Anda di halaman 1dari 32

1

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA Ny ” N” P100001 NIFAS HARI KE -1

DI PONED UPT PUSKESMAS SINE

PERIODE TANGGAL: 7 JANUARI 2019 – 26 JANUARI 2019

Disusun Oleh :

1. TITIN NUR KHOLIFAH (P27824418057)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2018-2019

1
2

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Komprehensif

Pada Ny ” N” P100001 Nifas hari ke 1

Di Poned UPT Puskesmas Sine

Disetujui tanggal, Januari 2019

Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Praktek

TINUK ESTI. H, S.S.T., M.Kes TUTIK. H, Amd.Keb

2
3

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kehadiran Allah SWT, karena hanya dengan
Rahmat dan hidayahNya manejemen asuhan kebidanan pada ibu nifas ini dapat
diselesaikan dengan baik.

Adapun tujuan penulisan menejemen asuhan kebidanan ini adalah untuk


memenuhi tugas kompetensi D-IV Kebidanan Klinik. Selain itu, untuk memperluas
dan memperdalam pengetahuan kami tentang ibu nifas post partum dengan luka nyeri
perinieum.

Dalam kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan keikhlasan kami


menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Teta Puji Rahayu, SST, M.Keb, selaku Ketua Program Studi Kebidanan
Magetan.
2. Ibu Tinuk Esti Handayani, SST, M.Keb selaku Pembimbing Pendidikan Prodi
Kebidanan Magetan.
3. Ibu Dr. Yeny Rusmawati, selaku Kepala UPT Puskesmas Sine
4. Ibu Tutik Hariantiningsih, Amd. Keb, selaku pembimbing praktek.
5. Serta semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan
laporan ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa menejemen kebidanan komprehensif ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan dan
kelengkapan tugas selanjutnya.Kami berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Magetan, Januari 2019

Penulis

3
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masa nifas atau peurperium adalah masa yang dimulainya setelah
partus atau persalinan normal selesai dan berakhir selama kira-kira 6-8 minggu
akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali semula dalam waktu 3
bulan.

Dimasa nifas komplikasi yang berbahaya adalah perdarahan (28%),


eklamsi (24%), infeksi (11%), partus lama (5%), abortus, yang bisa
menyebabkan kematian ibu. Pada th 2008 4.692 jiwa ibu di negeri ini melayang
dimasa seputar kehamilan, nifas, dan persalinan. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu terjadi pada kehamilan dan persalinan, 50% kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis dari
kehidupan bayi, 2/3 kematian terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan
60% kematian BBL terjadi waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan
melekat dan asuhan pada ibu dan bayi dalam masa nifas dapat mencegah
beberapa kematian ini (Sarwono, 2010).

Pada masa nifas terjadi banyak perubahan fisiologis dan perubahan


psikologis. Setelah ibu bersalin ibu belum bisa melakukan apa-apa, dan
disitulah peran seorang tenaga kesehatan untuk memberikan KIE kepada ibu
agar ibu merasa lebih tenang dan nyaman

Semua aspek perawatan post natal dimaksudkan agar pada saat keluar
dari rumah sakit, ibu berada dalam keadaan sehat dengan anak yang sehat dan
mengetahui cara merawat anaknya. Tujuan ini akan tercapai jika ibu mendapat
cukup istirahat, sehingga tubuh dan pikirannya dapat pulih kembali setelah
menjalani berbagai tugas fisik serta emosional selama hamil dan bersalin.
Dalam melaksanakan pemberian ASI secara memuaskan atau memiliki,
menggantikan pakaian, memberikan susu, dan membujuk bayinya ketika rewel
atau menangis. (Helen Varney, 2007)

Perineum merupakan bagian yang sangat penting dalam fisiologi.


Keutuhan perineum tidak hanya berperan atau menjadi bagian penting dari
proses persalinan, tetapi juga diperlukan untuk mengontrol proses buang air

4
5

besar dan buang air kecil, menjaga aktifitas peristaltik normal (dengan menjaga
tekanan intra abdomen) dan fungsi seksual yang sehat.

Robekan perineum terjadi hampir semua persalinan pertama dan tidak


jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau
dikurangi dengan menjaga tidak sampai dasar panggul dilalui kepala janin
dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir tidak ditahan terlampau
kuat dan lama karena menyebabkan asfiksia perdarahan dalam tengkorak janin
dan melemahkan otot-otot dan kasia pada dasar panggul karena direnggangkan
terlalu lama.
Mengingat hal di atas penulis tertarik untuk mengambil kasus pada
Ny. “N” P100001 Post Partum hari ke 1 dengan rupture perineum, dengan
harapan penulis dapat memberi asuhan yang tepat untuk membantu mengatasi
masalah yang dihadapi oleh Ny. “N” sehingga masa nifas dapat dijalani dengan
lancar dan dapat kembali ke aktifitas rutin tanpa komplikasi.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan secara
komprehensif meliputi biologi, psikologi, sosial, spiritual pada ibu dan
keluarga.

