Anda di halaman 1dari 68

PEDOMAN PELAYANAN

RUANG LAUNDRY DAN LINEN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GENENG

TAHUN 2022

RSUD GENENG
Jl. Raya Ngawi Madiun KM 09, Kode Pos 63271, Tambakromo,
Geneng, Ngawi
Phone : 0351-7403000
Email : rsudgeneng@gmail.com
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………..…....1

A. Latar Belakang ………………………………………….………………..…1

B. Tujuan Pedoman …………………………………….………..………….…1

C. Ruang Lingkup Pelayanan ……………………………………..…………...1

D. Batasan Operasional …………………………………………………..…... 2

E. Landasan Hukum ……………….……………………………………...….. 4

BAB II STANDAR KETENAGAAN ………………………….………………..…. 5

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ………………………………..………. 5

B. Distribusi Ketenagaan ………………….………………………..……....… 6

C. Jadwal Kegiatan ( Pengaturan jaga ) …….………………..………….….… 7

BAB III STANDAR FASILITAS ………… …………………………………..…… 8

A. Denah Ruang …………………………………………………..…..……… 8

B. Standar Fasilitas …………………………………………………..…….…. 9

BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN …………………...……………….…..14

BAB V LOGISTIK ……………………………………...……………………..… 33

BAB VI KESELAMATAN PASIEN ………...……………………………...….... 40

BAB VII KESELAMATAN KERJA ………………………………………..….... 43

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ………………………………...………..…. 58

BAB IX PENUTUP ………….……………………………………….………….... 62


PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GENENG
Jl. Raya Ngawi - Madiun Km. 09, Tambakromo, Geneng, Ngawi
Telp. (0351) 7403000, Email: rsudgeneng@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GNENEG KABUPATEN NGAWI
NOMOR : / / /

TENTANG

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN RUANG LAUNDRY DAN LINEN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GENENG KABUPATEN NGAWI

Menimbang : a. Bahwa rumah sakit merupakan area potensial penularan


penyakit dan pencemaran lingkungan

b. Bahwa untuk meminimalisasi terjadinya penularan penyakit


atau infeksi nosokomial perlu adanya pengelolaan laundry
dan linen yang baik.

c. Bahwa dalam a dan b perlu pedoman pelayanan ruang


laundry dan linen di RSUD Geneng Kab Ngawi

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004


Tentang Praktik kedokteran.

3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009


Tentang Rumah Sakit

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204 / Menkes/ SK/ V/2004 tentang persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU )
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Kesehatan lainnya.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

PERTAMA : Menetapkan Pedoman Pelayanan Ruang Laundry dan Linen

KEDUA : Pedoman Pelayanan Ruang Laundry dan Linen merupakan


pedoman seragam yang berlaku di rumah sakit

Pembinaan dan Perencanaan Laundry dan Linen


KETIGA : bertanggungjawab langsung kepada instalasi CSSD dan Laundry
untuk dilaporkan kepada direktur dan sebelumnya ada koordinasi
dengan Pelayanan dan Penunjang

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Dan apabila


dikemudian hari ada perbaikan akan ditetapkan sebagai
addendum.

Ditetapkan di : NGAWI

pada tanggal :

DIREKTUR RSUD GENENG KAB.


NGAWI

dr.ENDRI AGUSTIN, M.Kes


Pembina Tk 1
NIP.19760830 200901 2 002

SALINAN disampaikan kepada Yth :


1. Komite akreditasi Rumah Sakit Geneng kab Ngawi
2. Yang bersangkutan
3. Pertinggal
PEDOMAN PELAYANAN RUANG LAUNDRY DAN LINEN

RSUD GENENG NGAWI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah melalui
pelayanan penunjang medik, khususnya dalam pengelolaan linen di rumah sakit.
Linendibutuhkan setiap ruangan. Kebutuhan akan linen di setiap ruangan bervariasi, baik
jenis, jumlah dan kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang, membutuhkan
pengelolaan khusus dan melibatkan tenaga kesehatan, dengan bermacam-macam
klasifikasi. Klasifikasi terdiri dari ahli manajemen, tehnisi, perawat, tukang cuci, penjahit,
tukang setrika, ahli sanitasi, serta ahli kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk
mendapatkan kwalitas linen yang baik, nyaman dan siap pakai, perlu perhatian khusus,
seperti kemungkinan terjadinya pencemaran, infeksi, dan efek penggunaan bahan-bahan
kimia.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen di RSUD GENENG NGAWI
2. Tujuan Khusus
a. Dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan linen di RSUD
Geneng
b. Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering, rapi,
utuh dan siap pakai.
c. Sebagai pedoman dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya
infeksi silang.
d. Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit di rumah sakit.

C. Ruang Lingkup Pelayanan

1. Pelayanan linen pada hakekatnya adalah penunjang medik yang dilaksanakan


dengan sebaik-baiknya dan bertanggung jawab untuk membantu unit-unit lain di
rumah sakit yang membutuhkan linen yang siap pakai.

2. Infeksi nosokomial dapat terjadi pada siapa saja di setiap tempat rumah sakit
baik secara langsung maupun tidak langsung.

1
3. Pelayanan linen dilaksanakan oleh tenaga-tenaga kesehatan dengan pedoman dan
prosedur kerja yang ada.

4. Kesehatan dan keselamatan kerja harus diselenggarakan di semua tempat kerja,


khususnya tempat kerja yang punya resiko bahaya kesehatan.

5. Pemilihan bahan kimia yang ramah lingkungan akan mengurangi pencemaran


udara, air, tanah dan lingkungan.

Ruang lingkup Pelayanan Ruang Laundry RSUD Geneng meliputi :

- Pengambilan linen kotor/infeksius dari ruangan ke ruang laundry oleh petugas laundry.
- Penerimaan linen kotor/infeksius di ruang laundry.
- Pengeringan linen dengan mesin pengering.
- Penyetrikaan dan pelipatan linen bersih.
- Penyimpanan linen bersih.
- Distribusi linen bersih ke ruangan

D. Batasan Operasional
Bahwa dalam menjalankan fungsinya ruang laundry selalu berpedoman pada
Kebijakan/Surat Keputusan direktur RSUD Geneng Kabupaten Ngawi dan
berpedoman pada Pedoman Pelayanan Ruang Laundry dan SPO yang berlaku.
Batasan Operasional Pelayanan Ruang Laundry dan Linen di Rumah Sakit
Umum Daerah Geneng adalah, sebagai berikut :
1. Ruang Laundry
Ruang Laundry merupakan suatu ruang pelayanan di RSUD Geneng yang melayani
penanganan linen kotor dan linen bersih di RSUD Geneng.
2. Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan
menurunkan jumlah mikroorganisme
3. Dekontaminasi adalah suatu proses untuk mengurangi jumlah pencemaran
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut.
4. Desinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistim.
5. Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi agen patogin
atau infeksius yang tumbuh kembang biak yang menyebabkan penyakit.
6. Infeksi nosocomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit dimana pada saat
masuk rumah sakit tidak ada tanda / gejala atau tidak dalam inkubasi.
7. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
8. Linen adalah bahan atau alat yang terbuat dari kain.

2
9. Kewaspadaan unipersal adalah suatu prinsip darah, jenis cairan tubuh, sekreta, kulit
yang tidak utuh, selaput lender pasien dianggap sebagai sumber potensial untuk
penularan infeksi HIV maupun infeksi lainnya. Prinsip ini berlaku bagi semua
pasien, tanpa membedakan resiko, diagnosis ataupun status.
10 Linen kotor terinfeksi adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh,
dan faeces terutama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi salmonella dan
shigella sekresi dan akskresi, HBV, dan HIV jika ada noda darah dan infeksi
lainnya yang spesifik ( SARS ) di kantung plastic kuning dengan label infeksius.
11 Linen kotor tidak terinfeksius adalah linen yang tidak terkontaminasi oleh darah,
cairan tubuh dan faeces yang berasal dari pasien lainnya meskipun dari sumber
ruang isolasi yang terinfeksi.
12 Bahan Berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal
maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup
secara langsung atau tidak langsung, yang mempunyai sifat racun, karsinogenik
korosif dan iritasi.
13 MSDSs ( Material Safety Data Sheets ) atau LDP ( Lembaga Data Pengaman )
adalah lembar petunjuk yang berisi informasi yang berisi sifat fisika, kimia dari
bahan berbahaya, jenis bahaya yang dapat ditimbulkan, cara penanganan dan
tindakan khusus yang berhubungan dengan keadaan darurat di dalam penanganan
bahan berbahaya.
14 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang sifat dan konsentrasinya.
Jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan
merusak lingkungan hidup, kesehatan manusia serta makhluk hidup lain.
15 Upaya kesehatan kerja adalah suatu penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja
dan lingkungan kerja agar setiap pekerja bisa bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya untuk memperoleh
produktifitas kerja yang optimal.
16 Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan
proses pengelolaannya, tempat kerja dan lingkungan serta car acara melakukan
pekerjaan.
17 Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tak diharapkan, dapat
menyebabkan kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan
sampai paling berat

3
E. Landasan Hukum
Dalam pengelolaan linen di rumah sakit harusberdasarkan landasan hokum perundangan
yang berlaku di Indonesia, diantaranya :
1. UU Republik Indonesia No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

2. UU Republik Indonesia No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 / Menkes/ SK/


5.
V/2004 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan


6. Layanan Umum ( BLU )

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
7.
Lainnya.

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manuasia


1. Kepala instalasi pusat sterilisasi dan loundry

Pendidikan : - D3 Kebidanan

Pelatihan :

Tugas :

1. Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan supply linen


bersih di rumah sakit

2. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan


pengembangan diri/personel lainnya
3. Menentukan metoda yang efektif bagi penyiapan bersih
4. Bertanggung jawab agar staf mengerti akan prosedur dan penggunaan mesin
cuci secara benar
5. Kerjasama dengan unit lain di Rumah Sakit dan melakukan koordinasi yang
bersifat intern/ekstern
6. Membuat rencana kebutuhan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan
masing-masing sub instalasi.
7. Membuat rencana perbaikan dan penggantian alat yang rusak
8. Menyiapkan konsep dan rencana program kerja serta melakukan evaluasi
pada waktu yang telah ditentukan
9. Membuat laporan kinerja Ruang laundry
2. Staaf Ruang laundry :

- Pendidikan : D3 Kebidanan dan SMA

- Pelatihan ;

- Tugas :
1. Bertanggung jawab terhadap kepala sub instalasi
2. Membantu Kepala Instalasi dalam surat menyurat, pengarsipan,
mendistribusikan;
3. Mengkoordinasikan perencanaan, kegiatan pelaksanaan dan pelaporan dari
ruang Laundry.

5
4. Melakukan pengambilan linen kotor/infeksius dari ruangan ke ruang laundry
5. Memisahkan linen kotor berdasarkan jenis kain dan jenis kotoran terlihat dan
menyiapkan sabun/ Chemical Laundry sesuai dengan berat/ kg mesin yang
akan dipergunakan
6. Melaksanakan pencucian Linen kotor yang telah disortir dari linen infeksius
dan non infeksius serta jenisnya dengan cara di masukkan ke dalam mesin cuci
7. Melaksanakan pembilasan awal dengan cara mengisi air dingin biasa dan
mengoperasikan mesin cuci dengan waktu 5 menit untuk melunakkan kotoran
8. Melakukan proses pengeringan linen basah dengan mesin pengering
9. Melakukan penyetrikaan dan pelipatan linen bersih
10. Melakukan penyimpanan linen bersih untuk digunakan kembali
11. Melakukan distribusi linen bersih ke ruangan
12. Melakukan pembersihan ruangan dan peralatan mesin cuci
13. Melakukan pembersihan troli

TENAGA YANG
NO NAMA JABATAN KUALIFIKASI
TERSEDIA

1 Ka.Ruangan/ D III Kebidanan 1 Orang


Koordinator Ruang
Laundry
2 D III Kebianan 1 Orang
Pelaksana Ruang
Laundry
3 SMA 1 Orang

Staf Administrasi Ruang


Laundry

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan tenaga di Ruang Laundry Rumah Sakit Umum Daerah Geneng
Ngawi diatur dalam 1 shift jaga dengan distribusi sebagai berikut:
1. Dinas pagi:
Yang bertugas sejumlah 3 (tiga) orang dengan rincian :
a. 1 orang Kepala ruang Laundry

6
b. 1 orang petugas pelaksana Laundry
c. 1 orang petugas administrasi
Jam dinas dari pukul 07.00 wita s/d pukul 14.00 WIB

2. Jaga hari minggu dan hari besar : jam 07.00 – 14.00 : 2 orang

Jadwal libur hari minggu dan hari besar diatur bergiliran

C. Jadwal Kegiatan (Pengaturan Jaga)


Pengaturan jadwal dinas pelaksana laundry di Rumah Sakit Umum Daerah Geneng
Ngawi adalah sebagai berikut:

1. Pengaturan jadwal dinas pelaksana laundry dibuat oleh Ka Ruangan/ koordinator


Laundry, disetujui dan ditandatangani oleh Kepala Seksi Penunjang Rumah Sakit
Umum Daerah Geneng Ngawi.
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
pelaksana Laundry setiap satu bulan.
3. Untuk tenaga pelaksana yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
pelaksana tersebut dapat mengajukan permintaan dinas melalui koordinator
dengan menulis pada buku permintaan dinas. Permintaan akan disesuaikan dengan
kebutuhan tenaga yang ada dan tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
dapat disetujui.
4. Jadwal dinas terdiri atas dinas pagi, libur dan cuti. Apabila ada tenaga pelaksana
jaga karena sesuatu hal tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan
(terencana), maka pelaksana bersangkutan harus memberitahu koordinator Ruang
Laundry satu hari sebelumnya, dan diharapkan yang bersangkutan sudah mencari
pelaksana pengganti. Apabila pelaksana bersangkutan tidak mendapat pelaksanan
penggati, maka koordinator Ruang laundry akan mencari tenaga pelaksana
pengganti.
Apabila ada tenaga pelaksana tiba-tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan (tidak terencana), maka koordinator Ruang Laundry akan mencari
pelaksana pengganti yang libur.

