Anda di halaman 1dari 21

PERATURAN DIREKTUR UTAMA

RUMAH SAKIT UMUM FASTABIQ SEHATPKU MUHAMMADIYAH


NOMOR: 046/PER-DIR/RSFS/XII/2017
TENTANG
PEDOMAN KERJA CSSD

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT UMUM FASTABIQ SEHAT PKU


MUHAMMADIYAH

Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Umum Fastabiq Sehat PKU


Muhammadiyah harus menyelenggarakan pelayanan CSSD
sesuai arahan dari regulasi nasional;
b. bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan CSSD diperlukan
acuan untuk memandu pelaksanaannya;
c. bahwa berdasarkan huruf a dan b di atas perlu ditetapkan
Peraturan Direktur Utama Tentang Pedoman Pelayanan CSSD;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009


Tentang Rumah Sakit;
2. Undang-Undang Republik Indonesa Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan ;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 130 Tahun 2000 Tentang
Sterilisasi Pusat;
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009
Tentang Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi Di Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian
Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
6. Surat Keputusan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa
Tengah Nomor 018/KEP/II.0/D/2014 Tentang Pengankatan
Direktur Rumah Sakit Umum Fastabiq Sehat PKU
Muhammadiyah Pati;

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR UTAMA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
LINEN dan LAUNDRY

Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Utama ini yang dimaksud dengan :
1) Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum Fastabiq Sehat PKU Muahammadiyah;
2) Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat dan bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospore dan
dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika;
3) CSSD singkatan dari Central Sterile Supply Departement;
4) Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut;
5) Autoclave adalah mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan
uap bertekanan;

Pasal 2
Rumah Sakit Umum Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah memberikan pelayanan CSSD
sesuai regulasi nasional mengenai manajemen CSSD;

Pasal 3
Pedoman pelayanan CSSD ini sebagai acuan instalasi CSSD dalam melaksanakan
pelayanan di Rumah Sakit Umum Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah;

Pasal 4
Tata laksana pelayanan CSSD terdiri dari beberapa pelaksanaan di antaranya:
1) dekontaminasi
2) perendaman
3) pencucian
4) pengeringan
5) pengemasan
6) labeling
7) sterilisasi
8) penyimpanan
9) distribusi

Pasal 5
Dalam melakukan pelayanan CSSD harus memiliki kewaspadaan terhadap infeksi silang
sehingga membutuhkan kewaspadaan standar dalam melakukan pelayanan diantaranya
:
1) Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pelayanan;
2) Memakai alat pelindung diri saat pelaksanaan pelayanan;
3) Menghubungi IPCN atau Komite PPI dalam pelaksanaan pajanan terhadap
petugas;

Pasal 6
Dokumen pedoman pelayanan linen dan laundry tercantum dalam lampiran Peraturan
Direktur Utama ini, dan sebagai acuan dalam memberikan pelayanan linen dan laundry
di ruangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Utama
ini;

ii
Pasal 7
Peraturan Direktur Utama ini berlaku mulai tanggal ditetapkan;

Ditetapkan di:Pati
Pada tanggal :22 Rabi’ulAwwal 1439 H
11 Desember 2017 M
Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah

dr. Aldila S. Al Arfah, MMR


NBM : 1176703

iii
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT UMUM FASTABIQ SEHAT
PKU MUHAMMADIYAH
NOMOR: 046/PER-DIR/RSFS/XII/2017
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN CSSD

PEDOMAN KERJA CSSD


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat dan bahan yang
bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk
endospore dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Rumah sakit sebagai institusi penyedia layanan kesehatan berupaya
untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah
sakit.Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah
rendahnya angka infeksi di rumah sakit.Untuk mencapai keberhasilan tersebut
maka perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, maka pusat sterilisasi sangat
bergantung pada unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur
penunjang medik maupun instalasi lain, perlengkapan, rumah tangga,
pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi dan lain-lain. Apabila terjadi
hambatan dari salah satu sub unit di atas maka pada akhirnya akan
mengganggu proses dan hasil sterilisasi.
Unit sterilisasi ini bertugas untuk memberikan pelayanan terhadap
semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari semua mikroorganisme secara
tepat dan cepat, untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan secara
professional, diperlukan pengetahuan dan keterampilan, tertentu oleh perawat,
apoteker, ataupun tenaga non medik, yang berpengalaman di bidang sterilisasi
merupakan mitra kerja.
Angka infeksi terus meningkat (Al Varado, 2000) mencapai 9% atau
lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia. Hasil survey
point prevelensi dari 11 rumah sakit di DKI Jakarta yang dilakukan perdalin
jaya dan rumah sakit infeksi prof. dr. sulianti suroso Jakarta pada tahun 2003 di
dapatkan angka infeksi untuk ILO (infeksi luka operasi) 18,9%, ISK (infeksi
saluran kemih) 15,1%, IADP ( infeksi aliran darah primer) 26,4%, pneumonia
24,5%, dan infeksi saluran nafas lain 15,1%, serta infeksi lain 32,1%.
Untuk meningkatkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan
pengendalian infeksi yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pembinaan, pendidikan, dan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

