Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH LAUT

DINAS KESEHATAN
RSUD KH. MANSYUR
Jl. Pusaka RT 01/I Desa Kintap Kec. Kintap Kab. Tanah Laut Kode Pos 70883

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KH. MANSYUR
NOMOR:

TENTANG

PEMBERLAKUAN PEDOMAN/PANDUAN PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KH. MANSYUR

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KH. MANSYUR,

Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Umum Daerah KH. Mansyur


berupaya mewujudkan pembangunan Nasional
berwawasan kesehatan menuju Indonesia sehat perlu
didukung oleh kemudahan masyarakat mendapatkan
akses pelayanan kesehatan pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang bermutu;
b. bahwa dalam upaya terselenggaranya program
pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit
Umum Daerah KH. Mansyur, maka diperlukan
Pedoman/Panduan PPI di Rumah Sakit Umum Daerah
KH. Mansyur;
c. bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit Umum Daerah KH. Mansyur dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya peraturan Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah K. H. Mansyur tentang
Pemberlakuan Pedoman/Panduan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) di Rumah Sakit Umum
Daerah K. H. Mansyur sebagai landasan bagi
penyelenggaraan seluruh pelayanan di Rumah Sakit
Umum Daerah K. H. Mansyur;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam butir a, b sampai c perlu ditetapkan dengan
keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah K. H.
Mansyur;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
2. Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
3. Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
4. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
5. Permenkes RI No. 755 Tahun 2010 tentang Komite
Medik;
6. Permenkes RI No.49 Tahun 2013 tentang Komite
Keperawatan;
7. Permenkes RI No. 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan
Teknis Bangunan dan Sarana Prasarana Rumah Sakit;
8. Permenkes RI No. 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan;
9. Permenkes RI No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien;
10. Permenkes RI No. 72 Tahun 2016 tentang Pelayanan
Kefarmasian;
11. Permenkes 30 Tahun 2019 tentang Perizinan dan
Klarifikasi dan Perizinan;
12. Permenkes RI No. 1796/Menkes/PER/VIII/2011 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan;
13. Permenpan No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
14. Permenkes RI No. 66 Tahun 2016 tentang K3RS;
15. Permen LH dan Kehutanan No.56 Tahun 2015 tentang
Pengelolaan Limbah B3 di Fasyankes;
16. Permenkes RI No. 1438 Tahun 2010 tentang Standar
Pelayanan Kedokteran;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Laboratorium;
18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1333 Tahun 1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 13
Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten Tanah Laut;
20. Peraturan Bupati Tanah Laut Nomor 181 Tahun 2019
tentang Pola Tata Kelola Badan Layanan Umum Daerah
RSUD KH. Mansyur, Kecamatan Kintap Kabupaten
Tanah Laut;
21. Peraturan Bupati Tanah Laut Nomor 183 Tahun 2019
tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) RSUD KH.
Mansyur;
22. Peraturan Bupati Tanah Laut Nomor 95 Tahun 2010
tentang Penetapan RSUD KH. Mansyur;
23. Surat Keputusan Direktur No. tentang Penetapan Jenis
Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah KH. Mansyur;
Menetapkan :
KESATU : Rumah Sakit Umum Daerah K. H. Mansyur menetapkan
pemberlakuan Pedoman/Panduan Pelayanan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) di Rumah Sakit Umum Daerah
KH. Mansyur;
KEDUA : Isi kebijakan sebagaimana terlampir menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari surat keputusan ini;
KETIGA : Surat Keputusan ini apabila diperlukan dapat dilakukan
perubahan sesuai dengan perkembangan yang ada;
KEEMPAT : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal yang ditetapkan
dengan catatan apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam surat keputusan ini, akan diadakan
pembetulan sebagaimana mestinya;

Ditetapkan di Kintap
Pada tanggal
Direktur
RSUD KH. Mansyur

ENDIK ARIFIANTO

Lampiran I : Surat Keputusan Direktur


RSUD KH. Mansyur
Provinsi Kalimantan Selatan
Nomor :
Tanggal :
PEMBERLAKUAN PEDOMAN/PANDUAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KH. MANSYUR

