Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN MENURUNKAN RESIKO INFEKSI

RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MATARAM

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MATARAM
JL. MAJAPAHIT NO 62 MATARAM
2019
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MATARAM


NOMOR: / UN.18/RS/DIR/HK/2019

TENTANG

PANDUAN MENURUNKAN RESIKO INFEKSI


RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MATARAM

DIREKTUR RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MATARAM

MENIMBANG 1. Bahwa rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan


: pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah
ditentukan
2. Bahwa masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga
Kesehatan dan pengunjung di rumah sakit dihadapkan pada
risiko terjadinya infeksi di rumah sakit atau infeksi nosokomial
3. Bahwa dalam upaya meminimalkan risiko terjadinya infeksi di
Rumah Sakit perlu diterapkan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi
4. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
a,b, c dan d, perlu diterbitkan Surat Keputusan Direktur tentang
Panduan Menurunkan Resiko Infeksi di Rumah Sakit Universitas
Mataram

MENGINGAT 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang


: Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
5. Permenkes Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


HK.07.06/III/2371/2009 tentang Ijin Penyelenggaraan Rumah
Sakit Universitas Mataram

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :
KESATU PANDUAN MENURUNKAN RESIKO INFEKSI DI RUMAH
SAKIT UNIVERSITAS MATARAM SEBAGAIMANA
TERLAMPIR DALAM KEPUTUSAN INI
KEDUA Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan dan akan
dilakukan evaluasi setiap tahunnya
KETIGA Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perbaikan, maka akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Mataram
Pada tanggal : Februari 2019
Direktur RS Universitas Mataram

dr. Ahmad Taufik S., Sp.OT


NIP.19810331 200604 1 002
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan.
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung di
rumah sakit dihadapkan pada risiko terjadinya infeksi di rumah sakit atau infeksi
nosokomial/HAIs (Health Care Associate Infection) yaitu infeksi yang diperoleh di rumah
sakit, baik karena perawatan atau datang berkunjung ke rumah sakit.
Kejadian infeksi nosokomial/HAIs ini akibat infeksi yang didapat atau timbul pada
waktu pasien dirawat di rumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit, hal ini merupakan
persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak langsung. Beberapa
kejadian infeksi nosokomial/HAIs mungkin tidak menyebabkan kematian pasien akan tetapi
menjadi penyebab pasien dirawat lebih lama di rumah sakit. Ini berarti pasien membayar
lebih mahal dan dalam kondisi tidak produktif, disamping pihak rumah sakit juga akan
mengeluarkan biaya lebih besar.
Penyebabnya adalah kuman yang berada di lingkungan rumah sakit atau kuman yang
sudah dibawa oleh pasien sendiri, yaitu kuman endogen. Dari batasan ini dapat disimpulkan
bahwa kejadian infeksi nosokomial (HAIs) adalah infeksi yang secara potensial dapat
dicegah atau sebaliknya juga merupakan infeksi yang tidak dapat dicegah.
Angka infeksi nosokomial/ HAIs terus meningkat (Al Varado, 2000) mencapai sekitar
9% (variasi 3-21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia.
Di RSJ Harkit Jakarta tahun 2013 di dapatkan angka infeksi HAIs untuk ILO (Infeksi Luka
Operasi) 2-3%, ISK(Infeksi Saluran Kencing) 4-5%, IADP(Infeksi Aliran Darah Primer) 7-
9%, Pneumonia 20-30%, Decubitus 3.8%.
Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di Rumah Sakit perlu diterapkan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan seta monitoring dan evaluasi tindak
lanjut. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit sangat penting karena
menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit. Apalagi akhir-akhir ini muncul berbagai
penyakit infeksi baru (new emerging, emerging diseases dan re-emerging diseases)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini memberi petunjuk bagi petugas kesehatan (medis dan paramedis) di Rumah
Sakit pelayanan kesehatan lainnya dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi
pada pelayanan terhadap pasien dengan batasan-batasan:
1. Infeksi rumah sakit atau infeksi nosokomial/HAIs adalah infeksi yang terjadi atau didapat di
rumah sakit. Suatu infeksi yang didapat di rumah sakit apabila :
a. Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda dan gejala atau tidak dalam masa inkubasi
infeksi tersebut
b. Infeksi terjadi 2X24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit
c. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari
mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama
tetapi lokasi infeksi berbeda.
2. Pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit adalah kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanan dan pengawasan serta pembinaan dalam upaya menurunkan angka
kejadian infeksi nosokomial/HAIs di rumah sakit.
3. Surveilans adalah kegiatan pengamatan sistematis aktif dan terus-menerus terhadap
timbulnya dan penyebaran infeksi nosokomial pada suatu peristiwa.
4. Suatu kejadian di rumah sakit dapat disebut Kejadian Luar Biasa (KLB) bila proportional
rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam waktu satu bulan, dibandingkan
dengan proportional rate penderita baru dari penyakit menular yang sama selama periode
waktu yang sama dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih, atau
terdapat satu kejadian pada keadaan dimana sebelumnya tidak pernah ada.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

