Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN

PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KH. MUHAMMAD THOHIR


KABUPATEN PESISIR BARAT
2023

0
DAFTAR ISI

Hal.
SK PEDOMAN PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN
RSUD KH. MUHAMMAD THOHIR 2

BAB I DEFINISI 5

BAB II RUANG LINGKUP 7

BAB III TATA LAKSANA 8

BAB IV DOKUMENTASI 17
PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR BARAT
RSUD KH. MUHAMMAD THOHIR
Jl. Atar Sedangke Pekon Way Suluh Kec. Krui Selatan Kab. Pesisir Barat Kode Pos 34574
Email : rsudkrui@gmail.com Telp : 082372298787 (Pendaftaran), 08210402775 (Rujukan)

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KH. MUHAMMAD THOHIR
NOMOR 400.7.3/001/RSUD-KMT/IX/2023
TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KH. MUHAMMAD THOHIR


KABUPATEN PESISIR BARAT

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PESISIR BARAT,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah


Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir, maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi.
b. bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah KH.
Muhammad Thohir dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah KH.
Muhammad Thohir sebagai landasan penyelenggaraan
pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad
Thohir.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Derektur
Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir.

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009


tentang Kesehatan;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2012
tentang Pembentukan Kabupaten Pesisir Barat di Provinsi
Lampung;
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun
2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2020 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Barat Nomor 23 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Pesisir Barat;
8. Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 45 Tahun 2016 tentang
Susunan Organisasi Tata Kerja Kabupaten Pesisir Barat;
9. Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 49 Tahun 2016 tentang
Pembentukan Organisasi Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Kiai Haji Muhammad
Thohir pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Barat;
10. Keputusan Bupati Pesisir Barat Nomor
B/696/KPTS/IV.16/HK-PSB/2018 tentang Izin Operasional
RSUD KH. Muhammad Thohir;
11. Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor B/488/KPTS/IV.02/HK-
PSB/2021 tentang penetapan Rumah Sakit Umum Daerah
KH. Muhammad Thohir sebagai Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD);
12. Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 104 Tahun 2021
tentang Rencana Strategis Rumah Sakit Umum Daerah Kiai
Haji Muhammad Thohir Tahun 2021-2026.
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad


Thohir tentang Pedoman Pelayanan dan Asuhan Pasien di
Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir kabupaten
Pesisir Barat.
KEDUA : Pedoman Umum Pelayaan dan Asuhan Pasien di lingkungan
Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir digunakan
sebagai acuan pelayanan terhadap pasien di Rumah Sakit Umum
Daerah KH. Muhammad Thohir;
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI : Krui
PADA TANGGAL : SEPTEMBER 2023

DIREKTUR
RSUD KH. MUHAMMAD THOHIR,

dr. RINA ARYANI ARLAN, M.M


Pembina
NIP. 19760916 200604 2 005
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR
UPT RSUD KH. MUHAMMAD THOHIR
KABUPATEN PESISIR BARAT
NOMOR : 800001 /RSUD-KMT/IX/2023
TANGGAL : September 2023

BAB I
DEFINISI

A. PENGERTIAN UMUM
1. Pelayanan dan Asuhan yang Seragam adalah pasien dengan masalah
kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama, berhak mendapatkan

kualitas yang sama di rumah sakit.


2. Pelayanan Pasien Terintegrasi dan Terkoordinasi adalah pelayanan
pasien yang melibatkan berbagai unit kerja dan pelayanan.
Pengintegrasian dan koordinasi aktivitas asuhan pasien menjadi tujuan
agar menghasilkan proses yang efisien, efektif, sehingga menghasilkan
hasil asuhan pasien yang lebih baik.
3. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) di Rumah Sakit Umum Daerah KH.
Muhammad Thohir adalah para profesional yang memberikan asuhan
pada pasien yaitu Dokter Umum, Dokter Spesialis, Dokter Gigi, perawat,
nutrisionis, apoteker, asisten apoteker.
4. Asuhan Pasien adalah pemberian pelayanan pada pasien yang diberikan
oleh profesional Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir
pemberi asuhan.
5. DPJP adalah Dokter penanggung Jawab Pelayanan, yang bertanggung
jawab pada pasien. Yang menjadi DPJP adalah dokter spesialis, dokter
gigi, dan dokter umum. Dokter spesialis radiologi, dokter spesialis
patologi klinik bukan DPJP.
6. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan
kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetic,
baik dimasyarakat maupun rumah sakit dan unit pelaksana kesehatan
lainnya.
7. Case Manager adalah orang yang ditunjuk dalam hal ini kepala ruangan
yang merupakan penghubung antara pasien dengan DPJP, PPA yang lain,
manajemen, dan asuransi.
8. CPPT adalah Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi.
9. EWS (early warning system) adalah suatu system permintaan bantuan
untuk mengatasi masalah kesehatan pasien secara dini.
10. Assesmen Pasien adalah tahapan dari proses dimana dokter, perawat,
dietisien mengevaluasi data pasien baik subyektif maupun obyektif untuk
keputusan terkait: status kesehatan pasien, kebutuhan perawatan,
intervensi, evaluasi.

BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Pedoman Pelayanan dan Asuhan Pasien di Lingkungan Rumah


Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir meliputi pelayanan pasien yang
seragam, pelayanan terintegrassi dan terkoordinasi, pemberian pelayanan resiko
tinggi dan pelayanan pasien resiko tinggi, pelayanan gizi dan terapi nutrisi,
manajemen nyeri, pelayanan laboratorium, pelayanan radiologi dan farmasi.

BAB III
TATA LAKSANA
1. PEMBERIAN PELAYANAN YANG SERAGAM
a. Pelayanan yang seragam adalah pasien dengan masalah kesehatan
dan kebutahan pelayanan yang sama, berhak mendapatkan kualitas
asuhan yang sama dirumah sakit
b. Proses pelayanan medis dan keperawatan di Rumah Sakit Umum
Daerah KH. Muhammad Thohir harus selalu berorientasi kepada mutu
dan keselamatan pasien serta seragam tanpa membedakan stasus sosial
pasien.
c. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai, yang diberikan oleh
praktisi yang kompeten tidak tergantung atas hari – hari tertentu atau
waktu tertentu, yaitu shift selama 24 jam, 7 hari tanpa terkecuali hari
minggu / libur.
d. Setiap pasien harus dapat ditentukan diagnosisnya secara tepat
berdasarkan standar yang dimiliki Rumah Sakit Umum Daerah KH.
Muhammad Thohir, bila dalam waktu tertentu belum dapat ditegakan
harus dilakukan assessment yang melibatkan berbagai disiplin ilmu
terkait.
e. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien seperti nutrisi,
penanganan nyeri, laboratorium, radiologi dan lain-lain harus sama
diseluruh rumah sakit.
f. Pasien dengan kebutuhan asuhan medis dan keperawatan yang sama
diseluruh rumah sakit.
g. Setiap petugas harus bekerja sesuai standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi , etiket dan menghormati hak
pasien di seluruh rumah sakit.
h. Pasien yang bermasalah dalam prosedur pelayanan maupun setiap
pasien yang pulang rawat inap dibuatkan Ringkasan Perawatan Pasien
(Resume).
i.Keseragaman diterjemahkan kedalam standar prosedur operasional
keseragaman di seluruh bagian Rumah Sakit.

1.1. Pelayanan dan Asuhan yang Terintegrasi


a. Rencana pelayanan terintegrasi dan dikoordinasikan antara
berbagai unit kerja dan pelayanan.
b. Pelaksanaan pelayanan terintegrasi dan terkoordinasi antar unit
kerja, departemen dan pelayanan dalam bentuk catatan
perkembangan pasien terintegrasi (CPPT).
c. Asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh dokter penanggung
jawab pelayanan (DPJP), perawat dan pemberi pelayanan
kesehatan lain dalam waktu 24 jam sesudah pasien masuk rawat
inap.

1.2. Assesmen Pasien


a. Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi
kebutuhan pelayananya melalu suatu proses assesmen yang
baku.
b. Assesmen awal setiap pasien meliputi evaluasi factor fisik,
psikologi, social dan ekonomi, termasuk pemeriksaan fifik dan
riwayat kesehatan.
c. Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan, undang undang,
peraturan yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan assesmen.
d. Assesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak
rawat inap atau lebih dini/cepat sesuai kondisi pasien atau
kebijakan rumah sakit
e. Assesmen awal keperawatan dalam 24 jam pertama sejak rawat
inap atau lebih cepat sesuai kondisi pasien dan kebijakan rumah
sakit
f. Assesmen awal medis dilakukan sebelum pasien dirawat inap atau
sebelum tindakan pada rawat jala di rumah sakit dan diperbaharui
setiap 3 bulan pada rawat jalan dan 1 bulan pada rawat inap.
g. Assesmen lanjutan medis dan keperawatan dilaksanakan setiap
pergantian shift atau tiap 8 jam dan setiap terdapat perubahan
kondisi pasien.
h. Data dan informasi assesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan.
i. Hasil Assesmen didokumentasikan dalam Rekam Medik berupa
SOAP.

