Anda di halaman 1dari 51

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI PUSAT STERILISASI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GENENG

TAHUN 2022

RSUD GENENG
Jl. Raya Ngawi Madiun KM 09, Kode Pos 63271, Tambakromo,
Geneng, Ngawi
Phone : 0351-7403000
Email : rsudgeneng@gmail.com
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………..…1

A. Latar Belakang ……………………………………………………………...1

B. Tujuan Pedoman …………………………………………………….….......2

C. Ruang Lingkup Pelayanan ……………………………………..…………...2

D. Batasan Operasional ………………………………………………..............3

E. Landasan Hukum ……………….………………………………….....…….4

BAB II STANDAR KETENAGAAN ………………………….…………..….…….5

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ………………………………..………..5

B. Distribusi Ketenagaan ………………….…………………………..…….....8

C. Jadwal Kegiatan ( Pengaturan jaga ) …….………………………...........…..8

BAB III STANDAR FASILITAS ………………… …………………………..…...10

A. Denah Ruang ……………………………………………………………...10

B. Standar Fasilitas ………………………………………………………...…11

BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN …………………………………..…....17

BAB V LOGISTIK ……………………………………...…………………..…….25

BAB VI KESELAMATAN PASIEN ………...………………………………..…..27

BAB VII KESELAMATAN KERJA …………………………………………...... 32

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ………………………………………...…... 41

BAB IX PENUTUP ………….……………………………………….….………....43


PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GENENG
Jl. Raya Ngawi - Madiun Km. 09, Tambakromo, Geneng, Ngawi
Telp. (0351) 7403000, Email: rsudgeneng@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GENENG KABUPATEN NGAWI
NOMOR : / / /
TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI PUSAT
STERILISASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GENENG KABUPATEN NGAWI
Menimbang : a. Bahwa rumah sakit merupakan area potensial penularan
penyakit dan pencemaran lingkungan
b. Bahwa untuk meminimalisasi terjadinya penularan
penyakit dibutuhkan suatu pusat sterilisasi (CSSD)
c. Bahwa dalam a dan b perlu pedoman sterilisasi di RSUD
Geneng Kab Ngawi
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 Tentang Praktik kedokteran.
3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 Tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204 / Menkes/ SK/ V/2004 tentang persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
6. Pedoman Pusat Sterilisasi di Rumah Sakit, Depkes RI
Jakarta th 2009 Undang- undang no 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, Pasal 10 (2) h. ….;Ruang sterilisasi.
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 27 tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :

PERTAMA : Menetapkan Pedoman Pelayanan instalasi Pusat Sterilisasi

KEDUA : Pedoman Pelayanan instalasi Pusat Sterilisasi merupakan


pedoman seragam yang berlaku di rumah sakit

KETIGA : Pembinaan dan Perencanaan Sterilasi pd instalasi CSSD


bertanggungjawab langsung kepada Direktur dan sebelumnya
ada koordinasi dengan Pelayanan dan Penunjang

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Dan apabila


dikemudian hari ada perbaikan akan ditetapkan sebagai
addendum.

Ditetapkan di : NGAWI
pada tanggal :
DIREKTUR
RSUD GENENG KAB. NGAWI

dr. ENDRI AGUSTIN, M.Kes


Pembina Tk 1
NIP. 19760830 200901 2 002

SALINAN disampaikan kepada Yth :


1. Kepala Bagian Tata Usaha dan masing-masing Kepala Seksi
2. Pertinggal
PEDOMAN INSTALASI PUSAT STERILISASI

RSUD GENENG NGAWI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit selain merupakan pusat rujukan medik, juga potensial
mengandung ancaman penularan penyakit di samping pencemaran lingkungan. Untuk
meminimalkan terjadinya penularan penyakit dibutuhkan suatu pusat sterilisasi
(CSSD) yang berfungsi untuk membantu unit-unit lain di RSUD Geneng Ngawi yang
membutuhkan barang steril, membantu menurunkan angka kejadian infeksi/infeksi
nosokomial di RSUD Geneng Ngawi serta menyediakan dan menjamin kualitas hasil
sterilisasi yang dihasilkan.
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan Rumah Sakit adalah
rendahnya angka infeksi nosokomial di Rumah Sakit. Untuk mencapai keberhasilan
tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di RSUD GENENG NGAWI
dengan cara melakukan sterilisasi pada alat atau bahan tertentu yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Pusat sterilisasi (CSSD) mempunyai peranan yang sangat penting sekali
dalam upaya pengendalian infeksi dan pencegahan terjadinya resiko bahaya infeksi
nosokomial RSUD GENENG NGAWI. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi
sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada unit penunjang lain seperti unsur
pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun instalasi antara lain perlengkapan,
rumah tangga, pemeliharaan sarana Rumah Sakit, sanitasi dan lain-lain. Apabila
terjadi hambatan pada salah satu sub unit diatas maka pada akhirnya akan
mengganggu proses dan hasil sterilisasi.
Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan diperlukan pengetahuan
dan keterampilan yang khusus oleh petugas sterilisasi sehingga mendapatkan hasil
yang baik yaitu kondisi alat atau bahan yang steril secara cepat dan tepat.dari masing-
masing unit lain yang membutuhkannya sehingga resiko terjadinya infeksi

1
nosokomial terhadap pasien dan karyawan RSUD GENENG NGAWI dapat di cegah
sedini mungkin.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 3495) dan atas dasar pemikiran latar belakang di atas
maka RSUD GENENG NGAWI memandang perlu untuk penyusunan suatu pedoman
pusat sterilisasi (CSSD) RSUD GENENG NGAWI

B. Tujuan Pedoman
Tujuan Umum
Dapat dijadikan sebagai pedoman oleh pihak Manajemen dalam
meningkatkan pelayanan sterilisasi yang bermutu dalam upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi RSUD GENENG NGAWI
Tujuan Khusus
1. Dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi
RSUD Geneng
2. Dapat menurunkan angka kejadian infeksi atau infeksi nosokomial RSUD
Geneng
3. Dapat meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan RSUD
Geneng
4. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan kepada petugas atau para
medis RSUD Geneng tentang prosedur pelaksanaan sterilisasi.
5. Dapat meningkatkan pengetahuan bagi pihak manajemen RSUD Geneng
dalam pengambilan keputusan dan kebijakan tentang prosedur sterilisasi.
Manfaat
Untuk dapat menjadi sebagai pedoman penatalaksanaan pusat sterilisasi (CSSD)
dalam meningkatkan mutu pelayanan yang bertujuan untuk mencegah resiko
terjadinya infeksi RSUD GENENG NGAWI

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Instalasi Pusat Sterilisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Geneng merupakan
Instalasi yang berperan penting untuk pengendalian Infeksi dan berperan dalam
upaya menekan kejadian infeksi.

2
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Pusat Sterilisasi di Rumah Sakit Umum
Geneng meliputi :
1. Rawat Jalan
Yaitu dari Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit
Umum Daerah Geneng
2. Rawat Inap
Yaitu Ruang perawatan, ICU,NICU, Ruang bersalin, Ruang Opersasi,
Rumah Sakit Umum Daerah Geneng

D. Batasan Operasional
Instalasi Pusat Sterilisasi Rumah Sakit Umum Daerah Geneng merupakan
Instalasi yang memberikan pelayanan dan membantu semua unit di Rumah Sakit
yang membutuhkan barang dan alat medis dalam kondisi steril selama 24 jam.
Batasan operasional pelayanan Instalasi Pusat Steril Rumah Sakit Umum
Daerah Geneng adalah, sebagai berikut :
1. Pembilasan :
Pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan di ruang
perawatan
2. Pembersihan :
Semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secara baik sebelum
dilakukan proses desinfeksi dan sterilisasi. Pengeringan : Dilakukan sampai
kering
3. Inspeksi dan pengemasan :
Setiap alat bongkar pasang harus diperiksa kelengkapannya, sementara untuk
bahan linen harus diperhatikan densitas maksimumnya.
4. Memberi label :
Setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan isi dari kemasan,
cara sterilisasi, tanggal sterilisasi, dan kadaluwarsa proses sterilisasi.
5. Pembuatan :
Membuat dan mempersiapkan kapas serta kasa balut, yang kemudian akan
disterilkan.
6. Sterilisasi :
Sebaiknya diberikan tanggung jawab kepada staf yang terlatih

3
7. Penyimpanan :
Harus diatur secara baik dengan memperhatikan kondisi penyimpanan yang
baik.
8. Distribusi :
Dapat dilakukan berbagai sistem distribusi sesuai dengan Rumah Sakit
masing-masing.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik kedokteran.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 / Menkes/
SK/ V/2004 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
6. Pedoman Pusat Sterilisasi di Rumah Sakit, Depkes RI Jakarta th 2009
7. Undang- undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 10 (2) h :
Ruang sterilisasi.
8. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 27 tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manuasia