BAB III
TATA LAKSANA

A. Jenis-Jenis Infeksi Nosokomial/HAIs Dan Kriteria


1. Infeksi Luka Operasi (ILO)
Untuk membahas infeksi luka operasi perlu diketahui klasifikasi luka operasi, yaitu
sebagai berikut:
a. Klasifikasi operasi/jenis operasi
1. Operasi Bersih
Operasi dilakukan pada daerah/kulit yang pada kondisi pra bedah tidak
terdapat peradangan dan tidak membuka traktus respiratorius, traktus
gastrointestinal, orofaring, traktus urinarius atau traktus bilier
Operasi berencana dengan penutupan kulit primer, dengan atau tanpa
pemakaian drain tertutup
2. Operasi Bersih Tercemar
Operasi membuka traktus digestivus, traktus bilier, traktus urinarius, traktus
respiratorius sampai dengan orofaring atau traktus reproduksi kecuali ovarium
Operasi tanpa pencemaran nyata (gross spillage), contohnya operasi pada
traktus bilier, appendiks, vagina atau orofaring
3. Operasi Tercemar
Operasi yang dilakukan pada kulit terbuka, tetapi masih dalam waktu emas
(Golden Periode)
4. Operasi Kotor atau dengan Infeksi
Perforasi traktus digestivus, traktus urogenitalis atau traktus respiratorius
yang terinfeksi melewati daerah purulen (Inflamasi Bakterial)
Luka terbuka lebih dari 6 jam setelah kejadian, terdapat jaringan luas atau
kotor. Dokter yang melakukan operasi menyatakan sebagai luka operasi
kotor/terinfeksi
b. Kriteria Infeksi Luka Operasi
1. Kriteria Infeksi Insisional Superfisial
Infeksi pada luka insisi (kulit dan subcutan), terjadi dalam 30 hari pasca bedah.
Kriteria sebagai berikut :
a. Keluar cairan purulen dari luka insisi
b. Kultur positif dari cairan yang keluar atau jaringan yang diambil secara
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

aseptic Ditemukan paling tidak satu tanda infeksi : nyeri, bengkak lokal,
kemerahan, kecuali bila hasil kultur negatif . Dokter yang menangani
menyatakan infeksi
2. Kriteria Infeksi Insisional Dalam
Infeksi pada luka insisi, terjadi dalam 30 hari pasca bedah atau sampai 1
tahun bila ada implant. Terdapat paling tidak satu keadaan di bawah ini: Keluar
cairan purulen dari luka insisi, tapi bukan berasal dari rongga/organ Secara
spontan mengalami dehisens atau dengan sengaja dibuka oleh ahli bedah dan
paling sedikit satu dari tanda berikut demam (>38°C), nyeri lokal, kultur (+) .
Dokter menyatakan luka infeksi
3. Kriteria Infeksi Organ/Rongga
Infeksi yang terjadi dalam 30 hari pasca bedah apabila tidak ada implant.
Infeksi terjadi dalam 1 tahun pasca bedah apabila terdapat implant. Paling sedikit
menunjukkan satu gejala berikut :
a. Drainase purulen dari drain yang dipasang melalui luka insisi ke dalam
organ/rongga
b. Ditemukan organisme melalui aseptik kultur dari organ/rongga Dokter
menyatakan infeksi pada organ tersebut

Catatan :
a. Di dalam penggunaan antibiotik yang rasional jika ditemukan tanda peradangan
maka dimasukkan ke dalam kemungkinan infeksi.
b. Abses jahitan yang sembuh 3 hari setelah jahitan diangkat bukan infeksi luka
operasi.
c. Faktor resiko Infeksi Luka Operasi
1. Intrinsik : Usia, status gizi, Diabetes Melitus, perubahan respon imun, infeksi di
tempat lain, lama rawat inap preoperatif, obesitas, merokok, kolonisasi
mikroorganisme, penggunaan kortikosteroid
2. Ekstrinsik : Petugas/tim bedah, teknik pembedahan, lingkungan ruang operasi,
peralatan, instrumen dan alat kesehatan
d. Pencegahan Infeksi Luka Operasi
1) Pra Operasi
Persiapan pasien sebelum operasi
 Semua pemeriksaan dan pengobatan untuk persiapan operasi hendaknya
dilakukan sebelum rawat inap agar waktu pra-bedah menjadi pendek (<1 hari)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

.
 Jika ditemukan adanya tanda-tanda infeksi sembuhkan terlebih dahulu
infeksinya sebelum hari operasi, dan jika perlu tunda hari operasi sampai
infeksi tersebut sembuh
 Perbaikan keadaan yang memperbesar kemungkinan terjadinya ILO antara
lain: Diabetes Melitus, malnutrisi, obesitas, infeksi, pemakaian kortikosteroid
 Mandikan pasien dengan antiseptik sore/malam hari sebelum operasi
 Jangan mencukur rambut, kecuali bila rambut terdapat pada sekitar daerah
operasi dan atau akan mengganggu jalannya operasi, pencukuran dilakukan
beberapa saat sebelum operasi bila perlu menggunakan pencukur listrik
(elektrik clipper) bila tidak ada elektrik clipper gunakan silet baru
 Cuci dan bersihkan lokasi pembedahan dan sekitarnya untuk menghilangkan
kontaminasi sebelum mengadakan persiapan kulit dengan antiseptik
 Oleskan antiseptik pada kulit dengan gerakan melingkar mulai dari bagian
tengah menuju ke arah luar. Daerah yang dipersiapkan haruslah cukup luas
untuk memperbesar insisi, jika diperlukan membuat insisi baru untuk
memasang drain bila diperlukan
 Antibiotik profilaksis diberikan secara sistemik harus memenuhi syarat : tepat
dosis, tepat
 indikasi (hanya untuk operasi bersih terkontaminasi, pemakaian implant dan
protesis atau operasi dengan risiko tinggi seperti bedah vaskuler atau bedah
jantung
 Tepat cara pemberian (harus diberikan secara iv dua jam sebelum insisi
dilakukan dan dilanjutkan tidak lebih dari 48 jam)
 Tepat jenis (sesuai dengan mikroorganisme yang sering menjadi penyebab
ILO)
2) Intra Operasi
Persiapan Tim Pembedahan
a. Setiap orang yang masuk kamar operasi harus :
 Memakai masker yang menutupi hidng dan mulut
 Memakai penutup kepala yang menutupi semua rambut Memakai sandal
khusus kamar operasi
 Memakai sarung tangan steril apabila sarung tangan tersebut kotor/sobek
harus diganti yang baru. Petugas OK harus mengetahui teknik memakai
dan melepas sarung tangan steril
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