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan Laundry

Keterangan : Ruangan Laundry luasnya : ….m2,terdiri dari :


1. Ruang Basah
Ruang tempat penerimaan linen, pemisahan linen, dan pencucian linen. Di ruang ini
memuat : - mesin cuci
- mesin
- ruang ganti petugas
2. Ruang Kering
Ruang tempat :
- mesin pengering
- mesin setrika
3. Ruang penyimpanan / ruang administrasi

8
Ruang tempat penyimpanan linen bersih, pendistribusian linen dan administrasi ruang
laundry RSUD Geneng Ngawi
B. Standar Fasilitas
1. Sarana Fisik
Sarana fisik untuk Ruang laundry mempunyai persyaratan tersendiri, terutama
untuk pemasangan peralatan baru. Tata ruang dan penempatan peralatan pencucian
harus didesain sedemikian rupa biar memudahkan dalam pengoperasional alat.
Perencanaan yang matang akan memudahkan dalam penginstalasian termasuk
instalasi listrik, air, dan penunjang lainnya. Sarana fisik instalasi pencucian terdiri
beberapa ruang, antara lain :
1. Ruang penerimaan linen
Ruang ini memuat :
a. Tempat penerimaan linen yang terinfeksi dan tidak terinfeksi. Linen yang
diterima sudah harus terpisah, kantung warna kuning untuk yang terinfeksi
b. Timbangan duduk
c. Ruangan yang cukup untuk troli pembawa linen kotor untuk dilakukan
desinfeksi.
d. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan pemasangan fan atau exhaust fan
e. Penerangan atau pencahayaan yang sesuai dengan pedoman pencahayaan
rumah sakit.
2. Ruang pemisahan linen
Ruangan ini membutuhkan tempat yang mudah untuk dibersihkan. Sirkulasi
udara perlu diperhatikan dengan pemasangan fan atau exhaustfan dan
penerangan minimal kategori pencahayaan D=200-500 lux sesuai pedoman
pencahayaan rumah sakit, lantai dalam ruang ini tidak boleh dari bahan yang
licin.
3. Ruang pencucian dan pengeringan linen
Ruang ini memuat :
a. Mesin cuci
b. Mesin pengering,
Bagi rumah sakit kelas C dan D yang belum memiliki mesin pencuci harus
disiapkan :
a. Bak pencuci yang terbagi tiga, yaitu bak untuk merendam non infeksius, bak
infeksius dengan desinfektan, dan bak untuk pembilas.
b. Disiapkan instalasi air bersih dengan drainasenya.
Lantai dalam ruang ini tidak dibuat dari bahan yang licin dan diperhatikan
kemiringan.

9
4. Ruang penyetrikaan linen
Ruang ini memuat :
a. Penyetrikaan linen menggunakan flatwork ironers, pressing ironer yang
membutuhkan tenaga listrik sekitar 3,8 Kva – 4 Kva per alat atau jenis yang
menggunakan uap dari boiler.
b. Alat setrika yang biasanya menggunakan listrik sekitar 200 va per alat
5. Ruang penyimpanan linen.
Ruang ini memuat :
a. Lemari dan rak untuk penyimpanan linen
b. Meja administrasi
Ruang ini bebas dari debu dan pintu tertutup
Sirkulasi udara dipertahankan tetap baik dan penerangan minimal kategori
pencahayaan sesuai Pedoman Pencahayaan Rumah Sakit, suhu kelembapan 45 –
75 RH.
6. Ruang distribusi linen
Ruang ini memuat :
- Meja panjang untuk penyerahan linen bersih, ada yang diantar oleh petugas
laundry
Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan pemasangan fan dan penerangan
pencahayaan yang sesuai dengan pedoman Pencahayaan Rumah Sakit.

2. Prasarana
1. Prasarana Listrik
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya listrik. Kabel yang
digunakan untukinstalasi listrik sebagai penyalur daya digunakan kabel dengan
jenis NYY untuk instalasi dalam gedung, dan jenis NYFGBY untuk instalasi luar
gedung pada kabel feeder antara panel induk utama sampai panel gedung instalasi
pencucian. Pada persyaratan umum instalasi listrik 2000 ( PUIL 2000 ) untuk
pendistribusian daya listrik yang besar. Adanya tenaga listrik yang digunakan
instalasi pencucian terbagi dua bagian ( lane ) antara lain :
a. Instalasi penerangan
b. Instalasi tenaga
Daya instalasi pencucian cukup besar terutama untuk mesin cuci, mesin pemeras,
mesin pengering dan alat setrika. Disarankan menggunakan kabel dengan jenis
NYY terutama pada kontak kontak langsung keperalatan tersebut, menggunakantus
kontak ( hand switch ) atau konta dengan sistim plug dengan kemampuan 25 amper
agar tidak terjadi loncatan bunga api pada saat pembebanan sesaat. GRONDING

10
harus dilakukan, terutama untuk peralatan yang menggunakan daya besar,
digunakan instalasi kabel yang standar dengan daya peralatan
2. Prasarana air
Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan sedikitnya 40% dari kebutuhan
di rumah sakitatau diperkirakan 200 liter per tempat tidur per hari. Kebutuhan air
untuk proses pencucian dengan kwalitas air bersih sesuai standar air. Pompa perlu
disiapkan untuk menjaga tekanan.

Standar air yang digunakan untuk mencuci mempunyai standar air bersih
berdasarkan PerMenKes no 416 tahun 1992 dan standar khusus bahan kimia dengan
penekanan tidak adanya :
a. Hardness-Garam ( Calcium Carbonat dan Chloride )
Standar baku : 0-90 ppm
Tingginya konsentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan kimia pencuci
sehingga proses pencucian tidak berjalan bagaimana mestinya.
Efek pada linen dan mesin
Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu abuan dan linen akan
cepat pudar. Mesin cuci akan berkerak sehingga dapat menyumbat saluran air
dalam mesin.
b. Iron-Fe ( besi )
Standar baku Mutu 0-0,1 ppm :
Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan kimia dan proses
pencucian.
Efek pada linen dan mesin :
- Linen putih akan menjadi kekuning kuningan ( yellowing ) dan linen warna
akan cepat pudar.
- Mesin cuci akan berkarat. Kedua polutan tersebut ( hardness dan besi )
mempunyai sifat alkali, sehingga linen yang rusak akibat kedua kotoran tersebut
harus dilakukan proses penetralan Ph.
3. Prasarana uap
Prasarana uap pada instalasi pencucian digunakan pada proses pencucian,
pengeringan dan setrika, yakni menggunakan uap panas dengan tekanan uap
minimum 5 kg/cm. Kwalitas uap yang baik adalah dengan fraksi kekeringan
minimum 70% ( pada skala 0-100%) dan temperatur ideal.

C. Peralatan dan Bahan Pencucian

11
Peralatan pada instalasi pencucian menggunakan bahan pencuci kimiawi dengan
komposisi dan kader tertentu agar tidak merusak bahan yang dicuci/linen, mesin
cuci, kulit petugas yang melaksanakan dan limbah buangannya tidak merusak
lingkungan.
1. Peralatan pada instalasi pencucian antara lain :
a. Mesin cuci/washing machine
b. Mesin peras/washing aktractor
c. Mesin pengering/drying tumbler
d. Mesin menyetrika/flatwork ironer
e. Mesin menyetrika pres/presser ironer
f. Mesin jahit/sewing machine
2. Produk bahan kimia.
Proses kimiawi akan berfungsi dengan baik apabila 3 faktor di atas bereaksi
dengan baik. Menggunakan bahan kimia berlebihan tidak akan membuat hasil
menjadi baik, begitu juga apabila kekurangan. Bahan kimia yang dipakai secara
umum terdiri dari :
a. Alkali
Mempunyai peran meningkatkan fungsi atau peran detergen dan emulfisifier
serta membuka pori dan linen.
b. Detergen sabun pencuci
Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat asam secara global.
c. Emulsifier
Mempunyai peran untuk mengemulsi kotoran yang berbentuk minyak dan
lemak.
d. Bleach pemutih
Mengangkat kotoran / noda, mencemerlangkan linen, dan bertindak sebagai
desinfektan, baik linen yang berwarna (ozone) dan yang putih (chloride)
e. Sous/penetral
Menetralkan sisa dari bahan kimia pemutih sehingga Ph-nya menjadi 7 atau
netral.
f. Softener
Melembutkan linen, digunakan pada proses akhir pencucian.
g. Starch/kanji
Digunakan pada proses akhir pencucian untuk membuat linen menjadi kaku,
juga sebagai pelindung linen terhadap noda sehingga noda tidak sampai ke
serat.

12
D. Pemeliharaan Ringan Peralatan
Alat cuci pada instalasi pencucian dijalankan oleh operator alat, dengan
demikian para operator alat harus memelihara peralatannya. Berbagai kelainan
pada saat pengoperasiannya. Misalnya kelainan bunyi pada alat dapat segera
dikenali oleh para operator. Pemeliharaan ringan paralatan pencucian terdiri dari :
1. Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian, dilakukan setiap hari
Dengan menggunakan lap basah dicampur dengan bahan kimia, dan dikeringkan
dengan lap kering. Untuk bagian tombol digunakan lap kering dan jangan terlalu
ditekan.
2. Pemeriksaan bagian bagian yang bergerak, dilakukan setiap satu bulan sekali
yaitu pada hearing, engsel pintu alat atau roda yang berputar. Beri minyak
pelumas atau fat/gemuk.
3. Pemeriksaan v-belt dilakukan setiap bulan yakni secara visual dengan melihat
keretakan lempeng v-belt, dan dengan perabaan untuk menilai kehalusan v-belt
dan ketegangannya ( kelenturan), toleransi pengukuran 0,2-0,5 mm. Jika
melebihi atau sudah tidak memenuhi syarat v-belt tersebut segera diganti.
4. Pemeriksaan pipa uap panas dilakukan setiap memulai menjalankan alat
pencucian. Pada prinsipnya pada sambungan antara pipa dengan peralatan
pencucian harus dalam keadaan utuh dan tidak bocor. Jika terjadi kebocoran,
harus segera dilaporkan pada teknisi rumah sakit untuk diperbaiki.

13
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Peran dan fungsi


Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit cukup penting. Diawali dari
perencanaan, salah satu subsistem pengelolaan linen adalah proses pencucian. Alur
aktifitas fungsional dimulai dari penerimaan linen kotor, penimbangan, pemilihan, proses
pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan,
merapikan, mengepak atau mengemas, menyimpan, dan mendistribusikan ke unit unit yang
membutuhkan.

B. Prinsip Pengelolaan Linen di Rumah Sakit

Kemungkinan
menimbulkan infeksi Rendah

Desinfeksi tingkat rendah

Secara umum infeksi Tinggi


yang disebabkan karena
linen relative rendah

- Desinfeksi tingkat tinggi


- Sterilisasi

Karena tidak kontak


langsung dengan jaringan
tubuh yang steril atau
dengan pembuluh darah

Gambar 2.1 Prinsip Pengelolaan Linen di Rumah Sakit.

14
Hubungan dengan Unit Lain

Kewaspadaan Kewaspadaan umum


universal di Ruangan di Laundry

R. Inap
R.Jalan Linen Unit Proses
Instalasi kotor Pencucian pencucian
Administrasi
Linen dari RS
lain

Kewaspadaan Kerusakan
Linen CSSD
umum alat
Transportasi Bersih

Linen
IPS RS Steril

Distribusi

Gambar 2.2 Hubungan kerja dengan unit lain

C. Perencanaan Linen
1. Sentralisasi Linen
Sentralisasi merupakan suatu keharusan yang dimulai dari proses
perencanaan, pemantauan dan evaluasi, dimana merupakan suatu siklus berputar.
Sifat linen adalah barang habis pakai. Supaya terpenuhi persyaratan mutlak yaitu
suatu kondisi yang siap baik segi kwalitas maupun kwantitas, maka diperlukan
sistem pengadaan satu pintu yang sudah terprogram dengan baik. Untuk itu
diperlukan kesepakatan-kesepakatan baku dan merupakan suatu kebijakan yang
turun dari pihak Top Level Management yang kemudian diaplikasikan menjadi
suatu standart yang harus dijalankan dan dilaksanakan dengan prosedur tetap
( protap ) dan petunjuk teknis ( juknis ) yang selalu dievaluasi.
2. Standarisasi Linen

15
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil yang berada
di rumah sakit yang meliputi linen di ruang perawatan maupun baju bedah di
ruang operasi (OK), sedangkan baju perawat, jas dokter maupun baju kerja
biasanya tidak dikelompokkan pada kategori linen, tetapi dikategorikan sebagai
seragam (uniform). Secara fungsional linen digunakan untuk baju, alas,
pembungkus, lap,
dan sebagainya sehingga dalam perkembangan manajemennya menjadi tidak
sederhana lagi, berhubung tiap bagian rumah sakit mempunyai spesifikasi
pekerjaan, jumlah kebutuhan yang besar, frekwensi cuci yang tinggi,
keterbatasan,
persediaan, penggunaan yang majemuk, dan image yang ingin dicapai. Untuk
itu diperlukan standarisasi linen, antara lain :
a. Standard Produk
Berhubung sarana kesehatan bersifat universal maka sebaiknya tiap rumah
sakit mempunyai standar produk yang sama, agar bisa diproduksi massal
dan mencapai skala ekonomi. Produk dengan kwalitas yang tinggi akan
memberikan kenyamanan pada waktu pemakaiannya dan mempunyai waktu
penggunaan yang lebih lama, sehingga secara ekonomi lebih optimum
dibandingkan produk yang lebih murah.
b. Standard desain
Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan fungsinya daripada
estetikanya, maka desain yang sederhana, ergonomis, dan unisex merupakan
pilihan yang ideal, terutama pada baju bedah dan baju pasien. Sizing system
dengan pembedaan warna, diaplikasikan pada baju-baju tertentu untuk
mengakomodasikan individu pemakai. Untuk kepentingan ”praktis”,
beberapa rumah sakit menggunakan sprei/laken yang fitted selain yang flat.
Yang tidak kalah pentingnya adalah pertimbangan pada waktu
pemeliharaan, penggunaan kancing dan sambungan sambungan baju lebih
baik dihindari.
c. Standard material
Pemilihan maerial harus disesuaikan dengan fungsi, cara perawatan dan
penampilan yang diharapkan. Beberapa kain yang digunakan di rumah sakit,
antara lain : Cotton 100%, CVC 50%-50%, TC 65%-35%, Polyester 100%
dengan anyaman plat atau twill/drill, dengan proses akhir yang lebih
spesifik, seperti water repllent, soil release, PU coated, dan sebagainya
yang mempunyai sifat dan penggunaan-penggunaan tertentu. Dengan
adanya berbagai pilihan tersebut memungkinkan bagi kita untuk

16
menghasilkan produk terbaik untuk setiap produk. Warna pada kain / baju
juga memberikan nuansa tersendiri, sehingga secara psikologis mempunyai
pengaruh terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, pemilihan warna sangat
penting. Alternatif dari kain warna yang polos adalah kain dengan corak
motif. Trend ini memberikan nuansa yang lebih santai dan modern.

d. Standard ukuran
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya dari sisi penggunaan,
tetapi juga dari biaya pengadaan dan biaya operasional yang timbul. Makin
luas dan berat, makin mahal biaya pengadaan dan pengoperasiannya.
Dengan adanya ukuran tempat tidur standard, misalnya: 90 x 200 cm, maka
ukuran linen bisa distandardkan menjadi :
1) Laken 160 x 275 cm
2) Steek laken 75 x 160 cm
3) Zeil 70 x 110 cm
4) Sarung bantal 50 x 70 cm
e. Standard jumlah
Idealnya jumlah stok linen 5 per (kapasitas) dengan posisi 3 par berputar di
ruangan : stok 1 par terpakai, stok 1 par dicuci, stok 1 par cadangan dan 2
par mengendap di logistik : 1 par sudah terjahit da 1 par berupa lembaran
kain. Untuk jumlah linen yang digunakan di ruang rawat dan operasi
perhitungan rincinya sebagai berikut :
1) Linen kamar
Penggantian linen kamar di rumah sakit sangat bervariatif, dari 1 x 1
hari sampai 1 x 3 hari. Apabila rata rata 1 x 2 hari, sedangkan jumlah
tempat tidur 300 dan BOR 80%, dengan lama pencucian 1 hari, serta
rencana par stok 3. Maka kebutuhan linennya adalah : ....
2) Linen OK
Persediaan line n OK adalah sangat krusial, emngingat standard
prosedur di ruang OK sangat ketat. Apabila rumah sakit dengan 5 ruang
OK dan frekwensi operasi 5x/hari, yang masing-masing ditangani oleh 7
operator, lama cuci linen 1 hari dan par stok 3, maka kebutuhan linennya
adalah : ......
Namun ada rumah sakit tertentu yang menambah safety stock menjadi 4
par, mengingat sering terjadinya keadaan di luar rencana sehari-hari.