1. Uraian tugas dan kualifikasi tenaga


Kualifikasi tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi dibedakan sesuai dengan
kapasitas tugas dan tanggung jawabnya, yang dibagi atas tenaga manajer dan
teknis pelayanan sterilisasi.
2. Kepala Instalasi Pusal Sterilisasi
a. Uraian Tugas :
- Bertanggung jawab kepada Kepala Seksi Penunjang.
- Mengkoordinasikan perencanaan penyediaan fasilitas dan penyelenggaraan
kegiatan pelayanan di Instalasi Sterilisasi Alat dan Laundry (CSSD)
- Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pelayanan di Instalasi Sterilisasi
Alat dan Laundry (CSSD)
- Melaksanakan pembinaan terhadap kegiatan pelayanan di Instalasi
Sterilisasi Alat dan Laundry (CSSD)
- Melakukan monitoring, evaluasi, analisis, rekomendasi dan tindak lanjut
terhadap kegiatan pelayanan di Instalasi Sterilisasi Alat dan Laundry (CSSD)
; dan
- Melaporkan pertanggungjawaban dan evaluasi seluruh kegiatan di Instalasi
Sterilisasi Alat dan Laundry (CSSD) kepada Direktur melalui Kepala Seksi
Penunjang
b. Kualifikasi Tenaga :
- RSUD Geneng Ngawi dengan Rumah Sakit Type D, Kepala Instalasi Pusat
Sterilisasi Pendidikan terakhir D3 di bidang kesehatan
- Telah mendapat kursus tambahan tentang prosedur dan teknis pelayanan
sterilisasi ( On the Job Training di RSUD dr Soeroto Ngawi )
- Dapat bekerja baik dalam berbagai kondisi.
- Mengetahui tentang psikologi personel
- Berpengalaman kerja di bagian kebidanan
- Kondisi kesehatan baik

5
3. Kepala Sub Instalasi
a. Uraian Tugas :

- Bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi


- Membantu Kepala Instalasi dalam penyusunan perencanaan
- Membantu Kepala Instalasi dalam pengendalian dan penanganan alat,
supervisi langsung, mengajar/merevisi prosedur baru, mengevaluasi staf dan
melaporkannya kepada Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi
- Membuat program orientasi untuk tenaga baru
- Membuat rencana kebutuhan bahan dan alat
- Membuat rencana perbaikan dan penggantian alat yang rusak
- Bekerja sama dalam proses dekontaminasi, pengepakan, sterilisasi, distribusi
dan dokumentasi kegiatan di CSSD

b. Kualifikasi Tenaga :
- Pendidikan minimal D3 di bidang kesehatan dengan masa kerja selama 3
tahun di bidang sterilisasi
- Pernah mengikuti kursus tambahan tentang CSSD
- Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas dari sub
instalasi yang dipimpinnya
- Dapat bekerja baik dalam berbagai kondisi
- Kondisi kesehatan baik
4. Penanggung jawab administrasi
a. Uraian Tugas :
- Bertanggung jawab terhadap Kepala Instalasi
- Membantu Kepala Instalasi dalam penyusunan perencanaan berdasarkan
masukan dari Kepala Sub Instalasi
- Rekapitulasi laporan kegiatan masing-masing sub instalasi
- Menyiapkan keperluan administrasi
b. Kualifikasi Tenaga :
- Minimal lulusan SMA/SMU/SMEA/sekolah pendidikan perawat atau yang
setara dengan tambahan kursus administrasi
- Dapat melakukan pengetikan dan menggunakan komputer
- Rapi dalam menyusun dokumentasi

6
5. Staf di Pusat Sterilisasi
a. Uraian Tugas :

- Bertanggung jawab terhadap kepala sub instalasi / Kepala Ruang CSSD


mengenai proses dekontaminasi alat kotor
- Membantu Kepala Ruang CSSD dalam surat menyurat, pengarsipan,
mendistribusikan
- Menyiapkan kelengkapan kebutuhan bahan dan alat untuk proses
dekontaminasi, seperti APD, cairan enzymatic, sikat, box perendaman dan
melaporkannya ke bagian administrasi dan perencanaan
- Melakukan Penerimaan alat kotor
- Melakukan dekontaminasi dan pencucian alat kotor sesegera mungkin
sesuai dengan SPO yang berlaku
- Melakukan pembersihan ruang dekontaminasi secara rutin
- Melaksanakan dokumentasi proses sterilisasi
- Melakukan pengepakan alat / Linen / Kassa dan Labeling
- Melakukan penyeterilan alat / Linen / Kassa
- Melakukan Penyimpanan alat steril dan distribusi alat steril
- Melakukan produksi kassa, dressing, darmkassa, kassa roll tampon sesuai
kebutuhan
- Melakukan produksi kassa, dressing, darmkassa, kassa roll tampon sesuai
kebutuhan
- Memelihara peralatan CSSD, alat dan bahan steril
- Mampu melakukan system code blue Rumah Sakit
- Mampu melakukan kewaspadaan dan penanganan K3RS dan PPI

b. Kualifikasi Tenaga :
- Harus mengikuti pelatihan CSSD
- Dapat belajar dengan cepat
- Mempunyai ketrampilan yang baik
- “ Personal Hygiene” baik
- Disiplin dalam mengerjakan tugas keseharian

7
6. Kompetensi Tenaga
Bahwa tenaga yang bertugas di pusat sterilisasi pada Rumah Sakit harus
mampu untuk memberikan pelatihan teknis tentang pelayanan CSSD di
Rumah Sakit.

NO NAMA JABATAN KUALIFIKASI TENAGA YANG


TERSEDIA

1 Penanggungjawab D III Kebidanan 1 Orang


CSSD (kepala
2 instalasi) DIV Kebidanan 1 Orang
Pelaksana Instalasi
3 CSSD SMA 1 Orang
Staf Administrasi
CSSD

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan tenaga di Instalasi Pusat Sterilisasi Rumah Sakit Umum Daerah
Geneng Ngawi diatur dalam 2 shift jaga dengan distribusi sebagai berikut:
1. Dinas pagi:
Yang bertugas sejumlah 3 (tiga) orang dengan rincian :
a. 1 orang koordinator
b. 1 orang petugas pelaksana CSSD
c. 1 orang petugas administrasi
Jam dinas dari pukul 08.00 wib s/d pukul 14.00 wib.
2. Dinas sore:
Yang bertugas 2 (dua) orang, dengan rincian :
a. Sebagai penanggung jawab Shift merangkap pelaksana,
b. Sebagai petugas billing merangkap pelaksana
Jam dinas dari pukul 14.00 wita s/d pukul 20.00 wib

8
C. Jadwal Kegiatan (Pengaturan Jaga)
Pengaturan jadwal dinas pelaksana CSSD di Instalasi Pusat Sterilisasi Rumah
Sakit Umum Daerah Geneng Ngawi adalah sebagai berikut:
1. Pengaturan jadwal dinas pelaksana CSSD dibuat oleh Ka Ruangan/
koordinator Instalasi CSSD, disetujui dan ditandatangani oleh Kepala Seksi
Penunjang Rumah Sakit Umum Daerah Geneng Ngawi.
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
pelaksana Instalasi CSSD setiap satu bulan.
3. Untuk tenaga pelaksana yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka pelaksana tersebut dapat mengajukan permintaan dinas melalui
koordinator dengan menulis pada buku permintaan dinas. Permintaan akan
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada dan tidak mengganggu
pelayanan, maka permintaan dapat disetujui.
4. Jadwal dinas terdiri atas dinas pagi dan dinas sore. Libur pada hari minggu
dan tanggal merah diatur bergiliran disesuaikan dengan tenaga yang ada dan
tidak mengganggu pelayanan. Apabila ada tenaga pelaksana jaga karena
sesuatu hal tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana),
maka pelaksana bersangkutan harus memberitahu koordinator Instalasi
CSSD satu hari sebelumnya, dan diharapkan yang bersangkutan sudah
mencari pelaksana pengganti. Apabila pelaksana bersangkutan tidak
mendapatkan pelaksana pengganti, maka koordinator Instalasi CSSD akan
mencari tenaga pelaksana pengganti.
5. Apabila ada tenaga pelaksana tiba-tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang
telah ditetapkan (tidak terencana), maka koordinator Instalasi CSSD akan
mencari pelaksana pengganti yang libur. Apabila tidak dapat pelaksana
pengganti, maka pelaksana yang dinas pada shift sebelumnya untuk
menggantikan.