1
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna
menekan kejadian infeksi di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan sterilisasi di
rumah sakit
b. Untuk mengadakan pengawasan dan kontrol mutu terhadap hasil
sterilisasi
c. Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana dalam
memberikan pelayanan sterilisasi.
d. Mewujudkan patient safety sebagai wujud pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari layanan sterilisasi di rumah sakit:
1. Pelayanan Instrumen
Unit CSSD menerima instrument dari ruangan dan dilakukan pengelolaan
sesuai standar yang telah ditetapkan.Untuk unit kamar operasi petugas CSSD
melakukan alat non steril dan dikirim dalam kondisi sudah steril.
2. Pelayanan Linen
Pelayanan linen steril ini dikhususkan untuk ruangan yang membutuhkan
linen steril sebagai bagian dari tindakan medis untuk mencegah infeksi pada
pasien.
3. Pelayanan DTT (disinfeksi tingkat tinggi)
Pelayanan DTT dilakukan untuk memenuhin kebutuhan alat single use yang
di re use.Proses DTT ini menggunakan disinfektan dengan konsentrasi
tertentu sehingga bisa membunuh sampai endospore yang ada pada
instrument.
4. Pelayanan kassa
Pelayanan kassa steril memenuhi kebutuhan ruangan baik rawat inap
maupun rawat jalan.CSSD mempunyai tanggung jawab untuk mengelola
kassa dari kassa dalam kondisi utuh sampai menjadi kassa steril yang siap
digunakan.
D. Batasan Operasional
1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas etilen oksida
pada sirkulasi udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida.
2. AAMI singkatan dari Associaton for the Advancement of Medical
Instrumentation.
3. AHA ingkatan dari American Hospital Association.
4. Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan
membran mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.
5. Autoclaf adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan uap bertekanan.
6. Bacillus stearothermophylus adalah mikroorganisme yang dapat membentuk
spora serta resisten terhadap panas dan digunakan untuk uji efektifitas
sterilisasi.
7. Bacillus subtilis adalah mikroorgisme yang dapat membentuk spora dan
digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi etilen oksida.
8. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi.
9. Bowie-Dick Test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi
uap berpompa vakum, penemu metodenya adalah j.h Bowie dan J. Dick.

2
10. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut.
11. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal
(panas) atau kimia.
12. Goggle adalah alat proteksi mata.
13. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan suhu
tertentu secara kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri.
14. Inkubator biologi adalah sedian berisi sejumlah tertentu mikroorganisme
spesifik dalam bentuk spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten
terhadap suatu proses sterilisasi tertentu dan digunakan untuk
menunjukkan bahwa sterilisasi telah tercapai.
15. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan
adanya perubahan warna.
16. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll pada mesin
sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal.
17. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di Rumah Sakit dimana
pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa
inkubasi.
18. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum suntik
maupun pembuluh darah.
19. Point of use : menunjukkan tempat pemakaian alat.
20. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.
21. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk
spora melalui cara fisika atau kimia.
22. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
23. Termokopel adalah sepasang kabel termo-elektrik untuk mengukur
perbedaan suhu dan digunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesin
sterilisasi.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dalam upaya mempersiapkan tenaga sterilisasi yang handal, perlu kiranya
melakukan kegiatan menyediakan, mempertahankan, sumber daya manusia
yang tepat bagi organisasi.Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan
meningkatkan kemampuan organisasi dalam mencapai sasarannya melalui
strategi pengembangan kontribusi. Adapun kualifikasi sumber daya manusia di
bagian sterilisasi rumah sakit umum fastabiq sehat pku muhammadiyah sebagai
berikut:

NAMA JABATAN KUALIFIKASI TENAGA YANG DI


FORMAL BUTUHKAN
Kepala D3 Kesehatan 1
Sterilisasi

3
Pelaksana SMA 2
Sterilisasi
Pelaksana SMA 2
Sterilisasi

B. Status Kesehatan
Seluruh tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi di rumah sakit (CSSD)
diharapkan:
1. Sehat jasmani dan rohani
2. Tidak pernah menderita atau sedang menjalani proses pengobatan TB
pada setahun terakhir
3. Mempunyai data kesehatan yang mencangkup data fisik dan X-ray untuk
penyakit paru
4. Cek up kesehatan dan mempunyai laporan mengenai sakit yang pernah di
alami selama bekerja di CSSD seperti infeksi saluran nafas, infeksi kulit,
infeksi gastroistetinal, infeksi jarum minimal setahun sekali, dan infeksi
pada mata.
C. Distribusi Ketenagaan
Semua petugas yang ada di CSSD harus mampu melakukan kegiatan
pengelolaan sterilisasi instrument, linen, kasa, dan DTT.Untuk sementara ini
tidak dilakukan per ruang kegiatan dikarenakan keterbatasan tenaga yang ada.
D. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga petugas di unit CSSD pada
- sift pagi jam 07.00-14.00 WIB.
- Sift sore jan 14.00-21.00 WIB.

