TENTANG
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
KESATU PANDUAN MENURUNKAN RESIKO INFEKSI DI RUMAH
SAKIT UNIVERSITAS MATARAM SEBAGAIMANA
TERLAMPIR DALAM KEPUTUSAN INI
KEDUA Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan dan akan
dilakukan evaluasi setiap tahunnya
KETIGA Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perbaikan, maka akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : Mataram
Pada tanggal : Februari 2019
Direktur RS Universitas Mataram
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan.
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung di
rumah sakit dihadapkan pada risiko terjadinya infeksi di rumah sakit atau infeksi
nosokomial/HAIs (Health Care Associate Infection) yaitu infeksi yang diperoleh di rumah
sakit, baik karena perawatan atau datang berkunjung ke rumah sakit.
Kejadian infeksi nosokomial/HAIs ini akibat infeksi yang didapat atau timbul pada
waktu pasien dirawat di rumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit, hal ini merupakan
persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak langsung. Beberapa
kejadian infeksi nosokomial/HAIs mungkin tidak menyebabkan kematian pasien akan tetapi
menjadi penyebab pasien dirawat lebih lama di rumah sakit. Ini berarti pasien membayar
lebih mahal dan dalam kondisi tidak produktif, disamping pihak rumah sakit juga akan
mengeluarkan biaya lebih besar.
Penyebabnya adalah kuman yang berada di lingkungan rumah sakit atau kuman yang
sudah dibawa oleh pasien sendiri, yaitu kuman endogen. Dari batasan ini dapat disimpulkan
bahwa kejadian infeksi nosokomial (HAIs) adalah infeksi yang secara potensial dapat
dicegah atau sebaliknya juga merupakan infeksi yang tidak dapat dicegah.
Angka infeksi nosokomial/ HAIs terus meningkat (Al Varado, 2000) mencapai sekitar
9% (variasi 3-21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia.
Di RSJ Harkit Jakarta tahun 2013 di dapatkan angka infeksi HAIs untuk ILO (Infeksi Luka
Operasi) 2-3%, ISK(Infeksi Saluran Kencing) 4-5%, IADP(Infeksi Aliran Darah Primer) 7-
9%, Pneumonia 20-30%, Decubitus 3.8%.
Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di Rumah Sakit perlu diterapkan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan seta monitoring dan evaluasi tindak
lanjut. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit sangat penting karena
menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit. Apalagi akhir-akhir ini muncul berbagai
penyakit infeksi baru (new emerging, emerging diseases dan re-emerging diseases)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan ini memberi petunjuk bagi petugas kesehatan (medis dan paramedis) di Rumah
Sakit pelayanan kesehatan lainnya dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi
pada pelayanan terhadap pasien dengan batasan-batasan:
1. Infeksi rumah sakit atau infeksi nosokomial/HAIs adalah infeksi yang terjadi atau didapat di
rumah sakit. Suatu infeksi yang didapat di rumah sakit apabila :
a. Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda dan gejala atau tidak dalam masa inkubasi
infeksi tersebut
b. Infeksi terjadi 2X24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit
c. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari
mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama
tetapi lokasi infeksi berbeda.
2. Pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit adalah kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanan dan pengawasan serta pembinaan dalam upaya menurunkan angka
kejadian infeksi nosokomial/HAIs di rumah sakit.
3. Surveilans adalah kegiatan pengamatan sistematis aktif dan terus-menerus terhadap
timbulnya dan penyebaran infeksi nosokomial pada suatu peristiwa.
4. Suatu kejadian di rumah sakit dapat disebut Kejadian Luar Biasa (KLB) bila proportional
rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam waktu satu bulan, dibandingkan
dengan proportional rate penderita baru dari penyakit menular yang sama selama periode
waktu yang sama dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih, atau
terdapat satu kejadian pada keadaan dimana sebelumnya tidak pernah ada.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id
BAB III
TATA LAKSANA
aseptic Ditemukan paling tidak satu tanda infeksi : nyeri, bengkak lokal,
kemerahan, kecuali bila hasil kultur negatif . Dokter yang menangani
menyatakan infeksi
2. Kriteria Infeksi Insisional Dalam
Infeksi pada luka insisi, terjadi dalam 30 hari pasca bedah atau sampai 1
tahun bila ada implant. Terdapat paling tidak satu keadaan di bawah ini: Keluar
cairan purulen dari luka insisi, tapi bukan berasal dari rongga/organ Secara
spontan mengalami dehisens atau dengan sengaja dibuka oleh ahli bedah dan
paling sedikit satu dari tanda berikut demam (>38°C), nyeri lokal, kultur (+) .
