Anda di halaman 1dari 36

PANDUAN PELAYANAN CSSD

RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA


PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA
NOMOR ….. TAHUN 2022

TENTANG
PANDUAN PELAYANAN CSSD
RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA


Menimbang : a. Bahwa Rumah Sakit dituntut memberikan pelayanan yang bermutu dan
(quality and safety) sesuai dengan standar Akreditasi;
b. Bahwa pelayanan CSSD merupakan bagian daripencegahan dan
pengendalian infeksi di Rumah Sakit Cibitung Medika yang harus
mendukung pelayanan Rumah Sakit secara keseluruhan ;
c. Bahwa berdasarkan butir a dan b tersebut diatas dipandang perlu
Panduan Pelayanan CSSD di Rumah Sakit Cibitung Medika (Revisi I)
ditetapkan dengan Peraturan Direktur.

Mengingat : 1.Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017


tentang pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehtan
2. Surat Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
382/Menkes /SK/III/2008 Tentang Panduan Pencegahan dan
pengendalian infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas kesehatan lainnya;
3. Surat Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
270/MENKES/SK/III/2007 Tentang Pedoman manajeral Pencegahan dan
pengendalian infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas kesehatan lainnya;
4. Keputusan Direktur PT.Adhiputra Medika Nomor 033/APM / VIII / 2019
tentang Struktur Organisasi Tata kerja Rumah Sakit Cibitung Medika;
5. Keputusan Direktur PT. Adhiputra Medika Nomor 024 / APM / V /2019
tentang penunjukan Direktur Rumah Sakit Cibitung Medika.
MEMUTUSKAN
Menetapkan PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA TENTANG PANDUAN
PELAYANAN CSSD

Pasal 1
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA TENTANG
PANDUAN PELAYANAN CSSD DI RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA
(REVIS I)
Pasal 2
Panduan Pelayanan CSSD di Rumah Sakit Cibitung Medika dijadikan sebagai bahan acuan
dalam melakukan pelayanan sebagaimana terlampir dalam lampiran keputusan ini
Pasal 3
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
Pasal 4

2
Apabila dikemudian hari ternyata tendapat kekeliruan dalam Peraturan Direktur ini
maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Peraturan Direktur ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan ditandangani.

Ditetapkan di : Bekasi
Pada tanggal 11 Juni 2022
DIREKTUR RS. CIBITUNG MEDIKA

dr. Fauzi Andiwinata

3
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RS CIBITUNG
MEDIKA
NOMOR: 0461/SK-DIR/RSCM/XII/2018
TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN
PELAYANAN CSSD

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan yang mengutamakan
keselamatan pasien dan petugas selalu berupaya untuk mencegah terjadinya resiko
infeksi rumah sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan
pengendalian infeksi di Rumah Sakit Cibitung Medika dengan cara melakukan sterilisasi
pada alat atau bahan tertentu yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk
kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau
fisika.
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka
infeksi nosokomial di rumah sakit.Untuk mencapai hal tersebut maka perlu dilakukan
pengendalian infeksi di rumah sakit.
Pusat sterilisasi merupakan salah satu pemutus mata rantai kehidupan mikroba termasuk
endospora.Pusat sterilisasi adalah tempat yang penting di dalam rumah sakit untuk
mengendalikan infeksi dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya menekan
kejadian infeksi di rumah sakit. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, pusat sterilisasi
sangat tergantung dengan berbagai unit lain yang terkait antara lain, unsur pelayanan
medik, penunjang medik, bagian lain seperti perlengkapan, logistik, perlengkapan, rumah
tangga, pemeliharaan sarana, sanitasi dan lain-lain. Apabila terjadi hambatan pada salah
satu unit maka pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil sterilisasi.
Alat dan bahan yang digunakan di rumah sakit sangat bervariasi dan dalam jumlah yang
banyak.Penggunaan alat dan bahan yang disterilkan juga demikian besar.Hal ini
merupakan dasar pemikiran Rumah Sakit Cibitung Medika untuk memiliki pusat
sterilisasi tersendiri dan mandiri dengan pengelolaan yang baik. Pusat sterilisasi / Central
Sterile Supply Department (CSSD) merupakan salah satu instansi yang berada dibawah
Kepala Instalasi Kamar Bedah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur
Pelayanan Rumah Sakit. Pusat sterilisasi ini bertugas memberikan pelayanan terhadap
semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari mikroba (termasuk endospora) secara
cepat dan tepat.Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan secara professional,
diperlukan pengetahuan dan ketrampilan tertentu yang baik oleh perawat, apoteker,
ataupun tenaga non medik yang berpengalaman dibidang sterilisasi