BAB III
STANDAR FASILITAS

Sarana fasilitas di bagian sterilisasi sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan


pelayanan sterilisasi di rumah sakit.Dalam merencanakan sarana fasilitas dan
peralatannya, sebaiknya melibatkan petugas sterilasi.Mengingat sterilisasi
merupakan jantung rumah sakit dimana tugas pokok sterilisasi adalah menerima
bahan dan alat medik dari semua instalasi-instalasi di rumah sakit. Untuk kemudian
diproses menjadi alat atau bahan medik dalam kondisi steril dan selanjutnya
mendistribusi kepada instalasi lain yang membutuhkan kondisi steril, maka dalam
menentukan lokasi sterilisasi perlu diperhatikan:

A. Bangunan Dan Lokasi CSSD


Pembangunan unit sterilisasi harus sesuai kebutuhan bangunan pada saat ini
serta kemungkinan perluasan sarana pelayanan dimasa datang dan desain
menurut tipe atau kapasitas rumah sakit dengan ketentuan untuk rumah sakit:
1. RS dengan 200 TT, luas bangunan minimal 130 m2.
2. RS dengan 400 TT, luas bangunan minimal 200 m2.
3. RS dengan 600 TT, luas bangunan minimal 350 m2.
4. RS dengan 800 TT, luas bangunan minimal 400 m2
5. RS dengan 1000 TT, luas bangunan minimal 450 m2

4
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruang pemakai alat/
bahan steril terbesar di rumah sakit seperti kamar bedah, ICU, unit
perawatan, dll di rumah sakit. Penetapan/ pemilihan lokasi yang tepat
akan memudahkan dan berdampak pada efisiensi kerja dan
meningkatkan pengendalian infeksi di rumah sakit. Lokasi yang tepat
akan meminimalkan resiko kontaminasi silang karena pengaruh lalu
lintas/ transportasi alat steril. Unit CSSD diupayakan juga dekat dengan
loundry atau pencucian linen karena set linen untuk kebutuhan steril
akan lebih mudah dalam penyiapannya. Untuk menentukan lokasi CSSD
yang sesuai kebutuhan dapat menggunakan open system dan Close
system.

a. Open System
System open atau terbuka artinya lokasi CSSD berada jauh dari
kamar operasi.Untuk distribusi instrument steril atau pengiriman
instrument non steril digunakan tempat atau troli khusus.Troli yang
digunakan untuk distribusi steril harus benar-benar tertutup
sehingga pada saat distribusi produk steril instrument terhindar dari
kontaminasi. Karena jarak yang jauh maka waktu yang dibutuhkan
untuk sampai ketempat distribusi juga lama
b. Close System
Close system atau system tertutup artinya lokasi CSSD berada dekat
dengan konsumen terbesar. harapannya adalah tingkat kontaminasi
kecil karena jarak yang ditempuh relative pendek dan jangka waktu
yang digunakan singkat.

B. Pembangunan Dan Persyaratan Ruang Sterilisasi


Pada prinsipnya desain ruangan sterilisasi terdiri ruang bersih dan ruang kotor
yang di buat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang
dari ruang kotor ke ruang bersih.Selain itu pembagian ruangan disesuaikan
dengan alur kerja. Ruang sterilisasi di bagi menjadi 6 bagian ruang:
1. Ruang penerimaan barang
Pada ruang ini terjadi proses penerimaan barang kotor atau bersih dari
unit – unit keperawatan yang membutuhkan alat nya untuk diseterilkan
dan dicatat didalam buku penerimaan barang.

2. Ruang Dekontaminasi
Pada ruang ini terjadi proses dekontaminasi, dan pembersihan alat yang
belum dibersihkan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan,
dipelihara, dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses
dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-benda yang
dapat menyebabkan infeksi, racun, dan hal-hal berbahaya lain.
a. Ventilasi
Udara dan partikel-partikel debu dapat membawa mikroorganisme
dari satu tempat ke tempat lainnya sehingga dapat meningkatkan
bioburden dan mengkontaminasi alat-alat kesehatan yang sudah
didekontaminasi, alat-alat yang siap disterilkan, dan bahkan yang
sudah disterilkan. Karenanya system ventilasi harus di desain
sedemikian rupa sehingga udara di ruang dekontaminasi harus:

5
1) Dihisap keluar atau ke system sirkulasi udara yang mempunyai
filter.
2) Tekanan udara harus negative tidak mengkontaminasi udara
ruangan lainnya.
3) Pada ruang dekontaminasi tidak dianjurkan menggunakan kipas
angin.
b. Suhu Dan Kelembaban
Suhu dan kelembaban berpengaruh pada bioburden lingkungan dan
juga kenyamanan pekerja di ruang dekontaminasi. Suhu dan
kelembaban yang direkomendasi adalah:
1) Suhu udara antara 18:C - 22:C
2) Kelembaban udara antara 35%-75%
c. Kebersihan
Debu, serangga, dan vermin adalah pembawa mikroorganisme
sehingga kebersihan ruang dekontaminasi sangatlah penting. Alat-alat
pembersih harus sesuai dengan bahan-bahan pembersihannya. Harus
ada peraturan tertulis mengenai prosedur pengumpulan sampah dan
transportasinya, pembuangan limbah baik yang dapat maupun yang
tidak dapat menyebabkan infeksi dan juga yang berbahaya. Secara
umum praktek kebersihan sebaiknya mencangkup:
1) Setidaknya sekali sehari dipel dengan menggunakan cairan klorin
0,5%.
2) Setidaknya sekali sehari membersihkan meja kerja, tempat cuci
dan peralatan dengan klorin 0,5%.
3) Membuang sampah setiap hari, dan mengganti bahan-bahan yang
kotor.
4) Langsung membersihkan setiap ada tumpahan cairan.
5) Teratur membersihkan rak penyimpanan, dinding, langit-langit, AC
dan yang lainnya.
6) Bekerjasama dengan sanitasi terhadap control binatang perusak.
7) Pemisahan sampah infeksius dan non infeksius
d. Lokasi Ruang Dekontaminasi Harus:
1) Terletak di luar lalu lintas utama rumah sakit.
2) Dirancang sebagai area tertutup, secara fungsional terpisah dari
area di sebelahnya dengan ijin masuk terbatas.
3) Dirancang secara fungsional terpisah dari area lainnya sehingga
benda-benda kotor langsung datang atau masuk ke ruang
dekontaminasi, benda-benda kotor tersebut kemudian di
bersihkan dan didisinfektan sebelum dipindahkan ke area yang
bersih atau ke area proses sterilisasi.
4) Disediakan peralatan yang memadai dari segi desain, ukuran, dan
tipenya untuk pembersihan dan disinfeksi alat-alat kesehatan.
3. Ruang Pengemasan Alat
Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat untuk alat bongkar
pasang maupun pengemasan dan penyimpanan barang bersih. Pada
ruangan ini dianjurkan ada tempat penyimpanan barang tertutup.
4. Ruang Produksi.
Di ruang ini dilakukan pemeriksaan linen, dilipat dan dikemas untuk
persiapan sterilisasi.Pada daerah ini sebaiknya ada tempat untuk

6
penyimpanan barang tertutup. Selain linen, pada ruang ini juga
dilakukan pula persiapan untuk bahan seperti kain kasa, kapas, cotton,
swabs dan lain-lain.
5. Ruang sterilisasi.
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat dan bahan. Untuk sterilisasi
etilen oksida, sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang terpisahkan tetapi
masih dalam satu unit sterilisasi dan dilengkapi dengan exhaust.
6. Ruang Penyimpanan Barang Steril
Ruang ini berada dekat dengan ruang sterilisasi.Apabila menggunakan
mesin sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang langsung berhubungan
dengan ruang simpan barang steril.Penerangan pada ruang ini harus
memadai, suhu ruang antara 18-22:C dan kelembaban 35-75 %,
menggunakan tekanan positif dan mempunyai dinding lantai keras tapi
halus sehingga mudah dibersihkan.Alat steril yang disimpan ditata di
atas rak penyimpanan yang ada jarak dari lantai 19-24 cm dan minimum
43 cm dari langit-langit.Rak mempunyai jarak 5 cm dari dinding untuk
memudahkan pembersihan.Hindari terjadinya penumpukan debu pada
kemasan dan jangan letakkan rak dekat dengan kran atau saluran air
lainnya.
Petugas yang berdinas di ruang penyimpanan barang steril
adalah petugas yang terlatih, sehat, terbebas dari penyakit menular
terutama yang ditularkan melalui droplet.Petugas didalam ruang
penyimpanan bahan steril menggunakan jas khusus yang sesuai dengan
persyaratan.Lokasi ruang penyimpanan barang steril tidak berada di lalu
lintas utama dengan pintu khusus dan jendela yang minim untuk
mengurangi kemungkinan kuman dari luar masuk.