Dokter menyatakan luka infeksi
3. Kriteria Infeksi Organ/Rongga
Infeksi yang terjadi dalam 30 hari pasca bedah apabila tidak ada implant.
Infeksi terjadi dalam 1 tahun pasca bedah apabila terdapat implant. Paling sedikit
menunjukkan satu gejala berikut :
a. Drainase purulen dari drain yang dipasang melalui luka insisi ke dalam
organ/rongga
b. Ditemukan organisme melalui aseptik kultur dari organ/rongga Dokter
menyatakan infeksi pada organ tersebut
Catatan :
a. Di dalam penggunaan antibiotik yang rasional jika ditemukan tanda peradangan
maka dimasukkan ke dalam kemungkinan infeksi.
b. Abses jahitan yang sembuh 3 hari setelah jahitan diangkat bukan infeksi luka
operasi.
c. Faktor resiko Infeksi Luka Operasi
1. Intrinsik : Usia, status gizi, Diabetes Melitus, perubahan respon imun, infeksi di
tempat lain, lama rawat inap preoperatif, obesitas, merokok, kolonisasi
mikroorganisme, penggunaan kortikosteroid
2. Ekstrinsik : Petugas/tim bedah, teknik pembedahan, lingkungan ruang operasi,
peralatan, instrumen dan alat kesehatan
d. Pencegahan Infeksi Luka Operasi
1) Pra Operasi
Persiapan pasien sebelum operasi
Semua pemeriksaan dan pengobatan untuk persiapan operasi hendaknya
dilakukan sebelum rawat inap agar waktu pra-bedah menjadi pendek (<1 hari)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id
.
Jika ditemukan adanya tanda-tanda infeksi sembuhkan terlebih dahulu
infeksinya sebelum hari operasi, dan jika perlu tunda hari operasi sampai
infeksi tersebut sembuh
Perbaikan keadaan yang memperbesar kemungkinan terjadinya ILO antara
lain: Diabetes Melitus, malnutrisi, obesitas, infeksi, pemakaian kortikosteroid
Mandikan pasien dengan antiseptik sore/malam hari sebelum operasi
Jangan mencukur rambut, kecuali bila rambut terdapat pada sekitar daerah
operasi dan atau akan mengganggu jalannya operasi, pencukuran dilakukan
beberapa saat sebelum operasi bila perlu menggunakan pencukur listrik
(elektrik clipper) bila tidak ada elektrik clipper gunakan silet baru
Cuci dan bersihkan lokasi pembedahan dan sekitarnya untuk menghilangkan
kontaminasi sebelum mengadakan persiapan kulit dengan antiseptik
Oleskan antiseptik pada kulit dengan gerakan melingkar mulai dari bagian
tengah menuju ke arah luar. Daerah yang dipersiapkan haruslah cukup luas
untuk memperbesar insisi, jika diperlukan membuat insisi baru untuk
memasang drain bila diperlukan
Antibiotik profilaksis diberikan secara sistemik harus memenuhi syarat : tepat
dosis, tepat
indikasi (hanya untuk operasi bersih terkontaminasi, pemakaian implant dan
protesis atau operasi dengan risiko tinggi seperti bedah vaskuler atau bedah
jantung
Tepat cara pemberian (harus diberikan secara iv dua jam sebelum insisi
dilakukan dan dilanjutkan tidak lebih dari 48 jam)
Tepat jenis (sesuai dengan mikroorganisme yang sering menjadi penyebab
ILO)
2) Intra Operasi
Persiapan Tim Pembedahan
a. Setiap orang yang masuk kamar operasi harus :
Memakai masker yang menutupi hidng dan mulut
Memakai penutup kepala yang menutupi semua rambut Memakai sandal
khusus kamar operasi
Memakai sarung tangan steril apabila sarung tangan tersebut kotor/sobek
harus diganti yang baru. Petugas OK harus mengetahui teknik memakai
dan melepas sarung tangan steril
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id
Catatan :
1) Beberapa dokter membiarkan luka insisi operasi yang bersih terbuka tanpa kasa,
ternyata dari sudut penyembuhannya hasilnya baik
2) Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa luka insisi operasi yang bersih
dapat pulih dengan baik walaupun tanpa kasa
3) Belum ada terbukti tertulis yang mengatakan bertambahnya tingkat kemungkinan
terjadinya infeksi bila luka dibiarkan terbuka tanpa kasa
4) Namun demikian masih banyak dokter tetap menutup luka operasi dengan kasa
steril sesuai dengan prosedur pembedahan dengan tujuan : menutupi luka