5 x 5 x 7 x 1 x 3 = 525

17
f. Standard penggunaan
Linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan prosedur
normal. Sebaiknya setiap rumah sakit menentukan standard kelayakan
sebuah linen, apakah dengan umur linen, kondisi fisik atau dengan
frekwensi cuci.
Untuk itu sebaiknya linen diberi identitas sebagai berikut :

Logo
RS RS GENENG

Tgl Beredar : 7 September 2022


Item ukuran : Laken 160x275
No ID : 005-125 RU:MLT

Informasi yang ditampilkan :


1) Logo rumah sakit dan nama rumah sakit (informasi jelas)
2) Tanggal beredar misalnya 07 September 2022 (informasi jelas)
3) Item ukuran : Laken 160 x 275 (informasi jelas)
4) No ID : 005-125 adalah no identitas dari laken yang beredar sejumlah 125
dan laken tersebut bernomor 005
5) RU : MLT adalah Ruangan ; MLT : Melati adalah penegasan bahwa linen
yang beredar hanya di Ruangan Melati.

3. Mesin Cuci
Persyaratan mesin cuci
a. Mesin cuci dengan kapasitas besar ( di atas 100 kg ) yang disarankan memiliki
2 ( dua ) kompartemen (pintu) yang membedakan antara memasukkan linen
kotor infeksius/non dengan hasil pencucian linen bersih. Antara dua
kompartemen dibatasi oleh partisi yang kedap air. Maksud dari pemisahan
tersebut adalah menghindari kontaminasi dari linen kotor dengan linen bersih
baik lantai, alat maupun udara.
b. Mesin cuci ukuran sedang dan kecil (25-100 kg) tanpa penyekat seperti pada
point 1 dapat digunakan dengan memperhatikan batas ruang kotor dan bersih
dengan jelas.
c. Pipa pembuangan limbah cair hasil pencucian ( pemanasan-desinfeksi )
langsung dialirkan ke dalam sistem pembuangan yang terpendam dalam tanah
menuju IPAL

18
d. Peralatan pendukung yang mutlak digunakan untuk membantu proses
pemanasan desinfeksi :
1) Pencatatan suhu (termometer) pada mesin cuci
2) Termostat untuk membantu meningkatkan suhu pada mesin
3) Glass/kaca untuk melihat level air
4) Flow meter pada inlet air bersih ke mesin cuci untuk mengukur jumlah air
yang dibutuhkan pada saat pengenceran bahan kimia terutama pada saat
desinfeksi

4. Tenaga Laundry
Untuk mencegah infeksi yang terjadi di dalam pelaksanaan kerja terhadap
tenaga pencuci maka perlu ada pencegahan dengan :
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala
b. Pemberian imunisasi poliomyelitis, tetanus, BCG, hepatitis, vaksin Covid-
19
c. Pekerja yang memiliki permasalahan dengan kulit : luka-luka, ruam, kondisi
kulit eksfoliatif tidak boleh melakukan pencucian.

D. Penatalaksanaan Linen
Penatalaksanaan linen dibedakan menurut lokasi dan kemungkinan transmisi
organisasi berpindah :
1. Di ruangan-ruangan
2. Perjalanan transportasi linen kotor
3. pencucian di laundry
4. penyimpanan linen bersih
5. Distribusi linen bersih
Linen kotor yang dapat dicuci di laundry dikategorikan :
1. Linen infeksius : Linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, faeces
terutama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi salmonella dan shigella (sekresi
dan eksresi) HBV da HIV ( jika terdapat noda darah ) dan infeksi lainnya yang
spesifik (SARS, COVID-19) dimasukkan ke dalam kantong dengan segel yang
dapat terlarut di airdan kembali ditutup dengan kantong luar berwarna kuning
bertuliskan terinfeksi.
2. Linen kotor tidak terinfeksi : Linen yang tidak terkontaminasi darah, cairan tubuh,
dan faeces yang berasal dari pasien lainnya secara rutin sungguhpun mungkin linen
yang diklasifikasikan dari seluruh pasien pasien yang berasal dari sumber ruang
isolasi yang terinfeksi.

19
Linen atau pakaian pasien yang terinfeksi bahaya khusus seperti Lassa fever atau
antrax sebaiknya dilakukan autoklaf sebelum dikirim ke laundry (pencucian) atau
dikonsulkan dengan bagian yang menangani infeksi.
Untuk lebih terperinci penanganan linen dibedakan dengan lokasi sebagai berikut :

1. Pengelolaan linen di ruangan


Seperti disebutkan di atas yang dimaksud dengan linen yang infeksius dan non
infeksius yang secara spesifik diperlakukan secara khusus dengan kantong linen
yang berbeda. Persyaratan kantong linen di ruangan-ruangan :
a. Kantong linen infeksius (dapat dipakai ulang)
Kantong linen infeksius terdiri dari dua kantong yang memiliki kriteria ;
1) Kantong dalam
a) Terbuat dari bahan plastik tahan panas hingga 100ºC dan tahan bocor
b) Bentuk segiempat dengan bagian yang terbuka merupakan panjang
kantong.
c) Warna bening
d) Ukuran kecil hingga sedang
2) Kantong luar (dapat dipakai ulang)
a) Terbuat dari bahan plastik tahan panas hingga 100ºC dan tahan bocor
b) bentuk segiempat
c) Warna kuning bertuliskan linen infeksius
d) Ukuran sedang hingga besar
b. Kantong linen non infeksius (dapat dipakai ulang)
1) Terbuat dari bahan plastik tahan panas hingga 100ºC dan tahan bocor
2) Bentuk segiempat
3) Warna putih/gelap bertuliskan linen kotor tidak terinfeksi
4) Ukuran sedang hingga besar
Penanganan linen dimulai dari proses verbeden (penggantian linen).
Pelaksana verbeden dilakukan oleh perawat dimana sebelum dilakukan penggantian
linen bersih harus melepaskan linen kotor dengan demikian perawat tersebut akan
kontak dengan linen kotor baik itu dengan linen infeksius maupun non infeksius.
Prosedur untuk linen kotor infeksius :
a. Mencuci tangan
b. Gunakan APD

20
c. Persiapkan alat dan bahan : sikat, sprayer, ember dengan tulisan linen infeksius,
kantong dalam linen infeksius, kantong luar linen infeksius, lemwarna merah
untuk tutup dan sebagai segel.
d. Lipat bagian yang terinfeksi di bagian dalam lalu masukkan linen kotor infeksius
ke dalam ember tertutup dan bawa ke spoel hock.
e. Noda darah atau faeces dibuang ke dalam baskom, basahkan dengan air dalam
sprayer dan asukkan ke dalam kantong transparan dengan pemisahan antara
linen warna dan linen putih (kantong khusus linen kotor infeksius)
f. Lakukan penutupan kantong dengan bahan lem kuat yang berwarna merah (masih
dapat lepas pada suhu pemanasan-desinfeksi) yang juga berfungsi sebagai segel.
g. Beberapa kantong linen kotor infeksius yang sudah tertutup /segel dimasukkan
kembali ke dalam kantong luar berwarna (sesuai dengan standard)
h. Siapkan troli linen kotor dekat ruang spoelhock
i. kumpulkan ke troli linen kotor siap dibawa ke laundry dalam keadaan tertutup.
Prosedur untuk linen kotor tidak terinfeksi :
a. Mencuci tangan
b. Gunakan APD
c. Persiapkan alat dan bahan : sikat, sprayer, ember dengan tulisan linen tidak
terinfeksi, kantong linen tidak terinfeksi.
d. Lipat bagian yang terkena noda di bagian dalam lalu masukkan linen kotor ke
dalam ember tertutup dan bawa ke spoelhock.
e. Siapkan troli linen kotor dekat ruang spoelhock
f. Beberapa kantong linen kotor yang sudah tertutup siap dimasukkan dan
dikumpulkan ke troli linen kotor untuk dibawa ke laundry.

2. Perjalanan transportasi linen kotor


Transportasi dapat merupakan bahaya potensial dalam menyebarkan organisme,
jika linen kotor tidak tertutup dan bahan troli tidak mudah dibersihkan.
Persyaratan alat transportasi linen :
a. Dipisahkan antara troli linen kotor dengan linen bersih, jika tidak ada, maka
wadah penampung yang terpisah.
b. bahan troli terbuat dari stainless steel ( baja anti karat )
c. jika menggunakan wadah dan warna yang berbeda
d. Wadah mampu menampung bahan linen
e. Wadah mudah dilepas dan setiap saat habis difungsikan selalu dicuci ( siapkan
cadangan ) demikian pula dengan trolinya selalu dibersihkan.
f. Muatan/loading linen kotor/bersih tidak berlebihan.

21
g. Wadah memiliki tutup

3. Pencucian di Laundry
Tahapan tatalasana pelayanan di ruang laundry
a) Penerimaan linen kotor
b) Pemilahan dan penimbangan linen kotor
c) Pencucian
d) Pemerasan
e) Pengeringan
f) Penyetrikaan
g) Pelipatan
h) Penyimpanan
i) Pendistribusian
j) Penggantian linen rusak
Pada saat proses penerimaan-penyetrikaan merupakan proses yang krusial dimana
kemungkinan organisme masih hidup, maka petugas diwajibkan menggunakan
APD
Alat Pelindung Diri yang digunakan petugas laundry :
a. Pakaian kerja dari bahan yang menyerap keringat
b. Apron
c. Sarung tangan
d. Sepatu boot digunakan pada area yang basah
e. Masker
f. Face shield

Tahapan tatalaksana pelayanan di ruang laundry


a) Penerimaan linen kotor
Penerimaan linen kotor dan penimbangan prosedur pencatatan linen kotor
diterima yang berasal dari ruangan dicatat berat timbangan sedangkan jumlah
satuan berasal dari informasi ruangan dengan formulir yang sudah distandarkan.
Tidak dilakukan pembongkaran muatan untuk mencegah penyebaran organisme.
b) Pemilahan dan penimbangan linen kotor
1) Lakukan pemilahan berdasarkan beberapa kriteria :
* Linen infeksius berwarna
* Linen infeksius putih
* Linen tidak terinfeksi berwarna
* Linen tidak terinfeksi

22
* Linen asal OK (disediakan jaring) karena terdiri dari pakaian dengan
banyak tali
* Linen berkerah dan bertali disediakan jaring untuk proses pencucian.
2) Upayakan tidak melakukan pensortiran. Pensortiran untuk linen infeksius
sangat tidak dianjurkan, penggunaan kantong sejak dini dari ruangan adalah
salah satu upaya menghindari sortir
3) Penimbangan sesuai kapasitas dan sesuai kriteria dimaksudkan untuk
menghitung kebutuhan bahan bahan kimia yang digunakan dalam proses
pencucian.
4) Keluarkan linen infeksius dari kantong luar dan masukkan linen tanpa
membuka segel.
c) Pencucian
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda (bersih), awet (tidak
cepat rapuh), namun memenuhi persyaratan sehat ( bebas dari mikroorganisme
patogen ). Untuk mencapai tujuan pencucian harus mengikuti persyaratan teknis
pencucian.
1) Waktu
Waktu bagian yang tidak terpisah dengan temperatur dan bahan kimia guna
mencapai hasil cucian yang bersih, sehat. Jika waktu tidak tercapai sesuai
yang dipersyaratkan maka kerja bahan kimia tidak berhasil mematikan
mikroorganisme.
2) Suhu
Suhu yang direkomendasikan untuk tekstil : katun ≤ 90ºC ; polykatun ≤ 80ºC
; polyester ≤ 75ºC ; wool dan silk ≤ 30ºC, sedangkan suhu terkait dengan
pencampuran bahan kimia dan proses :
a) proses pra cuci dengan tanpa bahan kimia dengan suhu normal
b) proses cuci dengan bahan kimia alkali dan detergen untuk linen warna
putih 45-50ºC, untuk linen warna 60-80ºC
c) proses bleaching atau dilakukan desinfeksi 65ºC atau 71ºC
d) proses bilas I dan II dengan suhu normal
e) proses penetralan dengan suhu normal
f) proses pelembut/pengkanjian dengan suhu normal
3) Bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan terdiri dari : alkali, emulsifier, detergen, bleach
( chorine bleach dan oksigen bleach), sour, softener dan starch. Masing-
masing mempunyai fungsi sendiri. Penanganan linen infeksius dipersyaratkan
menggunakan bahan kima chlorine formulasi 1% atau 10.000 ppm av.CI₂

