BAB I
DEFINISI
Prosedur invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh manusia. Tindakan invasif meliputi pemasanagan infus, NGT, DC,
Infus, Trakeostomi, CVP, WSD, ETTdan tindakan invasif lainnya.
Phlebitis adalah inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik yang
sering dilaporkan sebagai komplikasi pemasangan infus.
ISK (infeksi saluran kencing) adalah suatu kondisi dimana satu atau lebih bagian
traktus urinarius terinfeksi oleh bakteri yang mampu melemahkan pertahanan tubuh.
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan bawah kulit, bahkan menembus
otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus
sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
ILO (Infeksi Luka Operasi) adalah infeksi pada luka operasi/organ/ruang yang
terjadivdalam 30 hari paska dilakukannya tindakan pembedahan/operasi yang terjadi pada
kulit dan subkutan disertai dengan keluarnya nanah adri luka operasi.
IADP (infeksi aliran darah primer) adalah infeksi darah yang timbul tanpa ada organ atau
jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi.
Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat atau benda bebas dari mikroba hidup,
baik yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen / non patogen (tidak
menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetati f(siap untuk berkembang biak) maupun
dalam bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi
diri dengan lapisan pelindung yang kuat).
Alat steril adalah alat-alat yang telah mengalami proses sterilisasi diantaranya dengan
pemanasan, dengan uap air bertekanan dengan mengunakan autoclave atau penyinaran.
1
BAB II
RUANG LINGKUP
2
Label
Pelabelan wajib dilakukan pada alat yang telah disterilisasi
Label memuat tanggal sterilasi dan tanggal kadaluarsa.
Pemantauan Infeksi
Pemantauan Infeksi Saluran Kencing Pada Pemasangan Kateter
Pemasangan Kateter pada pasien beresiko menyebabkan infeksi saluran kencing dan
menyebabkan trauma pada urethra.
Faktor resiko utama dari pemasangan kateter diantaranya disebabkan karena
pemakaian kateter yang terlalu lama, pemasangan tidak sesuai indikasi dan kurangnya
prosedur aseptis saat kateterisasi.
Penanganan infeksi saluran kencing dapat dilakukan dengan cara pelepasan atau
penggantian kateter sesuai dengan waktu penggantian katerter.
Upaya pencegahan ISK akibat katerisasi difokuskan pada teknik pemasangan kateter
secara aseptik dan sesuai indikasi.
Pemantauan Dekubitus
Pasien tirah baring beresiko tinggi mengalami kejadian dekubitus.
Faktor yang menyebabkan terjadinya dekubitus ada dua factor yaitu factor instrinsik
dan factor ekstrinsik. Faktor intrinsic diantaranya penuaan (regenerasi sel lemah),
sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM, Status Gizi, underweight atau
3
kebalikannya overweight, anemia, hipoalbuminemia, penyakit-penyakit neurologic dan
penyakit –penyakit yang merusak pembuluh darah, keadaan hidrasi/cairan tubuh.
Factor ekstrinsik diantaranya kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan
kotor, atau peraltan medik yang menyebabkan penderita terfisasi pada suatu sikap
tertentu, duduk yang buruk, posisi yang tidak tepat, perubhan posisi yang kurang.
Dalam Upaya Pencegahan luka decubitus, peran perawat menurut Potter dan Perry
(2005) menyatakan ada 3 area intervensi keperawatan utama dalam pencegahan luka
decubitus yaitu :
1. Perawatan kulit yang meliputi perawatan hygiene dan pemberian topical
2. Pencegahan mekanik dan dukungan permukaan yang meliputi penggunaan tempat
tidur, pemberian posisi dan kasur terapeutik.
3. Edukasi, pemberian edukasi kepada pasien sangat diperlukan untuk membantu
pasien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan , gejala penyakit
bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan prilaku pada pasien.
Dalam memantau terjadinya decubitus Rumah Sakit Bangli Medika Canti mengacu
pada Skala Norton karena skala ini lebih baik dalam mendeteksi dini risiko decubitus
(Widodo, 2010).
4
c. Adanya abses atau dibuktikan adanya abses dbawah fascia pada operasi ulang
atau pemeriksaan PA atau radiology menunjukkan gambaran infeksi.
d. Rekomendasi dokter.
5
2. Perbaikan keadaan yang memperbesar kemungkinan terjadinya ILO antara lain :
• Diabetes Melitus
• Obesitas
• Pemakaian kortikosteroid
• Malnutrisi
• Infeksi
C. INTRA OPERASI
1. Tehnik operasi : harus dilakukan dengan sempurna untuk menghindari
kerusakan jaringan lunak yang berlebihan, menghilangkan rongga,
mengurangi perdarahan dan menghindarkan tertinggalnya benda asing yang
tidak diperlukan.
2. lama operasi : operasi dilakukan secepat – cepatnya dalam batas yang aman.
3. pemakai drain : pemakaian drain harus dengan system tertutup, baik dengan
cara penghisapan atau dengan cara memakai gaya tarik bumi ( gravitasi ) dan
drain harus melalui luka tusukan di luar luka operasi.
