Ditetapkan di : Purworejo
Pada tanggal : 3 Februari 2019
Direktur,
BAB I
DEFINISI
1. Tindakan invasive adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh manusia. Tindakan invasive meliputi pemasanagan infus,
NGT,DC,Infus,Trakeostomi,CVP,WSD,ETT dan tindakan invasive lainnya.
2. Phlebitis adalah inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik
yang sering dilaporkan sebagai komplikasi pemasangan infus.
3. ISK (infeksi saluran kencing) adalah suatu kondisi dimana satu atau lebih bagian
traktus urinarius terinfeksi oleh bakteri yang mampu melemahkan pertahanan tubuh.
4. Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan bawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area
secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
5. ILO (Infeksi Luka Operasi) adalah infeksi pada luka operasi/organ/ruang yang
terjadivdalam 30 hari paska dilakukannya tindakan pembedahan/operasi yang terjadi
pada kulit dan subkutan disertai dengan keluarnya nanah adri luka operasi.
6. IADP (infeksi aliran darah primer) adalah infeksi darah yang timbul tanpa ada organ
atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi.
7. Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat atau benda bebas dari mikroba hidup,
baik yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen / non patogen (tidak
menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetati f(siap untuk berkembang biak)
maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak,
tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat)
8. Alat steril adalah alat-alat yang telah mengalami proses sterilisasi diantaranya dengan
pemanasan, dengan uap air bertekanan dengan menngunakan autoclave atau
penyinaranden
BAB II
RUANG LINGKUP
2.5.1 Kemasan
Setiap kemasan bahan/alat steril harus ada informasi sebagai petunjuk bahwa
bahan/alat tersebut telah melalui proses sterilisasi.
2.5.2 Label
1. Pelabelan wajib dilakukan pada alat yang telah disterilisasi
2. Label memuat tanggal sterilasi dan tanggal kadaluarsa.
2.6.2 Kemasan
1. Kemasan dari alat steril yang mengalami kerusakan seperti lembab dan robek harus
dilakukan penggantian kemasan.
2. Alat steril yang kemasanya mengalami kerusakan baik lembab ataupun robek
dilakukan pensterilan ulang.
3.3 Tata Laksana Pemantauan tanda-tanda infeksi pada Pemasangan Alat invasive.
a. Petugas/perawat yang melakukan tindakan invasif mengevaluasi alat invasive
yang terpasang di pasien.
b. Pemantauan dilakukan setiap hari terhadap kemungkinan adanya tanda-tanda
infeksi pada area tindakan invasive seperti, munculnya Calor (panas),Dolor
(rasa sakit), Rubor (Kemerahan), Tumor (pembengkakan), danFunctiolaesa
(Adanya perubahan fungsi secara superficial).
c. Lakukan penggantian alat invasive jika muncul tanda-tanda infeksi.
3.4 Tata Laksana Penggantian alat invasive
Penggantian alat invasive dilakukan sesuai dengan batas waktu penggantian alat
invasive.
Penggantian alat invasive berasarkan jenis alat yaitu :
Infus diganti 3 x 24 jam
Dawer Catheter diganti setiap 2 minggu
NGT diganti setiap 2 minggu
WSD sesuai dengan instruksi dokter
CVP setiap 2 minggu
ETT setiap 2 minggu
No Definisi
1. Pasien memakai kateter indwelling setidaknya selama 7 hari sebeleum kultur urin
dilakukan dan hasil kultur positif ≥ 105 CFU/mL urin dengan tidak lebih dari 2
spesies mikroorganisme dan pasien tidak mengalami keluhan sepwrti demam (> 38o
C ) , urgency, frequency, disuria atau suprapubic tenderness.
2. Pasien tidak memakai kateter inwelling setidaknya selama 7 hari sebelum hasil kultur
urin positif yang pertama dan pasien tersebut setidaknya mempunyai 2 hasil kultur
positif yaitu ≥ 105 CFU/mL urin dengan isolasi berulang pada mikroorganisme yang
sama dan ditemukan tidak lebih dari 2 spesies mikroorganisme dan pasien tidak
mengalami keluhan seperti demam (>38oC),urgency, frequency,disuria atau
suprapubiic tenderness.
B. Pemantauan Infeksi Aliran Darah Primer pada pasien usia < 12 bulan
1. Periksa suhu tubuh pasien
Catat jika suhu > 380 C dan terjadi hipotermi (suhu < 370 C) maka kemungkinan
terjadi Infeksi Aliran darah Primer (bila gejala tersebut muncul tanpa penyebab
lain).
2. Periksa Nadi Pasien, jika terjadi apnea atau bradikardi dimana nadi < 100 x / menit
maka kemungkinan terjadi Infeksi Aliran darah Primer (bila gejala tersebut
muncul tanpa penyebab lain).
C. Pemantauan Infeksi Aliran Darah Primer pada Neonatus
1. Periksa Keadaan umum pasien.
Keaadaan pasien menurun, menurun antara lain:hipotermi (370 C), hipertermi (380
C) dan sklerema, malas minum.
2. Periksa Sistem kardiovaskuler antara lain : tanda renjatan, yaitu takikardi, 160x /
menit atau bradikardi 100x / menit dan sirkulasi perifer buruk.
3. Periksa Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan
hepatomegali.
4. Periksa Sistem pernafasan antara lain : nafas tidak teratur, sesak, apnea dan
takipnea.
5. Periksa Sistem saraf pusat antara lain : hipertomi otot, iritabel kejang dan letargi.
6. Periksa Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan
perdarahan.
7. Periksa semua tanda / gejala di bawah ini :
Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada
pertumbuhan kuman.
Tidak terdapat tanda – tanda infeksi di tempat lain.
Diberikan terapi anti mikroba sesuai dengan sepsis
Telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan infeksi.
BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumentasi Pencegah infeksi pada tindakan invasive dan alat steril dilakukan pada
saat perawat atau petugas melakukan tindakan invasive dan monitoring terhadap ketersediaan
alat-alat steril