1.2.2. Tujuan khusus


1. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data dan pengkajian data
pada ibu post partum.
2. Mahasiswa mampu menginterpretasi data dasar pada ibu post partum.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah potensial pada ibu post
partum.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu post
partum.
5. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan pada ibu post partum.
6. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu post
partum.
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi terhadap asuhan yang telah
diberikan.

5
6

1.3. Pelaksanaan
Pelaksanaan pengambilan data dilakukan pada tanggal 16 Januari 2019
jam 08.00 WIB
1.4. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Tujuan
1.3. Pelaksanaan
1.4. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosa kebidanan
3.3 Perencanaan
3.4 Pelaksanaan
3.5 Evaluasi
BAB IV SIMPULAN

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

6
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN NIFAS


Masa nifas adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
lepasa dan keluar dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni,
2009).

 Tahapan masa nifas


a. Puerperium dini, masa kepulihan, yaitu saat ibu dibolehkna untuk berdiri
dan jalan-jalan.
b. Puerperium intermedial, masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ
genital, kira-kira antara 6-8 minggu.
c. Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi (Suherni, 2009).
 Perubahan Fisiologis
a. Perubahan sistem reproduksi
1) Perubahan Uterus
Segera setelah persalinan, uterus akan mengalami proses pengecilan
rahim (involusi) secara berangsur-angsur sehingga akhirnya kembali
seperti sebelum hamil. Mengenai tinggi fundus uteri (TFU) dan berat
uterus menurut masa involusi sebagai berikut:

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr

Plasenta lahir Dua jari bawah pusat 750 gr

Satu minggu Pertengahan pusat-symphisis 500 gr

Dua minggu Tidak teraba di atas symphisis 350 gr

Enam minggu Bertambah kecil 50 gr

Delapan minggu Sebesar normal 30 gr

7
8

Disamping perubahan pada tinggi fundus uteri, juga terdapat


pengeluaran secret dari cavum uteri selama masa nifas yang disebut
dengan lochea. Ada beberapa jenis lochea, diantaranya:

- Lochea rubra, terjadi selama 2 hari pasaca persalianan, dengan


pengeluaran daraha berwarna merah
- Lochea sanguinolenta, terjadi selama hari ke-3-7 pasca persalinan
dengan pengeluaran berwarna merah kekuningan yang berisi darah
dan lendir
- Lochea serosa, terjadi selama hari ke- 7-14 pasca persalinan dengan
pengeluaran berwarna kuning
- Lochea alba, terjadi setelah 2 minggu pasca partum dengan
pengeluaran yang berwarna putih
2) Perubahan vagina dan perineum
- Vagina, pada minggu ketiga vagina akan mengecil dan timbul rugae
kembali
- Perlukaan vagina, perlukaan pada vagina yang tidak berhubungan
dengan luka perineum tidak sering terjadi. Mungkin bisa timbul
pada persalinan dengan ekstraksi cunam, robekan biasanya pada
dinding lateral dan baru tampak saat dilakukan pemeriksaan
speculum
- Perubahan perineum
Terjadi robekan perineum pada hamper semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Jika terdapat
laserasi, perlu dilakukan penjahitan dan perawatan yang baik

b. Perubahan sistem pencernaan


Pada ibu pasca partum akan sering mengalami konstipasi sebagai akibat
kurangnya asupan nutrisi yang berserat selama persalinan, adanya rasa
takut untuk BAB sehubungan dengan jahitan pada perineum. BAB harus
dilakukan 3-4 hari setelah persalinan. Bila masih terjadi konstipasi, bisa
diberikan obat pencahar baik per oral maupun per rectal. Secara khas,
penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu
yang sering setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anestesia bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

8
9

c. Perubahan perkemihan
Saluran kencing akan kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung
pada: keadaan sebelum melahirkan, lama kala dua, besarnya tekanan
kepala yang menekan saat persalinan.

d. Perubahan sistem musculoskeletal


Pada masa pasca persalinan, dinding perut akan menjadi longgar karena
perut yang teregang begitu lama. Nmaun demikian, hal tersebut akan pulih
setelah 6 minggu. Setiap ibu post partum dianjurkan untuk segra
melakukan ambulasi dini, yang bertujuan untuk untuk menhindari
komplikasi, meningkatkan involusi.

e. Perubahan tanda-tanda vital


Beberapa perubahan tanda-tanda vital biasa terlihat jika wanita dalam
keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan
darah sistole maupun distole dapat timbul dan berlangsung selama sekitar
empat hari setelah wanita melahirkan. Fungsi pernafasan kembali pada
fungsi saat wanita tidak hamil yaitu pada bulan keenam setelah wanita
melahirkan. Setelah rahim kosong, diafragma menurun, aksis jantung
kembali normal, serta implus dan EKG kembali normal.