4
Peran pusat sterilisasi (CSSD) untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah sangat perlu diterapkan. Hal ini
juga terkait dengan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pendidikan, pembinaan dan pelatihan serta
monitoring dan evaluasi terkait infeksi

B. FALSAFAH
Pusat sterilisasi / CSSD Rumah Sakit Cibitung Medika memberikan pelayanan sterilisasi
alat dan bahan dengan sebaik-baiknya untuk melayani dan membantu kebutuhan alat dan
bahan steril seluruh unit di rumah sakit.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan kejadian
infeksi di Rumah Sakit Cibitung Medika.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman dalam pelayanan pusat sterilisasi Rumah Sakit Cibitung
Medika (CSSD).
b. Sebagai kontrol mutu dan pengawasan terhadap hasil sterilisasi.
c. Dapat membantu menurunkan angka kejadian infeksi atau infeksi nosokomial
di Rumah Sakit Cibitung Medika.
d. Sebagai panduan kerja bagi tenaga pemberi pelayanan pusat sterilisasi dalam
memberikan pelayanan.
e. Mewujudkan patient safety sebagai wujud pengendalian infeksi nosokomial di
rumah sakit

D. ISTILAH
1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas etilen oksida
padasirkulasi udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida
2. AAMI singkatan dari Associaton for the Advancement of Medical Instrumentation
3. AHA ingkatan dari American Hospital Association
4. Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan
membranmukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme
5. Autoclaf adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi
denganmenggunakan uap bertekanan
6. Bacillus stearothermophylus adalah mikroorganisme yang dapat membentukspora
serta resisten terhadap panas dan digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi

5
7. Bacillus subtilis adalah mikroorgisme yang dapat membentuk spora dandigunakan
untuk uji efektifitas sterilisasi etilen oksida
8. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi
9. Bowie-Dick Test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi
uapberpompa vakum, penemu metodenya adalah j.h Bowie dan J. Dick
10. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemarmikroorganisme
atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut
11. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal
(panas)atau kimia
12. Goggle adalah alat proteksi mata
13. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan suhu
tertentusecara kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri
14. Inkubator biologi adalah sediaan berisi sejumlah tertentu mikroorganisme
spesifikdalam bentuk spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap
suatu proses sterilisasi tertentu dan digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi
telah tercapai.
15. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang
menandaiterjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai
dengan adanya perubahan warna
16. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll pada mesin
sterilisasiyang menunjukkan mesin berjalan normal
17. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di Rumah Sakit dimana pada
saatmasuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubasi
18. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum suntikmaupun
pembuluh darah
19. Point of use : menunjukkan tempat pemakaian alat
20. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
21. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk
sporamelalui cara fisika atau kimia
22. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
23. Termokopel adalah sepasang kabel termo-elektrik untuk mengukur perbedaansuhu
dan digunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesin sterilisasi

E. MANFAAT
Sebagai pedoman penatalaksanaan pusat sterilisasi (CSSD) dalam meningkatkan mutu
pelayanan yang bertujuan untuk mencegah resiko terjadinya infeksi di Rumah Sakit
Cibitung Medika

6
F. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333 / Menkes / SK / XII /
1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
6. Permenkes Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya tahun 2008
8. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan tahun 2010

7
BAB II
PERAN PUSAT STERILISASI (CSSD)

Peralatan medis dan bahan penunjang yang digunakan dalam pelayanan kepada pasien yang
membutuhkan kondisi steril, biasanya dilakukan disetiap unit / ruang yang
membutuhkan.Rumah sakit harus menyediakan alat sterilisasi di masing-masing unit / ruang
dan dengan menggunakan prosedur yang belum dapat di standarkan.Sistem ini juga
menyebabkan sulitnya melakukan kontrol terhadap hasil / mempertahankan kualitas hasil
sterilitasi. Di masing-masing unit/ ruang juga masih sulit dalam pengawasan proses
dekontaminasi maupun proses sterilisasi.

Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu, teknologi dan kebutuhan akan pelayanan
medis serta pelayanan yang mengutamakan safety patient, maka rumah sakit perlu
mengembangkan proses sterilisasi yang tersentral dan terkoordinir sehingga seluruh
rangkaian perlakuan terhadap alat dan bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril menjadi
lebih efisien, ekonomis, dan terkontrol dengan harapan safety patient semakin terjamin.