23
(untuk virus HIV & HBV). Untuk Chlorine yang dipasarkan untuk laundry
biasanya memiliki bahan aktif 10% atau 100.000 ppm av.CI₂
4) Mechanical action
Mechanical action adalah putaran mesin pada saat proses pencucian. Faktor-
faktor yang mempengaruhi mechanical action adalah :
a) Loading/muatan tidak sesuai dengan kapasitas mesin.
Mesin harus dikosongkan 25% dari kapasitas mesin. Sebagai contoh
kapasitas mesin 50 kg, maka loading/beban yang dimasukkan tidak boleh
lebih dari 37,5 kg.
b) Level air yang tidak tepat
Level air adalah jumlah air yang diperlukan sebagai pengencer bahan
kimia yang terdiri dari level : Tinggi = 50% dari kapasitas drum ; sedang =
32% dari kapasitas drum ; dan Rendah = 16,6% dari kapasitas drum.
c) Motor penggerak yang tidak stabil
Motor penggerak tidak stabil dapat disebabkan poros yang tidak simetris
lagi dan automatic reverse yang tidak bekerja. Pemeliharaan yang kontinyu
tidak akan membiarkan kondisi ini terjadi, karena selain hasil cucian tidak
maksimal, juga dapat merembet kerusakan pada komponen lainnya.
d) Takaran detergen yang berlebihan
Takaran detergen yang berlebihan mengakibatkan melicinkan linen dan
busa yang berlebihan akan mengakibatkan sedikit gesekan.
e) Bahan kimia
Bahan kimia akan berfungsi dengan baik apabila 3 faktor tersebut diatas
berfungsi dengan baik. Menggunakan bahan kimia berlebihan tidak akan
membuat hasil menjadi lebih baik, begitu juga apabila terjadi kekurangan.
Persyaratan pemanasan-desinfeksi untuk pencucian adalah 65ºC selama 10
menit atau 70ºC dengan bahan kimia Chlorine 1% (10.000 ppm av CI₂).
Untuk lebih jelasnya tahapan yang merupakan satu kesatuan pada proses
operasional, suhu, waktu, pH dan level air dapat distandarkan sebagai berikut:
Tabel 5.1 Metode Teknis Mencuci Linen di Rumah Sakit
THP Operasional Bahan Suhu (ºC) Waktu Dosis pH Level
Kimia (Menit) (g/L) air
1. Pra cuci Non/ Normal 3-5 ....g 10- Tinggi
Emulsifier 11
2. Buang - - - - - -
3. Cuci Alkalin 45-50(w) 2 .....g 12- Rendah
Detergen 60-80 (p) 8 .....g 13
11-
12
4. Buang - - - - - -

24
5. Bleaching Chlorine(p) 65 10 .....g 8-9 Rendah
(mencemerlangkan) Oxygent(w) 71 3
6. Buang - - - - - -
7. Bilas 1 Air Normal 3-5 - - -
8. Buang - - - - - -
9. Bilas 2 Air Normal 3-5 - - Tinggi
10. Buang - - - - - -
11. Penetralan Sour Normal 3-5 .....g 4-5 Rendah
12. Buang - - - - - -
13 Pelembut Starch/ Normal 5 .....g - Rendah
pengkanjian Soft
14 Buang - - - - - -
15. Pemerasan - - 5-8 - - -

Keterangan :
- W = Linen warna ; Oxygen Bleach = Untuk linen warna
- P = Linen putih ; Chlorine bleach = Untuk linen putih
- Operasional Bleaching : wajib dilakukan pada linen kotor infeksius dimana fungsi
Chlorine/ Oxygen sebagai desinfeksi (% formulasi sesuai dengan persyaratan) dan suhu
serta waktu merupakan satu kesatuan
- Operasional Bleaching: wajib dilakukan pada linen kotor infeksius dan tidak terinfeksi
sebagai desinfeksi. Fungsi Chlorine yang lain sebagai pencemerlang.
- Dosis disesuaikan dengan tingkat noda (ringan, sedang dan berat)

d. Pemerasan
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap pencucian
selesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang juga memiliki fungsi
pemerasan/extractor, namun jika mesin extractor terpisah, maka diperlukan troli
untuk memindahkan hasil cucian dari mesin cuci menuju mesin extractor. Troli
diupayakan dipelihara kebersihan dan pencucian dengan desinfektan sebelum
melakukan pekerjaan. Proses pemerasan dilakukan dengan mesin pada putaran
tinggi selama sekitar 5-8 menit.

e. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering/ drying yang mempunyai suhu
sampai dengan 70UUC selama 10 menit. Pada proses ini, jika mikroorganisme
yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang diharapkan dapat mati.

f. Penyetrikaan

25
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika besar dapat disetel sampai
dengan suhu 120UUC, namun harus diingat bahwa linen mempunyai keterbatasan
terhadap suhu sehingga suhu disetel antara 70-80UUC.

g. Pelipatan
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah digunakan pada
saat penggantian linen dimana tempat tidur kosong atau saat pasien di atas tempat
tidur. Linen yang perlu mendapatkan perhatian khusus pada pelipatan :
1) Laken
2) Steek laken
3) Zeil
4) Sarung bantal/sarung guling
5) Selimut
Proses pelipatan sekaligus juga melakukan pemantauan antara linen yang masih
baik dan sudah rusak agar tidak dipakai lagi.
Prosedur Pelipatan
1) Laken
a. Dibutuhkan tempat luas untuk tempat 2 orang petugas bekerja.
b. Tiap orang memegang ujung linen posisi memanjang dengan jahitan
terbalik.
c. Pertemukan antara ujung linen menjadi ½ bagian. Perhatikan label ada di
bagian kanan
d. Lipat kembali pegang pertengahan lipatan, temukan dengan kedua ujung
menjadi ¼ bagian
e. Pinggir jahitan posisinya di bawah
f. Keempat ujung linen dipertemukan menjadi 2 bagian
g. selanjutnya sampai dengan 1/8 bagian, posisi label harus di atas.
2) Steek laken
a. Dibutuhkan cukup satu orang
b. Posisi jahitan terbalik ( sama dengan laken )
c. Pegang ujung linen arah panjang pertemukan
d. Lipat menjadi ½ bagian
e. Lipat kembali menjadi ¼ bagian, perhatikan posisi label di bagian kanan
f. Lipat kembali menjadi dua arah lebar harus sampai 1/8 bagian, lipat satu kali
lagi posisi label di atas.
3) Zeil
Yang baik digulung agar tidak cepat robek dan permukaan datar.

26
4) Sarung bantal
a) Dilakukan satu orang
b) Posisi jahitan di dalam
c) Lipat menjadi ½ bagian memanjang arah label di luar
d) Lipat lagi menjadi 1/3 bagian
5) Sarung guling
a) Posisi jahitan di dalam
b) Lipat menjadi ½ bagian memanjang, label di luar lipat lagi menjadi ¼
6) Selimut
a) Dilakukan satu orang
b) Posisi jahitan di luar (terbalik) posisi label di kanan
c) Lipat menjadi ½ bagian arah lebar selimut
d) Lipat lagi menjadi ¼ bagian
e) Lipat arah panjang selimut menjadi ½ bagian
f) Lipat lagi menjadi ¼ bagian
g) Lipat lagi menjadi 1/8 bagian

h. Penyimpanan
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari kontaminasi ulang
baik dari bahaya seperti mikroorganisme dan parasit, juga untuk mengontrol posisi
linen tetap stabil. Sebaiknya posisi linen yang terdapat di ruang penyimpanan 1,5
par dan
1,5 par di ruangan-ruangan. Ada baiknya lemari penyimpanan dipisahkan menurut
masing-masing ruangan dan diberi obat anti ngengat yaitu kapur barus. Sebelum
disimpan sebaiknya linen dibungkus dengan plastik transparan, sebelum
didistribusikan.

i. Pendistribusian
Pendistriusian merupakan aspek administrasi yang penting yaitu pencatatan linen
yang keluar. Disini diterapkan sistem FIFO yaitu linen yang tersimpan sebelumnya
yaitu 1,5 par yang mengendap di penyimpanan harus dikeluarkan, sedangkan yang
selesai dicuci disiapkan untuk yang berikutnya, sehingga tidak ada pekerjaan yang
menunggu setiap selesai mencuci. Ada baiknya bagian inventaris ruangan
mengambil pada saat yang bersamaan linen yang dicuci ditukar dengan linen bersih
yang siap didistribusikan. Sedangkan linen sisa yang berada di ruangan harus
disiapkan untuk digunakan kembali. Setiap linen yang dikeluarkan dicatat sesuai
identitas yang tertera di setiap linen, nomor berapa yang keluar dan nomor berapa

27
yang disimpan, dengan pencatatan tersebut dapat diketahui berapa kali linen dicuci
dan linen mana saja yang mengendap tidak digunakan. Distribusi linen bersih ke
ruangan dilakukan oleh petugas laundry pada pagi hari jam 11.00 dan sore hari jam
16.00, dengan menggunakan troly linen bersih tertutup.

j. Penggantian linen rusak


Linen rusak dapat dikategorikan :
1) Umur linen yang sudah standard
2) Human error termasuk dihilangkan
Dua kategori tersebut dapat diketahui dari sistem pencatatan yang baik mengenai
perputaran linen yang tercatat setiap harinya bahkan dapat diketahui ruangan yang
menghilangkan atau merusak, namun dapat juga kerusakan terjadi pada waktu proses
pencucian akibat human error petugas laundry. Jenis kerusakan ada yang dapat
diperbaiki ( diserahkan ke penjahitan ) dan ada pula yang memang harus
mendapatkan penggantian.
Jenis kerusakan yang harus mendapatkan penggantian :
1) Noda-noda yang sudah tidak dapat dihilangkan seperti terkena cairan medik
dengan area yang luas ataupun terkena noda semir, mungkin dapat dihilangkan
dengan cairan spoting namun jika dihitung biaya dan kerapuhan yang terjadi
menjadi tidak efisien.
2) Kerapuhan beberapa bagian akibat bahan kimia korosif seperti H₂O₂, ataupun
bahan kimia lainnya yang korosif seperti peroksida maupun Chlorine diatas 5%.
3) Robek karena tersangkut
Penggantian segera dilakukan oleh pihak laundry dengan mengirimkan formulir
permintaan kepada pihak logistik. Penggantian segera dilakukan pemberian identitas,
linen dengan nomor identitas yang rusak diganti sama sesuai dengan yang rusak,
hanya tanggal peredaran berbeda dengan linen sebelumnya.

4. Dokumen
Dokumen yang dibutuhkan pada penatalaksanaan linen mulai dari ruangan hingga
didistribusikan terdiri dari
a. Dokumen pengiriman linen kotor dari ruangan dan penerimaan linen bersih
b. Dokumen pengiriman linen infeksius
c. Dokumen pengiriman linen kotor/infeksius dari OK
d. Dokumen pendistribusian linen bersih dari Laundry
e. Dokumen penimbangan linen kotor dan infeksius yang akan dicuci
f. Dokumen outsourching (jika akan dikirim ke luar)

28
g. Dokumen penerimaan cuci dari luar
h. Dokumen penghapusan linen rusak
i. Dokumen permintaan linen baru

5. Pengelolaan linen lainnya dan peralatan


Yang dimaksud linen lainnya adalah linen yang tidak diproses melalui proses
pencucian dengan mesin cuci tetapi dilakukan prosedur desinfeksi. Linen lainnya
adalah bantal, guling dan kasur. Peralatan dan lingkungan yang dimaksud adalah
mulai ember yang terinfeksi, baskom, furnitur dan perabotan, lantai dan dinding.
Metode untuk membersihkan dan dekontaminasi peralatan dan lingkungan

Pemanasan Autoklaf jika bahan bahan yang kemungkinan


dipanaskan
Tidak hancur oleh suhu tinggi yang lain gunakan steam
dengan suhu rendah, atau pasteurisasi

a. Phenolics
Desinfeksi dengan b. Chlorine-agent pembebas (tabel konsentrasi lihat
tabel 1
Bahan kimia → c. 2% glutaraldehyde
d. Alkohol (gunakan 60-80% etyl, 60-70% isopropyl

Tabel 5.2 Konsentrasi chlorine yang digunakan


Macam penggunaan Chlorine disediakan
yang
% Mg/I (ppm)*
Tumpukan darah dari pasien terinfeksi HIV 1,0 10.000
atau HBV
Botol-botol bekas Lab 0,25 2.500
Desinfeksi lingkungan umum 0,10 1.000
Botol-botol susu bayi dan area persiapan 0,0125 125
makanan
Eradikasi legionella terhadap sistem 50)
penyediaan air bergantung pada waktu 5)
pemaparan
Kolam renang hydrotherapy 1,5-3,00
- Rutin 6-10
- Terkontaminasi
Pengelolaan air rutin 0,5-1

Tabel 5.3 Teknik Pembersihan/Dekontaminasi Linen Peralatan dan Lingkungan


Peralatan atau Teknis Pembersihan dan Dekontaminasi
Tempat Rutin (pasien yang tidak terinfeksi) Alternatif dan tambahan yang sesuai
(pasien terinfeksi seperti pasien dengan
luka terbuka)
Kasur Cuci dengan larutan detergen dan Jika terkontaminasi gunakan desinfektan
keringkan (a) atau (b) jangan gunakan desinfektan
yang diperlukan yang dapat merusak
kasur terutama (a)
Bantal Perawatan sama dengan kasur Perawatan sama dengan kasur

29
Guling Perawatan sama dengan kasur Perawatan sama dengan kasur
Furnitur dan perabotan Basahi debu dengan cairan detergen Basahi debu dengan desinfektan (a) atau
(b)
Kamar mandi Seka dengan cairan detergen atau - Bahan kimia (b)
pembersih krem dan pembilas - Detergen yang berisi chlorine
-Chlorine yang tidak mengikis yang
berbentuk bubuk/butir
Bowl operasi Autoklaf
Bowl Cuci dan keringkan Untuk pasien terinfeksi gunakan bowl
pribadi dan desinfeksi dengan :
- Pemanasan desinfeksi
- Bahan kimia (a) atau (b)
Ember/baskom pencuci Bersihkan dengan detergen gunakan Desinfektan mungkin dibutuhkan jika
krem pembersih untuk noda, sampah terkontaminasi gunakannon abrasive
dsb. Desinfektan biasanya tidak agents (b)
dibutuhkan
Permukaan troli Bersihkan dengan detergen atau lap Bersihkan dahulu kemudian gunakan
kering bahan kimia desinfektan (d) atau (a) dan
lap hingga kering
Lantai (pembersihan - Penyedot debu Jangan gunakan sapu di sekitar pasien
kering) - Penyedot/pembersih debu yang
kering
Lantai (pembersihan Cuci dengan cairan detergen. Mencemari, tumpahan dan area-area
basah) Desinfeksi alat tidak selalu diperlukan spesial, gunakan bahan kimia
desinfektan (a) atau (b)