9
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan Instalasi CSSD

10
B. Standar Fasilitas.
1. Sarana FisikSarana fisik dan peralatan di pusat stirilisasi sangat
mempengaruhi efisiensi kerja dan pelayanan di pusat stirilisasi di rumah
sakit. Dalam merencanakan sarana fisik dan peralatanya sebaiknya
melibatkan staf pusat stirilisasi. Mengingat pusat stirilisasi merupakan
jantung rumah sakit di mana tugas pokok stirilisasi adalah menerima bahan
dan alat medik dari semua unit-unit di rumah sakit kemudian diproses
menjadi bahan / alat medik dalam kondisi steril dan selanjutnya
mendistribusikan kepada unit-unit yang membutuhkan,maka dalam
merencanakan pembangunan pusat stirilisasi perlu di perhatikan :
1. Bangunan instalasi pusat stirilisasi
Pembangunan instalasi pusat sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan
bangunan saat ini serta kemungkinan perluasan sarana pelayanan di
masa datang dan di desain menurut tipe/kapasitas rumah sakit dengan
ketentuan sebagai berikut :
1) 200 TT,luas bangunan kurang lebih 130m2
2) 400 TT,luas bangunan kurang lebih 200 m2
3) 600 TT,luas bangunan kurang lebih 350 m2
4) 800 TT,luas bangunan kurang lebih 400 m2
5) 1000 TT,luas bangunan kurang lebih 450 m2

2. Lokasi instalasi pusat stirilisasi


Lokasi instalasi pusat sterilisasi sebaiknya berdekatan dengan ruangan
pemakai alat/bahan stiril terbesar di rumah sakit,yaitu ruang operasi.
Pemilihan lokasi yang tepat berdampak pada efisiensi kerja dan
meningkatkan pengendalian infeksi,yaitu dengan meminimumkan resiko
terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi lalu lintas transportasi
alat stiril,dan lokasinya di usahakan dekat dengan laundry.

3. Pembangunan dan persyaratan ruang stirilisasi


Pada prinsipnya desain ruang pusat stirilisasi terdiri dari ruang bersih
dan ruang kotor untuk menghindari kontaminasi silang dari ruang kotor

11
ke ruang bersih dan pembagian ruangan di sesuaikan alur kerja. Ruang
pusat stirilisasi di bagi menjadi 6 ruang yaitu :

Keterangan Denah Instalasi CSSD RSUD Geneng

1
Ruang Dekontaminasi
Ruang ini didesain untuk menerima barang kotor. Unit ini menerima alat
kotor setelah digunakan, melalui ruang ini. Ruang dekontaminasi harus dapat
menampung semua barang kotor yang akan dibersihkan da akan menjalani proses
sterilisasi. Ruang dekontaminasi direncanakan, dipelihara dan selalu dikontrol
untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi petugas
penerima CSSD dari benda-benda tajam, yang dapat menyebabkan infeksi, racun
dan hal-hal berbahaya lainnya.
Ruang dekontaminasi dirancang sebagai area terpisah dengan area di
sebelahnya. Barang / alat kotor yang datang, masuk ke ruang dekontaminasi,
selanjutnya dilakukan pembilasan dan pengeringan alat kemudian masuk ke
ruang pengepakan. Pada area ini disarankan untuk menggunakan sink pada meja
bilas kedap air dengan ketinggian 0.80 – 1,00 m dari permukaan lantai, dan
apabila terdapat stop kontak dan saklar, maka harus menggunakan jenis yang
tahan percikan air dan dipasang pada ketinggian 1,40 m dari permukaan lantai.

Spoelhoek
2
Spoelhoek adalah wastafel ruang utilitas kotor rumah sakit. Digunakan
untuk membersihkan peralatan kotor dari ruang operasi, instrument dan material
lainnya ke ruang laundry dan CSSD sebelum dilakukan sterilisasi.

3 Ruang Ganti/Bilas/Toilet ( petugas )


Ruang bilas / ganti petugas mengenakan pakaian instalasi CSSD (dilengkapi
toilet)

4 Ruang pengepakan alat dan prosesing linen


Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat. Alat kesehatan sebelum
masuk mesin sterilisasi dilakukan pemberian label indicator interna dan
eksterna,disetting sesuai dengan kebutuhan alat yang dibutuhkan oleh

12
ruangan/unit rumah sakit. Di ruang ini juga menyimpan alat dan bahan bersih dan
dianjurkan ada tempat penyimpanan barang bersih. Ruang ini juga untuk
mempersiapkan bahan penunjang seperti kassa, kapas, cotton swabs, handscoend,
dan lain-lain. Pemeriksaan linen dari laundry, dilipat dan dikemas berdasar
setting linen kebutuhan kamar bedah, kamar bersalin, poliklinik, IGD dan ruang
lain yang membutuhkan. Pada area ini terdapat rak penyimpanan barang dan
linen untuk persiapan sterilisasi.

5 Ruang sterilisasi
Di ruangan ini dilakukan proses sterilisasi alat/bahan. dengan
menggunakan peralatan sterilisasi secara otomatis,alat sterilisasi yang di gunakan
adalah sterilisasi steam / uap panas. Dari ruang pengepakan, alat, bahan dan
barang masuk ke mesin sterilisasi. Proses sterilisasi ini dilakukan berdasar bahan
dan jenisnya. Desain mesin sterilisasi pintu masuk alat bersih berbeda dengan
pintu keluar saat alat sudah steril. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan
kontaminasi barang yang sudah steril terhadap kontaminan. Untuk ruang
sterilisasi dengan menggunakan Etilen Oksida, sebaiknya dibuatkan ruang
khusus yang terpisah tetapi masih dalam satu unit dan memungkinkan udara
keluar atau penggunaan ekshause.

6 Ruang Distribusi dan Penyimpanan alat/Barang Steril


Setelah proses sterilisasi selesai, alat/bahan yang sudah steril disimpan di
ruang tempat penyimpanan barang steril. Akses ke ruangan penyimpanan steril,
dilakukan oleh petugas pusat stirilisasi, bebas dari penyakit menular dan
menggunakan pakaian yang sesuai dengan persyaratan. Lokasi ruang
penyimpanan steril terisolasi dari lalu lintas utama,di ruang ini penerangan
harus memadai,suhu antara 18ᵒc - 22ᵒc dan kelembaban 35-75%,ventilasi
menggunakan system tekanan positip,dinding dan lantai terbuat dari bahan yang
halus supaya mudah di bersihkan,alat stiril di simpan pada rak stenles dengan
jarak 19-24 cm dari lantai,minimum 43 cm dari langit-langit,5 cm dari dinding.
Alur Distribusi alat/BHP steril adalah pengiriman barang steril melalui
loket distribusi khusus dari ruangan penyimpanan CSSD ke ruangan/unit Rumah

13
Sakit untuk menghindari kontaminasi, dikerjakan secara efektif dan efisien
sehingga kekeliruan dapat diminimalisir.

Kebutuhan peralatan stirilisasi dan pemeliharaanya


Kebutuhan peralatan stirilisasi di sesuaikan dengan kelas dan kebutuhan rumah sakit.
Mesin stirilisasi harus di periksa dan di bersihkan setiap hari,di antaranya jarum
penunjuk,gasket pintu,bagian dalam chamber dan permukaan luar lainya,instruksi
manual harus tersedia di pusat stirilisasi.
1) Pengoperasian alat sterilisasi RS
Proses penyeterilan alat/bahan di RSUD GENENG NGAWI menggunakan metode
sterilisasi uap.
Sterilisasi Uap, Cara Kerja :
1. Handle Swits di naikkan ke angka 2
2. Tekan tombol main (lampu merah akan menyala)
3. Pilih salah satu temperature 121º atau 132º, kemudian tekan tombol start
(lampu hijau akan menyala)
4. Atur Sterilizer Timer yang dikehendaki (20 nenit untuk instrument, 30 menit
untuk alat tenun) F. Gunakan skala yang paling luar (huruf putih) dengan
jarum penunjuk warna hijau. Apabila sudah selesai waktu sterilizernya, jarum
penunjuk berwarna hijau akan kembali ke 0, tetapi jarum penunjuk warna
merah tetap diam tidak akan berubah. Demikian juga jarum penunjuk warna
hijau pada Dry Timer.
(1) Atur Dry Timer yang dikehendaki, kita pakai 20 menit, gunakan skala
yang paling luar (huruf putih) dengan jarum penunjuk warna hijau
(disebelah dalam)
(2) Lampu tanda pengisian air dan pemanasan/water/kaeting akan menyala
(3) Setelah air mendidih lampu-lampu dari vacum sterilizer (lampu hijau dan
orange akan menyala bergantian)
(4) Dari exhaust/dry (lampu kuning/putih) menyala bergantian
(5) Setelah lampu komplit menyala ± 5 menit kemudian alarm berbunyi,
menandakan bahwa proses sterilizer sudah selesai.
(6) Jarum jacket sedikit demi sedikit turun ke angka 0 dan diturunkan, jarum
chanber sedikit demi sedikit akan turun dari 1-0

