Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN

PENGELOLAHAN CSSD

BLUD RSUD SCHOLOO KEYEN TAHUN 2018

BLUD RSUD SCHOLOO KEYEN


Alamat : Jln. Teminabuan – Ayamaru Kab. Sorong Selatan
Alamat e-mail : rsudscholookeyen@yahoo.com
LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN BLUD RSUD SCHOLOO KEYEN

NAMA KETERANGAN TANDA TANGAN TANGGAL

DR. Victor Lamerkabel Pembuat Dokumen

Dr.Pardamean, SpPK Authorized Person

dr. Felix Duwit,M.sc,MPH,SpPD Plt Direktur RSUD Scholoo Keyen


BAB I

DEFINISI

A. PENGERTIAN

1. Sterilisasi

Sterilisasi adalah Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan suatu otoklaf


atau dry heat dengan menggunakan oven adalah metode yang paling tersedia saat ini yang
digunakan untuk proses sterilisasi.

Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang paling murah
dan efektif, tetapi juga paling sulit untuk dilakukan secara benar (Gruendemann dan
Mangum 2001). Pada umumnya sterilisasi ini adalah metode pilihan untuk mensterilisasi
instrumen dan alat-alat lain yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.
Bila aliran listrik bermasalah, instrumen-instrumen dapat disterilisasi dengan sebuah
sterilisator uap nonelektrik dengan menggunakan minyak tanah atau bahan bakar lainnya
sebagai sumber panas.
Kondisi Standar Sterilisasi Panas

Sterilisasi uap (Gravitas):


Suhu harus berada pada 121ºC; tekanan harus berada pada 106 kPa; 20 menit untuk
alat tidak terbungkus 30 menit untuk alat terbungkus. Atau pada suhu yang lebih tinggi
pada 132ºC, tekanan harus berada pada 30 lbs/in²; 15 menit untuk alat terbungkus.
Catatan: Setting tekanan (Kpa atau lbs/in²) dapat agak berbeda bergantung pada
sterilisator yang digunakan. Bila mungkin, ikuti anjuran pabrik.
Panas kering:

 170ºC selama 1 jam (total cycletime-meletakkan instrumen-instrumen di oven,


pemanasan hingga 170ºC, selama 1 jam dan kemudian proses pendinginan 2-2,5
jam), atau
 160ºC selama 2 jam (total cycle time dari 3-3.5 jam).
Ingat:

 Waktu paparan mulai hanya setelah sterilisator telah mencapai target


 Jangan memuat sterilisator untuk alat tidak terbungkus dengan metode ini lebih
pendek, hanya butuh waktu 4 menit. Metode kilat ini biasanya digunakan untuk
alat-alat individual.
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah merupakan langkah pertama dalam menangani alat
bedah dan sarung tangan yang telah tercemar. Hal penting sebelum membersihkan adalah
mendekontaminasi alat dan benda lain yang mungkin terkena darah atau duh tubuh.
Segera setelah digunakan, alat harus direndam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Langkah ini dapat menginaktivasi HBV, HCV, dan HIV serta dapat mengamankan petugas
yang membersihkan alat tersebut (AORN 1990; ASHCSP 1986).
Sudah lebih dari 20 tahun, dekontaminasi terbukti dapat mengurangi
derajat kontaminasi oleh kuman pada instrumen bedah. Misalnya, studi yang dilakukan
oleh Nyström (1981) menemukan kurang dari 10 mikroorganisme pada 75% dari alat
yang tadinya tercemar dan dari 100 mikroorganisme pada 98% alat yang telah
dibersihkan dan didekontaminasi. Berdasarkan penemuan ini, sangat dianjurkan agar
alat dan benda-benda lain yang dibersihkan dengan tangan, didekontaminasi terlebih
dulu untuk meminimalkan risiko infeksi .
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Lingkup Area Staf Instalasi yang terlibat