Cara Menghitung Dosis kebutuhan Desinfektan Chlorine Untuk linen Infeksius


( HIV / HBV )
 Kapasitas mesin cuci 50 kg
 % Bahan aktif chlorine 10% (Produk X)
 % Formulasi yang diinginkan 1% (10.000 ppm) untuk HIV & HBV
Pertanyaan :
Berapa gram bubuk chlorine yang dipakai setiap kg cucian ?
Perhitungan I : Menghitung air yang dipakai pada proses bleach yaitu LOW
HIGHT : 50% dari kap drum
MEDIUM : 32% dari kap drum
LOW : 16,6% dari kap drum
VOLUME DRUM : π.r².t
π = 3,14 ; d = 1 m ; t = 0,65 m
Vol drum = 3,14 . (0,5)² . 0,65
= 0,51 m³
= 0,51 . 1.000 liter
= 510 liter
Air yang digunakan LOW
LOW = 16,6% . kap drum
= 16,6% . 510 liter
= 84,6 liter

Perhitungan II : Menghitung gram chlorine yang digunakan


GR.CHLORINE = {( %Formulasi /%Bhn aktif) x Pengenceran} x 10.000 mg/L

30
= {(1% / 10%) x 84,6 L} x 10.000 mg/L
= 84.600 mg
= ( 84.600 / 1000 ) g
= 84,6 g
Dibutuhkan 84,6 g dalam 50 kg cucian
Untuk setiap kg cucian = 84,6 g / 50 kg
= 1,69 g/kg
Jawab : Dibutuhkan 1,69 chlorine untuk setiap kg cucian

E. Alur Kerja Ruang Laundry

Linen kotor dari ruangan

Linen Infeksius Linen non Infeksius

Ruang terima linen kotor

Penimbangan

Mesin cuci infeksius Mesin cuci non infeksius

Pengeringan

Penyetrikaan/pelipatan

Penyimpanan

31
Distribusi

CSSD (Resterilisasi) Ruangan/unit (tanpa sterilisasi)

3. Skema managemen Linen di Rumah Sakit

Perencan
aan

Proses pengadaan

Pengadaan

Penerimaan

Pemberian identitas

Distribusi ke unit-unit terkait yang


membutuhkan

Pemanfaatan linen oleh unit-unit terkait

Hilang Rusak

32
Perbaikan Musnahkan

Pencatatan / Pelaporan

Gambar 2.3 Skema Manajemen Linen di Rumah Sakit

BAB V
LOGISTIK

A. MANAJEMEN LOGISTIK LINEN DAN LAUNDRY


Kata “linen” berasal dari serat “lena” yang didapat dari sejenis alang-alang yang
tumbuh di daerah sub tropis. Serat ini dipintal dan ditenun menjadi textile yang halus, ulet
dan berdaya serat tinggi. Textil ini sangat cocok dibuat sprei, sarung bantal, taplak, dll,
sehingga barang-barang tersebut disebut “linen”
Jumlah perlengkapan linen untuk satu tempat tidur disebut satu (1) par-stok.
Satu par-stok linen untuk tempat tidur dewasa adalah :
1. 1 lembar bed pad ( alas kaki )
2. 3 lembar kain sprei ( 1 lembar alas tidur, 2 lembar penutup di atas dan di bawah
selimut )
3. 1 lembar steek laken ( alas melintang )
4. 1 lembar zeil ( perlak dan kain )
5. 1 lembar selimut
6. 1 lembar sarung bantal
7. 1 lembar bed cover
8. 1 lembar handuk mandi
9. 1 lembar handuk tangan
10. 1 lembar handuk muka
11. 1 lembar wash lap
12. 1 lembar keset kamar mandi

Apabila pergantian setiap hari dan kecepatan pencucian juga satu hari, maka kebutuhannya
3 par- stok :

33
1 par-stok dipakai
1 par-stok di linen room
1 par-stok di laundry

Perencanaan linen harus memperhatikan :


1. Jenis Rumah Sakit
2. Jumlah tempat tidur
3. Sistem linen yang dipakai
4. Ratio TT dan par linen
5. 1 TT : ( 3-9 ) par linen
6. ICU = ( 6-10 ) par linen
Catatan :
1. 1 par dipakai
2. 1 par dicuci

3. 1 par disimpan di ruangan


4. 1 par disimpan di gudang linen

Misalkan di suatu Rumah Sakit mempunyai 800 TT, kebijakan RS 1 pasien adalah 4 par
linen, jadi RS tersebut perlu linen sebanyak = 800 x 4 = 3200. Jika RS tersebut pencucian
linen ( 1 hari – 1x ), dengan BOR 80%, berapa tingkat kehilangan dan kerusakan yang
masih ditoleransi ?

Toleransi lost & damage = Z % x 365


XY

X = jumlah par-stok , Y = pencucian / hari


Z% = BOR, standar pencucian = 250 kali cuci

Toleransi lost and damage = 80% x 365


4x1
= 73 par-stock

Linen tersebut layak pakai selama


250 : 365/X x 1 tahun = 250 : ( 365 : 4 ) x 1 tahun = 2,7 tahun

34
Dalam organisasi RS, biasanya unit linen dan laundry berada di bawah bagian rumah
tangga. Untuk perencanaan kebutuhan linen bagian rumah tangga akan bekerja sama
dengan bagian logistic dan bidang keperawatan.
Tugas unit linen dan laundry adalah :
1. Merencanakan kebutuhan yang diperlukan
2. Merencanakan kebutuhan bahan linen
3. Menjaga kebutuhan linen
4. Memperbaiki alat tenun yang rusak
5. Mengatur distribusi untuk kelancaran pelayanan linen
6. Memelihara peralatan laundry
7. Menyusun laporan kegiatan unit linen dan laundry
8. Mengawasi kegiatan di unit linen dan laundry
9. Melaksanakan stock opname secara periodic
10. Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan kepegawaian.

Penganggaran
Dalam organisasi Rumah Sakit, biasanya linen dan laundry berada di bawah bagian rumah
tangga sehingga dalam penganggaran linen akan bekerja sama dengan bagian logistic.
Pertimbangan yang dibutuhkan untuk membuat linen :
a. Jenis material
1) Katun ( catton )
- Bahan alam yang mempunyai daya serap tinggi, sehingga nyaman dipakai
- Mudah patah pada keadaan kering
- Warnanya mudah pudar karena panas matahari (ultra violet), bahan kimia
- Tidak mudah menyala apabila terbakar
- Berbau seperti kertas terbakar dan meninggalkan bau

2) Polyester
- Tidak mudah kusut
- Berdaya serap rendah
- Apabila terbakar menyala dan meleleh dan meninggalkan bekas hitam yang keras

3) Rayon
- Lebih mudah kusut
- Tahan panas, berdaya serap tinggi namun mudah robek dalam keadaan basah.
- Mudah terbakar dan berbau seperti kayu

35
4) Bahan campuran
- Untuk mendapatkan kain yang sifatnya menguntungkan pemakai, maka kain dibuat
dari bahan campuran, Teteron Rayon ( TR ), Teteron Cotton ( TC )

b. Jenis tenunan
Banyak sekali jenis tenunan, namun yang sering dipakai untuk keperluan RS adalah :
1) Tenunan sederhana ( plan weave )
Biasanya dipakai untuk membuat kain sprei, baju, kemeja, sarung dll
2) Drill / Twill dan Satin
Biasanya dipakai untuk barang-barang yang membutuhkan

Pengadaan
Pengadaan linen di RSUD Geneng Kabupaten Ngawi berdasar pengajuan dari ruangan
ruangan mengajukan kebutuhan linen ke bagian logistic bekerja sama dengan bidang
pelayanan atau bidang keperawatan.

Prosedur pengambilan dan pendistribusian cucian


Prosedur pengambilan
1. Sebelum dibawa ke laundry petugas unit kerja harus memilah linen yang terkena
faeces, darah, nanah, atau obat-obatan dengan linen kotor lainnya.
2. Bilas dan peras cucian terkontaminasi tersebut lalu masukkan ke dalam kantung
plastic kuning sebagai tanda bahwa cucian terinfeksi.
3. Jam 08.00 – 09.00 petugas laundry datang ke unit kerja untuk mengambil cucian
kotor.
4. Bersama-sama dengan petugas unit kerja, cucian kotor dihitung dan dicatat baik
jumlah dan jenisnya pada formulir yang tersedia dan ditanda tangani bersama oleh
kedua petugas tersebut.
5. Cucian dibawa ke kamar cuci dengan troli yang tertutup

Proses pencucian di bagian laundry


1. Semua cucian yang dikirim ke bagian laundry harus dihitung ulang dan ditimbang
untuk menentukan bahan cucian.
2. Cucian yang datang dengan kantong plastic kuning / linen infeksius, pencuciannya
langsung dimasukkan ke dalam mesin cuci infeksius tanpa perendaman.
3. Lakukan pemisahan jenis linen ( sprei, sarung bantal, handuk, serbet dll )
4. Linenyang ternoda direndam dengan obat tertentu sesuai dengan macam noda yang
melekat.

36
Pemasukan cucian ke dalam mesin cuci
1. Berat yang dimasukkan ke dalam mesin cuci sesuai dengan kapasitasnya
2. Linen sejenis dicuci dalam satu putaran / cycle
3. Cucian yang agak kotor dicuci dalam putaran akhir
4. Perbandingan bahan pencucian ( chemical ) harus sesuai dengan berat cucian
5. Keringkan cucian dalam mesin pengering sesuai dengan jenisnya
6. Cucian yang sudah bersih dipisah-pisahkan menurut jenisnya lalu disetrika
selanjutnya. disimpan di gudang linen bersih.

Proses Pendistribusian
1. Setiap jam 11.00 dan jam 16.00 sore petugas laundry mengirimkan cucian bersih ke
unit kerja dengan menggunakan troli linen bersih tertutup
2. Cocokkan di formulir isian cucian yang dikirimkan ke bagian laundry pagi harinya.
3. Bila tidak ccocok catat dalam formulir tersebut.
4. Simpan linen bersih ditempat yang telah disediakan di unit kerja.

Tjuan mencuci pakaian :


1. Membersihkan pakaian dari segala kotoran dan noda.
2. Mengembalikan kecemerlangan warna pakaian.
3. Membunuh kuman/bakteri yang menempel pada pakaian
4. Memperpanjang umur pakaian
5. Menjaga sifat-sifat asli serat bahan

Akibat Negatif Kekurangan Par Stock Linen


1. Lembur : Akibatnya naiknya upah dan produktifitas bisa menurun dibandingkan
dengan jam kerja
2. Menambah jam kerja : Jam kerja bertambah dan shif bertambah
3. Penambahan keperluan lainnya : Penambahan biaya energy
4. Pengawasan di laundry menjadi kurang efisien : Pengawasan pekerjaan menjadi
kacau
5. Kondisi mutu pelayanan linen menjadi rendah : Karena keterbatasan jumlah linen
sehingga yang sudah tidak layak ( missal, penuh noda dan robek ) dipakai lagi.

37
6. Pencucian yang terlalu sering dilakukan : Menyebabkan biaya obat pencuci khusus
naik dan akan mengurangi ketahanan bahan.
7. Mengurangi ketelitian pengecekan linen
8. Karena keterbatasan jumlah linen, setiap linen yang diterima langsung dipakai tanpa
dichek atau disortir lebih dulu
9. Cepat using karena sering digunakan.
10 Produktifitas housekeeping menjadi rendah
Harus menunggu linen yang sedang dikerjakan di laundry.

AIR
I. Kandungan terlarut dalam air
a. Gas ; CO2 , O2 menyebabkan karat pada pipa pipa besi
b. Garam mineral : Ca, Mg mengurangi kadar aktif sabun
c. logam
Fe : - menyebabkan kain putih menjadi kekuning kuningan
- kain berwarna menjadi tidak cemerlang
Mn : - Kain putih menjadi kecoklatan
2. Kualitas air untuk Laundry
a. Kesadahan
Ukuran dari jumlah (konsentrasi) garam garam kalsium (Ca) dan (Mg) dalam air
rendah , max 40 ppm ( satuan amerika )
b. PH 6,5 - 7
c. Konsentrasi besi (Fe) : Max 0,1 ppm
d. Konsentrasi mangan (Mn) : Max 0,005 ppm
e. Alkalinitas : Max 40 ppm
f. Konsentrasi Khlorida : Max 1000 ppm
g. Warna : Max 20 ppm Platina
h. Bau : Tidak berbau
i. Hygiene : aman ( air minum, 10 M.O/m )

Kerugian air sadah :


1. Dosis detergen lebih tinggi
2. Peningkatan kerusakan mekanik
3. Resiko ke abu-abuan
4. Mengurangi daya serap air
5. Efek negative pada mesin
6. Endapan kapur di mesin

38
Proses Pencucian linen
1. a. Flush
Proses pembasahan yang bertujuan untuk melepaskan jenis kotoran yang mudah larut
di air, tanpa menambahkan kimia pembersih dan ketinggian air medium atau high,
umumnya pada suhu rendah.
b. Break
Proses pembasahan dengan menambahkan alkali / buider untuk memudahkan
melepaskan jenis kotoran protein ( darah, kuning telur, keju, ikan dll ). Pada tingkat
ketinggian air medium atau high dan pada umumnya pada suhu rendah.
c. Prewash
Proses pencucian awal dengan menambahkan detergent, alkali dana tau emulsifier
pada ketinggian air low dan suhu air hangat tanpa atau dengan menaikkan suhu
pencucian. Yang bertujuan melepaskan sebagian pengotor untuk memudahkan proses
pelepasan.
II Main Wash
Proses pencucian yang sesungguhnya, semua jenis kotoran diharapkan dapat
dilepaskn dari permukaan linen/kain. Pada umumnya tingkat ketinggian air di mesin
cuci rendah dan temperature tinggi agar detergent dan alkali dapat bereaksi secara
optimal. Bila jenis linen berwarna, bleach dengan kandungan aktif oksigen dapat
ditambahkan yang berfungsi melepaskan noda noda organic.
III Bleach
Proses bleaching atau pemucatan dengan menggunakan kadar aktif chlorine,
berlangsung dalam suhu hangat (< 60ºC) pada ketinggian air medium, blench hanya
untuk kain / linen putih, tujuan dari proses ini adalah melepaskan noda-noda organic
yang tidak dapat dilepaskan pada proses main wash, serta menjaga kain agar tetap
putih disamping membunuh bakteri agar lebih hygiene.
IV Rinse
Proses pembilas sisa sisa reaksi kimia akan dilepaskan dari kain dengan
menggunakan air dingin dan membutuhkan air cukup banyak atau pada ketinggian
air high, diulang sampai dua atau tiga kali.
V Intermediate Extrace
Untuk membantu mencapai hasil pembilasan yang optimal khususnya untuk handuk
karena banyak menyimpan air dan larutan kimia. Pemerasan secara ringan dan
singkat diperlukan dalam proses ini sebelum memasuki proses final rinse.
VI Final Rinse

39
Akhir dari proses pencucian adalah menetralkan sisa sisa kimia (detergent, alkali,
khlor), ditambahkan penetral
VII Extract
Beberapa mesin cuci sudah dilengkapi dengan proses pengeringan/pemerasan,
membantu proses pengeringan.