7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN CSSD

A. Alur Pelayanan CSSD

ALAT ATAU
BAHAN
RUANGAN

SELEKSI ATAU
PENCATATAN

PERENDAMAN

PENCUCIAN

PENGERINGAN

PENGEMASAN

RUANGAN
LABELING

STERILISASI

KONTROL
INDIKATOR
DISTRIBUSI

GUDANG ALAT

8
B. Tahap-Tahap Pelayanan CSSD
A. Penatalaksanaan Pelayanan Penyediaan Barang Steril
1. Perencanaan dan penerimaan barang
a. Linen
b. Instrumen
c. Bahan habis pakai
2. Pencucian
a. Linen dilakukan di unit laundry
b. Instrument
3. Pengemasan dan pemberian tanda
a. Linen
b. Instrument
4. Proses sterilisasi
a. Linen
b. Instrument
c. Barang habis pakai
5. Penyimpanan dan distribusi
6. Pemantauan kualitas sterilisasi
a. Pemantauan proses sterilisasi meliputi indicator fisik, kimia, dan
biologi
b. Pemantauan sterilisasi dengan tes mikrobiologi
7. Pencatatan dan pelaporan
B. Tahap – Tahap Sterilisasi Alat Dan Bahan
1. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-
benda yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba berbahaya bagi
kehidupan, sehingga menjadi aman untuk proses-proses selanjutnya. Tujuan
dari proses dekontaminasi ini adalah untuk melindungi pekerja yang
bersentuhan langsung dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui proses
dekontaminasi tersebut, dari penyakit yang mungkin timbul akibat dari
mikroorganisme pada alat kesehatan tersebut.
a. Menangani dan Transportasi Benda Kotor
Alat kesehatan pakai ulang yang sudah terkontaminasi harus ditangani
dengan serius, dikumpulkan dan dibawa ke CSSD sedemikian rupa
sehingga dapat terhindar dari kontaminasi terhadap pengunjung, pasien,
pekerja dan fasilitas lainnya. Proses penanganannya adalah:
1) Peralatan habis pakai dipisahkan dari limbahnya. Ditempatkan oleh
pekerjanya langsung yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari
peralatan tersebut.
2) Pisahkan benda tajam dan masukkan kedalam container khusus benda
tajam
3) Kain dan linen dipisahkan dan masukkan ke unit loundry untuk
penanganan lebih lanjut.
4) Peralatan yang terkontaminasi ditempatkan dalam wadah khusus dan
masuk keruang dekontaminasi melewati petugas pencatatan
b. Pembuangan limbah
Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat pakai ulang
.Diidentifikasi dan dibuang sesuai kebijakan RS mengacu peraturan
pemerintah.

9
c. Mencuci/ Cleaning
Semua alat pakai ulang harus melalui pencucian hingga benar-benar
bersih sebelum dilakukan sterilisasi.
d. Perlakuan Alat terkontaminasi
Pembersihan alat pakai ulang yang terkontaminasi harus sesegera
mungkin setelah dipakai.Hal ini dumaksudkan untuk mencegah kotoran
menjadi kering dan lebih sulit dalam pembersihannya. Agar tujuan
tersebut dapat tercapai, maka:
1) Langsung dikirim ke CSSD segera setelah digunakan.
2) Dibersihkan dari kotoran, dicuci dengan air mengalir di tempat
pemakaian sesuai prosedur yang berlaku dan langsung dibungkus
untuk menghindari cipratan, tumpahan atau penguapan dan dibawa
keruang dekontaminasi CSSD.
e. Menangani alat terkontaminasi diruang Dekontaminasi CSSD
Mulai pembersihan :
1) Dibongkar dan periksa semua komponen dalam kondisi lengkap.
2) Disortir berdasar cara pembersihannya.
3) Dibersihkan sebelum proses sterilisasi.
4) Gunakan teknik pencucian sesuai yang disarankan pada alat.
f. Bahan-bahan Pencuci (Cleaning Agents)
Kriteria Pemilihan Desinfektant :
1) Supaya efektif, bahan pencuci harus membantu menghilangkan residu
dan kotoran organic tanpa merusak alat. Bahan pencuci harus:
a) Sesuai dengan bahan yang disarankan pada alat dan metode
mencuci yang dipilih.
b) Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan pencuci
yang dapat dipakai.
c) Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada tipe kotoran yang
ada. Protein cukup dengan detergen yang bersifat basa. Garam
mineral dengan menggunakan detergen asam.
d) Pertimbangkan penggunaan enzyme pelarut protein untuk mencuci
alat.
2) Jenis bahan-bahan Pencuci
a) Larutan enzymatic
Contoh: deterjen
Kegunaannya: mampu membersihkan dan melunakkan kotoran
yang mengeras pada alat.
b) Larutan klorin 0,5%
Contoh: Kegunaannya: mudah digunakan dan jenis
mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini cukup
luas meliputi bakteri gram positif dan baktri gram negatif.Untuk
pencucian alat tidak direkomendasikan menggunakan klorin
karena dapat menyebabkan korosi pada PH rendah (suasana
asam), meskipun sebenarnya PH rendah diperlukan untuk
mencapai efektifitas optimum desinfektan ini.
g. Metode Merendam dan Membilas
Mencuci bersih adalah proses menghilangkan semua partikel yang
kelihatan dan hamper semua partikel yang tidak tampak, dan menyiapkan
alat-alat agar aman untuk proses desinfeksi dan sterilisasi. Mencuci dapat