 Memakai gaun/baju steril


b. Jaga kuku selalu pendek, tidak memakai kutek/kuku palsu, tidak memakai
perhiasan (cincin, gelang, jam tangan)
 Lakukan cuci tangan bedah (surgical scrub) dengan antiseptik yang sesuai.
Cuci tangan dan lengan sampai ke siku
 Antiseptik yang dianjurkan untuk cuci tangan adalah yang mengandung
chlorhexidine 4 %
 Setelah cuci tangan lengan harus tetap mengarah keatas dan dijauhkan dari
tubuh supaya air mengalir dari ujung jari ke siku. Keringkan tangan
dengan handuk steril dan kemudian pakailah gaun dan sarung tangan
 Bersihkan sela-sela dibawah kuku setiap hari sebelum cuci tangan bedah
yang pertama
 Teknik operasi harus dilakukan dengan sempurna untuk menghindari
kerusakan jaringan lunak yang berlebihan, mengurangi perdarahan dan
menghindarkan tertinggalnya benda asing yang tidak diperlukan
 Lama operasi harus sesingkat-singkatnya dalam batas yang aman
3) Pasca Operasi
a. Lindungi luka yang sudah dijahit dengan perban steril selama 24 sampai 48
jam pasca bedah
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti perban/bersentuhan dengan
luka operasi
c. Bila perban harus diganti gunakan teknik aseptik
d. Berikan pendidikan pada pasien dan keluarganya mengenai perawatan luka
operasi yang benar, gejala-gejala ILO dan pentingnya melaporkan gejala
tersebut

Catatan :
1) Beberapa dokter membiarkan luka insisi operasi yang bersih terbuka tanpa kasa,
ternyata dari sudut penyembuhannya hasilnya baik
2) Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa luka insisi operasi yang bersih
dapat pulih dengan baik walaupun tanpa kasa
3) Belum ada terbukti tertulis yang mengatakan bertambahnya tingkat kemungkinan
terjadinya infeksi bila luka dibiarkan terbuka tanpa kasa
4) Namun demikian masih banyak dokter tetap menutup luka operasi dengan kasa
steril sesuai dengan prosedur pembedahan dengan tujuan : menutupi luka
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

terhadap mikroorganisme yang dari tangan, menyerap cairan yang meleleh keluar
agar luka cepat kering, memberikan tekanan pada luka supaya dapat menahan
perdarahan superficial, melindungi ujung luka dari trauma lainnya
5) Pengendalian Lingkungan
a. Pertahankan tekanan lebih positif dalam kamar bedah dibandingkan dengan
koridor dan ruangan disekitarnya
b. Ventilasi kamar operasi harus diperhatikan dalam hal : semua udara harus
disaring baik udara segar maupun udara hasil resirkulasi, pertahankan
minimum 15 kali pergantian udara per jam, dengan minimum 3 diantaranya
adalah udara segar, suhu antara 19-24° C, kelembaban udara 40-60%
c. Jangan menggunakan fogging dan sinar ltra violet di kamar operasi untuk
mencegah ILO
d. Pintu kamar operasi harus selalu tertutup kecuali bila dibutuhkan untuk
leawatnya peralatan, petugas dan pasien
e. Batasi jumlah orang yang masuk dalam kamar operasi
f. Kamar operasi harus dibersihkan
g. Bila tampak kotoran/darah/cairan tubuh lainnya pada permukaan benda atau
peralatan gunakan desinfektan untuk membersihkannya sebelum operasi
dimulai antara dua operasi
h. Tiap minggu ( satu hari tanpa operasi untuk kebersihan menyeluruh)
i. Tidak perlu mengadakan pembersihan khusus /penutupan kamar operasi
setelah selesai operasi kotor
j. Pel dan keringkan lantai kamar operasi dan desinfeksi seluruh permukaan
lingkungan/peralatan dalam kamar operasi setelah selesai operasi terakhir
setiap harinya dengan desinfekta
k. Menggunakan instrumen steril sesuai standar

2. Nosokomial Pneumonia/VAP (Ventilator Assosiated Pneumonia)


a. Batasan Pneumonia
Pneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan bagian bawah (ISPB). VAP
didefinisikan sebagai nosokomial pneumonia yang terjadi setelah 48 jam pada
pasien yang terpasang ventilasi mekanik baik melalui pipa
endotrachea/tracheostomi. Seorang pasien dikatakan menderita pneumonia bila
ditemukan satu diantara kriteria berikut :
Untuk dewasa dan anak > 12 bulan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