6
Pemantauan IADP ( Infeksi Aliran Darah Primer)
Pemasangan Alat intra Vena (IV) beresiko menyebabkan terjadinya infeksi aliran
darah primer.
Kriteria infeksi aliran darah primer dapat ditetapkan secara klinis dan laboratorik,
dengan gejala/tanda sebagai berikut.
a) Untuk Dewasa dan anak > 12 bulan, ditemukan diantaragejala berikut tanpa
penyebab lain:
Suhu > 380 C axillar, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian
antiperetik.
Hipotensi, sistolik < 90 mm Hg
Oliguria, jumlah urin < 0.5 cc/kg BB/jam
Tidak ada tanda-tanda infeksi di tempat lain
Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis
b) Penderita usia < 12 bulan dengan salah sat tanda di bawah ini:
Panas > 380 C, hipotermi , 370 C, apnea atau bradikardi < 100 x /menit
c) Untuk Neonatus dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila terdapat
3 atau lebih diantara 6 gejala berikut:
Keadaan umum menurun, menurun antara lain:hipotermi (370 C), hipertermi
(380 C) dan sklerema, malas minum.
Sistem kardiovaskuler antara lain : tanda renjatan, yaitu takikardi, 160x /
menit atau bradikardi 100x / menit dan sirkulasi perifer buruk.
Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan
hepatomegali.
Sistem pernafasan antara lain : nafas tidak teratur, sesak, apnea dan takipnea.
Sistem saraf pusat antara lain : hipertomi otot, iritabel kejang dan letargi.
Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan
perdarahan.
Dan semua tanda / gejala di bawah ini :
1. Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada
pertumbuhan kumam.
2. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi di tempat lain.
3. Diberikan terapi anti mikroba sesuai dengan sepsis
Telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan infeksi.
7
BAB III
TATA LAKSANA
8
CVP setiap 2 minggu
ETT setiap 2 minggu
Pemantauan Infeksi
Pemantauan Infeksi Saluran kencing Pada Pemasangan Kateter
Pemantauan ISK setelah dilakukan pemasangan kateter dilakukan oleh perawat yang
merawat pasien. Rumah Sakit Bangli Medika Canti dalam memantau adanya infeksi saluran
kencing setelah pemakaian kateter mengacu pada dua kelompok kriteria diagnosis ISK yaitu
Kriteria Diagnosis Asymptomatic Bacteriuria (ASB) dan Kriteria Diagnisis Symptomatic
Urinary Tract Infectian (SUTI). Berikut ini adalah penjelasan masing-masing kriteria
pemantauan ISK
Tabel 2. Kriteria Diagnosis Asymptomatic Bacteriuria (ASB)
No Definisi
1. Pasien memakai kateter indwelling setidaknya selama 7 hari sebeleum kultur urin
dilakukan dan hasil kultur positif ≥ 105 CFU/mL urin dengan tidak lebih dari 2
spesies mikroorganisme dan pasien tidak mengalami keluhan sepwrti demam (>
38o C ) , urgency, frequency, disuria atau suprapubic tenderness.
2. Pasien tidak memakai kateter inwelling setidaknya selama 7 hari sebelum hasil
kultur urin positif yang pertama dan pasien tersebut setidaknya mempunyai 2 hasil
kultur positif yaitu ≥ 105 CFU/mL urin dengan isolasi berulang pada
mikroorganisme yang sama dan ditemukan tidak lebih dari 2 spesies
mikroorganisme dan pasien tidak mengalami keluhan seperti demam
(>38oC),urgency, frequency,disuria atau suprapubiic tnderness.
9
Tabel 3. Kriteria Diagnosis Symptomatic Urinary Tract Infectian (SUTI)
No Definisi
1. Pasien setidaknya mengalami salah satu keluhan dan tanda infeksi seperti demam
(>38o C), urgency, frequency, disuria atau suprapubic tenderness tanpa diketahui
penyebab lain dan pasien tersebut mempunyai hasil kultur positif ≥ 105 CFU/mL
urin dengan ditemukan tidak lebih dari 2 spesies mikroorganisme.
2. Pasien setidaknya mengalami 2 keluhan dan tanda infeksi seperti demam (>38o C),
urgency, frequency, disuria atau suprapubic tenderness tanpa diketahui penyebab
lain dan terdapat salah satu tanda berikut:
a. tes dipstick positif untuk leukosit dan atau nitrat
b. pyuria (≥ 10 lekosit/mm3 atau ≥ 3 lekosit/high power fi eld dari unspun urin)
c. terlihat organisme pada pengecatan Gram dari unspun urin
d. setidaknya ada 2 hasil kultur positif dari non-voided specimen yaitu ≥ 105
CFU/mL urin dengan isolasi
berulang uropatogen yang sama (bakteri gram negatif atau S. saprophyticus)
e. ≤ 105 CFU/mL dari satu uropatogen (bakteri Gram negatif atau S.
saprophyticus) pada pasien yang
telah diobati antimikroba untuk infeksi saluran kemih
f. diagnosis infeksi saluran kemih oleh dokter
g. adanya terapi infeksi saluran kemih oleh dokter
Tabel 4. VIP Score (visual Infusion Phlebitis Score oleh Andrew Jackson).