1. Suhu badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-38oC)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan
kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya
pada hari ke 3 suhu badan naik lagi karena ada pembentukan ASI dan
payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI.
Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,
mastitis, traktus genitalis, atau sistem lain.

2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat

3. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah
setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum

9
10

Perubahan volume darah bergantung pada beberapa faktor, misalnya


kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi, serta pengeluaaran
cairan ekstravaskular (edema fisiologis). Kehilangan darah merupakan
akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah
itu terjadi terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan
volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke 3 dan ke 4
setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai
volume darah sebelum hamil. Pada persalinan per vaginam, ibu
kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Bila kelahiran melalui SC, maka
kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri atas volume
darah dan hematokrit. Pada persalinan per vaginam, hematokrit akan
naik, sedangkan pada SC, hematokrit cenderung stabil dan kembali
normal setelah 4-6 minggu.

4. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
(Dewi V. 2011)

2.2 KONSEP LUKA PERINEUM


2.2.1 Definisi
Luka perineum adalah luka pada perineum karena adanya robekan jalan
lahir baik karena rupture spontan maupun karena episiotomi pada waktu
melahirkan janin (Wiknjosastra, 2007)

2.2.2 Etiologi
Menurut Oxorn (2010), faktor-faktor yang menyebabkan ruptur
perineum terdiri dari:
a. Faktor maternal, mencangkup :
- Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong
(sebab paling sering)
- Pasien tidak mampu berhenti mengejan.
- Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus
yang berlebihan.
- Edema dan kerapuhan pada perineum

10
11

- Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula
sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior.
- Perluasan episitomi.
- Posisi Persalinan (Wikjosastro, 2007)
- Kepala janin terlalu cepat lahir
- Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
- Jaringan parut pada perinium
b. Faktor janin mencangkup :
- Bayi yang besar
- Posisi kepala yang abnormal, seperti presentasi muka
- Kelahiran bokong
- Ekstraksi forceps yang sukar
- Dystocia bahu
- Anomali kongenital, seperti hydrocephalus
Menurut Wiknjosastro (2007), terjadinya rupture perineum
disebabkan oleh faktor ibu (paritas, jarak kelahiran dan berat badan
bayi), pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, riwayat
persalinan, ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, trauma alat dan
episiotomi.
2.2.3 Prevalensi
Robekan perineum terjadi pada semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat
dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar
panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat, sebaliknya kepala janin
yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan
menyebabkan asfiksia dan pendarahan dalam tengkorok janin, dan
melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan
terlalu lama.

Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bias


menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis
lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke
belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul
dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito-
bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginial.

11
12

2.2.4 Tanda dan gejala


a. Tanda-tanda Rupture
- Darah segar yang mengalir setelah bayi lahir
- Uterus berkontraksi dengan baik
- Plasenta lahir lengkap
b. Gejala yang sering terjadi adalah:
- Pucat
- Lemah
- Pasien dalam keadaan menggigil (Chapman,2006).
2.2.5 Klasifikasi
a. Ruptur Perineum derajat I

- Mukosa vagina
- Fourchette posterior
- Kulit perineum
b. Ruptur Perineum derajat II

- Mukosa vagina
- Fourchette pasterior
- Kulit perineum
- Otot perineum
c. Ruptur Perineum derajat III

- Mukosa vagina
- Fourchette pasterior
- Kulit perineum
- Otot perineum
- Otot spinterani eksterna
d. Ruptur Perineum derajat IV
- Mukosa vagina
- Fourchette pasterior
- Kulit perineum
- Otot perineum
- Ootot spinterani eksterna
- Dinding rektum anterior (Sumarrah, 2008).

12
13

Klasifikasi robekan perineum:

- Robekan perineum anterior


 Labia
 vagina anterior
 uretra atau klitoris
- Robekan perineum posterior
 Dinding posterior
 Vagina
 Otot-otot perineum
 Sfingter ani
 Mukosa rectum
Klasifikasi menurut Sultan, dkk:

1. Laserasi epitel vagina atau laserasi pada kulit perineum saja


2. Melibatkan kerusakan pada otot-otot perineum, tetapi tidak
melibatkan kerusakan sfingter ani
3. Kerusakan pada otot sfingter ani:
- 3a: robekan < 50% sfingter ani eksterna
- 3b: robekan > 50% sfingter ani ekterna
- 3c: robekan juga meliputi sfingter ani interna
4. Robekan stadium tiga disertai robekan epitel anus
2.2.6 Faktor predisposisi
- Gawat janin. Untuk merangsang keselamatan janin, maka persalinan
harus segera diakhiri.
- Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya : distosia bahu, akan
dilakukan ekstrasi forcep, ekstraksi vakum.
- Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina.
- Perineum kaku dan pendek.
- Adanya ruptur yang membakat pada perineum
- Prematur untuk mengurangi tekanan pada kepala janin (Sumarrah,
2008).
- Paritas
- Berat badan janin (makrosomia)

13
14

2.2.7 Penatalaksanaan
- Ruptur perineum derajat I tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan
dan aposisi luka baik.
 Derajat I

Dijahit/dibiarkan

Biarkan karena sangat nyeri

Dijahit bila:

 Perdarahan berlebih
 Kontinuitas jaringan diragukan
 Laserasi bilateral & labia dapat menyatu
 Derajat II

Ruptur perineum derajat II perlu dijahit (JNPK-KR, 2008).