14
(7) Setelah jarum chanber menunjuk angka 0 autoclave baru boleh di buka
dan alat di dalamnya bisa di keluarkan
(8) Handle Swits di turunkan lagi ke angka 0

Pengujian Alat Sterilisasi


Sebelum mesin sterilisasi dapat digunakan secara rutin maka harus dilakukan
pengujian telebih dahulu sesuai dengan prosedur pada masing-masing autoclave atau
sesuai dengan mesin sterilisasi yang digunakan.
Kerja mesin sterilisasi tidak hanya tergantung pada disain mesinnya saja tetapi
juga tergantung pada elemen pendukung lainnya seperti generator uap dan distribusi
uap, sistem kelistrikan dan sistem mekanik lainnya.
Kompatibilitas mesin sterilisasi dengan sistem penunjang lainnya

Kalibrasi alat
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual dari
produsen mesin. Beberapa contoh item yang harus dikalibrasi adalah : pengukur suhu
dan tekanan, timer, dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus dilakukan
apabila komponen-komponen ini mengalami perbaikan. Kalibrasi alat harus
dilakukan oleh orang terlatih khususnya terhadap jenis mesin sterilisasi yang akan
dikalibrasi,kalibrasi mesin stirilisasi di lakukan minimal sekali dalam setahun,di
lakukan oleh balai pengamanan fasilitas kesehatan (BPFK). Kalibrasi terhadap mesin
sterilisasi sangat penting untuk menjamin bahwa mesin sterilisasi bekerja dengan
baik dan efektif serta dapat diandalkan.

Pendokumentasian
Setiap mesin yang ada mempunyai dokumentasi riwayat pemeliharaan /
perawatan mesin. Dokumentasi ini tersimpan dan dilaporkan pada bagian
pemeliharaan sarana medis RSUD Geneng Ngawi, teknisi CSSD atau pihak yang
membutuhkan perawatan mesin tersebut.
Informasi yang dimuat adalah :
1. Tanggal permohonan
2. Model dan jenis alat
3. Nama tekinisi servis

15
4. Alasan/ hasil servis ( deskripsi yang dilakukan )
5. Jenis dan kuantitas suku cadang jika ada yang diganti
6. Keterangan/ lain-lain.

Alat pelidung Diri


Pusat Sterilisasi ( CSSD ) harus dilengkapi dengan alat pelindung diri sesuai
kebutuhan tenaga kerja yang ada di dalamnya. Apron lengan panjang yang tahan
terhadap cairan kimia, penutup kepala, masker dan goggle yang dipakai oleh staf saat
melakukan pekerjaan yang memungkinkan adanya percikan atau kontaminasi cairan
yang mengandung darah atau cairan infeksius lainnya. Harus ada alas kaki khusus
untuk memasuki ruang dekontaminasi dan penutup kaki yang tahan air. Penggunaan
sarung tangan, gaun pelindung dan goggle harus dicuci setiap selesai dipakai.

16
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1. Pengertian
Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
melalui cara fisika atau kimia yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi/infeksi nosokomial
Fungsi pusat sterilisasi (CSSD) adalah : menerima, memproses, memproduksi,
mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai
ruangan di Rumah Sakit untuk kepentingan perawatan pasien.
4.2 Prinsip Dasar Operasional

● Memberikan pelayanan sterilisasi dengan sebaik-baiknya dengan

bekerjasama dengan unit lainnya yang ada di RSUD GENENG NGAWI di


dalam memenuhi kebutuhan alat/bahan yang steril.

● Memberikan pelayanan bahan/alat medik steril untuk kebutuhan unit-unit di

RSUD GENENG NGAWI selama 24 jam.


4.3 Tujuan Pusat Sterilisasi (CSSD)

● Membantu unit lain di RSUD GENENG NGAWI yang membutuhkan

kondisi steril, untuk mencegah terjadinya infeksi

● Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta

menanggulangi infeksi nosokomial

● Efisiensi tenaga medis/paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada

pelayanan terhadap pasien

● Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang

dihasilkan
4.4 Tugas Pusat Sterilisasi (CSSD)

● Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien

● Melakukan proses sterilisasi alat/bahan

17
● Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan, kamar

operasi maupun ruangan lainnya

● Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan efektif

serta bermutu

● Mempertahankan stok inventory yang memadai untuk keperluan perawatan

pasien

● Mempertahankan standar yang telah ditetapkan

● Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi maupun

sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu

● Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan

dan pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi


nosokomial

● Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang brkaitan dengan masalah

sterilisasi

● Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi pusat

sterilisasi baik yang bersifat intern maupun ekstern

● Mengevaluasi hasil sterilisasi

4.5 Penatalaksanaan Pelayanan Penyediaan Barang Steril:

● Penerimaan Alat/Bahan

Menerima alat/bahan yang akan disterilkan dari unit-unit lain yang ada di
RSUD GENENG NGAWI yang telah di cuci dengan desinfectan dan
dikemas serta diberi label/tanda dari ruangan masing-masing, kemudian
dicatat di buku sterilisasi alat untuk disterilisasikan

● Pencucian

Alat-alat/instrument bekas pakai operasi dicuci bersih dengan desinfectan


Savlon, kemudian direndam dengan larutan desinfektan dalam waktu yang
cukup lama untuk terjadinya penetrasi ke dalam sel mikroba dan men-

18
deaktivasi sel-sel patogen. Mencuci bersih adalah proses yang
menghilangkan semua partikel yang kelihatan dan hampir semua partikel
yang tidak kelihatan, dan menyiapkan permukaan dari semua alat-alat agar
aman untuk proses desinfeksi dan sterilisasi.

● Pengemasan dan Pemberian Label/Tanda

Pengemasan yang dimaksud di sini termasuk material yang tersedia untuk


fasilitas kesehatan yang didisain untuk membungkus, mengemas dan
menampung alat-alat yang pakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan dan
pemakaian. Tujuan pengemasan adalah untuk berperan terhadap keamanan
dan efektivitas perawatan pasien yang merupakan tanggung jawab utama
CSSD. Setelah alat/instrument dikemas diberi label/tanda (nama ruangan,
tanggal steril, alat yang disterilkan).
Prinsip-prinsip Pengemasan
Ada tiga prinsip dasar pengemasan:
- Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan
kemasan dan isinya
- Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka
- Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan
kontaminasi
Persyaratan Bahan Pengemas:
Sesuai dengan Metode Sterilisasi yang dipakai
Bahan yang dipakai untuk pengemasan sterilisasi harus sesuai dengan
proses sterilisasi yang dipilih
- Harus tahan terhadap kondisi fisik, seperti suhu tinggi, kelembaban,
tekanan dan/atau hisapan pada proses sterilisasi.
- Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar
- Sterilan pada proses uap, EO, atau panas-kering harus dapat menyerap
dengan baik pada seluruh permukaan dan serat semua isi dan kemasan.
- Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi
Sterilisasi Uap.
Bahan kemasan harus memudahkan proses pelepasan udara dan penyerapan
uap yang baik pada kemasan dan isinya. Pada beberapa sterilisasi uap,
terjadi juga proses penghisapan. Karenanya, bahan kemasan harus

19
memudahkan pelepasan udara secara total tanpa mengganggu bentuk
kemasan dan segelnya, Bahan kemasan juga harus mudah kering dan
memudahkan pengeringan isinya.
Sterilisasi EO.
Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan gas dan uap sterilan yang
baik, dan juga siap melepaskan gas dan uap tersebut dari kemasan dan
isinya selama waktu aerasi
Sterilisasi Panas-Kering.
Bahan kemasan dan isinya harus tahan terhadap suhu selama waktu yang
diperlukan untuk siklus panas-kering tanpa meleleh, terbakar, atau rusak.
Dapat Menahan Mikroorganisma dan Bakteri
Bahan yang dipakai untuk mengemas harus dapat menjaga sterilitas dan
melindungi isinya yang sudah steril, dari sumber-sumber kontaminasi
mikroba mulai dari saat kemasan dikeluarkan dari mesin sterilisasi, sampai
kemasan dibuka untuk dipakai. Karenanya, bahan yang dipakai sebaiknya
tidak berbulu, juga dapat menahan masuknya debu dan terserapnya uap (air
atau cairan lainnya).
Kuat dan Tahan Lama
Bahan kemasan harus cukup kuat untuk menampung isinya selama proses
sterilisasi dan penanganannya. Harus tahan sobekan dan tusukan, tidak
boleh terpengaruh tingkat atmosfir dan kelembaban udara. Selama
penyimpanan sebelum dan sesudah sterilisasi, bahan kemasan tidak boleh
berkerut, berlubang jika dilipat, kusut, atau melekat satu sama lain jika
ditumpuk, dan segel tidak tidak boleh terlepas.
Mudah digunakan
Bahan harus mudah digunakan untuk membungkus, dan harus sesuai
dengan ukuran dan bentuk alat yang akan dikemas, dan harus membungkus
alat rapat-rapat
Tidak mengandung Racun.
Bahan kemasan tidak boleh mengandung bahan beracun dan warna yang
bisa menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan terhadap pekerja, atau yang
luntur jika terkena sterilan. Sebaliknya, bahan-bahan pakai ulang yang
sudah dilaundry atau kotak kontainer pakai ulang harus bebas dari detergen