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id
terhadap mikroorganisme yang dari tangan, menyerap cairan yang meleleh keluar
agar luka cepat kering, memberikan tekanan pada luka supaya dapat menahan
perdarahan superficial, melindungi ujung luka dari trauma lainnya
5) Pengendalian Lingkungan
a. Pertahankan tekanan lebih positif dalam kamar bedah dibandingkan dengan
koridor dan ruangan disekitarnya
b. Ventilasi kamar operasi harus diperhatikan dalam hal : semua udara harus
disaring baik udara segar maupun udara hasil resirkulasi, pertahankan
minimum 15 kali pergantian udara per jam, dengan minimum 3 diantaranya
adalah udara segar, suhu antara 19-24° C, kelembaban udara 40-60%
c. Jangan menggunakan fogging dan sinar ltra violet di kamar operasi untuk
mencegah ILO
d. Pintu kamar operasi harus selalu tertutup kecuali bila dibutuhkan untuk
leawatnya peralatan, petugas dan pasien
e. Batasi jumlah orang yang masuk dalam kamar operasi
f. Kamar operasi harus dibersihkan
g. Bila tampak kotoran/darah/cairan tubuh lainnya pada permukaan benda atau
peralatan gunakan desinfektan untuk membersihkannya sebelum operasi
dimulai antara dua operasi
h. Tiap minggu ( satu hari tanpa operasi untuk kebersihan menyeluruh)
i. Tidak perlu mengadakan pembersihan khusus /penutupan kamar operasi
setelah selesai operasi kotor
j. Pel dan keringkan lantai kamar operasi dan desinfeksi seluruh permukaan
lingkungan/peralatan dalam kamar operasi setelah selesai operasi terakhir
setiap harinya dengan desinfekta
k. Menggunakan instrumen steril sesuai standar
1) Pada pemeriksaan fisik terdapat ronchi basah atau pekak (dullnes) pada
perkusi dan salah satu diantaranya keadaan berikut :
Baru timbul sputum purulen/terjadinya perubahan sifat sputum
Isolasi kuman positif pada biakan darah
Isolasi kuman patogen positif dari aspirasi trakea/biopsi
2) Foto rontgen dada menunjukkan adanya infiltrat, konsolidasi, kavitasi, effusi
pleura baru/progesif dan salah satu diantar keadaan berikut :
Baru timbulnya sputum purulen/terjadinya perubahan sifat sputum
Isolasi kuman positif dan biakan darah
Isolasi kuman patogen positif dari aspirasi trakea, biopsi
Virus dapat diisolassi/terdapat antigen virus dalam sekresi saluran nafas
Titer IgM/IgG spesifik meningkat pada pemeriksaan histopatologi
Atau gambaran radiologi thorak serial pada penderita umur < 12 bulan
menunjukkan infiltrat baru/progresif, konsolidasi, kavitasi atau effusi pleura dan
salah satu diantar keadaan berikut :
a. Produksi dan sekresi saluran nafas meningkat
b. Baru timbul sputum purulen/terjadi perubahan sifat sputum
c. Isolasi kuman positif pada biakan darah
d. Isolasi kuman patogen positif dari aspirasi trakea, biopsi
e. Virus dapat diisolasi/terdapat antigen dalam virus sekresi saluran nafas
f. Titer IgM/IgG spesifik meningkat 4x lipat dalam dua pemeriksaan
g. Terdapat tanda-tanda pneumonia pada pemeriksaan histopatologi
b. Faktor-faktor Resiko Infeksi Pneumonia
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id
e. Pencegahan Pneumonia
Pencegahan pneumonia nosokomial dilakukan dengan cara berikut:
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id
Pengelolaan para dan pasca bedah meliputi pengobatan dan instruksi medis
dan perawatan
Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan dilakukan setiap kali kontak dengan sekret saluran nafas
baik dengan atau tanpa sarung tangan. Kebersihan tangan juga dilakukan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien yang mendapat intubasi dan trakeostomi
diberikan secara aseptik. Cairan tersebut tidak boleh digunakan pada alat yang
terkontaminasi
2. Bila flakon multidose digunakan untuk terapi harus disimpan dalam lemari es
atau suhu kamar sesuai aturan pakai dan tidak melewati tanggal kadaluarsa
Pemantauan Mikroorganisme
1) Jika tidak ada Kejadian Luar Biasa (KLB) / rate endemik infeksi paru