1.3. Mendokumentasikan Asuhan


a. Rencana asuhan pasien harus individual dan berdasarkan
data assesment awal pasien.
b. Rencana asuhan dicatat dalam rekam medis dalam bentuk
kemajuan terukur pencapaian sasaran.
c. Asuhan kepada pasien direncanakan dan tertulis direkam medis.
d. Kemajuan yang diantisipasi dicatat atau direvisi sesuai kebutuhan
berdasarkan hasil assesmen tulang atas pasien oleh praktisi
pelayanan kesehatan.
e. Perintah harus tertulis bila diperlukan, dan mengikuti kebijakan
rumah sakit. Hanya mereka yang diizinkan boleh menulis perintah.
Mereka yang diizinkan memberikan perintah/order menuliskan
perintah ini dalam rekam medis pasien di lokasi yang seragam
yaitu dilembar Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi.
f. Pada form CPPT, diisi oleh dokter DPJP, perawat / bidan,
nutrisionis, apoteker, fisioterapis.
g. DPJP merupakan leader atau koordinator pelayanan pasien yang
melaksanakan asuhan dengan cara berdiskusi dengan professional
pemberi asuhan (PPA) lain, ronde dan membaca CPPT, serta
melakukan review dan verifikasi setiap hari.
h. Pengisian CPPT oleh nutrisionis tidak dilakukan setiap hari, kecuali
pada pasien yang memang memerlukan terapi nutrisi.
i. Asuhan yang diberikan kepada setiap pasien dicatat dalam rekam
medis pasien oleh pemberi pelayanan dengan metode SOAP
(Subyektif, Obyektif, Assesmen, Planning).

2. PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI


Pelayanan pada pasien berisiko tinggi atau pelayanan berisiko tinggi dibuat
berdasarkan populasi yaitu pasien anak, pasien dewasa, dan pasien geriatri.
Hal-hal yang perlu diterapkan dalam pelayanan tersebut meliputi prosedur,
dokumentasi, kualifikasi staf, dan peralatan medis meliputi :
a. Rencana asuhan perawatan pasien
b. Perawatan terintegrasi dan mekanisme komunikasi antar PPA secara
efektif
c. Pemberian informed consent jika diperlukan
d. Pemantauan / observasi pasien selama memberikan pelayanan
e. Kualifikasi atau kompetensi staf yang memberikan pelayanan
f. Ketersediaan alat medis khusus untuk memberikan pelayanan

Daftar pelayanan berisiko tinggi yang dapat dilayani di RSUD KH. Muhammad
Thohir:
a. Pelayanan emergency
b. Pelayanan resusitasi diseluruh rumah sakit
c. Pelayanan risiko lainnya (penyakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes
melitus)
d. Pelayanan pasien immuno-supressed
e. Pelayanan pasien paliatif
f. Pelayanan pemberian darah dan komponen darah
g. Pelayanan panduan restraint
h. Pelayanan pasien dengan penyakit menular
i. Pelayanan pada populasi pasien rentan, pasien lanjut usia (geriatri)
misalnya anak-anak, dan pasien berisiko tindak kekerasan atau
diterlantarkan misalnya pasien dengan gangguan jiwa
Pelayanan resiko tinggi yang tidak dilayanani di rumah sakit umum daerah KH.
Muhammad Thohir diantaranya ada pelayanan HD, pembedahan mayor dan
ICU.

2.1. Pelayanan Emergensi


1. Triase dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan pasien
apakah dapat dilayani oleh rumah sakit.
2. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik, psikologi, laboratorium klinik atau diagnostic
imaging.
3. Kebutuhan darurat mendesak atau segera di identifikasi dengan
proses triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan
kebutuhan emergensi.

2.2. Pelayanan Geriatri


a. Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi
penyakit/gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, social,
ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan
secara terpadu dengan pendekatan multi disiplin yang bekerjasama
secara interdisiplin.
b. Pelayanan Geriatri adalah pelayanan kesehatan usia lanjut dengan
pendekatan interdisiplin yang mencakup aspek medik promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative serta aspek social dan psikologik
pada pasien usia lanjut. Pelayanan Geriatri Sederhana merupakan
suatu bentuk pelayanan geriatri yang mempunyai kegiatan hanya
berupa pelayanan poliklinik yang diberikan oleh Tim Terpadu Geriatri
Rumah Sakit.