20
bahan pemutih, atau bahan kimia lainnya yang dapat bereaksi dengan uap
sehingga menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau menimbulkan
perubahan kimia pada alat di dalam kemasan.
Segel yang baik.
Segel sangat penting untuk melindungi isi kemasan dan menjaga sterilitas.
Pembungkus datar dapat disegel dengan indikator tape atau diikat dengan
tali kain. Kantong terbuat dari plastik, kombinasi plastik dan kertas, atau
kertas saja harus disegel dengan segel panas atau tape. Kantong bersegel
harus disegel sesuai instruksi produsen. Kotak kontainer sterilisasi biasanya
disegel dengan pengunci tahan hancur. Saat membuka kemasan, semua
metode segel harus rusak dan tidak dapat dipakai lagi untuk menghindari
kesalahan.
Membuka dengan Mudah dan Aman.
Bahan kemasan harus mudah dibuka dengan risiko kontaminasi yang
minimum, misalnya karena alat terjatuh, dan memungkin perpindahan alat
secara aseptik ke area yang steril. Kadang kala pembungkus datar dipakai
sebagai duk. Jika demikian, bahan yang dipakai harus mempunyai ukuran
yang cukup besar untuk menutupi area operasi (drape), harus fleksibel dan
menggantung dengan baik dan tidak boleh menggulung sehingga
menyebabkan kontaminasi pada isinya.
Masa Kadaluarsa.
Kemasan steril harus dapat menjaga sterilitas isinya selama masa
kadaluarsanya. Karena pada prinsipnya, masa kadaluarsa tidak bergantung
pada waktu melainkan pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut.
Tipe-tipe Bahan Kemasan Kertas
Bahan ini hanya untuk sekali pakai. Kebutuhan akan pemakaian kertas
disebabkan karena duk kain dan handuk tidak tentu kapan kembalinya dari
laundry kemungkinan terjadinya berbulu pada kain. Juga ada keraguan pada
kemampuan kain menahan bakteri, sehingga dicari alternatif bahan
pembungkus lainnya.
Kriteria kertas yang dapat dipakai:
- Harus tidak tembus air
- Harus memiliki kekuatan tensile yang tinggi (sangat sukar dirobek)

21
- Harus merupakan penahan bakteri yang baik
- Harus bebas dari bahan beracun
Kertas dapat dipakai sebagai bahan kemasan untuk proses sterilisasi uap dan
EO. Tipe kertas yang boleh dipakai untuk kemasan sterilisasi :
- Kertas kraft yang medical grade
- Kertas berlaminasi: terdiri dari tiga lapisan, lapisan kedua mencegah
penyerapan uap terapi berpori untuk udara, sehingga harus dilipat
sedemikian rupa agar proses sterilisasi berlangsung dengan baik.
- Kertas mentega yang non-glaze (7,2 kg/rim) bisa dipakai untuk sterilisasi
uap tetapi mudah robek.
- Kertas krep : menggantung dengan baik dan tidak mudah robek. Bisa
dipakai untuk membungkus sekaligus sebagai area steril (duk).
Tape indikator kimia harus dilekatkan pada setiap kemasan. Tape ini
berubah warna untuk identifikasi kemasan yang sudah melalui proses
sterilisasi.
Film Plastik
Film plastik tidak dapat menyerap air baik berupa cairan atau uap,
karenanya film plastik tidak dapat dipakai sebagai kemasan untuk sterilisasi
uap. Kantong biasanya didisain dengan kertas di salah satu sisinya untuk
penetrasi uap. Polyethylene (PE) dapat menyerap EO dan dapat dipakai
sebagai tas plastik dengan disain khusus, tetapi biasanya kantong plastik
untuk EO juga dikombinasikan dengan kertas. Polyvinyl Chloride (PVC)
tidak boleh dipakai karena tidak dapat menyerap EO dengan baik dan
menyimpan gas untuk waktu yang cukup lama. Nylon atau polyamide juga
tidak direkomendasikan untuk uap dan EO. Ketebalan film plastik biasanya
1-3 milimikron untuk porositas terhadap EO. Film plastik sering dipakai
setelah proses sterilisasi untuk menjaga kelembaban dan pelindung terhadap
debu.
Kain (linen)
Linen adalah bahan tradisional untuk membungkus nampan-nampan
operasi. Kelebihannya adalah bisa dipakai ulang, murah, kuat, pelindung
yang cukup yang baik, mudah digunakan, dan sangat baik untuk duk.
Kelemahannya:

22
- Bukan penghalang bakteri yang baik dan mudah menyerap air.
- Suhu panas menyebabkan mudah robek. Sebaiknya memakai kain yang
baru di laundry
- Perlu diperiksa jika ada lubang, sobekan, dan kerusakan lainnya
- Pembungkus kain harus bahan muslin berkualitas tinggi dengan
spesifikasi 140 thread count, dan harus dipakai 2 lembar.
- Muslin yang tidak di bleach lebih baik karena 10 % lebih kuat dari muslin
yang di bleach.
- Kain yang tebal seperti kanvas tidak boleh dipakai karena sulit menyerap
uap.
- Kain dapat dipakai untuk sterilisasi uap dan EO
Kain campuran
Campuran katun dan plastik memperbaiki kemampuan menghalangi bakteri
dan air. Tetapi karena sering dicuci, menjadi kurang baik. Bahan ini sesuai
untuk sterilisasi uap dan EO.
Prosedur dan Langkah-langkah pengemasan
Prosedur pengemasan harus mencakup:
- Nama alat-alat yang akan dikemas
- Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan dan inspeksi alat-alat, sesuai
instruksi produsen dan spesifikasinya.
- Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang dipakai
- Tipe dan ukuran alat-alat yang akan dikemas
- Penempatan alat-alat yang tepat dalam kemasan
- Tipe dan penempatan yang tepat indikator kimia external dan internal,
sesuai dengan kebijakan pengendalian mutu proses sterilisasi
- Metoda atau teknik mengemas. (Lihat Lampiran 5)
- Metoda pemberian segel pada setiap kemasan
- Metoda dan penempatan label untuk identifikasi isi kemasan
- Aplikasi informasi untuk pengendalian mutu, seperti nomor lot, tanggal,
dan identifikasi pekerja yang menyiapkan
- Petunjuk untuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
- Peringatan mengenai waktu pengeringan, waktu pendinginan, dan
penanganan setelah proses sterilisasi.

23
- Informasi mengenai aplikasi pelindung setelah proses sterilisasi terhadap
debu, uap,vermin, dsb.
- Petunjuk untuk penempatan pada penyimpanan, atau untuk distribusi
ketempat pemakaian.
- Informasi untuk pemakai untuk mencegah kemungkinan kontaminasi,
misalnya prosedur yang tepat untuk penyimpanan dan penanganan
kemasan steril; inspeksi segel, dan metode yang tepat untuk membuka
alat-alat steril.

● Proses Sterilisasi

Setelah alat dicuci dan dikemas kemudian dimasukkan kedalam mesin


sterilisasi yaitu mesin autoclave delta dengan menggunakan suhu 132º C
sampai mesin sterilisasi autoclave delta berbunyi menandakan proses
sterilisasi telah selesai, kira-kira memakan waktu selama satu setengah jam.

● Penyimpanan dan Distribusi

Alat/bahan yang sudah disterilkan oleh petugas kamar operasi kemudian


disimpan di lemari penyimpanan alat steril dan di distribusikan ke unit-unit
yang membutuhkan alat/bahan dalam kondisi yang steril

● Pencatatan dan Pelaporan

Alat/bahan yang disterilkan di catat jumlah set nya, berat alat, tanggal dan
petugas/perawat yang mensterilkan di dalam buku pencatatan dan pelaporan
sterilisasi.

● Pembuangan Limbah

Limbah atau buangan hasil proses sterilisasi dibuang ke IPAL RSUD


GENENG NGAWI.