Penyimpanan Linen
Tergantung jumlah par stok linen yang ada, tetapi secara ideal penyimpanan linen berada
pada :
1. Minimal 1 par stok disimpan di bagian linen
2. Minimal 1 par stok disimpan di bangsal
Sedangkan yang lainnya dipakai pasien dan dalam proses pencucian di laundry.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pencegahan Infeksi Nosokomial


1. Pengertian
Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi agen yang
pathogen atau infeksius yang tumbuh, berkembag biak dan menyebabkan sakit. Yang
dimaksud agen adalah bakteri, virus, rickettsia, jamur dan parasite. Infeksi yang dapat
bersifat local general (sistimmatik). Infeksi local ditandai dengan adanya inflamasi yang
sakit, panas, kemerahan, pembengkakan, dan gangguan fungsi. Infeksi sistemik
mengenai seluruh tubuh yang ditandai dengan adanya demam, menggigil, takikardia,
hipotensi dan tanda-tanda spesifik lainnya.
Infeksi nosocomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat di
Rumah Sakit. Infeksi nosocomial dapat terjadi setiap saat dan disetiap tempat Rumah
Sakit. Untuk mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosocomial serta menekan
angka infeksi ketingkat serendah rendahnya, perlu adanya pengendalian infeksi
nosocomial. Pengendalian infeksi nosocomial bukan tangggung jawab pemimpin
Rumah Sakit saja tetapi tanggung jawab bersama.
2. Batasan
Suatu infeksi dikatakan sebagai infeksi nosokomial apabila :

40
a. Waktu mulai dirawat tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan tidak sedang dalam
masa inkubasi infeksi tersebut.
b. Infeksi timbul sekurang kurangnya 3 x 24 jam sejak ia mulai dirawat.
c. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan lebih lama daripada masa
inkubasi
d. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.
3. Sumber infeksi
Yang merupakan sumber infeksi adalah :
a. Petugas Rumah Sakit ( pelaku )
1) Kurang atau tidak memahami cara cara penularan penyakit
2) Kurang atau tidak memperhatikan kebersihan.
3) Kurang atau tidak memperhatikan teknik aseptic dan antiseptic
4) Menderita suatu penyakit
5) Tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
b. Alat-alat yang digunakan ( alat kedokteran/kesehatan, linen dan lainnya)
1) Kotor atau kurang bersih / tidak steril
2) Rusak atau tidak layak pakai
3) Penyimpanan yang kurang baik.
4) Dipakai berulang-ulang
5) Lewat batas waktu pemakaian
c. Pasien
1) Kondisi yang sangat lemah ( gizi buruk )
2) Kebersihan kurang
3) Menderita penyakit kronis / menahun
4) Menderita penyakit menular / infeksi
d. Lingkungan
1) Tidak ada sinar ( matahari, penerangan ) yang masuk.
2) Ventilasi/sirkulasi udara yang kurang baik
3) Ruangan lembab
4) Banyak serangga

4. Faktor-faktor yang sering menimbulkan terjadinya infeksi


a. Banyaknya pasien yang dirawat di Rumah Sakit yang dapat menjadi sumber infeksi
bagi lingkungan dan pasien lain.

b. Adanya kontak langsung antara pasien satu dengan pasien lainnya

c. Adanya kontak langsung antara pasien dengan petugas Rumah Sakit yang terinfeksi

41
d. Penggunaan alat-alat yang terkontaminasi

e. Kurangnya perhatian tindakan aseptic dan antiseptic

f. Kondisi pasien yang lemah

5. Pencegahan

Untuk mencegah/mengurangi terjadinya infeksi nosocomial perlu diperhatikan :

a. Petugas

1) Bekerja sesuai Standar Operasional Prosedur ( SOP ) untuk pelayanan linen

2) Memperhatikan aseptic dan antiseptic

3) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perkerjaan

4) Bila sakit segera berobat

b. Alat-alat

1) Perhatikan kebersihan alat-alat laundry, troly untuk transportasi linen

2) Penyimpanan linen yang besar dan perhatikan batas waktu penyimpanan.

3) Linen yang rusak segera diganti

c. Ruangan / Lingkungan

1) Tersedianya air yang mengalir untuk mencuci tangan

2) Penerangan cukup

3) Ventilasi / sirkulasi udara baik

4) Perhatikan kebersihan dan kelembapan ruangan

5) Pembersihan secara berkala

6) Lantai kering dan bersih.

42
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1. Latar Belakang
Upaya kesehatan kerja menurut UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan
khususnya pasal 23 tentang kesehatan kerja, menyatakan bahwa kesehatan kerja
harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya pada tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
karyawan yang lebih dari sepuluh.
Pekerja yang bekerja di sarana kesehatan sangat bervariasi baik jenis maupun
jumlahnya. Sesuai dengan fungsi sarana kesehatan tersebut, semua pekerja di rumah
sakit dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan bahaya potensial
yang bila tidak ditanggulangi dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap keselamatan dan kesehatannya, yaitu pada akhirnya menurunkan
produktivitas kerja.
Pada hakekatnya kesehatan kerja merupakan penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja, bila bahaya di lingkungan kerja tidak diantisipasi
dengan baik akan menjadi beban tambahan bagi pekerjaan. Khususnya untuk petugas

43
rumah sakit di instalasi pencucian menerima ancaman kerja potensial dari lingkungan
bila keselamatan kerja tidak diperhatikan dengn tepat.

2. Prinsip Dasar Usaha Kesehatan Kerja


Prinsip Dasar Usaha Kesehatan Kerja terdiri atas ;
a. Ruang lingkup usaha kesehatan kerja
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyelesaian antara pekerjaan dengan
pekerja dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode
kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :
1) Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di
semua lapangan kerja setinggi tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan social.
2) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan /kondisi lingkungan kerjanya.
3) Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor faktor yang
membahayakan kesehatan.
4) Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.
b. Kapasitas kerja dan beban kerja
Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen
utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang optimal. Kapasitas
kerja seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja, serta kemampuan fisik yang
prima diperlukan agar semua pekerja dapat melakukan pekerjaan secara optimal.
Beban kerja meliputi beban fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu
berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang
pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kondisi lingkungan kerja
( panas, bising, debu, zat kimia ) merupakan beban tambahan terhadap pekerjaan.
c. Lingkungan kerja dan penyakit kerja yang ditimbulkannya.
Penyakit akibat kerja atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh
pekerjaan di lingkungan kerja. Fakta di lapangan menunjukkan terdapat
kesenjangan antara pengetahuan tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan
berperan dalam usaha-usaha untuk mencegahnya. Misalnya alat perlindungan
kerja yang tidak digunakan secara tepat oleh pekerja rumah sakit dengan
kemungkinan terpapar melalui kontak langsung atau tidak tersedianya pelindung.
Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka langkah awalyang penting adalah

44
pengenalan/identifikasi bahaya yang dapat ditimbulkan. Upaya perlindungan dan
penanggulangan dan dievaluasi kemudian dilakukan pengendalian.

3. Potensial Bahaya pada Instalasi Pencucian


a. Bahaya mikrobiologi
Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus rechetsia, parasite dan jamur.
Petugas pencucian yang menangani linen kotor senantiasa kotak dengan bahan
dan menghirup udara yang tercemar kuman pathogen.
Mikroorganisme tersebut adalah :
1} Mykobacteririum tuberculosis adalah mikroorganisme penyebab tuberculosis
dan paling sering menyerang paru-paru penularannya melalui percikan dahak.
a) Pencegahan
- Meningkatkan pengertian dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap
penyakit TBC dan penularannya.
- Mengutamakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruangan
instalasi
b) Pencucian
- Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai SOP
- Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfektan dan sterilisasi terhadap
bahan dan alat yang digunakan.
- Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas sesuai SOP
2} Virus Hepatitis B
a) Selain manifestasi sebagai hepatitis B akut dengan segala komplikasinya,
lebih penting dan berbahaya lagi adalah manifestasinya dalam bentuk
pengidap (carrier) kronik, yang dapat merupakan sumber penularan bagi
lingkungan.
b) Penularan dapat melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
c) Pencegahan :
- Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap
penyakit hepatitis B dan penularannya.
- Memberikan vaksinasi pada petugas
- Menggunakan APD sesuai SOP
- Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfektan dan sterilisasi terhadap
bahan dan peralatan yang dipergunakan terutama yang terkena infeksi.
- Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas pekerjaan sesuai
SOP

45
3} Virus HIV ( Human Immunodeficiency Virus )
a) Penyakit yang ditimbulkannya disebut AIDS ( Acquired Immunodefiency
Syndrom). Virus HIV menyerang target sel dalam dalam jangka waktu
lama. Jarak waktu masuknya virus ke tubuh sampai timbulnya AIDS
tergantung pada daya tahan tubuh seseorang dan gaya hidup sehatnya.
b) HIV dapat hidup di dalam darah, cairan vagina, cairan sperma, air susu ibu,
sekresa dan ekskreta tubuh.
c) Penularannya melalui jaringan, sekresa, ekskresa tubuh yang mengandung
virus dan kontak langsung dengan kulit yang terluka.
d) Pencegahan ;
- Linen yang terkontaminasi berat ditempatkan dikantong plastic keras yang
berisi desinfektan, berlapis ganda, tahan tusukan kedap air dan berwarna
khusus
- Serta diberi label bahan menular/AIDS selanjutnya dibakar
- Menggunakan APD sesuai SOP

b. Bahaya Bahan Kimia


1) Debu
Pada instalasi linen debu berasal dari bahan linen itu sendiri.
a) Pengukuran
Dengan memakai alat vertical Elutriol Cotton Dust Sampler dapat diukur
banyaknya debu dalam ruangan dan Personal Dust Samper. Debu linen
(catton Dust) yang sesuai NDA adalah 0,2 miligram/m
b) Efek kesehatan
Mekanisme penimbunan debu dalam paru-paru dapat terjadi dengan
menarik napas sehingga udara yang mengandung debu yang dapat masuk
dalam pernafasan mempunyai ukuran 0,1 – 10 mikron. Pada pemajanan
yang lama dapat terjadi pneomoumoconiosis dimana partikel debu dijumpai
di paru-paru dengan gejala sukar bernapas. Pneumoconiosis yang
disebabkan oleh serat linen/kapas linen disebut Bissionosis. Gejala Bissi
Onosis hamper sama dengan asma dengan asma yang disebut MONDAY
CHEST TIGHTNESS atau MONDAY FEVER.
c) Pengendalian
- Pencegahan terhadap sumber
Diusahakan agar debu tidak keluar dari sumbernya dengan mengisolasi
sumber debu.

46
- Memakai APD sesuai SOP
- Ventilasi yang baik
- Dengan alat local exhauster
2) Bahaya bahan kimia
Sebagian besar dari bahaya di instalasi pencucian diakibatkan oleh kimia
seperti detergrn, desinfektan, zat pemutih dll. Tingkat resiko yang diakibatkan
tergantung dari besar, luas dan lama pemajanan. Walaupun kimia yang sangat
toksik sudah dilarang dan dibatasi pemakaiannya, pemajanan terhadap bahan
kimia yang berbahaya tidak dapat dielakkan. Oleh karena sikap hati-hati
terhadap semua bahan kimia yang dipakai manusia dan potensial masuk ke
dalam tubuh sebagian dari informasi bahan kimia tersebut dapat dibaca pada
label kemasan dari produsennya yang lazim disebut MSDSs.
3) Penanganan zat zat kimia di instalasi pencucian
a) Alkali
Guna : bubuk penambah sifat alkali
Ciri-ciri khusus : Bubuk kekuningan dengan pH 12,0-13,0
Sifat : Bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang mungkin
beracun dan iritasi tidak mudah terbakar.
Bahaya kesehatan :
- iritasi mata, iritasi kulit
- Bila terhirup menyebabkan endema paru
- Bila tertelan menyebabkan kerusakan hebat pada selaput lendir.
Pertolongan pertama
- Mata : cuci secepatnya dengan air yang banyak
- Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi.
- Terhirup : Pindahkan dari sumbernya.
- Tertelan : cuci mulut, minum susu atau dua gelas air atau susu.
Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda.
Tindakan pencegahan :
- Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan sendiri.
- Memakai APD
- Penyimpanan dan pengangkatan, simpan ditempat aslinya, wadah tertutup
di bawah kondisi kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari asam dan
hindarkan dari suhu ekstrim.
b) Detergen
Guna : detergen laundry bubuk
Ciri-ciri khusus : serbuk putih berwarna biru dengan Ph 11,0 – 12,0