 Derajat III dan IV

Hal-hal yang perlu disiapkan dalam melakukan penjahitan pada


rupture derajat III dan IV:

- Tempat
Tempat untuk melakukan penjahitan derajat III dan IV sebaiknya
berada di ruang operasi. Hal ini disebabkan karena, penjahitan
pada derajat III dan IV memerlukan suatu tempat yang aseptic dan
pencahayaan yang adekuat. Anasthesi yang digunakan bisa
regional maupun general anasthesi, sehingga akan membuat otot
sfingter menjadi rileks yang akan memudahkan dilakukannya
penjahitan.

- Antibiotik
Infeksi dapat terjadi setelah penjahitan rupture perineum sampai
ke daerah sfingter ani, hal ini disebabkna karena adanya
peningkatan resiko terjadinya inkontinensia alvi maupun
terbentuknya fistula. Untuk itu diperlukan suatu terapi antibiotic
spectrum luas baik per parenteral maupun per oral, setelah
dilakukan penjahitan.

14
15

- Laxans
Pada umumnya, seorang wanita setelah dilakuka penjahitan pada
sfingter ani akan mengalami konstipasi. Untukl itu, terkadang
diperluikan obat pencahar, untuk memudahkan penegeluaran
feses.

- Teknik penjahitan
Terdapat dua metode yang digunakan dalam penjahitan sfingter
ani ekterna, yaitu: end to end (approximation) dan teknik overlap.
Sedangkan untuk penjahitan sfingter ani interna menggunakan
teknik overlap (Fowler, 2009).

2.2.8 Komplikasi
- Pembentukan hematoma
- Kerusakan (devitalisasi) jaringan)
- Trauma jaringan (Varney, 2008)
- Perdarahan
- Infeksi
- Kematian pada ibu post partum (http://hendrik sciene.blogspot.com)
2.2.9 Perawatan luka perineum
Perawatan luka perineum adalah membersihkan daerah vulva dan
perineum pada ibu yang telah melahirkan sampai 24 hari pasca
persalinan dan masih menjalani rawat inap di rumah sakit
(Winkjosastro, 2007)

Waktu perawatan perineum:

a. Saat mandi
Pada saat mandi ibu post partum pasti melepas pembalut setelah
terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada
cairan yang tertampung pada pembalut untuk itu maka perlu
dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu
untuk itu diperlukan pembersihan perineum

b. Setelah buang air kecil


Pada saat buang air kecil, kemungkinan besar terjadi kontaminasi air
seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum untuk itu diperlukan pemberihan perineum.

15
16

c. Setelah buang air besar


Pada saat buang air besar diperlukan pembersihan sisa – sisa kooran
disekitar anus untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari
anus ke perineum yang letaknya berdekatan. Maka diperlukan proses
pembersihan dari perineum secara keseluruhan.

2.2.10 Perawatan perineum 10 hari


1. Ganti pembalut wanita yang bersih setiap 4-6 jam. Posisiskan
pembalut dengan baik sehingga tidak bergeseer
2. Lepaskan pembalut dari arah depan ke belakang untuk menghindari
penyebaran bakteri dari anus ke vagina
3. Alirkan atau bilas dengan air hamgat/ cairan antiseptik pada area
perineum setelah defekasi. Keringkan dengan kain pembalut atau
dengan handuk dengan ditepuk-tepuk dan dari arah depan ke
belakang.
4. Jangan dipegang sampai area itu pulih
5. Rasa gatal pada daerah sekitar jahitan adalah normal dan merupakan
tanda penyembuhan. Namun, untuk meredakan rasa tidak enak atasi
dengan mandi berendam air hangat atau kompres dingin dengan kain.
6. Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi
tekanan pada daerah tersebut
7. Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran
darah disekitar perineum. Dengan demikian akan mempercepat
penyembuhan dan memperbaiki fungsi otot-otot. Tidak perlu terkejut
jika tidak merasakan apapun saat pertama kali berlatih karena area
tersebut akan kebal setelah persalinan dan pulih secara bertahap
dalam beberapa minggu.
(Bahiyatun. 2009)