24
BAB V
LOGISTIK

A. Permintaan Barang ( stock ) ke logistic Farmasi


Logistik Farmasi merupakan segala sesuatu kebutuhan bahan medis yang diperlukan
CSSD dalam rangka pelaksanaan pelayanan sterilisasi di rumah sakit.

Adapun prosedur yang perlu diperhatikan dalam proses permintaan barang ( stock )
ke logistik farmasi yaitu :
1. Petugas administrasi menulis permintaan barang ( stock ) secara tertulis di buku
permintaan barang dengan sepengetahuan penanggungjawab CSSD.
2. Buku permintaan dicek dan ditandatangani oleh penanggungjawab CSSD.
3. Petugas administrasi menyerahkan buku permintaan kepada petugas pengadaan
logistik farmasi.
4. Petugas pengadaan farmasi menerima buku permintaan barang dan melakukan
pengecekan.
5. Pada hari yang sudah disepakati, petugas logistic farmasi menyampaikan untuk
pengambilan barang yang sudah disiapkan sesuai pesanan ke gudang farmasi.
6. Petugas administrasi melakukan pengecekan antara bon permintaan dengan
barang yang diserahkan.
7. Apabila barang yang diserahkan sesuai dengan permintaan, administrasi
menandatangani penerimaan pada bon permintaan.
8. Barang yang telah diterima dibuatkan tanda terima barang oleh petugas logistik
farmasi.
9. Petugas administrasi dibantu petugas lain menempatkan barang ke dalam lemari
stok barang.

B. Permintaan Barang ( stock ) ke Logistik


Logistik merupakan segala sesuatu baik sarana, prasarana, dan semua barang yang
diperlukan untuk CSSD dalam rangka pelaksanaan pelayanan di rumah sakit.
Adapun prosedur yang perlu diperhatikan dalam proses permintaan barang ( stock )
ke logistik yaitu :

25
1. Petugas administrasi/ coordinator menulis bon permintaan barang ( stock ) secara
tertulis di form permintaan barang.
2. Bon permintaan barang dicek dan ditandatangani oleh petugas CSSD.
3. Petugas administrasi/ coordinator menyerahkan bon permintaan kepada petugas
pengadaan.
4. Petugas pengadaan menerima bon permintaan barang.
5. Pada hari berikutnya sesuai yang disepakati petugas administrasi/koordinator
mengambil barang yang telah diminta ke pengadaan.
6. Petugas administrasi/ koordinator melakukan pengecekan antara bon permintaan
dengan barang yang diserahkan.
7. Apabila barang yang diserahkan sesuai dengan permintaan, administrasi/
koordinator menandatangani penerimaan pada bon permintaan.
8. Barang yang telah diterima dicatat oleh petugas administrasi/ koordonator ke
dalam kartu inventaris barang pengadaan.
9. Petugas administrasi/koordinator menempatkan barang ke dalam lemari stok
barang.

26
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi
lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.

Latar belakang
Rumah Sakit sebagai institusi penyedia layanan kesehatan yang
mengutamakan keselamatan pasien dan petugas, selalu berupaya untuk
mencegah terjadinya resiko infeksi di Rumah Sakit.
Menurut WHO (2010) setiap 100 pasien yang dirawat yang bersamaan,
7 pasien di negara maju mengalami infeksi nosocomial. Sedangkan di negara
berkembang termasuk di Indonesia, setidaknya 10 pasien yang dirawat
mengalami infeksi nosocomial. Rata-rata tindakan pembedahan di Rumah Sakit
lebih kurang 30-40 tindakan operasi, sehingga ketersediaan alat kesehatan steril
merupakan tanggung jawab CSSD. Pada saat operasi instrument yang telah
dipakai sangat mudah menyebarkan infeksi dan dapat pula merusak fungsi dari
instrument itu sendiri. Ketika darah dan cairan tubuh lainnya dibiarkan kering
pada permukaan instrument, protein cenderung mengental sehingga perlu
teknik pencucian yang sesuai ( Joseph,2011)
Faktanya di Rumah Sakit dapat terjadi infeksi silang pada pasien atau
lebih.dikenal dengan Health care Associated Infection (HAIs). HAIs adalah
infeksi yang didapat pasien setelah menjalani prosedur perawatan dan
tindakan medis di pelayanan kesehatan selama sekurangnya 48 jam ( WHO,
2002 )
Petugas Pusat Sterilisasi mempunyai tanggung jawab dalam upaya
mencegah terjadinya penularan infeksi dan kecelakaan pada pasien yang
dirawat di Rumah Sakit sehubungan dengan alat-alat / instrument yang
digunakan selama perawatan/ tindakan.

27
Melakukan proses dekontaminasi, desinfeksi, pengemasan, sterilisasi,
dan penanganan barang steril secara tepat dan benar sesuai dengan SPO
( Standar Prosedur Operasional ) yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi
petugas untuk mencegah terjadinya infeksi /kecelakaan/ luka pada pasien.
Penggunaan barang yang belum diuji kelayakan fungsi dan cara pakainya dapat
mengalami komplikasi maupun penundaan tindakan. Alat-alat terkontaminasi
atau on steril ( seperti instrument bedah ) apabila digunakan pada pasien dapat
menimbulkan infeksi nosokomial.

Pencegahan kecelakaan pada pasien


Petugas CSSD mempunyai tanggungjawab dalam upaya mencegah terjadinya
kecelakaan pada pasien yang dirawat di rumah sakit sehubungan dengan alat-
alat/ instrument yang digunakan. Melakukan proses dekontaminasi, desinfeksi,
pengemasan, sterilisasi, dan penanganan barang steril secara aseptic dan benar
sesuai SOP yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi petugas untuk
mencegah terjadinya kecelakaan/luka pada pasien. Pasien penerima barang
yang belum diuji fungsi dan cara pakainya dapat mengalami komplikasi
maupun penundaan tindakan. Alat-alat terkontaminasi atau on steril ( seperti
instrument bedah ) apabila digunakan pada pasien dapat menimbulkan infeksi
nosokomial.

Saran tindakan aman


- Lakukan pengujian terhadap instrument / alat sebelum didistribusikan dari
Pusat Sterilisasi sesuai dengan petunjuk pabrik dan SPO di Pusat Sterilisasi.
- Pastikan bahwa semua barang telah di sekontaminasi dan bebas dari kotoran,
kerusakan, atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang atau
alat.
- Pastikan barang yang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat
transportasi menuju daerah dekontaminasi.
- Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisasi
mengalami pengujian secara teratur dan dijamin bekerja secara baik.
- Pastikan bahwa semua konponen instrument berada dalam keadaan lengkap dan
berfungsi secara normal.

28
- Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus
berlangsung melalui pengujian indikator kimia , biologis dan pengujian deteksi
udara dalam chamber ( Sistem mesin sterilisasi uap pre-vakum )

B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pelaksanaan keselamatan pasien ( Patient Safety )
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya angka Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

C. Keselamatan umum
1. Aturan umum mencuci tangan
Mencuci tangan merupakan aturan yang penting untuk mencegah penyebaran
infeksi, Langkah-langkah cuci tangan sebagai berikut :
a. Tuangkan cairan antiseptic/sabun ke telapaktangan secukupnya
b. Gosokkan kedua telapak tangan
c. Gosok punggung tangan dan sela sela jari tangan kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya.
d. Gosokkan kedua telapak tangan dan sela sela jari
e. Jari-jari dalam dari kedua tangan saling mengunci
f. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
g. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ke telapak tangan
kiri dan sebaliknya.
h. Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
i. Keringkan kedua tangan dengan tissue.

2. Lima Momen Mencuci Tangan


Dengan memperhatikan 5 momen mencuci tangan sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan proses sterilisasi
b. Sebelum kontak dengan alat kesehatan steril

29
c. Setelah melakukan tindakan
d. Setelah kontak dengan lingkungan terkontaminasi
e. Setelah melepas sarung tangan

3. Alat pelindung Diri


Jenis jenis Alat Pelindung Diri
a. SARUNG TANGAN melindungi tangan dari bahan yang dapat
menularkan penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang
berada di tangan petugas kesehatan. Sebelum memakai sarung tangan dan
setelah melepas sarung tangan lakukan kebersihan tangan dengan
menggunakan aseptic cair atau handrub berbahan dasar alcohol. Satu
pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien, sebagai upaya
untuk menghindari infeksi silang. diPemakaian sepasang sarung tangan
yang sama atau mencuci tangan yang masih bersarung tangan, ketika
melakukan perawatan di bagian tubuh yang kotor kemudian berpindah ke
bagian tubuh yang bersih, bukan merupakan tindakan yang aman.

b. Masker harus cuckup besar melindungi hidung, mulut, bagian bawah dagu,
dan rambut pada wajah (jenggot). Masker dipakai untuk menahan cipratan
yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk
atau bersin serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya
memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Bila masker terbuat dari
bahan yang tidak tahan cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk
mencegah kedua hal tersebut.

c. ALAT PELINDUNG MATA melindungi petugas dari percikan darah


atau cairan tubuh lain denga cara melindungi mata. Pelindung mata
mencakup kacamata ( goggles) plastic bening, kacamata pengaman,
pelindung wajah dan visor. Petugas kesehatan harus menggunakan masker
dan pelindung mata atau pelindung wajah. Jika melakukan tugas yang
memungkinkan adanya percikan cairan secara tidak sengaja kea rah wajah.
Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan dapat menggunakan
kacamata pelindung biasa serta masker.

