. Pastikan lingkungan penderita aman untuk dilakukan pertolongan.
4. Lakukan cek respon penderita dengan memanggil nama atau
menepuk bahu.
5. Meminta bantuan pertolongan perawat lain (II) atau petugas yang
ditemui di lokasi untuk mengaktifkan code blue.
6. Lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) sampai dengan tim code blue
7. Perawat ruangan yang lain (II) atau penolong kedua, segera
menghubungi operator telepon “100” untuk mengaktifkan code blue,
dengan prosedur sebagai berikut:
8. Perkenalkan diri.
9. Sampaikan informasi untuk mengaktifkan code blue.
10. Sebutkan nama lokasi terjadinya cardiacrespiratory arrest dengan
lengkap dan jelas, yaitu: area ….. (area satu/dua/tiga/empat), nama
lokasi atau ruangan.
11. Jika lokasi kejadian di ruangan rawat inap maka informasikan : “
nama ruangan ….. nomor …. “.
12. Waktu respon operator menerima telepon “100” adalah harus
secepatnya diterima, kurang dari 3 kali deringan telepon.
13. Jika lokasi kejadian berada di area ruang rawat inap ataupun
rawat jalan, setelah menghubungi operator, perawat ruangan II
segera membawa troli emergensi (emergency trolley) ke lokasi
dan membantu perawat ruangan I melakukan resusitasi sampai
dengan tim Code Blue datang. Operator menggunakan alat
telekomunikasi Handy Talky (HT) atau pengeras suara
mengatakan code blue dengan prosedur sebagai berikut:
14. “Code Blue, Code Blue, Code Blue, di area …..(satu/dua/tiga/empat),
nama lokasi atau ruangan…..”.
15. Jika lokasi kejadian diruangan rawat inap maka informasikan: “Code
Blue, Code Blue, Code Blue, nama ruangan ….. nomor kamar …..”.
16. Setelah timcode blue menerima informasi tentang aktivasi code blue,
mereka segera menghentikan tugasnya masing-masing, mengambil
resusitasi kit dan menuju lokasi terjadinya cardiacrespiratory arrest.
Waktu respon dari aktivasi code blue sampai dengan kedatangan tim
code blue di lokasi terjadinya cardiacrespiratory arrest adalah 5 menit.
17. Sekitar 5 menit kemudian, operator menghubungi tim code blue
untuk memastikan bahwa tim code blue sudah menuju lokasi
terjadinya cardiacrespiratory arrest
18. Jika lokasi terjadinya cardiacrespiratory arrest adalah lokasi yang
padat manusia (public area) maka petugas keamanan (security)
segera menuju lokasi terjadinya untuk mengamankan lokasi tersebut
sehingga timcode blue dapat melaksanakan tugasnya dengan aman
dan sesuai prosedur.
19. Tim code blue melakukan tugasnya sampai dengan
diputuskannya bahwa resusitasi dihentikan oleh ketua timcode
blue.
20. Untuk pelaksanaan code blue di area empat, Tim code blue
memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien kemudian segera
ditransfer ke Instalasi Gawat Darurat.
21. Ketua tim code blue memutuskan tindak lanjut pasca resusitasi, yaitu:
22. Jika resusitasi berhasil dan pasien stabil maka dipindahkan
secepatnya ke Instalasi Perawatan Intensif untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut jika keluarga pasien setuju.
23. Jika keluarga pasien tidak setuju atau jika Instalasi Perawatan
Intensif penuh maka pasien di rujuk ke rumah sakit yang mempunyai
fasilitas
24. Jika keluarga pasien menolak dirujuk dan meminta dirawat di ruang
perawatan biasa, maka keluarga pasien menandatangani surat
penolakan.
25. Jika resusitasi tidak berhasil dan pasien meninggal, maka lakukan
koordinasi dengan bagian bina rohani, kemudian pasien dipindahkan
ke kamar jenazah.
26. Ketua timcode blue melakukan koordinasi dengan DPJP.
27. Ketua timcode blue memberikan informasi dan edukasi
kepada keluarga pasien.
28. Perawat ruangan mendokumentasikan semua kegiatan dalam rekam
medis pasien dan melakukan koordinasi dengan ruangan pasca
resusitasi.
PENGORGANISASIAN TIM CODE BLUE

Tim code blue di Rumah Sakit terbagi atas:

1. Tim code blue satu yaitu tim Code Blue yang bertanggung jawab
terhadap area satu.
2. Tim code blue dua yaitu tim Code Blue yang bertanggung jawab
terhadap area dua.
3. Tim code blue tiga yaitu tim Code Blue yang bertanggung jawab
terhadap area tiga.