10
dilakukan secara manual maupun mekanikal atau kombinasi keduanya.
Untuk memastikan kebersihan al;at dan supaya tidak merusak alat, maka:
1) Dibongkar dan periksa semua komponen dalam kondisi lengkap.
2) Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 200C-430C selama 15-
20 menit dan atau dalam produk enzyme yang dapat melepaskan darah
dan protein lainnya untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada
alat dan juga membantu menghilangkan mikroorganisme.
3) Bilas dengan air keran yang mengalir untuk menghilangkan protein
dan partikel-partikel kotoran.
h. Mencuci Manual
1) Pencucian secara manual dilakukan pada intrumen atau alat yang
lembut dan rumit.
2) Gunakan sikat yang sesuai dengan kebutuhan alat atau yang
disarankan oleh produsen alat.
3) Bilas dengan air mengalir dengan suhu 400C-500C. Lebih baik lagi
menggunakan air deionisasi atau air sulingan.
4) Setelah dicuci, dibilas, keringkan terlebih dahulu sebelum melalui
proses berikutnya.
i. Mencuci Mekanik
1) Menggunakan mesin cuci akan dapat meningkatkan produktifitas, lebih
bersih dan lebih aman untuk petugas.
2) Pembersih ultrasonic melepas semua kotoran dari seluruh permukaan
alat/ instrument.
3) Alat pembersih juga perlu dilakukan pembersihan secara rutin.
j. Desinfeksi Kimia
1) Pemilihan jenis desinfeksi berdasarkan pemakaian alat dan level
desinfeksi yang diperlukan untuk pemakaian tersebut.
2) Harus sesuai label instruksi dari produsen alat dan bahan tersebut.
2. Pengemasan
Pengemasan yang dimaksud adalah termasuk semua material yang
tersedia untuk membungkus, mengemas dan menampug alat-alat yang
dipakai ulang sebelum proses sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian.
Tujuan pengemasan adalah sebagai perlindungan terhadap alat dan
bahan terhadap segala penyebab yang merusak kondisi steril.
a. Syarat Bahan Kemasan:
1) Dapat menahan mikroorganisme dan bakteri
2) Kuat dan tahan lama
3) Mudah digunakan
4) Tidak mengandung racun
5) Segel yang baik
6) Dapat dibuka dengan mudah dan aman
7) Masa kadaluarsa
b. Tipe-tipe Bahan Kemasan :
1) Kertas
2) Film Plastik
3) Kain (linen)
4) Kain campuran
c. Prosedur dan Langkah-langkah Pengemasan
1) Prosedur pengemasan harus mencakup :

11
a) Nama alat yang akan dikemas
b) Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan sesuai instruksi
produk dan spesifikasinya.
c) Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang digunakan
d) Tipe dan ukuran alat yang akan dikemas
e) Penempatan alat-alat dalam kemasan
f) Tips dan penempatan yang tepat indicator kimia eksternal
g) Metode atau teknik pengemasan
h) Metode pemberian segel kemasan
i) Metode dan penempelan label identifikasi isi kemasan
j) Aplikasi informasi pengendalian mutu, seperti tanggal, kode
petugas
k) Petunjuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
l) Peringatan waktu pengeringan, pendinginan dan penanganan
asetelah proses sterilisasi
m) Informasi aplikasi pelindung
n) Petunjuk penempatan pada penyimpanan dan atau distribusi
ke tempat pemakaian
o) Informasi kepada pemakai untuk mencegah kemungkinan
kontaminasi
3. Proses sterilisasi
Metode sterilisasi yang digunakan adalah
a. Suhu Tinggi dengan sterilisator autoclave
b. DTT untuk alat semi kritikal
4. Penyimpanan dan distribusi
Alat dan bahan yang sudah steril diambil oleh petugas ruangan, kecuali
ruang operasi. Alat yang belum dipakai di ruangan di simpan di almari
penyimpanan atau rak di ruang penyimpanan steril,untuk ruang rawat
inap alat steril langsung dipakai.
a. Penyerahan alat/ pengambilan instrument untuk ruang rawat inap
dan rawat jalan pukul 08.00- 10.00. Alat dibawa dengan
menggunakan wadah tertutup pembersihan wadah dilakukan
petugas CSSD dengan klorin 0,5%.
b. Distribusi dan pengambilan alat ke kamar operasi dengan
menggunakan troli khusus dan tertutup
5. Pencatatan dan pelaporan
Semua alat dan bahan yang masuk ke ruang CSSD dilakukan proses
serah terima alat dengan cara dicatat nama set, jumlah, dan dilakukan
pengecekkan isi instrument oleh petugas. catat semua aktifitas serah
terima di buku sterilisasi dan lakukan pelaporan sterilisasi setiap 3
bulan sekali
6. Pembuangan limbah
Limbah atau buangan hasil proses sterilisasi dibuang ke IPAL.
7. Pemantauan mutu produk steril
a. Fisik
Kalibrasi Autoclave 1 tahu sekali dibuktikan dengan sertifikat
kalibrasi
b. Kimia

12
Dilakukan pengecekkan secara visual perubahan warna pada
indicator kimia internal dan eksternal sebelum dan sesudah
sterilisasi
c. Mikrobiologi
1) Pemeriksaan mikrobiologi produk steril dilakukan 1 tahun
1 kali di balai besar teknik lingkungan.
2) Pengujian biologi menggunakan AT Tes dilakukan satu
minggu satu kali secara berurutan.