1. Panduan Surveilans Infeksi


2. Panduan ICRA
3. Panduan ICRA Prosedur dan Proses Invasif
4. Panduan ICRA Proses Kegiatan Penunjang Pelayanan Rumah Sakit
5. Panduan Pengelolaan Instrumen Medis
6. Panduan Penggunaan Alat Single Use yang di Re-use
7. Panduan Batas Kadaluarsa Kemasan Steril
8. Panduan Pengelolaan Limbah Infeksius, Cairan Tubuh, Benda Tajam dan
Jarum
9. Panduan Pengendalian Mekanis dan Teknis
10. Panduan Penanganan Pasien Penyakit Menular dan Pasien dengan Imunitas
Rendah (Immunocopromised)
11. Panduan Kejadian Luar Biasa (KLB)/Outbreak Infeksi
12. Panduan Kebersihan Tangan (Hand Hygiene)
13. Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
14. Panduan Etika Batuk
15. Panduan Manajemen Data

Ditetapkan di Kintap
Pada tanggal
Direktur
RSUD KH. Mansyur

ENDIK ARIFIANTO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya, sehingga kami berhasil menyusun Buku Panduan Kejadian Luar
Biasa (KLB)/Outbreak Infeksi di Rumah Sakit Umum Daerah KH. Mansyur.
Harapan kami dengan adanya buku ini dapat menjadi pedoman bagi Rumah
Sakit Umum Daerah KH. Mansyur dalam memberikan pelayanan kesehatan,
khususnya bagi jaminan keselamatan pasien (pasien safety). Kami menyadari
bahwa buku ini masih belum sempurna dan kami mengharapkan adanya masukan
bagi penyempurnaan buku ini dikemudian hari.
Buku panduan ini tersusun atas kerjasama dan dukungan dari berbagai
pihak. Tim penyusun mengucapkan terimakasih dan semoga buku ini dapat
dipergunakan sebagai acuan dengan sebaik-baiknya.

Kintap,……….

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

SK Direktur
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I DEFINISI
BAB II RUANG LINGKUP
BAB III TATA LAKSANA
BAB IV DOKUMENTASI
LAMPIRAN
Lampiran I : Surat Keputusan Direktur
RSUD KH. Mansyur
Provinsi Kalimantan Selatan
Nomor :
Tanggal :

PANDUAN
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)/OUTBREAK INFEKSI

BAB I
DEFINISI

1. Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang


jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Menteri menetapkan dan mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia
yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah.
2. Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu.
3. KLB Infeksi adalah peningkatan signifikan angka kejadian infeksi pada suatu
waktu pengamatan tertentu diwaspadai.
4. Penyelidikan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan pada suatu KLB atau
adanya dugaan KLB untuk memastikan adanya KLB, mengetahui penyebab,
gambaran epidemiologi, sumber-sumber penyebaran dan factor-faktor yang
mempengaruhi serta menetapkan cara-cara pananggulangan yang efektif dan
efesien.
5. Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani
penderita, mencegah perluasan kejadian dan timbulnya penderita atau
kematian baru pada suatu kejadian luar biasa yang sedang terjadi.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang
dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya adalah Kholera,
Pes, DBD, Campak, Polio, Difteri, Pertusis, Rabies, Malaria, Avian Influenza
H5N1, Anthrax, Leptospirosis, Hepatitis, Influenza A baru (H1N1)/Pandemi
2009, Meningitis, Yellow Fever, Chikungunya dan penyakit menular tertentu
lainnya ditetapkan dapat menimbulkan wabah ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan RI.
BAB II
RUANG LINGKUP

Kegiatan Kejadian Luar Biasa (KLB), meliputi beberapa tahap antara lain
persiapan lapangan, konfirmasi KLB dan verfikasi diagnosis, penentuan definisi
kasus, identifikasi dan penghitungan kasus dan pajanan, tabulasi data
epidemiologi deskriptif berdasarkan orang, tempat dan waktu, pengumpulan
spesimen dan analis laboratorium, formulasi dan uji hipotesis melalui studi
epidemiologi analitik, aplikasi studi sistematik tambahan, penerapan intervensi
penanggulangan dan pencegahan dan komunikasi hasil.
Epidemiologi secara terus menerus dan sistematis terhadap penyakit
berpotensi KLB dan kondisi rentan KLB, peringatan kewaspadaan dini KLB dan
peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan sarana kesehatan serta petugas
kesehatan, khususnya di RSUD KH. Mansyur.