2.3. Early Warning System


Ada kriteria fisiologis yang dapat membantu staf untuk mengenali sedini-
dininya pasien yang kondisinya memburuk. Sebagian besar pasien yang
mengalami gagal jantung atau gagal paru sebelumnya memperlihatkan
tanda-tanda fisiologis di luar kisaran normal yang merupakan indikasi
keadaan pasien memburuk. Hal ini dapat diketahui dengan early warning
system (EWS). Penerapan EWS membuat staf mampu mengidentifikasi
keadaan pasien memburuk sedini-dininya dan bila perlu mencari bantuan
staf yang kompeten. Dengan demikian, hasil asuhan akan lebih baik.
Pelaksanaan EWS dapat dilakukan menggunakan sistem skor oleh PPA
yang terlatih.
EWS dilakukan terhadap semua pasien pada asssemen awal dengan
kondisi penyakit akut dan pemantauan secara berkala pada semua pasien
yang mempunyai resiko tinggi berkembang menjadi sakit kritis selama
berada di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD KH. Muhammad Thohir.
Observasi dan pencatatan EWS dilakukan pada saat :
a. Pasien akan dipindahkan antar ruang perawatan
b. Pasien yang baru tiba diruang perawatan
c. Setiap shift perawat pada awal shift
d. Pada saat ada perubahan kondisi
Jenis – jenis EWS (Early Warning System) diantaranya :
1. Early Warning Scoring System (EWSS), digunakan pada pasien
dewasa (berusia 16 tahun atau lebih)
2. Pediatric Early Warning System (PEWS), digunakan pada pasien
anak/ pediatrik ( berusia saat lahir-18 tahun)
3. Obstetric Early Warning System (MEWS), digunakan pada pasien
wanita hamil, bersalin dan paska melahirkan

2.4. Pelayanan Resusitasi


Pelayanan resusitasi diartikan sebagai intervensi klinis pada pasien yang
mengalami kejadian mengancam hidupnya seperti henti jantung atau paru.
Resusitasi yang berhasil pada pasien dengan henti jantung-paru
bergantung pada intervensi yang kritikal/penting seperti kecepatan
pemberian bantuan hidup dasar, bantuan hidup lanjut yang akurat (code
blue) dan kecepatan melakukan defibrilasi. Pelayanan seperti ini harus
tersedia untuk semua pasien selama 24 jam setiap hari.
1. Setiap personel Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir
wajib bias melakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD).
2. Seluruh petugas medis atau petugas lain yang telah memiliki sertifikat
dapat melakukan tindakan BHD.
3. Setiap kegawat daruratan henti napas atau henti jantung pada pasien
yang memungkinkan untuk dapat ditolong, ditangani dengan
mengaktifkan Code Blue.
4. Petugas medis perawat, dokter dan dokter spesialis penemu pertama
pasien ancaman gangguan napas dan sirkulasi dapat melakukan
tindakan bantuan hidup dasar (BHD), kemudian petugas lainya
mengaktifkan Code Blue.
5. Untuk pasien yang dinyatakan Do Not Attempt Resuscitation (DNAR)
dinyatakan dengan pengisian Imformed Consent oleh keluarga yang
diketahui oleh DPJP dan Case Manager.

2.5. Pelayanan darah dan Produk Darah


Pelayanan darah dan produk darah harus diberikan sesuai peraturan
perundangan meliputi antara lain:
1. Pemberian persertujuan (informed consent);
2. Permintaan darah;
3. Tes kecocokan;
4. Pengadaan darah;
5. Penyimpanan darah
6. Identifikasi pasien
7. Distribusi dan pemberian darah;
8. h. Pemantauan pasien dan respons terhadap reaksi transfusi. Staf
kompeten dan berwenang melaksanakan pelayanan darah dan
produk darah serta melakukan pemantauan dan evaluasi.

3. NUTRISI DAN TERAPI NUTRISI TERINTEGRASI


a. Makanan atau nutrisi disediakan secara rutin dan bervariasi sesuai
dengan status gizi dan kebutuhan pasien serta konsisten dengan asuhan
klinisnya.
b. Proses pemesanan makanan pasien sesuai dengan status gizi dan
kebutuhan pasien serta dicatat di rekam medis.
c. Makanan disiapkan dan disimpan dengan mengurangi risiko kontaminasi
dan pembusukan.
d. Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik.
e. Distribusi makanan dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan kebutuhan.
f.Praktek pelaksanaan pelayanan gizi sesuai dengan undang-undang,
peraturan, dan panduan pelayanan gizi rumah sakit.
g. Pasien, keluarga atau orang lain (pengunjung pasien) yang membawa
makanan dari luar untuk pasien, diberikan edukasi mengenai batasan-
batasan diet pasien dan penyimpanan yang baik untuk mencegah risiko
kontaminasi.
h. Pasien yang berisiko nutrisi dan dengan kebutuhan khusus
dikonsultasikan kepada ahli gizi untuk mendapat terapi gizi terintegrasi
yang sesuai dengan kebutuhannya.
i.Asuhan gizi terintegrasi mencakup rencana, pemberian, dan monitor terapi
gizi. Evaluasi dan monitoring terapi gizi dicatat dei rekam medis pasien.