BAB V
LOGISTIK
Logistik yang ada di CSSD digunakan untuk menunjang kelancaran proses pelayanan
sterilisasi meliputi:

A. Logistik Farmasi
Logistic farmasi di CSSD adalah sebagai berikut:
1. Autoclave Tape
2. Aquadest
3. Handscone
4. Masker
5. Desinfektan
6. Cairan enzimatik
7. Indicator internal dan eksternal
8. Biological Indikator
B. Logistik Umum
1. Alat Tulis
a. Bolpoint
b. Buku sterilisasi
c. Isolasi tape
d. Isolasi kertas
e. Kertas folio
f. Kertas HVS
g. Spidol
h. Buku folio
i. Label
2. Alat Rumah Tangga
a. Box plastic
b. Gelas ukur satu liter
c. Baskom plastic
d. Sikat cuci
e. Benang kenur
3. Alat Kesehatan
a. Bak instrument
b. Bengkok
c. Gunting jaringan
d. Pinset anatomi
e. Pinset cirugis
f. Needle horder

13
g. Gagang mirror
4. Investasi Alat Medis
a. Autoclave 1 buah
b. Timbangan
c. Label

BAB VI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

A. Pencegahan Kecelakaan Pada Petugas


Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di
lingkungan CSSD menjadi tanggung jawab petugas CSSD setelah dilakukan
pembekalan terhadap petugas mengenai bahaya-bahaya yang mungkin terjadi
dilingkungan CSSD.Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan
mengetahui potensi bahaya yang dapat ditimbulkan. Dengan memperhatikan
secara seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka resiko
terjadinya kecelakaan kerja dapat dapat diturunkan secara signifikan
B. Penerimaan Barang Kotor Dan Daerah Dekontaminasi
Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun
zat-zat kimia di lingkungan CSSD dapat menyebabkan luka, penyakit dan dalam
kondisi yang ekstrim menyebabkan kematian. Upaya pencegahan dapat
dilakukan secara efektif dengan menggunakan alat pelindung diri seperti
sarung tangan,penutup kepala, penutup kakli, gaun ,masker maupun kacamata.
Penyediaan alat pelindung diri menjadi tanggungjawab institusi
bersangkutan,tetapi adalah tanggung jawab petugas CSSD untuk melindungi
dirinya dengan menggunakan alat pelindung diri secara benar.
Penanganan yang salh terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti
pisau,jarum dan lain-lain dapat menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang
pada akhirnya dapat memungkinkan masuknya mikroorganisme pathogen ke
dalam tubuh sehingga menyebabkan terjadinya penyakit.Saran Tindakan Aman
1. Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi barang
terkontaminasi tanpa dapat melihat secara jelas isi wadah tadi
2. Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secar visual alat-
alat, lalu pindahkan alat/ instrument satu persatu. Pastikan agar bagian
yang runcing dari instrument mengarah berlawanan terhadap tubuh kita
pada saat transportasi.
3. Buang sampah benda tajam kedalam wadah yang tahan tusukan dan tidak
dibuang pada tempat sampah biasa
4. Ikuti petunjuk / rekomendasi pabrik untuk penanganan zat kimia secara
aman dan gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat
kimia terhadap kulit dan membrane mukosa yang dapat menyebabkan
luka bakar kimia
5. Pada saat mencuci instrument didalam bak, perhatikan selalu untuk
menggosok di bawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol
yang dapat terhirup.
C. Alat pelindung diri
Instalasi pusat sterilisasi harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti
apron lengan panjang yang tahan terhadap cairan atau karet yang tahan
terhadap cairan kimia heavy-duty, penutup kepala, masker “high-filtration”, dan

14
“tight fitting”gogle, khususnya dipakai oleh staf saat melakukan prosedur yang
memungkinkan terjadinya cipratan atau kontaminasi dari cairan yang
mengandung darah atau cairan tubuh lainnya. Harus ada alas kaki khusus untuk
memasuki ruang dekontaminasi dan penutup sepatu tahan air yang diperlukan
untuk melindungi sepatu dan masker, dan gogle harus dilepaskan saat
meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung tangan, gaun pelindung, dan google
harus dicuci setiap hari.Alat pelindung yang dipakai ulang harus dilaundry
setelah setiap pemakaian.
Alat Pelindung Diri yang digunakan di masing-masing ruangan di unit CSSD:
1. Ruang Pencucian dan dekontaminasi
APD yang digunakan antara lain: kacamata atau google, penutup kepala,
masker bedah, apron plastik, sarung tang tebal dan panjang, sepatu boot,
pakaian khusus CSSD.
2. Ruang Pengeringan dan Pengemasan
APD yang digunakan antara lain: sarung tangan latex, penutup kepala
dan pakaian khusus di CSSD.
3. Ruang Sterilisasi
APD yang digunakan antara lain: sarung tangan tahan panas, penutup
kepala, pakaian khusus di CSSD.
4. Ruang Penyimpanan dan Distribusi
APD yang digunakan antara lain: pakaian khusus di CSSD dan penutup
kepala.
D. Pencegahan Kecelakaan Pada Pasien
Petugas CSSD mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya
kecelakaan pasien yang dirawat di Rumah Sakit sehubungan dengan alat-alat/
instrument yang digunakan. Melakukan proses dekontaminasi , desinfeksi,
pengemasan, sterilisasi, dan penanganan,barang steril secara aseptic dan benar
dan sesuai SPO yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi petugas untuk
mencegah terjadinya kecelakaan / luka pada pasien.Saran Tindakan Aman
1. Lakukan pengujian terhadap instrument / alat sebelum di distribusikan
dari CSSD sesuai dengan petunjuk pabrik dan SPO CSSD
2. Pastikan bahwa semua barang telah di dekontaminasi dan bebas pengotor
, kerusakan atau bahaya lainnya yang dapat mempengaruhi penggunaan
barang dan alat.
3. Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada
saat transportasi menuju daerah dekontaminasi
4. Pastikan bahwa semua komponen instrument berada dalam keadaan
lengkap, dan berfungsi secara normal
5. Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama
siklus berlangsung melalui pengujian indicator kimia,biologis, dan
mekanik.
E. Pemeliharaan Mesin Sterilisasi
Mesin sterilisasi harus diperiksa setiap hari.Beberapa contoh item yang harus
dibersihkan setiap hari recording charts dan jarum penunjuk, gasket pintu,
bagian dalam chamber, dan permukaan luar lainnya.Pembersihan mingguan
dan pengawasan lainnya sesuai dengan yang disarankan produsen
mesin.Alasan : pengawasan secara periodik dan pembersihan rutin dapat
menurunkan kemungkinan tidak berfungsinya mesin sterilisasi. Kebersihan

