Anda di halaman 1dari 2

PROGNAS

Tuberkulosis
 Karena sudah ada SK, mohon di libatkan dan di buat pedoman pelayanan TB nya.
Apakah sebatas screening aja atau sampai penanganan.
 Perlu di lengkapi dan dirapatkan pelayanan TB nya.
 Untuk PRA dan Geriatri belum mengharapkan hasil, namun HIV, TB dan PONEK sudah
harus ada hasilnya.
 Kendalanya adalah komitmen tidak jalan salah satunya biaya, minta ruangan belum ada.
Seharusnya ada anggaran khusus untuk Prognas.
 Kendala lain pembentukan SK tidak disertai rapat, seharusnya SK yang keluar harus
dirapatkan dulu. Namun untuk double job tetap bias dijalankan asalkan yang merangkap
tidak menjadi ketua.
 Standar 3.1 EP3 yang sudah pernah pelatihan harus ada sertifikat, dan melakukan in
House Training
 Jika hanya untuk screening dan bukan untuk pengobatan maka harus tertuang pada
regulasi
 Laborat belum ada untuk pengambilan specimen.
 PPK TB harus disiapkan

Ponek
 Kalau sudah tim harus mengerti semua program Ponek.
 Ponek tidak lepas dengan AKB dan AKI
 RSSIB sudah terlaksana atau belum ? RS harus standby 24 jam untuk kegawat daruratan
ibu dan bayi, semua terlibat dari UGD,masa nifas,ruang bayi.
 Kendala tidak ada Sp.Og dan Sp.A yang standby. Tidak siap 24 jam
 IMD
 PMK
 Susunan Tim Ponek, SK Tim Ponek, Program kerja tim Ponek
 Rapat yang membuktikan kalau pimpinan terlibat dalam ponek, jika rapat harus ada
UMAN (undangan, materi,absensi, notulen)  harus dilengkapi kedepannya.
 Direktur harusnya datang, yang mengundang harusnya direktur , TTD direktur.
 Bukti pelaksanaan rujukan berupa dokumen/data registes/tabulasi harus berdasarkan
standar harus dilengkapi data rujukannya untuk pertiga bulannya, berapa kasus yang
masuk dan berapa yang dirujuk. Jika tidak ada laporan maka dianggap tidak dijalan.
 Jika tidak ada hasil laporan, bagaimana menganalisa. Jadi sebaiknya kerjakan
indikatornya.
 Berapa jumlah pasien yang datang sendiri atau dari FKTP, berapa yang ditangani berapa
yang dapat dirujuk. Jika AKI meningkat maka nanti itu akan menjadi tugas pemda.
Namun harusnya data sudah ada. Jika ada respon atau tidak dari atasan jangan berhenti
untuk mencatat datanya.
 Belum ada data rujukan, belum ada monitoring.
 Pelatihan Ponek, dan harusnya yang sudah dapat pelatihan selanjutnya melatih secara in
house training harus ada TOR (term of refferance), sertifikat, pretest dan posttest.

HIV
 Belum ada tim HIV, harusnya penyakit dalam di libatkan dan menjadi ketua pogja
geritari juga begitu. PPRA kalau gak PK bias Bedah.
 Bentuk tim, kumpulkan untuk rapat,poli penyakit dalam, poli VCT, Lab, bangsal,
farmasi. Jika sudah kebentuk tim, maka buat SK, lalu buat program, pelayanan yang
diinginkan bagaimana minsalkan screening semua pasien yang masuk rawt inap.
Biasanya di dinas ada pelatihan untuk HIV, termasuk ibu hamil. Minta direktur untuk in
house traning : universal precaution/ seluruh rumah sakit harus tau. Bagaimana penangan
HIV aids gawat darurat,hamil, atau sampai ke kamar jenazah, saat gawat dang a bias
dirujuk, PPI penanganan instrument jika pasien sudah tidak dapat dirujuk.

PPRA
 Libatkan dokter bedah, bentuk tim, buat programkerja, lakukan pelatihan (provinsi,
KARS), belum menuntut hasil yang penting sudah jalan, 2-3 tahun lagi baru dituntut hasil

Geriatric
 Harus di bentuk tim, sama seperti PPRA, namun di kepalai oleh Sp.PD

Anda mungkin juga menyukai