4. PENGELOLAAN NYERI
a. Identifikasi pasien dengan rasa nyeri pada pengkajian awal dan
pengkajian ulang.
b. Memberi informasi kepada pasien bahwa rasa nyeri dapat merupakan
akibat dari terapi, prosedur, atau pemeriksaan.
c.Memberikan tata laksana untuk mengatasi rasa nyeri, terlepas dari mana
nyeri berasal, sesuai dengan regulasi rumah sakit.
d.Melakukan komunikasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai
pengelolaan nyeri sesuai dengan latar belakang agama, budaya, nilai-nilai
yang dianut.
e.Memberikan edukasi kepada seluruh PPA mengenai pengkajian dan
pengelolaan nyeri.

5. PELAYANAN MENJELANG AKHIR HAYAT


a. Petugas rumah sakit harus dapat memastikan bahwa pasien dalam
proses kematian (menjelang ajal) akan dilakukan assesmen dan dikelola
secara tepat untuk meningkatkan kenyamanan dan kehormatannya.
b. Petugas rumah sakit memastikan bahwa pasien dalam proses kematian
dilakukan intervensi untuk mengurangi rasa nyeri dan gejala-gejala
penyakit baik primer maupun sekunder. Memberikan pelayanan sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh pasien tahap terminal dengan segala
kebutuhan uniknya
c. Petugas rumah sakit melakukan intervensi dalam masalah psikososial,
emosional, dan spiritual dari pasien dan keluarga, dalam menghadapi
kematian dan kesedihan.
d. Petugas rumah sakit melakukan intervensi dalam masalah keagamaan
dan budaya pasien dan keluarganya.
e. Petugas rumah sakit melakukan intervensi terhadap asuhan pasien dan
harus melibatkan pasien dan keluarga.
f.Untuk pasien-pasien yang dinyatakan mati batang otak tidak dilakukan
resusitasi, diberikan terapi suportif saja.
g. Semua pasien yang mengalami fase akhir kehidupannya (pasien yang
mendekati ajal) berhak mendapatkan pelayanan rohaniawan yang
dilaksanakan sesuai dengan standart prosedur operasional.
h. Menyiapkan dukungan dan bantuan bagi pasien sehingga pada saat-saat
terakhir dalam hidupnya bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal
tenang dan damai.
i.Pada kasus pasien menjelang akhir kehidupan, pasien dan keluarga
dilibatkan dalam pengambilan keputusan asuhan.

BAB IV
DOKUMENTASI
Semua rangkaian pelayanan pasien dilakukan secara terkoordinir dan
terintegrasi dalam suatu rekam medis agar asuhan yang diterima oleh pasien
terencana dengan baik, terpadu sehingga pelayanan yang diberikan dapat secara
optimal dan sesuai dengan kebutuhan asuhan pasien.
Pelaksanaan asuhan dan pelayanan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan
oleh semua profesional pemberi asuhan (PPA) dan dapat dibantu oleh staf klinis
lainnya. Proses pelayanan dan asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan
banyak PPA yang dapat melibatkan berbagai unit pelayanan. Integrasi dan
koordinasi kegiatan pelayanan dan asuhan pasien merupakan sasaran yang
menghasilkan efisiensi, penggunaan SDM dan sumber lainnya efektif, dan hasil
asuhan pasien yang lebih baik.
Kepala unit pelayanan menggunakan alat dan teknik untuk melakukan
integrasi dan koordinasi pelayanan serta asuhan lebih baik ( contoh, asuhan secara
tim oleh PPA, ronde pasien multidisiplin, form catatan pasien terintegrasi, dan
manager pelayanan pasien).
Beberapa bentuk pelaksanaan asuhan terintegrasi adalah pendokumentasian
yang dilakukan oleh dokter, perawat, farmasi, dan nutrisionis. Dokumentasi yang
dilakukan dalam catatan terintegrasi berbentuk catatan perkembangan yang ditulis
berdasarkan data subjektif (S), data objektif (O), Analisa Data (A) dan
Planning/perencanaan (P).

Anda mungkin juga menyukai