BAB III
TATA LAKSANA

Langkah-langkah investigasi KLB/wabah, meliputi beberapa tahanapan


sebagai berikut:
1. Persiapan lapangan
Pada tahap ini harus dipersiapkan 3 kategori:
a. Persiapan investigasi
Termasuk dalam kategori ini adalah mempersiapkan:
1) Pengetahuan tentang berbagai penyakit yang potensial menjadi
KLB/wabah.
2) Pengetahuan tentang dan keterampilan melakukan investigasi
lapangan, termasuk pengetahuan dan teknik pengumpulan data dan
manajemen spesimen.
3) Pengetahuan dan keterampilan melakukan analisis data dengan
komputer.
4) Dukungan tinjauan kepustakaan ilmiah yang memadai.
5) Material dan instrumen investigasi, seperti kuesioner, bahan/sediaan
spesimen dan tes laboratorium.
b. Persiapan administrasi
Dalam kategori ini tim kesehatan harus mempersiapkan aspek
administratif dari investigasi, seperti penyediaan perijinan surat-surat
atau dokumen formal/legal dalam melakukan investigasi, penyediaan
dana yang memadai, transportasi yang dapat diandalkan, kerapian dalam
dokumentasi, pembagian tugas dan koordinasi dalam tim kesehatan dan
lain-lain.
c. Persiapan konsultasi
Pada tahap ini sudah harus dipikirkan peran dan posisi tim kesehatan
dalam proses investigasi. Sebelum melakukan investigasi harus jelas,
apakah tim kesehatan memiliki peran langsung memimpin investigasi
atau hanya mitra dari pejabat/petugas kesehatan setempat (misalnya tim
atau organisasi kesehatan Arab Saudi) atau berperan memberikan
bantuan konsultasi terhadap pejabat/petugas lokal. Mengenal dan
menjalin kerjasama dengan petugas/staf/kontak lokal serta otoritas
setempat adalah sangat penting.
2. Konfirmasi kejadian KLB/wabah dan verifikasi diagnosis
a. Konfirmasi kejadian KLB/wabah
Pada situasi KLB/wabah, umumnya diasumsikan bahwa semua kasus-
kasus yang muncul saling terkait satu sama lain dan terjadi akibat hal
atau sebab yang sama. Oleh karena itu, harus dipastikan bahwa:
1) Kumpulan kejadian kesakitan (cluster) tersebut memang merupakan
peningkatan tidak wajar dari kasus-kasus yang saling berhubungan
dan memiliki sebab yang sama dan bukannya cluster sporadis kasus-
kasus penyakit yang sama tapi tidak saling berhubungan atau bahkan
kumpulan kasus-kasus yang mirip yang sebenarnya berasal dari
beberapa penyakit yang berbeda.
2) Jumlah kasus memang melebihi yang diperkirakan (expected)
Bagaimana mengetahui jumlah kasus yang diperkirakan?
Biasanya perkiraan dapat dilakukan dengan membandingkan dengan
jumlah kasus pada minggu atau bulan sebelumnya atau dengan bulan
yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Data tentang jumlah kasus
sebelumnya tentu harus diperoleh dari berbagai sumber-sumber data
yang tersedia di wilayah tersebut, baik dari sistem surveilans lokal,
pencatatan dan pelaporan yang rutin di komunitas atau di berbagai
fasilitas kesehatan lokal, kegiatan survei atau asessmen yang bersifat
ad-hoc dan lain-lain.
3) Peningkatan jumlah kasus yang melebihi yang diperkirakan tersebut
bukan disebabkan oleh faktor-faktor lain yang artifisial (di luar
peningkatan insiden penyakit yang sesungguhnya), seperti misalnya
peningkatan karena:
a) Perubahan definisi kasus
b) Peningkatan kegiatan penemuan kasus (case finding)
c) Peningkatan sistem/prosedur pelaporan lokal
d) Peningkatan kesadaran masyarakat untuk mencari pengobatan
e) Penambahan besar populasi dan lain-lain
b. Verifikasi diagnosis
Tujuan verifikasi diagnosis adalah:
1) Memastikan bahwa penyakit/masalah kesehatan yang muncul
memang telah didiagnosis secara tepat dan cermat.
2) Menyingkirkan kemungkinan kesalahan pemeriksaan laboratorium
sebagai pendukung diagnostik.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan:
1) Keterampilan klinis yang memadai dari tim kesehatan
2) Kualitas pemeriksaan lab yang baik dan memenuhi standar tertentu
yang diharapkan
3) Komunikasi yang baik antara tim kesehatan dan jamaah sakit, untuk
menggali secara lebih akurat riwayat penyakit dan pajanan potensial
3. Penentuan definisi kasus, identifikasi dan penghitungan kasus dan pajanan
a. Penentuan definisi kasus
Definisi kasus adalah kumpulan (set) yang standar tentang kriteria klinis