47
Sifat : Bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang mungkin
beracun dan iritasi, tidak mudah terbakar.
Bahaya kesehatan :
- Iritasi mata, iritasi kulit
- Bila terhirup menyebabkan edema paru
- Bila tertelan menyebabkan kerusakan selaput lender
Pertolongan pertama :
- Mata : cuci secepatnya dengan air yang banyak
- Kulit : cuci secepatnya dengan air yang banyak dang anti pakaian.
- Terhirup : pindah dari sumber
- Tertelan : bersihkan bahan dari mulut, minum 1 atau 2 gelas air atau susu
Pertolongan selanjutnya, dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda.
Tindakan pencegahan :
- Kontrol teknis gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan sendiri
mungkin diperlukan jika bekerja untuk waktu yang lama
- memakai APD
- Penyimpanan dan pengangkatan : simpan ditempat aslinya, wadah tertutup
di bawah kondisi kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari asam dan
hindarkan dari suhu ekstrim
c) Emulsifier
Guna : cairan pengemulsi lemak/minyak dan presposter
Ciri-ciri umum : larutan bening, tidak berwarna, kental, pH 10,0 – 11,0
Sifat : rusak oleh sinar matahari, stabil dan tidak mudah terbakar.
Bahaya kesehatan :
- Iritasi mata, iritasi kulit.
- Bila terhirup menyebabkan iritasi
- Bila tertelan menyebabkan iritasi
Pertolongan pertama :
- Mata : aliran denga air selama 15 menit
- Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air
- Terhirup : pindah dari sumbernya
- Tertelan : cuci mulut minum 1 – 2 gelas air, jangan berusaha untuk muntah.
Pertolongan selanjutnya :
Dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda.
Tindakan pencegahan :
- Kontrol teknis, gunakan ventilasi exhaust peralatan pernafasan sendiri.
- Memakai APD

48
Penyimpanan dan pengangkutan : simpan ditempat sejuk dana kering,
jauhkan dari sinar matahari langsung, hindari sumber panas.
d) BLEAC ( Oksigenbleac dan clorin bleac )
Oksigen bleac
Guna : bubuk pemutih beroksigen
Ciri-ciri : bubuk pemutih dengan Ph10,0 – 11,0
Sifat : bereaksi dengan bahan-bahan pereduksi, tidak mudah terbakar, beracun
untuk ikan ( dilarutkan dulu sebelum dibuang ke selokan atau sumber air )
Bahaya kesehatan :
- Iritasi berat pada mata, rasa terbakar pada kulit
- Bila terhirup menyebabkan iritasi oedem paru
- Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar.
Pertolongan pertama :
- Mata ; cuci secepatnya dengan air
- Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi.
- Terhirup : pindah dari sumber
- Tertelan : minum 1 – 2 gelas air atau susu
Pertolongan selanjutnya :
Dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda.
Tindakan pencegahan :
- Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat mungkin digunakan agak lama.
- Memakai APD
- Penyimpanan, simpan ditempat sejuk dan kering, jauhkan dari asam, hindari
sumber panas
e) Chlorin Bleach
Guna : bubuk putih berklorin
Ciri-ciri khusus : bubuk putih dengan Ph 8,0 – 9,0
Sifat : bereaksi dengan asam akan mengeluarkan, keluarnya gas klorin dengan
cepat, tidak mudah terbakar.
Bahaya kesehatan :
- Iritasi berat pada mata, rasa terbakar pada kulit
- Bila terhirup menyebabkan iritasi saluran pernafasan, atsma, endema paru,
dan kanker paru.
- Bila tertelan terasa terbakar
Pertolongan pertama :
- Cuci mata secepatnya dengan air
- Kulit, cuci secepatnya dengan air dang anti pakaian.

49
- Terhirup : pindahkan dari sumbernya
- Tertelan : cuci mulut, minum 1 – 2 gelas air atau susu.
Pertolongan selanjutnya : gunakan pertolongan medis jangan ditunda.
Tindakan pencegahan :
- Kontrol teknis : gunakan ventilasi peralatan pernafasan sendiri, digunakan
cukup lama
- Memakai APD
- Penyimpanan : simpan ditempat sejuk kering, jauhkan dari asam, hindari
sumber panan.
f) Saur / penetral
Guna : bubuk pengasam / penetrallisir dokter….
Ciri-ciri khusus : bubuk biru dengan PH4, - 0,5,0
Sifat : bereaksi dengan asam akan mengeluarkan sulfur, (diogsida) keluar,
tidak mudah terbakar.
Bahaya kesehatan
- dengan air
- Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air dang anti pakaian
- Terhirup : pindah dari sumber
- Tertelan : cuci mulut, minum 1 – 2 gelas air atau susu
Pertolongan selanjutnya, dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda.
Tindakan pemcegahan :
- Kontrol teknis : gunakan ventilasi setempat pernapasan sendiri perlu
penggunaan yang lama.
- Memakai APD
Penyimpanan dan pengangkutan : simpan ditempat sejuk dan kering jauh
dari asam dan hindari sumber panas
g) Softener
Guna : cairan pelunak dan pelembut kain
Ciri-ciri khusus : cairan merah muda, mudah mengalir, Ph4,0-5,0
Sifat : stabil tidak mengandung bahan berbahaya, tidak mudah mudah
terbakar.
Bahaya kesehatan :
- Iritasi berat pada mata, iritasi pada kulit
- Bila terhirup menyebabkan iritasi
- Bila tertelan menyebabkan iritasi
Pertolongan pertama :
- Mata : cuci secepatnya dengan air

50
- Kulit : cuci kulit dengan air
- Terhirup : pindah dari sumbernya
Tertelan : cuci mulut, minum 1 – 2 gelas air atau susu.
Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertlongan medis tanpa ditunda.
Tindakan pencegahan :
- Kontrol teknis : gunakan ventilasi setempat peralatan pernapasan sendiri
mungkin diperlukan waktu yang lama
- Memakai APD
Penyimpanan dan pengangkutan : simpan ditempat sejuk dan kering, hindari
suhu yang ekstrim.
Pemajaman dengan antiseptic dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
dermatitis, eksema, alergi. Formaldehile merupakan komponen yang banyak
antiseptic dan desinfektan, zat ini dapat menyebabkan dermatitis, gangguan
pernapasan dan bersifat karsinogenik.
Perlindungan :
- Dengan memakai APD sesuai SOP
- Segera mencuci tangan sesudah bekerja
- Meningkatkan hygienisme perorangan
- Memperkuat daya tahan tubuh dengan gizi yang baik.
c) Bahaya Fisika
1) Bising
Dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan
pendengaran baik secara kwantitatif ( peningkatan ambang pendengaran )
maupun secara kwalitatif ( penyempitan spectrum pendengaran ) berkaitan
dengan faktor insensitas frekwensi, durasi dan pola waktu. Di Rumah Sakit,
bising merupakan masalah yang salah satunya berasal dari mesin cuci. Pajanan
bising yang terjadi pada insensitas relative rendah ( 85 db atau lebih ) dalam
waktu yang lama membuat efek kumulatif yang bertingkat dan menyebabkan
gangguan pendengaran yang berupa Noise Induce HeAring Loos (NIHL)
a) Pengukuran
Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan saund
level meter, sedangkan untuk menilai tingkat pajanan pekerjaan lebih tepat
digunakan noise dose meter.
b) Pengendalian
- sumber : mengurangi intensitas bising
 Desain akustik
 Menggunakan mesin/alat yang kurang bising

51
- Media : mengurangi transmisi bising dengan cara
 Menjauhkan sumber dari pekerjaan
 Mengurangi pantulan bising secara akustik pada dinding, langit-langit
dan lantai.
 Menutup sumber bising dengan barrier
- Pekerja ; mengurangi penerimaan bising
 Menggunakan APD
 Berupa sumber telinga ( ear plug ) yang dapat menurunkan pajanan
sebesar 6-30 Db atau menutup telinga ( ear muff ) yang bisa menurunkan
20-40 Db.
 Ruang isolasi untuk istirahat
 Rotasi pekerjaan untuk periode waktu tertentu antara antara lingkungan
kerja yang bising dengan yang tidak bising.
 Pengendalian secara administrative dengan menggunakan jadwal kerja
sesuai NBA ( Nilai Ambang Batas )

2) Cahaya
a) Pencahayaan di instalasi pencucian perlu karena berhubungan langsung
dengan :
- Keselamatan petugas
- Peningkatan pencermatan
- Kesehatan yang lebih baik
- Suasana yang nyaman.
b) Petugas yang terpajan gangguan pencahayaan akan mengeluh kelelahan
mata dan kelainan lain berupa :
- Iritasi ( konjungtivitis )
- Ketajaman penglihatan terganggu
- Saget kepala
c) Pencegahan : dengan pencahayaan yang cukup sesuai dengan standard
rumah sakit
3) Listrik
Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas laundry oleh karena itu
dukungan pengetahuan listrik. Pada umumnya yang terjadi di rumah sakit
adalah kejutan listrik microshok dimana listrik mengalir dibadan petugas
melalui sistem peralatan yang tidak baik.
a) Efek kesehatan

52
- luka bakar ditempat tersengat aliran listrik
- kaku pada otot yang tersengat listrik
b) Pengendalian
c) Enginering
- Pengukuran jaringan/instalasi listrik
- NBA bocor arus 50 miliamper, 60 Hz ( sakit )
- Pemasangan pengaman/alat pengaman sesuai ketentuan
- Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indikator
d) Administrasi
- Penempatan petugas sesuai ketrampilan
- Waktu kerja petugas bergilir
- Memakai sepatu/sandal isolasi
4) Panas
a) Panas dirasakan bila suhu udara diatas suhu nyaman ( 26-28ºC ) dengan
kelembapan antara 60-70%. Panas instalasi laundry, panas yang terjadi
adalah panas lembab.
b) Pengukuran : dengan mempergunakan Wet Bulb Globe Temperatur
(MBGT)
c) Efek kesehatan :
- HEAT SYNCOPE ( pingsan karena panas )
- HEAT DISORDER ( kumpulan gejala yang berhubungan dengan kenaikan
suhu tubuh dan mengakibatkan kekurangan cairan tubuh) seperti :
 Isolasi peralatan yang menimbulkan panas
 Menyempurnakan sistem ventilasi dengan :
 Ventilasi yang ditempatkan diatas sumber panas yang bertujuan
menarik udara panas keluar ruangan ( dapat digunakan kipas angina
di langit langit ruangan )
 Kipas angina untuk petugas
 Pemasangan alat pendingin
- Terhadap pekerja :
 Menyediakan persediaan air minum yang cukup dan memenuhi syarat
dekat tempat kerja dan kalua perlu disediakan extra salt
 Hindari petugas yang harus bekerja di lingkungan panas apabila
berbadan gemuk sekali dan berpenyakit kardiovaskuler
 Pengaturan waktu kerja dan istirahat berkaitan dengan suhu ruangan.

53
- Secara administrative yaitu pengaturan waktu kerja dan istirahat berkaitan
dengan suhu ruangan.
5) Getaran
a) Getaran atau vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh subjek dengan
gerakan osilasi. Vibrasi dapat terjadi local atau seluruh tubuh.
b) Mesin pencucian yang bergetar dapat memajani petugas melalui transmisi/
penjalaran, baik getaran yang mengenai seluruh tubuh ataupun getaran
setempat yang merambat melalui tangan atau lengan operator.
c) Efek kesehatan
- Terhadap sistem peredaran darah : dapat berupa kesemutan jari tangan
waktu bekerja, parese
- Terhadap sistem tulang, sendi dan otot, berupa gangguan osteoarticular
( gangguan pada sendi jari tangan )
- Terhadap sistem syaraf : parastesi, menurunnya sensivitas, gangguan
kemampuan membedakan dan selanjutnya atrofi.
- Pemajanan terhadap getaran seluruh tubuh dengan frekwensi 4-5 Hz dan 6-
12 Hz dikaitkan dengan fenomena resonansi (kenaikan amplitude getaran
organ), terutama berpengaruh buruk pada suasana saraf otak.
d) Pengukuran : alat yang digunakan adalah Vibration Meter ( alat untuk
mengukur frekwensi dan intensitas di area kerja )
e) Pengendalian :
- Terhadap sumber, diusahakan menurunkan getaran dengan bantalan anti
vibrasi/isolator dan pemeliharaan mesin yang baik.
- Pengendalian administratif dilakukan dengan pengaturan jadwal kerja
sesuai TLV (Treshold limit Value).
- Terhadap pekerja, tidak ada pelindung khusus, hanya dianjurkan
menggunakan sarung tangan untuk menghangatkan tangan dan
perlindungan terhadap gangguan vaskuler.
4. Ergonomi
a. Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomic adalah
penyesuaian tugas pekerjaan dengan pekerja. Posisi tubuh yang salah atau tidak
alamiah, apalagi dalam sikap paksa dapat menimbulkan kesulitan dalam
melaksanakan kerja, mengurangi ketelitian, mudah lelah sehingga kerja menjadi
kurang efisien. Hal ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik
dan psikologi.

54
b. Gejala : Penyakit sehubungan dengan alat gerak yaitu persendian, jaringan otot,
saraf dan pembuluh darah ( low back pain )
c. Pengukuran : dinilai dari banyaknya keluhan yang ada hubungannya pada saat
melakukan pekerjaan.
d. Pengendalian
Mengangkat barang berat
Tubuh kita mampu mengangkat beban seberat beban sendiri, kira-kira 50 kg bagi
laki-laki dewasa dan 40 kg bagi wanita dewasa. Lebih dari itu, besar kemungkinan
terjadi bahaya. Bila berat beban yang akan diangkat lebih dari setengan berat
badan
si pengangkut (lebih dari 25 kg untuk laki-laki atau lebih dari 20 kg untuk wanita)
maka beban harus dibagi dua.
Cara mengangkat beban yang beratnya kurang dari 25 kg
1) Sebaiknya tidak dijunjung, oleh karena menjunjung barang memerlukan tenaga
yang lebih besar.
2) Mengangkat beban disamping
a) Bila beban mempunyai pegangan, beban boleh dibawa disamping.
b) Sebelum mengangkat, dekatkan kaki dan badan ke barang tersebut, dan angkat
dalam keadaan badan tegak dan tulang punggung lurus.
3) Mengangkat beban di depan
a) Mendekat ke beban/barang
b) Renggangkan kedua kaki, barang berada diantara kedua kaki sedikit di sebelah
depan.
c) Luruskan tulang punggung (boleh melengkung) dan badan sedikit
dicondongkan ke depan.
d) Badan diturunkan dengan sedikit membengkokkan lutut dan panggul sampai
tangan dapat mencapai barang.
e) Lengan atas harus sedekat atau serapat mungkin ke badan dan tangan
memegang barang.
f) Angkat barang ke atas perlahan lahan, jangan disentakkan atau direnggutkan.
Sewaktu mengangkat ke atas tulang punggung harus tetap lurus, tegangkan dan
kencangkan otot perut.
Cara mengangkat beban yang beratnya lebih dari 25 kg
1) Beban dapat dibagi dua
Bila beban dapat dibagi dua, beban tersebut boleh diangkat oleh satu orang. Bagi
dua beban dan gunakan pemikul, separuh beban di depan dan separuh di belakang.
2) Beban tidak dapat dibagi