a. Pelaksana panduan ini adalah tenaga kesehatan yang terdiri dari :
1. Staf medis
2. Staf perawat
3. Staf bidan
b. Instalasi yang terlibat dalam pelaksanaan panduan CSSD adalah
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Intensif Care Unit
4. Instalasi Bedah
5. Ruang operasi
6. Instalasi Rawat inap
- Ruang perawatan Dewasa
- Ruang perawatan anak
- Ruang perawatan Kamar bersalin dan Nifas
- Ruang perinatal
- Ruang paviliun/VIP
- Ruang Bedah
B. Kewajiban dan Tanggung Jawab
a. Seluruh staf Rumah Sakit Umum Scholoo Keyen wajib memahami panduan CSSD
b. Perawat yang bertugas (perawat penanggung jabab pasien) bertanggung jawab
melakukan panduan CSSD
c. Kepala instalasi/Kepala Ruangan
 Memastikan seluruh staf di instalasi memahami Panduan CSSD rumah sakit
 Terlibat dan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Panduan CSSD yang
benardi rumah sakit
d. Memantau dan memastikan Panduan CSSD dikelola dengan baik oleh kepala
Ruangan
e. Menjaga standart dalam penatalaksanaan CSSD
BAB III

TATALAKSANA

A. Kegiatan di unit CSSD :


a. . Area penerimaan/pembersihan “hal-hal kotor”,
Di area ini, peralatan kotor diterima, dibongkar dicuci, dibilas dan dikeringkan.
Area penerimaan/pembersihan “hal-hal kotor” harus memiliki:
 sebuah konter penerimaan;1
 dua sinks bila mungkin (satu untuk membersihkan dan satu untuk membilas) dengan suplai
air bersih; dan
 sebuah konter peralatan yang bersih untuk pengeringan
b. area kerja “bersih”
Di area kerja bersih, peralatan bersih:
 diperiksa barangkali ada catat atau kerusakan;
 dipak (bila terindikasi), baik disterilisasi maupun DTT; dan
 dikirim untuk disimpan seperti dalam bentuk dipak atau diangin-anginkan untuk
dikeringkan dan dimasukkan dalam wadah steril atau DTT.
Area kerja bersih harus mempunyai:
 meja besar;
 rak-rak penyimpanan peralatan bersih dan yang sudah dipak; dan
 sterilisator uap tekanan tinggi, oven panas tinggi, steamer, atau boiler.
c. area penyimpanan peralatan bersih, dan
Simpanlah peralatan bersih di area ini. Staf CSD juga harus memasuki CSD melalui area ini.
Lengkapi peralatan area ini dengan:
 rak-rak (lebih baik tertutup) untuk menyimpan peralatan bersih, dan ruangan
tersendiri.
d. area penyimpanan steril atau DTT.
Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau DTT di area
ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.
 Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di kabinet atau rak-
rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup lebih baik karena hal ini
melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari debu dan debris. Rak-rak terbuka dapat
diterima apabila area ini punya akses terbatas dan urusan rumah tangga dan ventilasi
terkontrol.)
 Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain tiras (lint-
free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga reguler.
 Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan dengan
jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan 15-20 cm dari dinding
luar.
 Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. (Kardus melepaskan debu
dan debris serta dapat menjadi sarang serangga.)
 Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan bahwa paket
itu rentan atas proses kontaminasi dan menghemat ruang penyimpanan, tetapi hal ini
tidak menjamin sterilitas.
 Pak-pak akan tetap steril sepanjang integritas paket itu dipertahankan.
 Wadah-wadah steril atau DTT tetap dalam kondisi tersebut hingga
dibuka.
 Barang steril dan DTT dari area ini didistribusikan

Sistem Shelf Life:


1. Shelf life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan peristiwa dan
bukan terkait dengan waktu. Sebuah peristiwa dapat membahayakan
integritas dan efektivtas pak tersebut.
2. Peristiwa yang dapat membahayakan atau menghancurkan sterilitas
pak mencakup berbagai penanganan, berkurangnya integritas pak,
penetrasi kelembaban, dan kontaminasi udara.
3. Sterilitas hilang ketika pak telah terkoyak di pembungkusnya, telah
basah, terjatuh di lantai, berdebu atau tidak tersegel.
4. Shelf life sebuah pak steril akan bergantung pada kualitas
pengepakan, kondisi selama penyimpanan dan pengangkutan, dan
jumlah penanganan sebelum digunakan.
5. Menyegel pak-pak steril di kantong-kantong plastik dapat mencegah
kerusakan dan kontaminasi.
6. Sebagian besar peristiwa yang berkontaminasi terkait dengan
penanganan pak secara berlebihan atau kurang tepat. Idealnya
sebuah peralatan harus ditangani tiga kali: (1) ketika mengeluarkan
dari sterilizer cart dan menempatkan di rak penyimpanan, (2) ketika
mengangkutnya ke tempat peralatan itu akan digunakan, dan (3)
ketika memilihnya dibuka untuk digunakan.
Lima faktor yang kemungkinan besar menghancurkan sterilitas
atau membahayakan efisiensi barier bakterial atas materi yang
sedang dipak adalah:
 Bakteri di udara
 Debu
 Kelembaban
 Berlubang, pecah atau terkoyak segelnya
 Terbukanya pak tersebut.
Sebelum menggunakan peralatan yang telah disimpan, periksalah pak
tersebut untuk memastikannya tidak terkontaminasi.
B. Penanganan dan pengangkutan hasil sterilisasi
1. Pisahkan instrumen dan peralatan lain yang bersih, steril, dan DTTdari
peralatan kotor dan peralatan yang harus dibuang. Jangan
memindahkan atau menyimpan peralatan ini bersama-sama.
2. Memindahkan instrumen dan peralatan lain yang steril dan DTT ke
prosedur atau ruang operasi dengan kereta tertutup atau wadah dengan
penutup untuk mencegah kontaminasi.
3. Pindahkan suplai dari seluruh karton dan kotak pengiriman sebelum
membawa suplai ini ke dalam ruang prosedur, ruang operasi, atau area
kerja CSD yang bersih. (Shipping boxes mengeluarkan debu dan menjadi
tempat bersarang serangga yang dapat mengontaminasi area ini.)
4. Mengangkut suplai dan instrumen kotor ke area
penerimaan/pembersihan di CSD dengan tong sampah tertutup dan
antibocor.
5. Mengangkut sampah yang terkontaminasi ke tempat pembuangan
dengan tong sampah tertutup dan antibocor.
Proses desinfeksi barang use yang di reuse

Proses desinfeksi alat medis dapat dikategorikan menjadi :

Tingkat Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat


resiko
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi harus -Alat yang
masuk,penetrasi steam,sterad dijaga : digunakan
dalam jaringan atau DDT -bungkusan alat untuk
steril,rongga,aliran harus kering. tindakan
darah -kemasan tidak invasif.
robek
-Bungkusan
harus dibuat
dengan
menghambat
bioefektif selama
penyimpanan.
.simpan alat
steril pada area
steril guna
melindungi dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril yang
tidak dibungkus
harus segera
dipakai

Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada Alat yang


kritis dengan selaput steam/termal daerah bersih berhubungan
lendir dan dengan dan kering guna dengan
cairan melindungi dari respiratori :
desinfektan kontaminasi -LM laringeal
tingkat tinggi lingkungan mask.
-Vaginal
speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe
invasif
ultrasonic
(trans
vaginal
probe).
-Fleksible
*colonoscope
- Breast
pump
Non Alat yang kontak Bersihkan Simpan dalam -alatnon
kritis dengan kulit alat dengan keadaan bersih invasif
menggunakan ditempat yang equipment:
detergent dan kering * Bedpan dan
air .jika urinal.
menggunakan * Manset
desinfektan tekanan
gunakan yang darah.
compatibel * bed
*
Termometer.
* Tourniket
* Tensi
meter

