A. PENGERTIAN TURP
TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan
resektroskop, dimana resektroskop merupakan endoskop dengan tabung 10-3-F untuk
pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotong dan counter yang
disambungkan dengan arus listrik. Operasi ini dilakukan pada prostat yang mengalami
pembesaran antara 30-60 gram, kemudian dilakukan reseksi. Tindakan ini
menggunakan cairan pembilas/ irigasi supaya daerah yang direseksi tetap terang dan
tidak tertutup darah.
B. INDIKASI TURP
Pasien dengan gejala sumbatan yang menetap
Pembesaran prostat yang progresif dan tidak dapat diterapi dengan obat
Operasi ini dilakukan pada prostat yang mengalami pembesaran 30-60 gram dan
pasien cukup sehat
C. KEUNTUNGAN
Tidak menimbulkan luka atau bekas sayatan
Lama operasi singkat
Hospitalisasi dan periode pemulihan lebih singkat
Menimbulkan rasa nyeri yang lebih sedikit
D. KERUGIAN
Ada resiko obstruksi
Trauma uretral
Dapat terjadi striktur derta perdarahan lama dapat terjadi
E. PENATALAKSANAAN PADA PASIEN POST TURP
Setelah dilakukan TURP, dipasang traksi kateter foley tiga saluran no. 24 yang
dilengkapi dengan balon 30 ml, untuk memperlancar pembuangan gumpalan
darah dari kandung kemih
Irigasi setelah TURP menggunakan cairan NaCL 0,9% atau sterilize water for
irigation
Jumlah tetesan cairan irigasi setelah operasi biasanya guyur. Hari pertama sekitar
60 tetes per menit, hari kedua sekitar 40 tetes per menit, dan hari ketiga sekitar 20
tetes per menit.
F. PERAWATAN PASIEN POST TURP
Anjurkan pasien bed rest head up selama 24 jam untuk mengurangi bertambahnya
perdarahan pada pasien.
Kaji dan pantau produksi urine, jumlah, warna, konsistensi, dan hitung balance
cairan per 24 jam
Setelah dilakukan TURP klien akan mengalami hematuri. Retensi dapat terjadi
bila kateter tersumbat bekuan darah. Jika terjadi retensi urin, pada daerah supra
sinisfer akan terlihat menonjol, terasa ada ballotemen jika dipalpasi dan klien
terasa ingin kencing. Untuk mengatasi sumbatan akibat bekuan darah perlu
dilakukan spooling kateter.
Traksi pada pasien post TURP bertujuan untuk mengurangi pendarahan dan
menarik balon kateter kearah blader neck dan menghalangi masuknya perdarahan
prostat kedalam kandung kemih. Namun traksi kateter tidak boleh lebih dari 24
jam, kendorkan traksi setelah 24 jam post operasi TURP. Bila tidak dikendurkan
dapat menimbulkan penekanan pada uretra bagian penoskrotal sehingga
mengakibatkan stenosis buli-buli karena ischemic.
Lakukan penis hygiene dan perawatan kateter untuk mencegah terjadinya infeksi
Traksi pasien post op TURP
PROSEDUR SPOOLING KATETER
A. PERSIAPAN ALAT
1. Sarung tangan bersih
2. NaCl 0,9%
3. Gunting plester
4. Plester
5. Bengkok steril
6. Spuit 50cc
B. Langkah-langkah
1. Ucapkan salam
2. Lakukan identifikasi pada pasien
3. Sampaikan prosedur tindakan
4. Cuci tangan
5. Bantu pasien posisi terlentang nyaman
6. Pakai sarung tangan bersih
7. Palpasi vesika urinaria (teraba fullblast atau pasien nyeri), tutup klem selang
irigasi
8. Pasang pengalas perlak di bawah persambungan DC dan urine bag
9. Klem kateter di bagian proksimal dari persambungan dengan selang urine bag
10. Lepas sarung tangan bersih
11. Pakai sarung tangan steril
12. Disinfeksi persambungan DC dengan selang urine bag
13. Lepaskan selang urine bag dari DC dan meletakkan ujung DC pada bengkok steril
14. Sambungkan spuit 50cc kosong dengan DC pada sambungan keluarnya urine
15. Buka klem pada DC dan menarik piston spuit, jika tarikan terasa berat dilanjutkan
menarik dengan hati-hati
16. Jika sumbatan belum terlepas, klem proksimal kateter sambungkan spuit 50 cc
yang diisi NaCl 0,9%, buka klem pada kateter dan dorong piston syring dengan
hati-hati. Dilanjutkan dengan menarik cairan yang telah dimasukkan tadi dengan
hati-hati
17. Tindakan dihentikan jika sumbatan sudah lepas, bisa diketahui dengan hilangnya
tahanan saat mendorong ataupun mengaspirasi (jika sumbatan belum lepas/
tahanan masih/ distensi vesika meningkat dan pasien kesakitan maka segera
laporkan ke DPJP
18. Alirkan irigasi dengan membuka klem pada selang irigasi secara perlahan, cek
aliran cairan yang keluar melalui DC yang di tampung pada bengkok, jika aliran
lancar maka klem DC dan disinfeksi ujung DC serta ujung selang urine bag lalu
sambungkan keduanya, buka klem pada DC
19. Posisikan kateter lurus tidak tertekan
20. Tempel fiksasi DC pada femur untuk menjaga kepatenan kateter
21. Tempatkan dan fiksasi urine bag di sisi tempat tidur
22. Rapikan alat dan pasien. Evaluasi dengan menanyakan kenyamanan pasien
23. Perawat berpamitan
24. Bereskan alat dan kembalikan ke tempat semula
25. Lepas sarung tangan
26. Lakukan cuci tangan
27. Dokumentasikan di catatan keperawatan
Sumber :
Wantoro, Adi. 2015. Penatalaksanan Pasien Post Operasi TURP.
https://www.slideshare.net/QoMariya/post-op-turp. diakses pada tanggal 19/09/2021
SOP Spooling DC. http://61.8.75.226/itblog/attachments/article/3082/101.%20Spooling
%20Dower%20Cateter-dikonversi.pdf. Diakses pada 19/09/21