10
3 Semua dari berikut jelas: Stadium moat phlebitis
a. nyeri sepanjang kanul
b. eitema
c. indurasi
4 Semua dari berikut jelas: Stadium lanjut atau awal
a. nyeri sepanjang kanul thrombophlebitis
b. eritema
c. indurasi
d. venous chord teraba
5 Semua dari berikut jelas: Stadium lanjut thrombophlebitis
a. nyeri sepanjang kanul
b. eritema
c. indurasi
d. venous chord teraba
e. demam
Pemantauan Dekubitus
Dekubitus dapat dinilai melalui pengamatan/pengkajian yang dilakukan oleh perawat.
Rumah Sakit Bangli Medika Canti dalam melakukan pemantauan terhadap kejadian
dekubitus mengacu pada Skala Norton. Skala Norton ini lebih baik dalam mendeteksi
dini risiko decubitus (Widodo,2010). Berikut ini adalah pengkajian decubitus menurut
Skala Norton.
11
4 MOBILITAS
a. PENUH 4
b. SEDIKIT 3
c. TERBATAS 2
d. IMMOBILITAS 1
5 INKONTINENSIA
a. TIDAK ADA 4
b. KADANG KALA 3
c. SERING/URINE 2
d. KEDUANYA 1
TOTAL SKOR
KETERANGAN : < 14 TERMASUK RESIKO DEKUBITUS
Nama / Paraf
12
No KRITERIA TINGKAT INFEKSI
PENILAIAN
RINGAN SEDANG BERAT
Untuk menyamakan persepsi dalam pegkajian tingkat infeksi luka operasi, maka RS. Bangli
Medika Canti memberikan pedoman pengisian lembar observasi /celkist (ceklist terlampir)
sebagai berikut.
1. Eksudat
Ringan, apabila tidak ada eksudat atau ada eksudat tapi tidak purulent, dan
jumlahnya tidak lebih dari seperempat kassa balutan.
Sedang, apabila eksudat berwarna kekuningan dan jumlahnya maksimal
setengah dari kassa pembalut.
Berat, apabila eksudat purulen dan jumlahnya lebih dari setengah kassa
pembalut.
2. Eritema
Ringan, apabila tidak ada eritema atau ada eitema tetapi tidak terlalu tampak
Sedang, apabila ada eritema tidak lebih dari 0.5 cm dari luka
Berat, apabila ada eritema dan meluas lebih dari 0.5 cm dari luka.
3. Edema
Ringan, apabila tidak ada edema atau ada edema tetapi tidak terlalu tampak
Sedang, apabila tampak edema tetapi tidak disertai kemerahan.
Berat, apabilatampak sekali ada edema yang menonjol dan disertai kemerahan
13
4. Hematom
Ringan, apabila tidak ada atau ada hematoma tetapi tidak terlalu tampak jelas
Sedang, apabila terdapat hematoma dengan diameter maksimal 1 cm
Berat, apabila terdapat hematoma dengan diameter lebih dari 1cm
5. Letak nyeri
Ringan, apabila nyeri hanya di daerah luka
Sedang, apabila nyeri hanya di daerah luka
Berat, apabila nyeri menyebar ke daerah sekitar luka.
6. Intensitas nyeri
Ringan, apabila tidak ada/ hanya pada saat penggantian balutan
Sedang, apabila nyeri dirasa kadang-kadang muncul
Berat, apabila nyeri selalu dirasakan pasien
7. Bau
Ringan, apabila tidak ada bau
Sedang, apabila terdapat bau yang tidak menusuk saat balutan dibuka
Berat, apabila terdapat bau yang menusuk, baik saat balutan belum dibuka
maupun setelah dibuka.
Periksa jumlah urin pasien, jika terjadi oliguri yaitu jumlh urin < 0.5 cc/kg BB/ jam
maka kemungkinan terjadi Infeksi Aliran darah Primer (bila gejala tersebut muncul
tanpa penyebab lain).
3. Periksa juga tanda-tanda infeksi di tempat lain, jika tidak ada tanda-tanda infeksi di
tempat lain maka kemungkinan terjadi infeksi aliran darah primer.
14
B. Pemantauan Infeksi Aliran Darah Primer pada pasien usia < 12 bulan
1. Periksa suhu tubuh pasien
Catat jika suhu > 380 C dan terjadi hipotermi (suhu < 370 C) maka kemungkinan
terjadi Infeksi Aliran darah Primer (bila gejala tersebut muncul tanpa penyebab
lain).
2. Periksa Nadi Pasien, jika terjadi apnea atau bradikardi dimana nadi < 100 x / menit
maka kemungkinan terjadi Infeksi Aliran darah Primer (bila gejala tersebut muncul
tanpa penyebab lain).
15
BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumentasi Pencegah infeksi pada tindakan invasif dan alat steril dilakukan pada saat
perawat atau petugas melakukan tindakan invasif dan monitoring terhadap ketersediaan alat-
alat steril
Tabel 7. Ceklist Pemantauan Alat-alat Steril
16
Tabel 7. Ceklist Pemantauan Label Pada Tindakan Invasif
17