Pusat sterilisasi di rumah sakit mempunyai tugas dan fungsi utama yaitu menyiapkan alat
bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit.Untuk lebih jelas dari
fungsi dan tugas CSSD adalah dimulai dari menerima, memproses, memproduksi,
mensterilkan, menyimpan dan mendistribusikan peralatan dan bahan medis steril ke seluruh
unit/ ruang di rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien

A. TUJUAN
1. Membantu unit/ ruang lain di rumah sakit yang membutuhkan alat dan bahan
kondisi steril untuk mencegah terjadinya infeksi.
2. Menurunkan angka kejadian infeksi yang timbul akibat perawatan di rumah sakit.
3. Membantu mencegah serta menanggulangi infeksi nosokomial.
4. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilitas terhadap produk yang
dihasilkan.
5. Membantu effisiensi tenaga medis dan perawat dalam kegiatan pengelolaan alat

8
B. TUGAS PUSAT STERILISASI
Tugas utama dari pusat sterilisasi adalah:
1. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien.
2. Melakukan proses sterilisasi alat dan bahan
3. Mendistribusikan alat steril siap pakai yang dibutuhkan oleh unit/ ruang perawatan.
4. Mendistribusikan alat steril siap pakai yang dibutuhkan oleh ruang/ unit khusus.
5. Mendistribusikan bahan steril siap pakai untuk semua unit/ ruang sesuai kebutuhan.
6. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan, bahan yang aman digunakan untuk
pelayanan pasien dengan tetap memperhatikan mutu, keamanan dan efisiensi.
7. Mempertahankan hasil sterilitas yang memadai sesuai standar untuk keperluan
perawatan pasien.
8. Mempertahankan standar yang telah ditetapkan dan melakukan evaluasi hasil
sterilisasi.
9. Melakukan dokumentasi setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, sterilisasi dan
distribusi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu dan pencegahan
pengendalian infeksi.
10. Melakukan pengawasan terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan
pengendalian infeksi bersama dengan komite Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
(PPI).
11. Memberikan penjelasan dan edukasi terkait masalah sterilisasi.
12. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf CSSD
13. Meningkatkan kemampuan staf CSSD

Tanggung jawab pusat sterilisasi di rumah sakit tergantung dari besar kecilnya rumah sakit.
Hal ini juga terkait dengan struktur organisasi dan proses sterilisasi yang dilakukan

C. AKTIVITAS FUNGSIONAL CSSD


Alur aktivitas CSSD adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan; alat kotor dari berbagai unit perawatan dan unit khusus diterima oleh
petugas CSSD.
2. Pencatatan; alat yang masuk ke CSSD dicatat dalam buku ekspedisi alat masuk.
3. Perendaman; alat dimasukkan dalam bak dan direndam dalam cairan desinfeksi 10-
15 menit.
4. Pencucian; pencucian alat yang telah digunakan harus dibersihkan dengan baik
sebelum disterilkan.
5. Pembilasan; pembilasan dilakukan dengan air yang mengalir.
6. Pengeringan; dilakukan sampai kering betul.
7. Pengamatan dan pengesetan; alat dicek fungsi dan diperiksa kelengkapannya.
Dilakukan pengesetan sesuai kebutuhan dan jenis alat. Bahan linen hasil
pencucianloundry, diperiksa, dan dilakukan setting sesuai kebutuhan dan jenis linen.
8. Pengemasan; alat dikemas dengan bungkus plastik tahan panas (pouces).

9
9. Labelling; setiap kemasan diberi label yang menjelaskan isi set alat,
tanggalsterilisasi, tanggal kadaluarsa, kode petugas dan indikator sterilisasi.
10. Produksi; membuat dan mempersiapkan bahan habis pakai untuk pelayanan steril
(kassa balut, depper, hand scoon, lidi kapas, dll).
11. Proses sterilisasi; dikerjakan oleh staf terlatih.
12. Penyimpanan; penyimpanan alat dan bahan steril pada rak bersih, dengan
memperhatikan kondisi penyimpanan.
13. Distribusi; dilakukan sesuai kebutuhan ruang perawatan/ unit khusus dengan
memperhatikan stok/ kebutuhan
14. Pembersihan dan kontrol alat sterilisasi; dilakukan pemeliharaan alat sterilisasi rutin
setiap bulan sekali

Akltivitas sterilisasi dilakukan setiap hari dengan frekuensi yang cukup sering.Dan supaya
aktivitas tersebut berjalan lancar, baik dan tidak terkendala, diperlukan pemeliharaan,
pengaturan jadwal dan maintenance yang teratur terhadap mesin / alat sterilisasi.