1) Pada pemeriksaan fisik terdapat ronchi basah atau pekak (dullnes) pada
perkusi dan salah satu diantaranya keadaan berikut :
 Baru timbul sputum purulen/terjadinya perubahan sifat sputum
 Isolasi kuman positif pada biakan darah
 Isolasi kuman patogen positif dari aspirasi trakea/biopsi
2) Foto rontgen dada menunjukkan adanya infiltrat, konsolidasi, kavitasi, effusi
pleura baru/progesif dan salah satu diantar keadaan berikut :
 Baru timbulnya sputum purulen/terjadinya perubahan sifat sputum
 Isolasi kuman positif dan biakan darah
 Isolasi kuman patogen positif dari aspirasi trakea, biopsi
 Virus dapat diisolassi/terdapat antigen virus dalam sekresi saluran nafas
 Titer IgM/IgG spesifik meningkat pada pemeriksaan histopatologi

Untuk pasien umur ≤ 12 bulan


Didapatkan 2 diantara keadaan berikut : apnea, takipnea, bradikardi, mengi
(wheezing), ronchi basah/batuk dan salah satu diantaranya sebagai berikut :
1. Produksi dan sekresi saluran nafas meningkat
2. Baru timbul sputum purulen/terjadi perubahan sifat sputum
3. Isolasi kuman positif pada biakan darah
4. Isolasi kuman patogen positif dari aspirasi trakea/biopsi
5. Virus dapat diisolasi/terdapat antigen virus dalam sekresi saluran nafas
6. Titer IgM/IgG spesifik meningkat 4 x lipat dalam dua pemeriksaan
7. Terdapat tanda-tanda pneumonia pada pemeriksaan histopatologi

Atau gambaran radiologi thorak serial pada penderita umur < 12 bulan
menunjukkan infiltrat baru/progresif, konsolidasi, kavitasi atau effusi pleura dan
salah satu diantar keadaan berikut :
a. Produksi dan sekresi saluran nafas meningkat
b. Baru timbul sputum purulen/terjadi perubahan sifat sputum
c. Isolasi kuman positif pada biakan darah
d. Isolasi kuman patogen positif dari aspirasi trakea, biopsi
e. Virus dapat diisolasi/terdapat antigen dalam virus sekresi saluran nafas
f. Titer IgM/IgG spesifik meningkat 4x lipat dalam dua pemeriksaan
g. Terdapat tanda-tanda pneumonia pada pemeriksaan histopatologi
b. Faktor-faktor Resiko Infeksi Pneumonia
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

1) Instrumentasi sitem saluran nafas, misalnyaa pada pemasangan pipa


endotrachealtube, ventilasi mekanik, trakheostomi
2) Tindakan operasi, terutama operasi thorak dan abdomen
3) Kondisi yang mudah menyebabkan aspirasi misalnya pemasangan pipa
lambung, penurunan kesadaran dan disfagia
4) Usia tua
5) Obesitas
6) Penyakit obstruksi paru menahun
7) Riwayat merokok
8) Tes fungsi paru abnormal
9) Intubasi dalam waktu lama
10) Gangguan fungsi immunologi
c. Mekanisme Terjadinya Pneumonia Nosokomial
Tindakan pada saluran nafas seperti intubasi endotracheal, suction, dan
ventilasi mekanik mempermudah memindahkan mikroorganisme dari alat
(humidifier, nebulizer, ventilator, yang terkontaminasi) kepada pasien dan
memindahkan mikroorganisme pada tangan petugas kesehatan dari pasien ke
pasien yang lain.
Pneumonia nosokomial paling sering terjadi karena aspirasi koloni bakteri
dari orofaring atau saluran cerna bagian atas pasien. Intubasi dan ventilasi mekanik
meningkatkan risiko terbesar terjadinya infeksi.

d. Petunjuk Pengembangan Surveilans Pneumonia


1) Semua faktor risiko harus dicatat dengan lengkap pada catatan pasien oleh
dokter, perawat, atau anggota tim kesehatan lain yang menangani pasien.
2) Pelaksana surveilans haus mnghitung rate menurut faktor resiko spesifik
minimal jenis operasi torako dan abdomen dan ventilator serta melaporkannya
kepada komite pengendalian infeksi rumah sakit minimal 6 bulan sekali dan
sekaligus menyebarluaskannya melalui buletin Rumah Sakit
3) Pelaksana surveilans membuat laporan rate pneumonia kasar pada buletin
Rumah Sakit minimal setiap 3 bulan sekali.

e. Pencegahan Pneumonia
Pencegahan pneumonia nosokomial dilakukan dengan cara berikut:
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

Pencegahan Pneumonia Pasca Bedah


1) Pengelolaan pra dan pasca bedah ditujukan pada:
a) Pasien yang akan mendapat pembiusan dan menjalani pembedahan torak
dan abdomen
b) Disfungsi paru berat
c) Kelainan paru-paru

Pengelolaan para dan pasca bedah meliputi pengobatan dan instruksi medis
dan perawatan