nosokomial tidak tinggi maka proses desinfeksi alat terapi pernafasan tidak
perlu dipantau dengan biakan sampel dari alat tersebut. Dengan kata lain
sampel rutin tidak perlu dilakukan
2) Interpretasi hasil pemeriksaan mikrobiologi sulit dilakukan kaarena itu sampel
mikrobiologik rutin alat bantu nafas yang sedang dipakai pasien tidak
dianjurkan
Pada pasien ≤ 1 th didapat paling sedikit satu gejala sbb, tanpa ada penyebab lainnya
:
1) Demam (>38°C)
2) Hipotermi (<37°C)
3) Bradikardi < 100/mnt
4) Letargi
5) Vomiting
Tenaga Pelaksana
1) Pemasangan katéter hanya dilakukan oleh tenaga yang betul-betul memahami
dan terampil dalam teknik pemasangan katéter secara aseptik dan perawatan
katéter yang benar
2) Tenaga yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan catéter urin
sudah mendapatkan pelatihan secara berkala dengan teknik yang benar
mengenai prosedur pemasangan catéter urin dan pengetahuan tentang
komplikasi potencial yang timbal
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id
Pemasangan Katéter
1) Pemasangan katéter urin dilakukan hanya bila perlu saja dan segera dilemas bila
tidak diperlukan lagi. Alasan pemasangan catéter bukan karena untuk
mempermudah tenaga pelaksana dalam memberikan asuhan pada pasien
2) Cara sainase urin yang lain seperti catéter kondom, katéter supra pubis,
kateterisasi selang-seling (intermitten) dapat digunakan sebagai ganti
kateterisasi menetap bila memungkinkan
3) Cuci tangan : sebelum dan sesudah pemasangan katéter
Perawatan Meatus
Bersihkan dua kali sehari dengan antiseptik dan setiap hari bersihkan dengan sabun
dan air.
Penggantian Kateter
Kateter urin menetap harus diganti dalam kurun waktu 7 hari (1 minggu)
2) Hipotensi
3) Tidak ada tanda-tanda infeksi di tempat lain
Untuk bayi umur < 1 tahun ditemukan salah satu gejala/tanda berikut tanpa
penyebab lain :
1) Demam suhu > 38°C
2) Hipotermi
3) Apnea
4) Bradikardi < 100 x/mnt
5) Tidak ada tanda-tanda infeksi di tempat lain
e. Kebersihan Tangan
1) Kebersihan tangan dilakukan sebelum dan sesudah palpasi, pemasangan alat
intravaskuler, penggantian alat intravaskuler, atau memasang perban
2) Untuk pemasangan vena central melalui insisi prinsip aseptiknya harus
digunakan
f. Intravena Kateter
Pemasangan Kateter : jangan menyingkat prosedur pemasangan kateter yang
sudah ditentukan
Perawatan Luka Kateter : bersihkan kulit di lokasi dengan antiseptik yang
sesuai, sebelum pemasangan kateter, biarkan antiseptik mengering pada lokasi
sebelum memasang, jangan melakukan palpasi pada lokasi setelah kulit
dibersihkan dengan antiseptik (lokasi dianggap daerah steril), gunakan kasa steril
atau perban transparan untuk menutup lokasi pemasangan, bila dipakai iodine
tincture untuk membersihkan kulit sebelum pemasangan kateter maka harus dibilas
dengan alkohol, ganti perban bila tampak kotor dan basah, hindari sentuhan yang
mengkontaminasi lokasi kateter saat mengganti perban
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995
Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id
BAB IV
PENUTUP
Panduan Penurunan HAIs PPI Rumah Sakit Universitas Mataram merupakan petunjuk-
petunjuk teknis bagi semua pihak yang berkepentingan dan pokok-pokok pemikiran dasar
berbagai upaya pencegahan dan pengendalian terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit
khususnya Rumah Sakit Universitas Mataram
Pada hakekatnya upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit baru akan
terselenggara bila semua direksi dan staf rumah sakit yang terkait mempunyai motivasi dan
itikad pengembangan serta penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Buku Panduan Penurunan HAIs PPI Rumah Sakit Universitas Mataram ini, diharapkan
bermanfaat dan dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan secara berdayaguna dan
berhasil guna.