16
17

2.3 ASUHAN KEBIDANAN PADA POST PARTUM

2.3.1 Pengkajian
Tanggal ................. Pukul ............. WIB

A. Data Subjektif
1. Biodata
- 70 % wanita yang melahirkan pervagina sedikit banyak mengalami
trauma perineum (Vicky, 2006).
- Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya (Sumarrah, 2008).
2. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :
a. Faktor maternal, mencangkup :
- Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong
(sebab paling sering)
- Pasien tidak mampu berhenti mengejan.
- Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus
yang berlebihan.
- Edema dan kerapuhan pada perineum
- Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula
sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior.
- Perluasan episitomi.
- Posisi Persalinan (Wikjosastro, 2007)
- Kepala janin terlalu cepat lahir
- Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
- Jaringan parut pada perinium
b. Faktor janin mencangkup :
- Bayi yang besar
- Posisi kepala yang abnormal, seperti presentasi muka
- Kelahiran bokong
- Ekstraksi forceps yang sukar
- Dystocia bahu
- Anomali kongenital, seperti hydrocephalus
3. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita keluarga.

17
18

Riwayat penyakit keturunan seperti Diabetes Mellitus akan


mempengaruhi kemampuan diri dalam penyembuhan luka
(http://hendrik science-blogspot.com).

B. Data Objektif
Pemeriksaan Umum

KU: cenderung lemah

Kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital :

- Suhu : Sekitar hari ke-4 suhu ibu akan mengalami sedikit kenaikan
antara 37,2- 37,50C. Jika hari ke-2 suhu mencapai 380C harus
dicurigai adanya infeksi nifas.
- Nadi : Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/mnt segera
setelah melahirkan.
- TD : Tekanan darah normal pada masa post partum adalah kurang
dari 140/90 mmHg.
- RR : Resspirasi ibu nifas akan melambat segera setelah melahirkan.
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi pada amogenetalia:

Adanya robekan perineum.

2.3.2 Diagnosa / Masalah


Dignosa : P1001 Post HPP hari ke-1
Masalah : masalah yang timbul yang berhubungan dengan post partum
2.3.3 Diagnosa Potensial
-
2.3.4 Tindakan Segera
Merupakan perencanaan tindakan yang akan di lakukan untuk menangani
keadaan pasien sesuai dengan diagnosa yang di tegakkan berdasarkan
data subyektif dan mencerminkan rasional yang benar.

2.3.5 Rencana Tindakan dan Rasional


Diagnosa : P100001 Post Partum hari ke-1
Tujuan : Masa post partum berjalan lancar tanpa terjadi komplikasi

18
19

- Pemeriksaan Umum

KU ibu baik

Kesadaran composmentis

TTV dalam batas normal (S : 36-37 ºC, N : 60-100 x/mnt, RR : 20-24


x/mnt, TD : 100/70 - 130/90 mmHg

- Pemeriksaan Fisik
Tidak ada tanda-tanda anemia, penurunan TFU sesuai dengan masa
involusi yaitu 2-3 jari di bawah pusat

- Tidak ada gangguan pemenuhan nutrisi, eliminasi, pola istirahat,


aktifitas, personal higiene dan seksual
Intervensi

1. Bina hubungan baik dengan komunikasi terapiutik


R/ Terbina hubungan baik antara ibu dengan petugas, ibu lebih
kooperatif

2. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga


R/ Pengetahuan ibu dan keluarga bertambah, ibu lebih kooperatif dan
dapat mengurangi rasa cemas

3. Lakukan observasi TTV, UC, kandung kemih


R/ Observasi tanda-tanda vital merupakan upaya deteksi dini adanya
komplikasi

4. Motivasi ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang tinggi


karbohidrat, protein dan serat
R/ Pemenuhan nutrisi ibu terjamin

5. Motivasi ibu untuk melakukan mobilisasi dini


R/ Mobilisasi dini pasca partum dapat memperlancar peredaran darah
ke seluruh tubuh, sehingga mempercepat pemulihan pasca partum

6. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, minimal 2


jam sekali
R/ Kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi, tidak terjadi bendungan ASI serta
dapat membantu mempercepat involusi uteri

19
20

Masalah : Nyeri luka perineum

Tujuan : Ibu dapat beradaptasi dengan keadaannya

KH : Nyeri berkurang

Intervensi :

1. Motivasi klien untuk menjaga kebersihan daerah genetalia dan


merawat luka jahitan perineum secara rutin
R/ Kebersihan daerah genetalia terjamin, perawatan luka jahitan
perineum secara rutin mencegah terjadinya infeksi

2. Ajari ibu cara merawat luka jahitan perineum


R/ Pengetahuan ibu bertambah, ibu dapat melakukan perawatan luka
jahitan perineum sendiri

3. Kolaborasi dengan SpOG untuk meberikan analgetik dan antibiotik


jika diperlukan
R/ Ibu mendapatkan terapi yang tepat yang sesuai dengan kondisi ibu

2.3.6 Pelaksanaan rencana tindakan


Mengacu pada intervensi

2.3.7 Evaluasi / follow up


Mengacu pada kriteria hasil

20
21

BAB 3

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny “N”

P100001 NIFAS HARI KE -1

Tanggal Pengkajian : 16 Januari 2019


Tempat Pengkajian : PONED UPT Puskesmas Sine
Waktu Pengkajian : 10.00 WIB

3.1 Data Subyektif


1. Biodata.

Nama Ibu : Ny. ”N” Nama Suami : Tn. ”S”

Umur : 25 Tahun Umur : 25 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Swasta

Alamat : Pandansari, Sine, Ngawi Penghasilan :1.500.000

2. Keluhan Utama
Ibu merasakan nyeri pada luka jahitan di kemaluannya
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit Ibu.