2) Pengelolaan pra bedah meliputi:


a) Pengobatan dan resolusi infeksi paru
b) Mempermudah pengeluaran sekret saluran nafas (bronkodilator, drainase
postural, perkusi)
c) Berhenti merokok
3) Instruksi pra bedah meliputi :
a) Diskusi dengan pasien mengenai pentingnya sering batuk, nafas dalam,
dan mobilitasi pasca bedah
b) Pasien memperagakan cara batuk dan nafas dalam pra dan pasca bedah
4) Pengobatan dan instruksi pasca bedah ditujukan untuk mendorong pasien
sering batuk, nafas dalam dan ambulasi jika ada kontra indikasi secara medis
5) Bila cara konservatif diatas gagal untuk mengeluarkan sekret saluran nafas,
dapat dikerjakan drainase postural dan perkusi
6) Nyeri akibat batuk dan nafas dalam dapat diatasi dengan analgetik dan
menopang luka di daerah perut (misalnya dengan meletakkan bantal kecil dan
ringan diatas perut) serta memberi obat penghambat syaraf lokal
7) Antibiotik sistemik tidak dianjurkan untuk dipakai rutin

Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan dilakukan setiap kali kontak dengan sekret saluran nafas
baik dengan atau tanpa sarung tangan. Kebersihan tangan juga dilakukan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien yang mendapat intubasi dan trakeostomi

Cairan dan Obat


1. Nebulasi dan humidifikasi hanya boleh menggunakan cairan steril yang
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

diberikan secara aseptik. Cairan tersebut tidak boleh digunakan pada alat yang
terkontaminasi
2. Bila flakon multidose digunakan untuk terapi harus disimpan dalam lemari es
atau suhu kamar sesuai aturan pakai dan tidak melewati tanggal kadaluarsa

Pemeliharaan Alat Terapi Pernafasan yang Sedang Dipakai


1. Penampung cairan harus diisi segera sebelum dipakai. Bila cairan hendak
ditambah maka sisa cairan harus dibuang terlebih dahulu. Air yang telah
mengembun dalam pipa harus dibuang dan tidak boleh dialirkan balik ke
dalam penampung
2. Alat nebulasi dinding dan penampungannya harus diganti secara rutin setiap
24 jam dengan yang steril atau sudah didesinfeksi
3. Alat penampung pelembab udara oksigen dinding yang dapat dipakai ulang
harus dibersihkan, dicuci dan dikeringkan setiap hari
4. Setiap pipa dan masker yang digunakan untuk terapi oksigen harus diganti
pada setiap pasien
5. Sirkuit alat bantu nafas (termasuk pipa dan katub inhalasi) harus secara rutin
diganti dengan yang steril/sudah didesinfeksi setiap 24 jam
6. Bila mesin respirator digunakan untuk beberapa pasien maka setiap pergantian
pasien semua sirkuit alat bantu nafas harus diganti dengan yang steril/sudah
didesinfeksi

Peralatan Sekali Pakai


Alat terapi pernafasan yang dirancang untuk sekali pakai tidak boleh dipakai ulang.

Penanganan Peralatan yang Dipakai Ulang


1) Setiap peralatan yang akan disterilkan/didesinfeksi harus dibersihkan dengan
seksama untuk menghilangkan darah, jaringan, makanan atau residu lainnya.
Peralatan harus didekontaminasi sebelum/selama proses pembersihan, bila alat
tersebut ditandai terkontaminasi dan berasal dari pasien dengan jenis isolasi
tertentu
2) Alat terapi pernafasan yang menyentuh selaput lendir harus disterilkan
sebelum dipakai pada pasien lain jika hal ini tidak memungkinkan alat tersebut
didesinfeksi kuat (high level desinfection)
3) Sirkuit alat bantu nafas (termasuk pipa dan katub ekshalasi) dan semua alat
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

yang berhubungan dengan terapi pernafasan harus disterilkan kuat


4) Ruang pendingin pada alat nebulasi ultrasonik sulit didesinfeksi secara adekuat
karena itu harus disterilkan dengan gas (etilin oksida) atau desinfeksi kuat
paling sedikit selama 30 menit
5) Bagian dalam mesin ventilator dan mesin pernafasan tidak perlu
disterilkan/didesinfeksi secara rutin untuk setiap pemakaian kecuali setiap alat
tersebut potensial terkontaminasi dengan mikroorganisme berbahaya
6) Respirometer dan alat lain yang digunakan untuk memantau beberapa pasien
secara bergantian, tidak boleh langsung menyentuh bagian sirkuit alat
bantunafas, kedua alat tersebut perlu penghubung dan alat penghubung ini
harus diganti pada setiap pemakaian pada pasien lain. Jika tidak menggunakan
penghubung dan alat pemantau langsung berhubungan dengan alat yang
terkontaminasi, maka alat pemantau tersebut harus disterilkan/didesinfeksi
kuat sebelum dipakai pasien lain
7) Kantong alat resusitasi manual harus disterilkan /didesinfeksi kuat habis
dipakai

Pemantauan Mikroorganisme
1) Jika tidak ada Kejadian Luar Biasa (KLB) / rate endemik infeksi paru
nosokomial tidak tinggi maka proses desinfeksi alat terapi pernafasan tidak
perlu dipantau dengan biakan sampel dari alat tersebut. Dengan kata lain
sampel rutin tidak perlu dilakukan
2) Interpretasi hasil pemeriksaan mikrobiologi sulit dilakukan kaarena itu sampel
mikrobiologik rutin alat bantu nafas yang sedang dipakai pasien tidak
dianjurkan