55
Bila beban yang hendak diangkut lebih dari separuh berat badan dan tidak dapat
dibagi, maka hendaklah diangkat berdua atau beramai ramai. Cara terbaik adalah
dengan membuat penggantung (cantelan) pada barang dan mengangkatnya dengan
tongkat pemikul. Satu orang di depan dan satu orang di belakang, baik
penggantung maupun tongkat pemikul harus kuat.
Posisi duduk
1) Tinggi alas duduk sebaiknya dapat disetel antara 38-48 cm
2) Kursi harus stabil dan tidak goyang atau bergerak
3) Kursi harus memungkinkan cukup kebebasan bagi gerakan petugas
Posisi berdiri : Berdiri tidak lebih dari 6 jam
5. Bahasa psikososial
Di antara berbagai ancaman bahaya yang timbul akibat pekerjaan di rumah sakit,
faktor psikososial juga memerlukan perhatian, antara lain ;
1) Stress, yaitu ancaman fisik dan psikologis dari faktor lingkungan terhadap
kesejahteraan individu. Stress dapat disebabkan oleh :
a) Tuntutan pekerjaan
Beban kerja yang berlebih maupun yang kurang, tekanan waktu, tanggung
jawab yang berlebihan maupun yang kurang.
b) Dukungan dan kendala
Hubungan yang tidak baik dengan atasan, teman sekerja, adanya berita yang
tidak dikehendaki/gossip, adanya kesulitan keuangan, dll.
Manifestasi klinik : depresi, ansietas, sakit kepala, kelelahan dan kejenuhan,
gangguan pencernakan dan gangguan fungsi organ lainnya.
2) Pengendalian
a) Menjaga kebugaran jasmani dari pekerja
b) Kegiatan-kegiatan yang menimbulkan rasa menyenangkan dalam bekerja,
misalnya adanya makan siang bersama, adanya kegiatan piknik bersama

6. Keselamatan dan Kecelakaan Kerja


Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya seta cara-cara melakukan
pekerjaan. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga oleh karena dibelakang
peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.
Beberapa bahaya potensial untuk terjadinya kecelakaan kerja di instalasi pencucian :
a) Kebakaran

56
Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsur bersama-sama. Unsur tersebut
adalah zat asam, bahan yang mudah terbakar dan panas. Bahan yang mdah
terbakar misalnya bahan ang ada pada mesin cuci.
Penanggulangan :
1) Legislatif
2) Mengacu pada UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3) Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar.
4) Pengawasan : Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
dilakukan secara terus menerus.
5) Jalan untuk menyelamatkan diri
Secara ideal semua bangunan harus memiliki sekurang-kurangnya 2 jalan
penyelamat diri pada 2 arah yang bertentangan terhadap setiap kebakaran yang
terjadi, sehingga tak seorangpun terpaksa bergerak ke arah api untuk
menyelamatkan diri. Jalan-jalan penyelamatdemikian harus dipelihara bersih,
tidak terhalang oleh barang-barang, cukup lebar, mudah terlihat dan diberi
tanda-tanda arah yang jelas.
6) Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran.
Alat-alat pemadam dan penanggulangan kebakaran meliputi 2 jenis :
- Terpasang tetap ditempat
- Dapat bergerak atau dibawa
Alat alat pemadam kebakaran harus ditempatkan pada tempat tempat yang
rawan terjadi kebekaran, mudah terlihat dan mudah diambil.

b. Terpeleset/terjatuh
1) Terpeleset/terjatuh pada lantai yang sama adalah bentuk kecelakaan kerja yang
dapat terjadi pada instansi pencucian.
2) Walaupun jarang terjadi kematian tetapi dapat mengakibatkan cedera yang
berat seperti fraktura, dislokasi, salah urat, memar otak.
3) Penanggulangan :
a) Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak atau memakai tali
sepatu yang longgar.
b) Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari bahan yang
tidak licin.
c) Pemeliharaan lantai :
- Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti pasir, debu,
minyak yang memudahkan terpeleset.

57
- Lantai yang cacat misalnya banyak lubang atau permukaannya miring
harus segera diperbaiki.
Telah dibahas masalah-masalah kesehatan kerja di instalasi pencucian. Diharapkan ini
dapat membantu petugas untuk memahami masalah kesehatan kerja dan dapat melakukan
upaya antisipasi terhadap akibat yang ditimbulkan sehingga tercapai budaya sehat dalam
bekerja.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan dan
cakupan program pelayanan seawall mungkin, untuk dapat menemukan dan selanjutnya
memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program.
Tujuan monitoring adalah :
1. Untuk mengadakan perbaikan , perubahan orientasi atau disain dari sistem pelayanan
(bila perlu).
2. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan yang dilaksanakan di lapangan,
sesuai dengan temuan-tenuan di lapangan.

58
3. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian pelayanan
di rumah sakit. Monitoring sebaiknya dilakukan sesuai keperluan dan dipergunakan
segera untuk perbaikan program. Khusus dalam pelayanan linen di rumah sakit
monitoring hendaknya dilakukan secara teratur/kontinu.
Aspek-aspek yang dimonitoring mencakup :
1. Sarana, prasarana dan peralatan.
2. Standar/ pedoman pelayanan linen, SOP, kebijakan-kebijakan direktur rumah sakit, visi,
misi dan motto rumah sakit dan lain-lain.
3. Pengamatan dengan penglihatan pada linen yaitu warna yang kusam, pudar, tidak
cerah/putih tua atau keabu abuan menggambarkan usia pakai. Terdapat bayangan dari
barang yang dibungkusnya, menunjukkan linen sudah menipis.
4. Dari perabaan bila ditarik terjadi perobekan/lapuk.
5. Apabila ada penandaan tahun pengadaan/penggunaan tinggal menghitung umur
lamanya, sehingga bisa dihitung frekwensi pencuciannya. Biasanya setelah mengalami
pencucian 90 kali, linen tersebut sudah harus dihapus (tidak layakpakai), itupun
tergantung kwalitas bahan. Ada bahan yang sampai 120 kali pencucian masih tetap baik
dan layak pakai.
Kelayakan pakai pada sisi infeksi dilakukan melalui uji kuman secara insidentil bila
dijumpai banyak terjadi infeksi di satu unit rawat inap atau lebih. Contoh diambil
dilakukan swab dari kulit untuk kultur, sementara menunggu hasil kultur, monitoring
prosedur pencucian ditingkatkan.

B. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap
pencucian, pengeringan dan sebagainya, juga evaluasi sevara keseluruhan dalamrangka
kinerja dari pengelolaan linen di rumah sakit.
Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :
1. Meningkatkan kinerja pengelolaan linen di rumah sakit.
2. Sebagai acuan/masukan dalam perencanaan pengadaan linen, bahan kimia pembersihan
sarana dan prasarana kamar cuci.
3. Sebagai acuan dalam perencanaan sistem pemeliharaan mesin-mesin.
4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumberdaya
manusia.
Salah satu cara yang mudah untuk melaksanakan evaluasi adalah dengan menyebarkan
kuisioner ke unit kerja pemakai linen secara berkala setiap semester atau minimal setiap
satu tahun sekali. Sebagai responden diambil dua atau tiga jenis petugas dilihat dari

59
fungsinya, misalnya kepala bangsal/ruangan, perawat pelaksana dan petugas pelaksana non
perawatan/pekarya.
Materi yang dievaluasi sesuai dengan tujuan yaitu antara lain :
1. Kuantitas dan kualitas linen
a. Kuantitas Linen
Kuantitas/jumlah linen yang beredar di ruangan sangat menentukan kualitas
pelayanan, demikian pula linenyang berputar di ruangan yang diam akan
mengakibatkan linenyang satu cepat rusak dan linen yang lainnya terlihat belum
digunakan. Hal-hal seperti ini dapat mengganggu pada saat penggantian linen
berikutnya maupun jika linen tersebut hendak diturunkan kelasnya. Untuk itu perlu
adanya monitoring ke ruangan ruangan dengan frekuensi minimal 3 (tiga) bulan
sekali atau setiap kali ada pencatatan di buku administrasi yang tidak mengindahkan
prinsip FIFO.
b. Kualitas Linen
Kualitas yang diutamakan dari linen adalah bersih (fisik linen), awet (tidak rapuh)
dan sehat (bebas dari mikroorganisme pathogen)
Frekuensi :
1) Untuk monitoring bersih dapat dilakukan dengan memanfaatkan panca indra
secara fisik mulai dari bau (harum dan bebas dari bau yang tidak sedap), rasa
(lembut di kulit) dan skala noda. Dilakukan pada tahap sortir di dalam perputaran
pencucian. Jika terdapat kekurangan dari tiga aspek tersebut, maka perlu
pencucian ulang sesuai dengan permasalahan masing-masing.
2) Awet (tidak rapuh) dapat dilakukan dengan mengendalikan penggunaan formulasi
bahan kimia yang serendah mungkin tanpa mengabaikan hasil. Substitusi
penggunaan bahan kimia yang mempunyai sifat melapukkan seperti phenol.
Frekuensi dapat dilakukan setiap perputaran waktu standard linen diteiapkan
misalnya 200 kali pencucian.
3) Sehat (bebas mikroorganisme pathogen) dilakukan dengan pemeriksaan linen
bersih melalui pemeriksaan angka kuman di laboratorium untuk mengetahui
adanya mikroorganisme pathogen ataupun mikroorganisme non-patogen dalam
jumlah yang banyak (rekontaminasi)
2. Bahan Kimia
a. Fisik dan karakteristik bahan kimia
Fisik dan karakteristik bahan kimia dapat berupa warna, butiran serta bau yang khas
dari bahan kimia. Penjelasan spesifikasi bahan kimia pada awal pembelian menjadi
penting serta melihat pembanding bahan kimia dari produk bahan kimia lainnya akan
sangat membantu dalam memonitor kualitas bahan kimia yang dikirim pihak

60
rekanan. Untuk menjaga kualitas selalu dilakukan monitoring bahan kimia yang
digunakan.
b. Ph ( Power Hidrogen ) dan persentase bahan aktif
Bahan kimia yang digunakan memiliki Ph dan bahan aktif seperti yang
dipersyaratkan dalam LDP ( Lembar Data Pengaman ) atau MSDSs. Informasi Ph
penting dalam mengetahui kualitas bahan kimia yang akan digunakan apakah
mengalami perubahan pada saat penyimpanan dan penggunaan. Frekuensi
pemeriksaan dilakukan pada awal penggunaan, pertengahan dan akhir.
3. Baku Mutu Air Bersih
a. Persyaratan Permenkes 416
Persyaratan dasar air yang digunakan adalah standard air bersih Depkes (Permenkes
416) yaitu dilakukan monitoring sedikitnya 6 bulan sekali.
b. Persyaratan khusus kandungan besi dan garam-garam
Perlu dilakukan pemeriksaan awal untuk mengetahui adanya dua polutan
pengganggu tersebut. Jika standard yang diinginkan tidak dipenuhi, maka harus
dilakukan usaha untuk menurunkan tingkat polutan di air yang akan digunakan.
Sebaiknya sama dilakukan setiap 6 bulan sekali.
4. Baku Mutu Limbah Cair
Berdasarkan PP No 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, dengan lampiran dikategorikan sebagai limbah B3 :
Kode limbah : D 239
Jenis kegiatan : Laundry dan Dry Cleaning
Kode kegiatan : 9301
Sumber Pencemaran : Proses cleaning dan degreasing yang memakai pelarut
organic kuat dan pelarut kostik
Asal/uraian limbah : Pelarut bekas, larutan kostik bekas, sludge proses cleaning
dan degreasing.
Pencemaran Utama : pelarut organic, hidrokarbon terhalogenasi : lemak dan
gemuk
Dengan demikian limbah laundry dan dry cleaning harus dikelola sesuai dengan
Standard Baku Mutu sesuai dengan tingkat pencemar yang dimaksud, namun
PermenLH No 58 tahun 1995 tidak/belum mengakomodir untuk limbah cair laundry dan
cleaning rumah sakit.
Poluta yang mencemari : phospat, senyawa aktif biru metilen dan sulfide.
Frekuensi pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan sekali.

61
Hasil evaluasi diberikan kepada penanggungjawab dan pengelola pelayanan linen di
rumah sakit dan umpan balik yang diberikan dapat menjadi bahan laporan dan
pertimbangan dalam pembuatan perencanaan sesuai tujuan evaluasi

BAB IX
PENUTUP

Rasa bersyukur kami haturkan kehadirat Alloh SWT, karena dengan limpahan
rahmat dan hidayahNya telah tersusun buku Pedoman Pelayanan Ruang Laundry dan
Linen RSUD Geneng Kabupaten Ngawi tahun 2022, dan tak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada ibu Direktur RSUD Geneng Kabupaten Ngawi, ibu ketua komite
akreditasi RSUD Geneng Kabupaten Ngawi, juga kepala bidang penunjang dan kepala

62
bidang pelayanan, serta semua staf Instalasi Pusat Sterilisasi yang telah memberikan
waktu, tempat, sarana dan prasarana serta petunjuk sehingga tersusun buku Pedoman
pelayanan Ruang Laundry dan Linen RSUD geneng Kabupaten Ngawi.
Semoga buku Pedoman Pelayanan Ruang laundry dan linen RSUD Geneng
Kabupaten Ngawi ini berguna bagi semua petugas RSUD Geneng Kabupaten Ngawi
khususnya bagi petugas Ruang laundry RSUD Geneng Kabupaten Ngawi dalam
melaksanakan pelayanan dan mencegah terjadinya kejadian infeksi nosocomial antara
petugas, pasien, keluarga dan pengunjung pasien.

Ditetapkan di Ngawi

Tanggal :
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Geneng Ngawi

Dr ENDRI AGUSTIN, M.Kes


Pembina Tk 1
NIP. 19760830 200901 2 002

DAFTAR RUJUKAN

1. Pedoman Pelayanan Ruang Laundry dan linen RSUD dr Soeroto Ngawi tahun 2016
2. Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit.
3. Pedoman Pencahayaan, Depkes 1999.
4. Pedoman Pemeliharaan Intalasi Pengolahan Limbah Cair di Rumah Sakit.

63
5. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Dit.PPM-PL dan Ditjen Yan Medic
Depkes RI, Tahun 2000.
6. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Depkes RI, 1999.
7. Buku Pedoman Infeksi Nosokomial Tahun 2001

64

Anda mungkin juga menyukai