untuk menentukan apakah seseorang dapat diklasifikasikan sebagai
penderita penyakit tersebut. Definisi kasus dalam konteks KLB/wabah
haruslah dibatasi oleh karakteristik tertentu dari orang, tempat dan waktu.
Sekali ditetapkan maka definisi kasus ini harus dipakai secara konsisten
pada semua situasi dalam investigasi.
Berdasarkan derajat ketidakpastiannya diagnosis kasus dapat dibagi
menjadi:
1) Kasus definitif/konfirmatif (definite/confirmed case) adalah diagnosis
kasus yang dianggap pasti berdasarkan verifikasi laboratorium.
2) Kasus sangat mungkin (probable case) adalah diagnosis kasus yang
ditegakkan berdasarkan berbagai gambaran klinis yang khas tanpa
verifikasi laboratorium.
3) Kasus mungkin/dicurigai (posisible/suspectes case) adalah diagnosis
kasus yang ditegakkan berdasarkan sedikit gambaran klinis yang khas
tanpa verifikasi laboratorium.
b. Identifikasi dan penghitungan kasus dan pajanan
Dalam rangka menghitung kasus, terlebih dahulu harus dipikirkan
mekanisme untuk mengidentifikasi kasus dari berbagai sumber kasus
yang mungkin, seperti dari/di:
1) Fasilitas kesehatan, seperti BPHI, Pos Medik, RS Arab Saudi dan lain-
lain.
2) Pemukiman jamaah
3) Sarana transportasi, seperti pesawat
4) Jemaah yang sakit atau keluarganya
5) Dan lain-lain
Informasi yang dapat digali dari setiap kasus adalah:
1) Identitas kasus, misal: nama, no jamaah, no kloter, nama asal
embarkasi, no/nama rombongan, no/nama regu, dan lain-lain.
2) Karakteristik demografis, misal: umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan.
3) Karakteristik klinis, misal riwayat penyakit, keluhan dan tanda sakit
yang dialami, serta hasil lab.
4) Karakteristik faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan sebab-sebab
penyakit dan faktor-faktor pemajanan spesifik yang relevan dengan
penyakit yang diteliti.
5) Informasi pelapor kasus
Berbagai informasi tersebut biasanya direkam dalam format pelaporan
yang standar, kuesioner atau form abstraksi/kompilasi data. Form
abstraksi/kompilasi data berisi pilihan informasi-informasi terpenting
yang perlu didata untuk setiap kasus. Bentuk format kompilasi
tersebut berupa baris-baris daftar kasus (line listing). Pada format line
listing ini setiap kasus yang ditemui diletakkan pada setiap baris,
sementara setiap kolomnya berisi variabel penting kasus tersebut.
Kasus baru akan dimasukkan/ditambahkan pada baris di bawah kasus
sebelumnya, sehingga kita dapat memiliki daftar kasus yang selalu
diperbaharui (up-date) berikut jumlahnya dari waktu ke waktu.
4. Tabulasi data epidemiologi deskriptif berdasarkan orang, tempat dan waktu
KLB/wabah dapat digambarkan secara epidemiologis dengan melakukan
tabulasi data frekuensi distribusi kasusnya menurut karakteristik orang,
tempat dan waktu. Penggambaran ini disebut epidemiologi deskriptif.
Tabulasi data frekuensi distribusi kasus berdasarkan karakteristik orang
dilakukan untuk melihat apakah karakteristik orang/populasi tertentu
memberikan tingkat risiko tertentu untuk terjadinya penyakit. Karakteristik
orang yang lazim diteliti adalah karakteristik demografis, klinis dan pajanan.
Deskriptif data frekuensi distribusi kasus berdasarkan karakteristik tempat
dimaksudkan untuk memperkirakan luasnya masalah secara geografis dan
menggambarkan pengelompokkan (clustering) dan pola penyebaran
(spreading) penyakit berdasarkan wilayah kejadian yang nantinya dapat
dijadikan petunjuk untuk mengidentifikasi etiologi penyakit tersebut. Peta
bintik (spot map) dan peta area (area map) merupakan bentuk penyajian data
deskriptif menurut tempat yang sangat berguna. Penerapan sistem informasi
geografis (geografic information system atau GIS) berikut piranti lunaknya
dapat mendukung tercapainya tujuan tersebut di atas.
Deskripsi frekuensi distribusi kasus berdasarkan karakteristik waktu
dilakukan untuk beberapa tujuan berikut ini:
a. Mengetahui besarnya skala KLB/wabah dan kecenderungan waktu (time
trend) dari kejadian KLB/wabah tersebut. Untuk mempermudah
tercapainya tujuan ini KLB/wabah dapat digambarkan menggunakan