Tim code blue terdiri dari:

1. Ketua timcode blue yaitu satu orang dokter umum.


2. Anggota timcode blue yang terdiri dari satu orang perawat senior
(supervisi) dan satu orang perawat.

Struktur timcode blue di Rumah Sakit adalah sebagai berikut:

1. Ketua Tim Code Blue


2. Ketua tim code blue adalah dokter umum ( jaga ruangan / jaga IGD )
3. Kualifikasi:

 Memiliki SIP yang masih berlaku.


 Memiliki ATLS atau ACLS.
 Memiliki kewenangan klinis dalam hal kegawatdaruratan medis.

2. Anggota Tim Code Blue

Anggota timcode blue terdiri dari:

1. Supervisi

Kualifikasi:

 Memiliki SIP yang masih berlaku.


 Memiliki sertifikat PPGD.
 Memiliki kewenangan klinis dalam hal kegawatdaruratan medis.

1. Perawat IGD/Resusitasi/IPI/IBS dan perawat ruangan terkait (Katim


dan anggota tim) yang bertanggung jawab saat itu.
 Memiliki SIP yang masih berlaku.
 Memiliki sertifikat PPGD.
 Memiliki kewenangan klinis dalam hal kegawatdaruratan medis.

1. Petugas Binroh
2. Security
3. Farmasi

URAIAN TUGAS TIM CODE BLUE

1. Ketua Tim Code Blue

Memimpin pelaksanaan code blue di area Rumah Sakit, meliputi:

 Pengorganisasian Tim code blue

Ketua tim : dokter jaga IGD dan dokter jaga bangsal

Shif pagi( 7.00-14.30)

Shif sore ( jam 14.30-22.00)

Shif malam (jam 22.00-07.00)

Anggota

Supervisi

Shif pagi( jam 07.00- ) pelaksana code blue di semua area

Shif sore (jam - )

Shif malam ( jam - )

Perawa tshif pagi

- Perawat pelaksana di area


1. Perawat jaga IGD shif pagi, shif sore, shif malam dan dokter
jaga bangsal
2. Perawat jaga HD dan ICU shif pagi
3. Perawat jaga ruang penyakit dalam dan bedah.

- Perawat shif sore di area


1. Perawat jaga IGD shif sore
2. Perawat di ICU , VIP dan HD jaga sore
3. Perawat RPD dan Bedah

- Perawat shif malam di area


1. perawat jaga malam IGD
2. perawat jaga malam ICU
3.Perawat jaga malam RPD dan Bedah

Bimroh pelaksana code blue di semua area

Security pelaksana code blue di semua area

Pengaturan jaga / shif code blue

1. Ketua tim kode blue area 1 adalah dokter jaga IGD dan dokter jaga
bangsal

Dokter jaga IGD bertanggung jawab di area 1

Dokter jaga bangsal bertanggung jawab di area 2 dan 3

Shif pagi( jam 08.00-14.00)

Shif sore (jam 14.00-20.00)

Shif malam (jam 20.00-08.00)

2. Supervisi
Shif pagi( jam 08.00-14.00) pelaksana code blue di semua area
Shif sore ( jam 14.00-20.00) pelaksana code blue di semua area
Shif malam( jam 20.00-08.00) pelaksana code blue di semua area

3. Anggota tim code blue


-supervisi
Petugas binroh
Security
Farmasi
Perawat

Shif pagi (jam 08.00-14.00)

Perawat pelaksana di area

1. Perawat jaga IGD shif pagi


2. Perawat jaga HD shif pagi
3. Perawatjaga RPD shif pagi
 Perawat pelaksana shif sore di area
1. Perawat jaga IGD shif sore
2. Perawat jaga ICU shif sore
3. Perawat jaga Bedah shif sore
 Perawat pelaksana Shif malam di area
1. Perawat jaga IGD shif malam
2. Perawat jaga ICU shif malam
3. Perawat jaga ruang anak shif malam

1. Memimpin pelaksanaan Resusitasi Jantung Paru (RJP).


2. Menentukan tindak lanjut pasca resusitasi.
3. Melakukan koordinasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP).
4. Sebagai pengambil keputusan dalam kondisi emergensi atau kondisi
jika DPJP tidak ada di tempat atau sulit dihubungi.
5. Melakukan edukasi dengan keluarga pasien.
6. Melakukan koordinasi dengan bagian pelayanan medis dan
keperawatan terkait jadwal jaga timcode blue.
7. Melakukan koordinasi dengan bagian/unit yang lain untuk pelaksanaan
code blue, misalnya dengan bagian farmasi untuk pengadaan obat dan
alat kesehatan (alkes) emergensi.
8. Bekerja sama dengan diklat Rumah Sakit dalam meningkatkan
kualitas tim code blue.