Ibu tidak pernah menderita penyakit kronis, seperti : jantung


Ibu juga tidak pernah menderita penyakit menular seperti : HIV/AIDS,
penyakit kuning, dan batuk menahun
Ibu tidak pernah menderita penyakit menurun seperti: kencing manis,darah
tinggi, asma dll

21
22

b. Riwayat Penyakit Keluarga.

Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit kronis seperti : jantung
dan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti :
HIV / AIDS dan penyakit kuning.

4. Riwayat Perkawinan.
Lama : 1 Tahun, Menikah : 1 x, Usia Saat Menikah : 24 tahun

5. Riwayat KB
Ibu tidak pernah menggunakan KB apapun.
6. Riwayat Menstruasi
 Menarche :  12 Tahun  Flour albus : Setelah
 Siklus / lama : 28 Hari / 7 – 8 Hari menstruasi
 Jumlah / warna : Banyak / Merah  HPHT : 16-4-2018
 Dysminorhea : tidak  HPL : 23-1-2019
7. Riwayat Kehamilan dan persalinan yang lalu
Kehamilan : Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama, ibu periksa ke
bidan 14x, USG 3x
TM I TM II TM III
Periksa 5x 4x 8x,
Keluhan Mual muntah tidak ada keluhan nyeri punggung
Terapi Asam Folat, B6 Fe, Kalk Fe
Konseling Gizi,nutrisi, istirahat, Nutrisi, gizi, nutrisi, persiapan
pola seksual persalinan

Persalinan : Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng sejak tanggal 14


januari 2019 pada pukul 13.00 WIB dan mengeluarkan lendir bercampur
darah. Pukul 13.15 WIB ibu dibawa ke Poned oleh keluarga. Di Poned ibu di
observasi oleh bidan jaga, saat pembukaan sudah lengkap pukul 23.30 WIB,
ibu dipimpin mengejan selama 45 menit, jam 00.15 WIB, Bayi lahir spontan
belakang kepala, langsung menangis, sehat, bugar, jenis kelamin : laki-laki,
BB : 3200 gram PB : 48 cm, AS 7-9-10, bayi langsung dlakukan IMD. Ari-ari
lahir spontan, jumlah perdarahan dalam batas normal, laserasi derajat II,
dilakukan penjahitan.

22
23

8. Riwayat Psiko Sosial


 Kelahiran bayi sangat diharapkan oleh suami, ibu dan keluarga

 Hubungan ibu dengan anggota keuarga dan lingkungan sekitar baik.


9. Pola Aktifitas Sehari – Hari.
a. Nutrisi selama hamil : Makan 3x sehari, 3 piring nasi dengan lauk telor,
tahu, tempe, dan sayur, ibu minum air putih 6-8 gelas/hari
Selama masa nifas : Ibu makan diit dari RS
b. Eliminasi selama hamil : BAK 3x/hari, BAB 1 x/hari, konsistensi lunak
Selama nifas : Ibu BAK 1x di kamar mandi setelah pindah dari
ruang bersalin ke Sakura
c. Aktivitas selama hamil : Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri
seperti memasak, mencuci, menyapu, dll dengan bantuan suami dan orang
tua
Selama nifas : Ibu mulai berjalan ke kamar mandi ditemani oleh
petugas
d. Istirahat selama hamil : Ibu tidur siang 1 jam dan malam ± 7-8 jam
Selama nifas : Ibu tidak bisa tidur karena terasa nyeri pada
luka bekas jahitan.
e. Personal Hygiene selama hamil : Ibu mandi 2x/hari, ganti baju dan celana
dalam tiap selesai mandi
Selama nifas : Ibu belum mandi waktu pengkajian

3.2 Data Obyektif

I. Pemeriksaan Fisik.

1. Pemeriksaan umum.
K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis.

TTV
TD : 110/70 mmhg Rr : 20x/mnt
N : 80 x/mnt S : 36,5 oC

23
24

2. Pemeriksaan Khusus.
 Inspeksi.

Muka : Simetris, Tidak oedema, dan tidak pucat, tampak kesakitan


jika melakukan gerakan
Mata : Simetris, Conjungtiva merah muda, sklera putih
Telinga : Simetris, tidak ada secret
Hidung : Tidak tampak polip
Mulut : Bibir Kering, tidak syanosis, tidak stomatitis.
Mamae : Puting susu menonjol, Simetris, hyperpignentasi areola
mammae, asi sudah keluar
Abdomen : tidak tampak luka bekas operasi, tidak tampak benjolan
abnormal