30
d. TOPI digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga
serpihan kulit dan rambut tidak tercampur ke limbah infeksius. Topi harus
cukup besar dan menutup semua rambut. Meskipun topi dapat meberikan
sejumlah perlindungan pada petugas, tetapi tujuan utamanya adalah untuk
melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpercik dari
limbah infeksius.

e. APRON yang terbuat dari karet atau plastic, merupakan penghalang tahan
air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas
kesehatan harus mengenakan apron ketika melakukan penghitungan dan
pemilahan linen kotor. Apron akan mencegah cairan tubuh pasien yang ada
di linen mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.

f. PELINDUNG KAKI digunakan untuk melindungi kaki dari cidera akibat


benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke
atas kaki. Sepatu yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus
tersedia di laundry.

Pemakaian APD di fasilitas pelayanan kesehatan


Cara Mengenakan APD di Ruang Dekontaminasi :
a. Kenakan baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian pelindung
b. Kenakan pelindung kaki
c. Kenakan sepasang sarung tangan
d. Kenakan celemek plastic
e. Kenakan masker
f. Kenakan penutup kepala
g. Kenakan pelindung mata
Cara Melepas APD
a. Desinfeksi sepasang sarung tangan
b. Lepaskan celemek
c. Lepaskan pelindung mata
d. Lepaskan penutup kepala

31
e. Lepaskan masker
f. Lepaskan pelindung kaki
g. Lepas sarung tangan
h. Cuci tangan denga sabun dan air bersih mengalir.
4. Prosedur Penanganan Kecelakaan
a. Tertusuk jarum
1. Segera keluarkan darah
2. Siram dengan air mengalir selama 10 -15 menit
3. Cuci denga air sabun/desinfektan (jika perlu bilas dengan alcohol 70%)
4. Penanganan selanjutnya sesuai alur prosedur
b. Terpajan cairan Tubuh ( Kulit, Mata, Hidung, dan Mulut )
1. Cuci dengan air mengalir selama 10-15 menit
2. Untuk mata cuci dengan air mengalir dari pangkal ujung mata dekat hidung
dengan memiringkan kepala.
3. Untuk kulit cuci denga air mengalir dan air sabun / desinfektan ( jika perlu,
bilas menggunakan alcohol 70%) dan keringkan denga handuk bersih.
4. Penanganan selanjutnya sesuai alur prosedur.

32
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan Kerja
Latar Belakang.
Upaya kesehatan kerja menurut UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan
khususnya pasal 23 tentang kesehatan kerja, menyatakan bahwa kesehhatan kerja
harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya pada tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
karyawan yang lebih dari sepuluh.
Pekerja yang bekerja di sarana kesehatan sangat bervariasi baik jenis
maupun jumlahnya. Sesuai dengan fungsi sarana kesehatan tersebut, semua
pekerja di rumah sakit dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan
bahaya potensial yang bila tidak ditanggulangi dengan baik dan benar dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap keselamatan dan keselamatannya, yang
pada akhirnya menurunkan produktivitas kerja.
Pada hakekatnya kesehatan kerja merupakan penyerasian antara kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja, bila bahaya di lingkungan kerja tidak
diantisipasi dengan baik akan menjadi beban tambahan bagi pekerjaan. Khususnya
untuk pekerja di rumah sakit di instalasi pusat sterilisasi menerima ancaman kerja
potensial dari lingkungan kerja bila keselamatan kerja tidak diperhatikan dengan
tepat.

Pencegahan Kecelakaan Pada Petugas


Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di
lingkungan CSSD menjadi tanggung jawab petugas CSSD setelah dilakukan
pembekalan terhadap petugas tehadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi di
lingkungan CSSD. Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui
potensi bahaya yang dapat di timbulkannya. Dengan memperhatikan secara
seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka resiko terjadinya
kecelakaan kerja dapat di turunkan secara signifikan.

33
Penerimaan Barang Kotor dan Daerah Dekontaminasi
Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-
zat kimia di lingkungan CSSD dapat menyebabkan luka, penyakit dan dalam
kondisi yang ekstrim menyebabkan kematian. Upaya pencegahan dapat di lakukan
secara efektif dengan menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan,
penutup kepala, penutup kaki, gaun anti cairan, masker maupun goggle mata.
Penyedian alat pelindung diri menjadi tanggung jawab institusi bersangkutan,
tetapi adalah tanggung jawab petugas CSSD untuk melindungi dirinya dengan
menggunakan alat pelindung diri secara benar.
Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti pisau, jarum
dll dapat menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya dapat
memungkinkan masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh sehingga
menyebabkan terjadinya penyakit

Saran tindakan aman

▪ Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi barang

terkontaminasi tanpa dapat melihat secara jelas isi dari wadah tadi

▪ Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alat-

alat, lalu pindahkan alat/instrument satu persatu. Pastikan agar bagian


yang runcing dari instrument mengarah berlawanan terhadap tubuh kita
pada saat transportasi.

▪ Buang sampah benda tajam (jarum suntik, blades) ke dalam wadah yang

tahan tusukan dan tidak dibuang pada tempat sampah biasa.

▪ Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari

instrument lain dan posisikan sedemikian sehingga dapat mencegah


kemungkinan terjadinya luka pada petugas lain dengan penanganan
normal

▪ Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penanganan zat kimia secara

aman, dan gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat
kimia terhadap kulit dan membran mukosa yang dapat menyebabkan luka
bakar kimia

34
▪ Berhati-hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa digunakan,

periksa kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat licin lantai,


sebaiknya ada rambu-rambu peringatan

▪ Pada saat mencuci instrument di dalam sink, perhatikan untuk selalu

menggosok dibawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol


yang dapat terhirup

Penyiapan Proses Sterilisasi dan Daerah Sterilisasi


Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih
yang sudah mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara
menggunakan mesin sterilisasi secara benar. Dengan demikian maka kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja dapat diperkecil dan upaya untuk menghasilkan
barang-barang steril menjadi lebih terjamin.
Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada
kulit maupun membran mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia
maupun akibat terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas (sterilisasi uap atau
kereta barang yang panas). Luka bakar elektris, akibat penggunaan instrument/alat
listrik. Luka pada mata akibat cipratan zat kimia sehingga pemakaian alat
pelindung mata diperlukan.

Saran tindakan aman

▪ Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani kereta mesin

sterilisasi atau pada saat berhubungan dengan objek lain bersuhu tinggi

▪ Letakkan kereta mesin sterilisasi diluar daerah lalu lalang petugas CSSD

lain untuk menghindari petugas lain menyentuh kereta yang panas ini.

▪ Tindakan hati-hati harus diperhatikan pada saat menggunakan “sealer

panas “ dan pemotong kantung sterilisasi (pouches)

▪ Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas

terlatih

35
▪ Pengoperasian dan instalasi mesin sterilisasi etilen oksida harus dilakukan

dengan memperhatikan sistem ventilasi dan sistem exhaust yang


berhubungan langsung dengan udara luar (ke luar gedung)

▪ Pada saat memindahkan barang ke dalam cabinet aerasi, petugas harus

menggunakan sarung tangan dan tidak memegang barang dekat dengan


tubuh atau menghisap udara di atas barang yang di pindahkan tersebut

▪ Pada saat memindahkan wadah dari mesin EO ke dalam aerator sebaiknya

kereta ditarik dan tidak di dorong

▪ Setelah barang di masukkan ke dalam kabinet aerasi dan siklus aerasi

sudah di jalankan, maka fase siklus tersebut tidak boleh dihentikan sampai
proses aerasi selesai

▪ Apabila ada petugas yang terpapar dengan EO segera bawa ke ruang

gawat darurat untuk evaluasi lebih lanjut

Penanganan zat-zat kimia di CSSD


Penanganan zat-zat kimia di CSSD sangat perlu diperhatikan mengingat
banyak zat kimia yang digunakan di CSSD berisfat toksik. Apabila penanganannya
tidak dilakukan dengan baik maka dapat membahayakan baik petugas CSSD itu
sendiri maupun pasien.
a. Alkohol
Alkohol dalam bentuk etil atau isopropil alcohol (60-90%) digunakan sebagai
desinfektan intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal,
fungisidal, dan virisidal.
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi.