Pasien Dengan Trakeostomi


a. Tindakan trakeostomi harus dilakukan di kamr operasi, secara aseptik kecuali
dalam keadaan darurat dapat dilakukan di ruang perawatan
b. Kecuali luka trakeostomi sudah mulai sembuh/membentuk jaringan granulasi
sekitar pipa maka tidak boleh disentuh dengan tangan langsung, atau setiap
manipulasi kedua tangan menggunakan sarung tangan steril
c. Bila diperlukan penggantian pipa trakeostomi, maka pipa pengganti harus
steril atau di desinfeksi kuat
d. Sewaktu mengganti pipa harus digunakan teknik aseptik termasuk penggunaan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

sarung tangan dan penutup (duk) steril

Pengisapan Sekret Saluran Nafas


1) Pengisapan sekret saluran pernafasan dilakukan hanya bila diperlukan, karena
pengisapan yang terus-menerus akan meningkatkan risiko kontaminasi silang
dan trauma
2) Pengisapan sekret saluran nafas tidak boleh dilakukan dengan tangan langsung
melainkan menggunakan sarung tangan steril
3) Setiap kali mengisap sekret saluran nafas, gunakan kateter yang steril atau
kalau pemakaian hanya dalam waktu singkat maka kateter dapat di[pakai
ulang setelah dibilas dan dibersihkan
4) Bila terdapat sekret yang kental dan kateter penghisap memerlukan bilasan,
maka untuk membilas gunakan cairan steril

Penggunaan pipa dan tabung pengisap adalah sbb :


1) Pemakaian pipa pengisap sampai batas tabung harus diganti untuk setiap
pasien
2) Tabung pengisap yang digunakan untuk satu pasien tidak perlu
diganti/dikosongkan secara rutin
3) Tabung pengisap harus diganti setiap pasien kecuali pada unit perawatan
jangka pendek (tidak > 24 jam)
4) Pada unit perawatan jangka pendek tabung perlu diganti setiap hari tetapi tidak
perlu diganti untuk setiap pasien
5) Setiap kali tabung pengisap diganti harus disterilkan/didesinfeksi kuat
6) Untuk pengisap sekret saluran nafas portabel yang kemungkinan mengisap
aerosol terkontaminasi maka gunakan filter bakteri yang baik antara tabung
penampung dan pipa pengisap

Perlindungan Pasien dari Pasien Lain dan Personil


1) Lakukan isolasi pada pasien yang mungkin menyebarkan infeksi saluran nafas
isolasi sesuai dengan teknik mutakhir
2) Personil yang terkena infeksi saluran nafas tidak boleh memberi asuhan
langsung pada pasien dengan risiko tinggi (misal neonatal, bayi, pasien dengan
obstruksi paru kronis dan pasien dengan daya tahan tubuh menurun
3) Bila diperkirakan ada KLB influenza lakukan pencegahan untuk semua pasien
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

dan petugas yang memberi asuhan langsung dengan menggunakan teknis


isolasi pernafasan

3. Infeksi Saluran Kemih (ISK)


a. Batasan Infeksi Saluran Kemih Klasifikasi ISK meliputi :
1) Infeksi Saluran Kemih Simptomatis
2) Infeksi Saluran Kemih Asimptomatis
3) Infeksi Saluran Kemih lainnya

ISK Simptomatis harus memenuhi paling sedikit satu kriteria sbb :


1) Demam (>38°C)
2) Nikuria (anyang-anyangan)
3) Polakisuria
4) Disuri
5) Nyeri supra pubik
6) Hasil biakan urin aliran tengah (midstream) > 10⁵cfu kuman/ml dengan jumlah
kuman tidak lebih dari 2 species
7) Kuman positif dari urin pungsi supra pubik tanpa melihat jumlah kuman

Pada pasien ≤ 1 th didapat paling sedikit satu gejala sbb, tanpa ada penyebab lainnya
:
1) Demam (>38°C)
2) Hipotermi (<37°C)
3) Bradikardi < 100/mnt
4) Letargi
5) Vomiting

Dan ditemukan salah satu dari hasil di bawah ini :


1) Hasil urin kultur 10⁵cfu kuman/ml dengan jumlah kuman tidak lebih dari 2
spesies
2) Kultur urin 2x berturut-turut terdapat kuman flora normal yang sama mis. S.
saprophyticus, S.epidermidis dengan jumlah kuman > 10⁵cfu kuman/ml

ISK Asimptomatis paling sedikit 1 kriteria :


1) Riwayat menggunakan urin kateter < 7 hari yang lalu
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

2) Terdapat maksimal 2 species jenis kuman dalam biakan urin


3) Tidak terdapat gejala-gejala

Dan salah satu dari hasil di bawah ini :


1) Hasil urin kultur 10⁵cfu kuman/ml dengan jumlah kuman tidak lebih dari 2
species
2) Kultur urin 2x berturut-turut terdapat kuman flora normal yang sama mis. S.
saprophyticus, S.epidermidis dengan jumlah kuman > 10⁵cfu kuman/ml

ISK Lainnya harus memenuhi salah satu kriteria :


1) Ditemukan kuman yang tumbuh dari cairan
2) Ada abses atau tanda infeksi lain yang dapat dilihat, pemeriksaan langsung
selama pembedahan atau histopatologi
3) Ada 2 tanda berikut : demam (>38° C), nyeri lokal, nyeri tekan pada daerah
yang dicurigai infeksi

b. Faktor Resiko Infeksi Saluran Kemih


1) Keteterisasi menetap
2) Cara pemasangan kateter
3) Lama pemasangan
4) Kualitas perawatan kateter
5) Status immunologi pasien : Pasien tua, Debilitas, pasca persalinan

c. Pencegahan Infeksi Saluran Kemih


Untuk mencegah terjadinya infeksi saluran kemih nosokomial perlu diperhatikan
beberapa hal yang berkaitan dengan pemasangan catéter urin.