C. . Desinfeksi lingkungan rumah sakit


a. Permukaan lingkungan : lantai, dinding dan permukaan meja, trolly didesinfeksi
dengan detergen netral
b. Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan dengan
desinfeksi tingkat menengah
D. Pelayanan sterilisasi dilaksanakan setiap hari sesuai jadwal yang berlaku, sebagai berikut:

Penerimaan : senin s/d jumat = 08.00-10.00 wita


OK cyto = sesuai tindakan dalam keadaan bersih
Sabtu dan hari libur = 08.30-11.30
Penyaluran : senin s/d jumat = 08.30-10.30
Ok cyto = sesuai tindakan
Sabtu dan hari libur = 09.00-10.00
E. Penerimaan alat/instrument baik penitipan/peminjaman harus diverifikasi terkait dengan macam
dan jumlah set, konsisi alat/instrument, bahan dasar alat/instrument yang dititipkan dicatat
dalam buku ekspedisi.
F. Pemilihan cara/proses pengelolaan alat kesehatan pasca pakai berdasarkan resiko infeksi sebagai
berikut:
No Tingkat risiko Pengelolaan alat
1 Risiko tinggi (critical) adalah alat yang Sterilisasi atau menggunakan
digunakan menembus kulit atau rongga alat steril sekali pakai
tubuh atau pembuluh darah (disposable)
2 Risiko sedang (semi critical) adalah alat Sterilisasi atau minimal
yang digunakan pada mukosa atau kulit disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
yang tidak utuh.
3 Risiko rendah (non critical) adalah alat Disinfeksi tingkat rendah atau
yang digunakan pada kulit yang cuci bersih
utuh/pada permukaan kulit.
G. Setiap petugas/ pekerja yang akan melakukan kegiatan/bekerja berganti dengan pakaian
kerja, menggunakan APD sesuai ketentuan dan melakukan hand hygiene sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan.
H. Setiap pegawai bekerja sesuai dengan SPO yang berlaku dan pegawai baru instalasi
dilakukan orientasi sesuai ketentuan.
I. Pengembalian/penarikan kembali produk steril, dilakukan apabila:
 Telah kadaluarsa, yaitu telah melewati pukul 24.00 dari tanggal yang tertera
 Indicator eksternal dan internal tidak berubah warna (tidak sesuai standar)
 Kemasan : rusak/sobek; sudah terbuka ; basah/lembab; dan atau otor.
1. Batas waktu kadaluarsa hasil produk sterilisasi:
Kadaluarsa Cara sterilisasi dengan bahan pengemasan
Satu minggu Sterilisasi dengan metode panas basah (autoclave
steam) dengan pengemasan kertas perkamen rangkap 2;
linen rangkap 2 atau ditempatkan dalam tromol
Satu bulan Sterilisasi dengan metode panas basah (autoclave
steam) dengan pengemasan pouches
Satu tahun Sterilisasi suhu rendah dengan gas Ethylen Oxide dengan
pengemasan pouches

BAB IV

DOKUMENTASI

Monitoring dan evaluasi proses serta alat hasil sterilisasi harus dilakukan sesuai ketentuan
sebagai jaminan mutu/kualitas hasil sterilisasi, meliputi:

a. Bowie Dick Test dilakukan setiap hari sebelum mesin autoclave dengan vakum.
b. Indicator mekanik yaitu dengan mengamati gambaran grafik setiap operasional
dibandingkan dengan grafik standard
c. Indicator biologi, dilakukan minimal 1 (satu) minggu sekali tiap mesin autoclave steam,
dan setiap operasional mesin ethylin oxide
d. Indicator eksternal dan internal klas 4, dilakukan/diberikan pada setiap kemasan.
e. Monitor secara visual dengan melihat kondisi kemasan dan label/etiket post sterilisasi
dan perubahan warna indicator (sesuai standart)
f. Uji mikrobiologi terhadap hasil sterilisasi minimal setahun sekali.
g. Uji mikrobiologi ruang dan standar ruang kerja dilakukan rutin oleh komite PPI

Anda mungkin juga menyukai