2. Anggota Tim Code Blue


3. Supervisi

 Shift pagi (jam 07.00 — 14.30 W1B) : Pelaksana code blue di semua
area.
 Shift sore (jam 14.30 — 22.00 WIB) : Pelaksana code blue di semua
area.
 Shift malam (jam 22.00 — 07.00 WIB) : Pelaksana code blue di semua
area.
1. Perawat
 Shift pagi (jam 07.00 — 14.30 W1B) :

1. Perawat pelaksana code blue di area satu adalah perawat jaga


Res/IGD shift pagi.
2. Perawat pelaksana code blue di area dua adalah perawat IPI dan
Res/IGD shift pagi.
3. Perawat pelaksana code blue di area tiga adalah perawat jaga IBS dan
Res/IGD shift pagi.

 Shift sore (jam 14.30 — 22.00 WIB) :

1. Perawat pelaksana code blue di area satu adalah perawat jaga


Res/IGD shift sore.
2. Perawat pelaksana code blue di area dua adalah perawat IPI dan
Res/IGD shift sore.
3. Perawat pelaksana code blue di area tiga adalah perawat jaga IBS dan
Res/IGD shift sore.
4. Perawat pelaksana code blue di area empat adalah perawat jaga
Res/IGD shift sore.

 Shift malam (jam 22.00 — 07.00 WIB) :

1. Perawat pelaksana code blue di area satu adalah perawat jaga


Res/IGD shift malam.
2. Perawat pelaksana code blue di area dua adalah IPI dan Res/IGD shift
malam.
3. Perawat pelaksana code blue di area tiga adalah perawat jaga IBS dan
Res/IGD shift malam.
4. Perawat pelaksana code blue di area empat adalah perawat jaga
Res/IGD shift malam.
5. Binroh : Pelaksana code blue di semua area.
6. Security : Pelaksana code blue di semua area.
7. Farmasi : Pelaksana code blue di semua area.
8. Anggota tim code blue segera mengambil alih tindakan resusitasi yang
sedang berjalan dan melanjutkan tahapan resusitasi jantung paru,
meliputi:

 Dokter pelaksana code blue bertugas:


Berkoordinasi dengan perawat ruangan (I) atau .first responder dalam hal:

1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas (Airway):

 Tekan dahi angkat dagu (head tilt — chin lift) bila tidak ada trauma.
 Mendorong rahang bawah (jaw thrust) bila ada trauma.
 Pemasangan Oropharyngeal airway.
 Persiapan pemasangan LMA.

2. Bertanggung jawab terhadap keadekuatan pemafasan pasien


(Breathing).

 Memberikan bantuan pernafasan melalui Bag-Valve-Mask.


 Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
 Perawat pelaksana code blue bertugas :

3. Bertanggung jawab terhadap sirkulasi (circulation) pasien

 Memasang monitor EKG/Defibrilator.


 Monitoring Tekanan Darah dan Nadi.

1. Bertanggung jawab membawa “resusitasi kit”.


2. Bertanggung jawab dalam persiapan pemasangan defibrilator.
3. Bertanggung jawab dalam penggunaan obat-obatan emergensi.
4. Bertanggung jawab terhadap penggunaan peralatan emergensi
termasuk defibrilator.
5. Bertanggung jawab terhadap dokumentasi.

Semua ketua dan anggota timcode blue memiliki alat komunikasi (HT) yang
harus selalu dinyalakan dan standbye.

ALGORITME CODE BLUE


Bila ada kondisi “ code blue ” pasien dengan henti nafas / henti jantung First
resporder / penemu pertama memanggil bantuan First resporder melakukan
BHD awal Penolong kedua mengaktifkan Code Blue melalui nomer telepon
darurat dengan ext.00 Operator menerima telepon “100” ( << 3 dering harus
segera diangkat, kemudian:
1. Operator mengumumkan melalui handy talky atau pengeras suara

2. Selang 5 menit operator menghubungi tim Code Blue memastikan


tim sudah berada di tempat kejadian

Tim Code Blue segera menuju lokasi yang ditentukan untuk


melanjutkan resusitasi yang telah dilakukan oleh First Responder

Rawat IPI, Transfer IGD, Rujuk ke RS lain, DNR meninggal

Perawat ruangan mendokumentasikan semua kegiatan.


BAB IV
DOKUMENTASI

1. Kondisi code blue pada pasien didokumentasikan dalam rekam medis


pasien.

Pesisir Barat, 28 Mei 2019


Direktur RSUD KH. Muhammad Thohir

Dr. EDWIN H MA’AS


IV a / PEMBINA
NIP. 19650522 200212 1 003

Anda mungkin juga menyukai