Tenaga Pelaksana
1) Pemasangan katéter hanya dilakukan oleh tenaga yang betul-betul memahami
dan terampil dalam teknik pemasangan katéter secara aseptik dan perawatan
katéter yang benar
2) Tenaga yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan catéter urin
sudah mendapatkan pelatihan secara berkala dengan teknik yang benar
mengenai prosedur pemasangan catéter urin dan pengetahuan tentang
komplikasi potencial yang timbal
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

Pemasangan Katéter
1) Pemasangan katéter urin dilakukan hanya bila perlu saja dan segera dilemas bila
tidak diperlukan lagi. Alasan pemasangan catéter bukan karena untuk
mempermudah tenaga pelaksana dalam memberikan asuhan pada pasien
2) Cara sainase urin yang lain seperti catéter kondom, katéter supra pubis,
kateterisasi selang-seling (intermitten) dapat digunakan sebagai ganti
kateterisasi menetap bila memungkinkan
3) Cuci tangan : sebelum dan sesudah pemasangan katéter

Teknik Pemasangan Catéter


1) Pemasangan katéter harus menggunakan teknik aseptik dan peralatan steril
2) Gunakan kateter sekecil mungkin dengan laju drainase yang konsisten untuk
meminimalkan trauma uretra
3) Kateter menetap harus terpasang dengan baik dan menempel pada badan untuk
m encegah pergerakan dan tegangan pada uretra

Drainase Sistem Tertutup dan Steril


1) Sistem drainase yang tertutup dan steril harus dipertahankan
2) Kateter dan selang/tube drainase tidak boleh dilepas sambunganny kecuali bila
kateter akan dilakukan irigasi
3) Bila terjadi kesalahan pada teknik aseptik sambungan terlepas atau bocor, maka
sistem penampungan harus diganti dengan teknik aseptik yang benar dan
sebelumnya kateter harus didesinfeksi
4) Tidak ada kontak antara urin bag dengan lantai

Cara Irigasi Kateter


1) Irigasi hanya dikerjakan apabila diperkirakan ada sumbatan aliran misalnya
karena bekuan darah pada operasi prostat/kandung kemih. Untuk mencegah hal
ini digunakan irigasi kontinyu secara tertutup untuk menghilangkan sumbatan
akibat bekuan darah
2) Sambungan kateter harus didesinfeksi sebelum dilepas
3) Gunakan semprit besar steril untuk irigasi dan setelah irigasi
4) Jika kateter sering tersumbat dan harus sering diirigasi maka kateter harus
diganti
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

Laju Aliran Urin


1) Laju aliran urin yang tidak terhambat harus dipertahankan
2) Untuk memperoleh aliran lancar :
a) Jaga kateter dan pipa drainase dari lekukan
b) Kantung drainase harus dikosongkan secara teratur ke wadah penampung
urin yang terpisah bagi tiap-tiap pasien. Saluran urin dari kantung
penampung tidak boleh menyentuh wadah penampung
c) Kateter yang kurang lancar/tersumbat harus diirigasi/kalau perlu diganti
d) Kantung penampung diletakkan lebih rendah dari kantung kemih/bladder

Pengambilan Specimen Urin


1) Bahan pemeriksaan urin dalam jumlah kecil dapat diambil dari bagian distal
kateter, atau jika lebih baik dari temapt pengambilan bahan yang tersedia dan
sebelum urin diaspirasi dengan jarum dan semprit yang steril, tempat
pengambilan bahan harus didesinfeksi
2) Bila diperlukan bahan dalam jumlah besar maka urin harus diambil dari kantung
penampung secara aseptik

Perawatan Meatus
Bersihkan dua kali sehari dengan antiseptik dan setiap hari bersihkan dengan sabun
dan air.

Penggantian Kateter
Kateter urin menetap harus diganti dalam kurun waktu 7 hari (1 minggu)

4. Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)


a. Batasan Infeksi Aliran Darah Primer
Infeksi aliran darah primer adalh infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada organ
atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi. Kriteria infeksi aliran
darah primer dapat ditetapkan secara klinis dan laboratoris dengan gejala/tanda
berikut:
Untuk dewasa dan anak > 12 bulan ditemukan salah satu diantara gejala berikut
tanpa penyebab lain :
1) Demam suhu > 38°C
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