Genetalia : bersih, tidak tampak oedema, tidak ada varises, keluar darah
sedikit(lochea rubra 50 cc), tampak jahitan jelujur pada perineum

Ekstremitas atas:
Kanan : Tidak tampak varices, tidak oedema dan bersih
Kiri : Tidak tampak varices, tidak oedema dan bersih
Bawah kanan : Tidak tampak varices, tidak oedema dan bersih
Kiri : Tidak tampak varices, tidak oedema dan bersih

 Palpasi.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tyroid
dan vena jugularis
Axila : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Mamae : kanan: Tidak ada benjolan abnormal, coloustrum (+)
Kiri : Tidak ada benjolan abnormal, coloustrum (+)
Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat
UC : baik
Kandung kemih : kosong

Ekstremitas : Tidak terdapat oedema, tidak terdapat varices dan


bersih.

24
25

II. Data bayi


Tanggal lahir : 15-01-2019
Jam : 00.20 WIB
Jenis kelamin : laki-laki
BBL : 3200 gram
PB : 48 cm
A-S : 7-9-10
Anus : (+) positif
Ketuban : jernih
Keadaan umum bayi sehat, bugar

3.3 Assesment/ analisa data


3.3.1 Diagnosa Aktual

Dx : P100001 post partum hari ke-1

DS : Ibu mengatakan lega setelah melahirkan anak laki-laki pertamanya

DO : Keadaan umum : Baik.


Kesadaran : Composmentis.
Pemeriksaan TTV : TD : 110/70 x/mnt N : 80x/mnt
S : 36.5oC Rr : 20x/mnt
Inspeksi :
Muka : tidak pucat

Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih

Abdomen : tidak ada luka bekas SC, tidak terlihat benjolan


abnormal

Genitali : bersih, tidak tampak oedema, tidak ada varises, keluar


darah sedikit(lochea rubra 50 cc), tampak jahitan jelujur pada
perineum

Palpasi :
Payudara : colostrum +/+

25
26

Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat


CU : baik
Kandung kemih : kosong

3.3.2 Masalah
Masalah : Nyeri luka jahitan
Ds : Ibu mengatakan merasakan nyeri pada luka jahitan di kemaluannya.

Do :- muka : tampak kesakitan jika melakukan gerakan

- Genitalia : luka jahitan perineum tampak basah tertutup kassa betadin


Tampak jahitan jelujur pada perineum
Tampak keluar lochea rubra sedikit (50 cc)

3.3.3 Diagnosa Potensial


-

3.3.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera


-
3.4 Planning
Diagnosa : P100001 Post Partum Hari ke-1
Tujuan : Masa post partum berjalan lancar tanpa terjadi komplikasi
KH : - Pemeriksaan Umum

KU ibu baik
Kesadaran composmentis
TTV dalam batas normal (S : 36-37 ºC, N : 60-100 x/mnt, RR : 20-24
x/mnt, TD : 100/70 - 130/90 mmHg)
- Pemeriksaan Fisik
Tidak ada tanda-tanda anemia, tidak ada tanda-tanda infeksi
penurunan TFU sesuai dengan masa involusi 2-3 jari di bawah
pusat

- Lochea sesuai dengan masa nifas hari 1-2 lochea rubra


- Tidak ada gangguan pemenuhan nutrisi, eliminasi, pola istirahat,
aktifitas, personal higiene dan seksual

26
27

Planning

1. Bina hubungan baik dengan komunikasi terapiutik


R/ Terbina hubungan baik antara ibu dengan petugas, ibu lebih kooperatif

2. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga


R/ Pengetahuan ibu dan keluarga bertambah, ibu lebih kooperatif dan dapat
mengurangi rasa cemas

3. Lakukan observasi TTV, UC


R/ Observasi tanda-tanda vital merupakan upaya deteksi dini adanya
komplikasi

4. Motivasi ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang tinggi karbohidrat,


protein dan serat
R/ Pemenuhan nutrisi ibu terjamin

5. Motivasi ibu untuk melakukan mobilisasi dini


R/ Mobilisasi dini pasca partum dapat memperlancar peredaran darah ke
seluruh tubuh, sehingga mempercepat pemulihan pasca partum

Masalah : nyeri luka perineum

Tujuan : Ibu dapat beradaptasi dengan keadaannya

KH : Nyeri berkurang

Planning :

1. Anjurkan ibu melakukan teknik relaksasi jika ibu merasa nyeri


R/Teknik relaksasi akan mengurangi nyeri yang dirasakan oleh ibu
2. Ajari ibu teknik distraksi jika ibu merasa nyeri
R/Teknik relaksasi akan mengurangi nyeri yang dirasakan oleh ibu
3. Kolaborasi dengan SpOG untuk memberikan analgetik dan antibiotik jika
diperlukan
R/Ibu mendapatkan terapi yang tepat yang sesuai dengan kondisi ibu