kurva epidemikl (epi) ini.
b. Memprediksi jalannya KLB/wabah di waktu-waktu mendatang.
c. Mengenal pola epidemi yang terjadi, apakah common source (berasal
dari 1 sumber yang sama dan menyebar sekaligus) atau propagated
(menyebar dari orang ke orang) atau campuran keduanya.
5. Pengumpulan spesimen dan analisis laboratorium
Pengumpulan spesimen apabila memungkinkan dan layak (feasible) dapat
membantu konfirmasi diagnosis, bahkan untuk penyakit tertentu merupakan
penentu diagnosis, seperti pada kasus kolera, salmonelosis, hepatitis dan
keracunan logam berat. Namun, harus dipahami bahwa setiap perangkat dan
teknik tes laboratorium memiliki nilai validitas (sensitifitas dan spesifisitas)
tertentu yang akan menentukan besarnya false positifnya atau false negatif
dari diagnosis kasus.
6. Formulasi dan uji hipotesis melalui studi epidemiologi analitik
a. Formulasi hipotesis
Berdasarkan fakta-fakta epidemiologi deskriptif (deskripsi kasus menurut
orang, tempat dan waktu), kita dapat mulai membuat dugaan atau
penjelasan sementara (hipotesis) yang lebih fokus tentang faktor-faktor
risiko atau determinan yang diperkirakan terlibat dalam kejadian
KLB/wabah tersebut.
Hipotesis yang kita buat haruslah diarahkan untuk mencari penjelasan
tentang:
1) Sumber penularan
2) Cara penularan (mode of transmission)
3) Faktor-faktor risiko atau determinan yang mempengaruhi terjadinya
KLB/wabah
Proses penalaran dalam membuat hipotesis dapat menggunakan
pendekatan berikut:
1) Metode perbedaan (difference)
2) Metode kecocokan (agreement)
3) Metode variasi yang berkaitan (concomitant variation)
4) Metode analogi (analogi)
b. Uji hipotesis melalui studi epidemiologi analitik
Proses pengujian hipotesis bergantung pada bukan hanya pendekatan/uji
statistik yang dipakai tapi juga desain studi epidemiologi analitik yang
dipakai untuk menyelidiki etiologi atau determinan penyakit yang
menimbulkan KLB/wabah.
Desain studi epidemiologi analitik yang boleh dipertimbangkan untuk
digunakan dalam investigasi wabah adalah studi kasus kontrol dan
kohort.
7. Aplikasi studi sistematik tambahan
Selain studi epidemiologi deskriptif dan analitik, kadangkala diperlukan
dukungan tambagan dari studi-studi sistematik lain, khususnya ketika studi
epidemiologi analitik masih belum dapat menyuguhkan bukti-bukti yang
kuat. Studi-studi sistematik tambahan yang dapat dilakukan misalnya adalah
studi metaanalisis, studi kualitatif, studi mortalitas, survei serologis atau
investigasi lingkungan.
8. Penerapan intervensi penanggulangan dan pencegahan
Walaupun secara teoritis, penerapan intervensi penanggulangan dan
pencegahan berada pada langkah ke-8, namun dalam prakteknya langkah
intervensi ini harus dapat dilakukan secepat dan sedini mungkin, ketika
sumber KLB/wabah sudah dapat diidentifikasi.
Secara umum intervensi penanggulangan dapat diarahkan pada titik/simpul
terlemah dalam rantai penularan penyakit, seperti:
a. Agen etiologi, sumber, reservoir atau kondisi lingkungan yang spesifik
b. Keberadaan faktor-faktor risiko yang ikut berpengaruh
c. Mekanisme transmisi penyakit
d. Kerentanan host (yaitu jemaah haji) melalui program kebugaran dan
vaksinasi misalnya.
9. Komunikasi hasil
Tugas terakhir dalam investigasi wabah adalah mengkomunikasikan dengan
baik hasil investigasi kepada berbagai pihak yang berwenang,
bertanggungjawab dan terkait dengan intervensi penanggulangan dan
pencegahan.
Format/bentuk komunikasi yang dapat dilakukan adalah berupa:
a. Penjelasan lisan
Dalam format ini pihak-pihak yang berwenang, bertanggungjawab dan
terkait dengan intervensi pananggulangan dan pencegahan. Presentasi
oral haruslah jelas, mudah dipahami dan secara ilmiah meyakinkan
pengambil keputusan, sehingga dapat memotivasi mereka untuk segera
melakukan intervensi.
b. Penulisan laporan
Hasil investigasi juga perlu ditulis dalam laporan dengan sistematika
tertentu yang sesuai dengan standar-standar penulisan ilmiah. Sistematika
yang dipakai meliputi:
1) Pendahuluan/latar belakang
2) Tujuan
3) Metodologi
4) Hasil
5) Pembahasan
6) Simpulan dan saran/rekomendasi

PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

DIREKTUR RSUD
KH. MANSYUR

KOMITE PPI

KOMITE PPI

IPCLN RUANG RAWAT INAP

Gambar 3.1 Penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB)

Keterangan:
Petugas pelaksana/IPCN keliling ruangan setiap hari untuk memonitor pada
pasien yang dilakukan tindakan invansif, sehingga Komite PPI bisa mengetahui
kejadian infeksi atau KLB secara dini. Selanjutnya bila terjadi outbreak petugas
pelaksana/IPCN melaporkan ke Komite PPI. Kemudian Komite PPI mengecek
kebernarannya ke tempat yang melaporkan setelah itu dilanjutkan ke kemudian
dilaporkan ke direktur rumah sakit untuk mendapatkan tindak lanjut hasil
investigasi tersebut.

Kejadian Luar Biasa (KLB)


1. Di dalam jam kerja
a. Pelaksana harian (IPCLN) segera menghubungi IPCN
b. Kepala unit kerja menghubungi direktur rumah sakit
c. IPCN segera berkoordinasi dengan Tim PPI dalam hal ini Ketua Komite
PPI
d. Ketua Komite PPI melaporkan kejadian KLB kepada direktur rumah
sakit dan melakukan tindak lanjut
e. Membentuk panitia adhoc untuk penelusuran masalah dan melaksanakan
investigasi

PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DALAM JAM KERJA

TINDAK LANJUT

Ketua Pelaksana/
Direktur Rumah Sakit
Tim Adhoc
Ketua Komite PPI

IPCLN IPCN

Gambar 3.2 Penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) di dalam Jam Kerja

2. Di luar jam kerja:


a. Perawat jaga yang menemukan KLB melaporkan kepada Kepala Jaga
Ruangan.
b. Kepala Jaga Ruangan menuliskan dicatatan keperawatan dan melaporkan
Kepada Perawat Piket, IPCLN dan juga melaporkan kepada Dokter
Penanggungjawab Pasien (DPJP)
c. IPCLN melaporkan KLB kepada Ketua Komite PPI, perwira piket
menyampaikan KLB kepada Kepala Bidang Pelayanan, selanjutnya
melaksanakan koordinasi dengan Komite PPI untuk membentuk Panitia
Investigasi.
d. Kemudian hasil investigasi dilaporkan kepada direktur rumah sakit
secara tertulis untuk dilaksanakan tindak lanjut.
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Data jenis penyakit yang harus termasuk dalam kategori KLB


2. Data surveilans HAIs
3. Laporan penanganan kejadian luar biasa (KLB)

Ditetapkan di Kintap
Pada tanggal
Direktur
RSUD KH. Mansyur

ENDIK ARIFIANTO

Anda mungkin juga menyukai