2) Hipotensi
3) Tidak ada tanda-tanda infeksi di tempat lain

Untuk bayi umur < 1 tahun ditemukan salah satu gejala/tanda berikut tanpa
penyebab lain :
1) Demam suhu > 38°C
2) Hipotermi
3) Apnea
4) Bradikardi < 100 x/mnt
5) Tidak ada tanda-tanda infeksi di tempat lain

b. Faktor Resiko Infeksi Aliran Darah Primer


1) Pemasangan kateter intravena (i.v) yang berkaitan dengan :
a) Jenis kanula
b) Teknik pemasangan
c) Lama pemasangan kanula

2) Kerentanan pasien terhadap infeksi

c. Petunjuk Pengembangan Surveilans Infeksi Aliran Darah Primer


1) Semua faktor risiko harus dicatat dengan lengkap pada catatan pasien oleh
dokter, perawat, atau anggota tim kesehatan lain yang menangani pasien
2) Pelaksana surveilans menghitung rate menurut faktor risiko spesifik (kateter
intravena) min setiap 6 bulan sekali dan melaporkannya pada tim pencegahan
dan pengendalian infeksi rumah sakit dan juga menyebarluaskannya melalui
buletin rumah sakit
3) Pelaksana surveilans membuat laporan rate infeksi aliran darah primer kasar
pada buletin rumah sakit min setiap 3 bulan sekali

d. Pencegahan Infeksi Aliran Darah Primer


Pencegahan IADP terutama ditujukan pada pemasangan dan perawatan I.V
1) Pendidikan dan Pelatihan Petugas Medis
Laksanakan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi petugas medis yang
materinya menyangkut indikasi pemakaian alat intravaskuler, prosedur
pemasangan kateter, pemeliharaan peralatan intravaskuler dan pencegahan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

2) Surveilans Aktif IADP


Laksanakan surveilans untuk mengetahui adanya kejadian infeksi.
3) Indikasi pemasangan I.V hanya dilakukan untuk tindakan pengobatan dan atau
kepentingan diagnostik
4) Pemilihan kanula untuk infus perifer
3) Pilih alat yang resiko komplikasinya relatif rendah dan harganya paling murah
dan dapat digunakan untuk terapi intravena dengan jenis dan jangka waktu
yang sesuai, saat ini bahan vialon lebih baik dibandingkan teflon
4) Lepas semua jenis peralatan intravaskuler bila sudah tidak ada indikasi klinis
5) Periksa secara visual lokasi pemasangan kateter untuk mengetahui apakah ada
pembengkakan, demam tanpa adanya penyebab yang jelas, atau gejala infeksi
lokal/infeksi bakterimia
6) Pada pasien yang memakai perban tebal sehingga susah diraba/dilihat, lepas
perban terlebih dahulu, periksa secara visual setiap hari dan pasang perban
baru
7) Catat tanggal dan waktu pemasangan kateter di lokasi yang dapat dilihat
dengan jelas

e. Kebersihan Tangan
1) Kebersihan tangan dilakukan sebelum dan sesudah palpasi, pemasangan alat
intravaskuler, penggantian alat intravaskuler, atau memasang perban
2) Untuk pemasangan vena central melalui insisi prinsip aseptiknya harus
digunakan

f. Intravena Kateter
Pemasangan Kateter : jangan menyingkat prosedur pemasangan kateter yang
sudah ditentukan
Perawatan Luka Kateter : bersihkan kulit di lokasi dengan antiseptik yang
sesuai, sebelum pemasangan kateter, biarkan antiseptik mengering pada lokasi
sebelum memasang, jangan melakukan palpasi pada lokasi setelah kulit
dibersihkan dengan antiseptik (lokasi dianggap daerah steril), gunakan kasa steril
atau perban transparan untuk menutup lokasi pemasangan, bila dipakai iodine
tincture untuk membersihkan kulit sebelum pemasangan kateter maka harus dibilas
dengan alkohol, ganti perban bila tampak kotor dan basah, hindari sentuhan yang
mengkontaminasi lokasi kateter saat mengganti perban
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

g. Pengganti Perlengkapan dan Cairan Intravena Set Perlengkapan


1) Secara umum set perlengkapan intravaskuler terdiri atas seluruh bagian mulai
dari ujung selang yang masuk ke kontainer cairan infus sampai ke hubungan
alat
2) Ganti selang penghubung tersebut bila alat vaskuler diganti
3) Ganti selang IV termasuk selang piggybag dan stopcock dengan interval yang
tidak kurang dari 72 Jam kecuali bila ada indikasi klinis
4) Ganti selang yang dipakai untuk memasukkan darah, komponen darah atau
emulsi lemak dalam 24 jam dari diawalinya infus Jika dari tempat tusukan
keluar pus, bengkak, kemerahan pada tempat IV/ diduga bakterimia yang
berasal dari kanula maka semua sistem harus dicabut
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

BAB IV
PENUTUP

Panduan Penurunan HAIs PPI Rumah Sakit Universitas Mataram merupakan petunjuk-
petunjuk teknis bagi semua pihak yang berkepentingan dan pokok-pokok pemikiran dasar
berbagai upaya pencegahan dan pengendalian terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit
khususnya Rumah Sakit Universitas Mataram
Pada hakekatnya upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit baru akan
terselenggara bila semua direksi dan staf rumah sakit yang terkait mempunyai motivasi dan
itikad pengembangan serta penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Buku Panduan Penurunan HAIs PPI Rumah Sakit Universitas Mataram ini, diharapkan
bermanfaat dan dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan secara berdayaguna dan
berhasil guna.

Anda mungkin juga menyukai