27
28

Implementasi
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga melakukan komunikasi
dengan ibu dan keluarga
2. Melakukan observasi TTV, kontraksi uterus, dan kandung kemih, perdarahan
deteksi dini adanya komplikasi
TD : 110/70 mmhg Rr : 20x/mnt

N : 80 x/mnt S : 36,5 oC

Kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan sedikit (50 cc


lochea rubra)
3. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu
baik, ibu sudah tidak mengalami perdarahan yang berlebihan karena sumber
perdarahan yaitu robekan perineum sudah dijahit. Tetapi jika nanti ibu
merasakan perdarahan yang berlebihan ibu bisa minta tolong kepada petugas.
4. Memotivasi ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang cukup seperti telur,
sayur, buah, susu yaitu makanna-makanan yang tinggi karbohidrat, serat,
protein, yang diperlukan untuk ibu masa nifas. Dan minum air putih yang
banyak untuk mengganti kehilangan cairan yang banyak dikeluarkan selama
masa nifas.
5. Memotivasi ibu untuk melakukan mobilisasi dini yaitu ibu miring kiri, kanan,
kemudian duduk lalu berjalan-jalan untuk mempercepat penyembuhan setelah
melahirkan dan mengembalikan kondisi tbuh ibu.

Masalah : Nyeri luka perineum

Tujuan : Ibu dapat beradaptasi dengan keadaannya

KH : Nyeri berkurang

Implementasi :

1. Mengnjurkan ibu melakukan teknik relaksasi jika ibu merasa nyeri, relaksasi
akan mengurangi nyeri yang dirasakan oleh ibu
2. Mengajarkan ibu saat ibu merasa nyeri agar mengalihkan perhatiannya pada
hal lain agar ibu tidak kesakitan dengan nyeri yang diderita ibu

3. Kolaborasi dengan SpOG untuk memberikan analgetik dan antibiotik

Asam mefenamat 3x1

28
29

Amoksillin 3x1
Menganjurkan pada ibu untuk minum obat setelah makan.

Evaluasi/follow up
Tanggal : 16-01-2019 Jam : 10.30 WIB

S : Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan

O: K/U : baik

Kesadaran : composmentis

TD : 110/70 mmhg S : 36.1 C

N : 80 x/mnt Rr : 20 x/mnt

Abdoment : TFU 2 jari di bawah pusat

UC : baik, kandung kemih : kosong

Genetalia : tampak pengeluaran lochea rubra sedikit (50 cc)

A: P100001 post partum hari ke-1 Post HPP

P : Obs. TTV,UC,perdarahan

Menganjurkan pasien untuk mobilisasi

Ingatkan ibu untuk sering menyusui bayinya

Ingatkan ibu untuk meminum obat

Masalah : Nyeri luka jahitan

S : Ibu mengatakan sudah bisa beradaptasi dengan nyeri luka jahitannya

O : muka : tampak kesakitan jika melakukan gerakan

Genitalia : luka jahitan perineum tampak basah


Tampak jahitan jelujur pada perineum
Tampak keluar lochea rubra sedikit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Ingatkan ibu agar menjaga luka jahitan tetap kering dan bersih
Ingatkan ibu untuk tidak tarak makan

29
30

BAB IV

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada penulis dapat menyimpulkan bahwa
asuhan kebidanan pada Ny “N” Post partum hari ke 1. Dapat diperoleh kesimpulan
bahwa keadaan ibu dan bayi baik.

Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi sesaat, sehingga didapatkan bahwa ibu
mengerti dan paham dengan penjelasan petugas ibu masih akan melaksanakan
anjuran petugas, setelah melakukan asuhan diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan semua teori yang didapat selama perkuliahan sehingga dapat
menurunkan AKI dan AKB di Indonesia maupun di dunia yang masih sangat tinggi.

30
31

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F Gary.2009. Wiliams Obstetri Edisi 21. Jakarta : EGC

Dewi, V L D. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Fakhrudin, Emir.2010. Perkembangan teknik seksio sesarea menurut evidance based.

Palembang: FK UNSRI

Hakimi, dr Mohammad. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan fisiologi


persalinan.Jakarta : YEMC

Kusmiarti, Yuni, S.ST, dkk. 2008. Perawatan Ibu Hamil.2008. Yoyakarta : Fitramaya

Prawirohardjo, Sarwono.2010.Ilmu Kandungan.Jakarta: PT. Bina Pustaka.

Saifuddin, Abdul Bachri. 2010. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Jakarta: YBPSP

Saifuddin, Abdul Bachri. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: YBPSP

Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : fitramaya

Sumarrah, 2008. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta : Fitramaya

Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC

31
32

32

Anda mungkin juga menyukai