15
juga menurunkan resiko kontaminasi terhadap barang steril. Beberapa hal yang
harus diperhatikan berkaitan dengan pemeliharaan alat adalah
1. Mesin sterilisasi harus benar-benar disiapkan setiap hari sebelum
digunakan. Pembersihan dilakukan setiap hari. Pembersihan mingguan
atau periodic dilakukan sesuai dengan yang disarankan produsen mesin.
2. Perbaikan terhadap komponen umum dapat dilakukan oleh RS dengan
petugas yang telah mendapat pelatihan dari supplier alat.
3. Perbaikan komponen hanya dilakukan oleh pihak supplier dan petugas RS
yang berkompeten.
4. Staf teknisi yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan CSSD harus
terlatih oleh lembaga berwenang atau pihak pembuat mesin sterilisasi
tersebut.
5. Produsen mesin harus membuat instruksi tertulis untuk pemeliharaan
mesin sterilisasi.

16
BAB VII
PENINGKATAN MUTU
Indikator mutu yang digunakan bagian sterilisasi Rumah Sakit Umum Fastabiq
Sehat PKU Muhammadiyah dalam pemberian pelayanan adalah

1. Pemakaian APD
2. Pendistribusian alat dan bahan sterilisasi ke ruangan.
3. KPI
a. Kesiapan instrumen steril di unit
Setiap unit tersedia peralatan stril sesuai bagian masing masing
b. Respon time
ketepatan dalam pengantaran seterilan keruang pelayanan
c. Kedisiplinan
Yaitu kehadiran karyawan sesuai jadwal dan jam kerja yang berlaku
d. Doa Pagi
Yaitu kegiatan yang dilakukan setiap pagi sebelum melakukan kegiatan atu
rutinitas harian
e. Kerapihan
Yaitu kerapihan berpakaian sesuai ketentuan yang ditetapkan serta
kerapihan dan kebersihan area kerja masing-masing
f. Kehadiran Kegiatan RS
Yaitu keaktifan karyawan dalam menghadiri kegiatan yang
diselenggarakan seperti silaturahim akbar; PIRS; Rapat rutin; dll.
g. Pengajian
Yaitu keaktifan karyawan dalam mengikuti pengajian rutin yang
diselenggarakan oleh PDM/ PCM/ PRM di wilayah masing-masing
h. Sholat Jama'ah
Yaitu keaktifan karyawan dalam satu unit tertentu mengikuti
shalat berjama'ah di masjid RS. Untuk unit yang memberikan
pelayanan langsung kepada pasien bisa diwakilkan/ salah satu.

Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan survey dan format


tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada PMKP dan direktur
pelayanan .

17
BAB VIII
PENUTUP
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (PPIRS) merupakan
suatu kegiatan yang sangat penting dan salah satu faktor yang mendukung untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dan erat kaitannya dengan citra rumah sakit.Oleh
sebab itu pencegahan dan pengendalian infeksi perlu diperhatikan.
Salah satu upaya untuk menekan kejadian infeksi adalah dengan melaksanakan
pelayanan Pusat Sterilisasi Central Sterile Supply Departement (CSSD) yang
baik.Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan
pusat sterilisasi menjadi tanggung jawab petugas sterilisasi setelah dilakukan
pembekalan terhadap petugas terhadap bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan
pusat sterilisasi.Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui
potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya. Dengan memperhatikan secara seksama
dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka resiko terjadinya kecelakaan
kerja dapat diturunkan secara signifikan.

Pati, 22Rabi’ulAwwal 1439 H


11Desember 2017 M
Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah

dr. Aldila S. Al Arfah, MMR


NBM : 1176703

18

Anda mungkin juga menyukai