Tindakan pertolongaan pada pemaparan mata


1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena

36
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit
3. Jika masih belum bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban menggosok mata.5
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata.

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit.


1. Bawa pasien segera ke pancuran air yang terdekat.
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit.
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan

b. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bau menyengat. Umumnya
digunakan sebagai desinfektan. Formalin adalah larutan yang mengandung
formaldehid dan methanol dengan kadar bervariasi (biasanya antara 12-15%)

Bahaya terhadap kesehatan


Dosis toksik : Dosis letal pada manusia secara oral 0,5-5g/kg BB
Akut : 2-3 ppm, rasa gatal pada mata, 4-5 ppm lakrimasi, 10 ppm lakrimasi berat,
10-20 ppm susah bernafas, batuk, terasa panas pada hidung dan tenggorokan, 50-
100 ppm iritasi akut saluran pernafasan.
Lambat : Sensitisasi dermatitis
Kronik : Karsinogenik, gangguan menstruasi dan kesuburan pada wanita, percikan
larutan pada mata dapat menyebabkan kerusakan berat s/d menetap, kornea buram
dan buta
Jika tertelan : Menyebabkan luka korosif mukosa, gastrointestinal disertai mual,
muntah dan, dan perdarahan.
JIka terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme
Kontak kulit : Iritasi pada kulit
Kontak mata : Iritasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat menyebabkan buram
da buta.
Tindakakan pertolongan :

37
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi.

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata :


1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena.
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit
3. Jika masih belum bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban menggosok mata.5
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


1. Bawa pasien segera ke pancuran air terdekat
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal10 menit.
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan.
4. Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/ plastik tertutup.
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron.
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal


Pada keracunan formaldehid ringan, perlu dilakukan tindakan berikut :
1. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk pe
ngenceran. Untuk dewasa maksimal 200 cc sekali minum, untuk anak-anak
maksimal 100 ml.
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif
3. Dalam kondisi tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel
dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.

c. Etilen Oksida

38
Etilen oksida merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam proses sterilisasi
kimia alat-alat kesehatan, pereaksi dalam sintesa kimia organic terutama dalam
pembuatan etilen glikol, fungisida, dan fumigant bahan makanan dan tekstil.
Bahaya utama terhadap kesehatan
Inhalasi : Pemaparan jangka pendek; iritasi, daya cium menurun, dyspnea,
nyeri kepala, mengantuk, gejala mabuk, gangguan keseimbangan
tubuh.
Kontak kulit ; Pemaparan jangka pendek ; reaksi alergi, kulit terasa panas,
melepuh, frostbite
Kontak mata ; Pemaparan jangka pendek ; terasa panas, frostbite, mata berair,
pemaparan jangka panjag ; dapat menimbulkan iritasi kornea
mata, kemungkinan menyebabkan katarak.
Tertelan : Pemaparan jangka pendek ; terasa panas terbakar, sakit
tenggorokan, mual,muntah, frostbite, diarhe, nyeri perut, nyeri
dada, nyeri kepala, sianosis.
Pemaparan jangka panjang ; kerusakan hati, potensial
karsinogen.

Tindakan pertolongan :
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi.

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
4. Jangan biarkan korban menggosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata.

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


1. Bawa pasien segera ke pancuran air terdekat

39
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir selama 10 menit.
3.Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan
4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastic tertutup
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron.
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal


1. Induksi muntah tidak dilakukan ( kontra indikasi )
2. Aspirasi dan kumbah lambung tidak dianjurkan
3. Berikan karbon aktif dosis tunggal 1 gr/kg BB atau dewasa 30-100 gr dan anak-
anak 15-30 gr. Cara pemberian : dicampur rata dengan perbandingan 5-10 gr
karbon aktif denga 100-200 ml air. Dewasa 10 gr tiap 20 menit, anak-anak 5 gr
tiap 20 menit.

d. Lisol
Lisol merupakan nama latin dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat,
hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbon kreolin, likresol. Lisol banyak
digunakan sebagai desinfektan rumah tangga untuk membersihkan lantai, kamar
mandi/WC dan untuk menghilangkan bau busuk. Dalambidang kesehatan
digunakan sebagai larutan antiseptic dengan konsentrasi antara 1-2%, LDL, oral
pada manusia adalah 140 mg/kg.
Bahaya utama pada kesehatan
Pada kulit dan mukosa : Gatal dan mati rasa pada keadaan berulang atau
berat ; kemerahan, gatal, dan luka bakar.
Kronis pada kulit : Eritema, vesikel, dermatitis
Pemaparan mata : Iritasi konjungtiva, kornea berwarna putih, edema
palpebral dan iritis, nyeri abdomen, muntah dan
rash. Jika konsentrasi fenol > 5% dapat
menyebabkan luka bakar pada mulut dan
esophagus.

40
Efek pada sistem kardio- : Hypotensi dan syok
vaskuler
Efek pada ginjal : Urine berwarna gelap karena hemoglobinuria
Efek pada pernafasan : Depresi pernafasan dan gagal nafas

Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi dengan oksigen lembab 100% dan penatalaksanaan sirkulasi.

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCL 0,9% perlahan selam 15-20 menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban menggosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata.

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


1. Bawa pasien segera ke pancuran air terdekat
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir selama 10 menit.
3.Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan
4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastic tertutup
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron.
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal


1. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-
anak maksimal 100 cc.

41
2. Kontraindikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif
3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel
dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi

e. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif
Natrium hipoklorit ( Na OCL ) 5-10%. Selain digunakan sebagaipemutih juga
digunakan sebagai desinfektan. Pada konsentrasi lebih 20% zat ini bersifat korosif
melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru.

Bahaya utama terhadap kesehatan


1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi
dengan oksigen lembab 100% dan penatalaksanaan sirkulasi..

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCL 0,9% perlahan selam 15-20 menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban menggosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata.

42
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit.
Definisi indikator adalah cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi.
Indikator merupakan suatu variable yang digunakan untuk bisa melihat perubahan.
Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria : adalah spesifikasi dari indikator
Standar :
1. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab untuk
mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.
2. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
3. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.

Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan


prinsip dasar sebagai berikut :
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan petugas
d. Kepuasan pasien
e. Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada
untuk perorangan.
c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar rumah sakit
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk
dimonitor
e. Didasarkan pada data yang ada

43
3. Kriteria yang digunakan
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai
indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu bail dan
mutu tidak baik.
4. Standar yang digunakan
Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :
a. Acuan dari berbagai sumber
b. Benchmarking dengan Rumah sakit yang setara
c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan.

44
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan Instalasi Pusat Strilisasi disusun sebagai acuan dalam


melaksanakan dan mengembangkan kegiatan pelayanan sterilisasi di Rumah Sakit
Umum Daerah Geneng.
Pedoman Pelayanan Instalasi Pusat Sterilisasi ini diharapkan dapat membantu
Rumah sakit pada umumnya dan Instalasi CSSD pada khususnya untumk menambah
pengetahuan tentang cara pelayanan CSSD di rumah sakit yang sesuai dengan
prosedur dan peraturan perundangan yang berlaku
Instalasi Pusat Sterilisasi memberikan pelayanan yang sebaik baiknya untuk
melayani dan membantu semua unit di Rumah Sakit Umum Daerah Geneng yang
membutuhkan barang dan alat medik dalam kondisi steril
Pedoman ini disusun dengan format yang telah disepakati oleh tim akreditasi
yang akan diperbaharui apabila diperlukan sesuai dengan perkembangan serta
undang-undang yang berlaku.
Mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan pedoman
bagi petugas CSSD di Rumah Sakit.

Ditetapkan di : Ngawi
pada tanggal, :
Direktur
Rumah Sakit Umun Daerah Geneng
Kabupaten Ngawi

dr. Endri Agustin, M.Kes


Pembina Tk 1
NIP. 19760830 200901 2 002

45
Tembusan Yth
1. Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
2. Unit terkait
3. Arsip

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman instalasi pusat sterilisasi di rumah sakit,depkes RI ,Jakarta 2009.


2. Standar Pelayanan Rumah Sakit.Direktorat Jendral Pelayanan
Medik.Departemen Kesehatan RI,1999.
3. Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah sakit, Depkes RI
Direktorat Jendral Pelayanan Medik Tahun 2001

47

Anda mungkin juga menyukai