D. PRINSIP DASAR OPERASIONAL CSSD


1. Setiap rumah sakit harus memiliki pusat sterilisasi alat dan bahan yang mandiri yang
mampu memberikan pelayanan sterilisasi di rumah sakit dengan baik
2. Memberikan pelayanan sterilisasi alat dan bahan medik untuk pelayanan perawatan
terhadap pasien untuk kebutuhan seluruh unit rawat inap dan unit khusus di rumah
sakit

10
BAB III
KETENAGAAN

A. STATUS KESEHATAN
Seluruh tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi Rumah Sakit (CSSD) diharapkan:
1. Sehat jasmani, rohani
2. Tidak pernah menderita / sedang menjalani proses pengobatan TBC pada setahun
terakhir.
3. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik dan X-ray untuk penyakit
paru.
4. Cek up kesehatan dan mempunyai laporan mengenai sakit yang pernah dialami
selama bekerja di CSSD seperti infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi
gastrointestinal, infeksi pada mata dan tertusuk jarum minimal setahun satu kali

B. URAIAN TUGAS DAN KUALIFIKASI KETENAGAAN


Kualifikasi tenaga yang bekerja di CSSD dibedakan sesuai dengan kapasitas tugas dan
tanggung jawabnya. Pembagian tugasnya dibagi atas penanggung jawab dan teknis
pelayanan sterilisasi
1. Kepala Instalasi Kamar Bedah
a. Uraian tugas:
1) Memberikan pengarahan terkait ketenagaan dan pekerjaan yang
berhubungan dengan pelayanan unit.
2) Mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, ilmu pengetahuan,
ketrampilan dalam pengembangan diri/ personel CSSD.
3) Menyiapkan konsep dan rencana kerja serta melakukan evaluasi terhadap
kinerja petugas CSSD.
4) Membuat perencanaan program kerja.
5) Bertanggungjawab kepada direktur pelayanan
6) Melakukan pengendalian infeksi, supervise langsung, mengganti / revisi
prosedur, mengevaluasi staf dan melaporkannya
b. Kualifikasi Tenaga:
1) Pada RS kelas A dan B, minimal pendidikan S1 dibidang kesehatan atau
S1 umum dengan masa kerja minimal 5 tahun dibidang sterilisasi.
2) Pada RS kelas C, minimal pendidikan D3 kesehatan atau D3 umum dengan
masa kerja 5 tahun dibidang sterilisasi.
3) Mendapat kursus/ pelatihan tambahan tentang prosedur dan teknis
sterilisasi.
4) Mendapat kursus/ pelatihan tentang manajemen dan kepemimpinan.
5) Mengetahui tentang psikologi personel.

11
6) Berpengalaman kerja dikamar operasi/ unit sterilisasi.
7) Mempunyai kemampuan mengajar dan menulis terkait sterilisasi.
8) Mempunyai keinginan mengembangkan sterilisasi

2. Penanggungjawab CSSD
a. Uraian tugas:
1) Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan proses sterilisasi
di rumah sakit.
2) Mengarahkan semua aktivitas terkait supply alat medis steril bagi
perawatan pasien di rumah sakit.
3) Mengikuti ilmu pengetahuan terkini dalam pengembangan diri/ personel
lain demi kemajuan CSSD.
4) Menentukan metode yang tepat dan effektif bagi pelayanan sterilisasi
5) Bertanggungjawab terhadap penggunaan alat dan bahan sterilisasi secara
benar
6) Memastikan bahwa proses yang diterapkan dalam pelayanan sterilisasi
diterapkan dengan baik.
7) Melakukan koordinasi dengan unit lain dan bekerjasama dalam
mewujudkan mutu pelayanan.
8) Memberikan masukan dan mengusulkan rencana program CSSD
9) Bertanggungjawab langsung kepada direktur pelayanan rumah sakit.
10) Membuat program orientasi tenaga baru.
11) Membuat rencana program terhadap kebutuhan alat dan bahan sesuai
kebutuhan

b. Kualifikasi Tenaga:
1) Minimal pendidikan S1 kesehatan atau D3 kesehatan dengan pengalaman
kerja 3 tahun dibidang sterilisasi.
2) Mendapat kursus/ pelatihan tambahan tentang prosedur dan teknis
sterilisasi.
3) Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas dari unit
yang dipimpinnya.
4) Mendapat kursus/ pelatihan tentang manajemen dan kepemimpinan.
5) Mengetahui tentang psikologi personel.
6) Dapat bekerja dengan baik dalam berbagai kondisi.
7) Mempunyai keinginan mengembangkan sterilisasi
8) Kondisi kesehatan baik secara jasmani maupun rohani

3. Staf CSSD
a. Uraian tugas:
1) Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
2) Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD

12
3) Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
4) Mengikuti prosedur kerja / standar prosedur operasional yang ada
5) Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun
melalui telp.
6) Dapat menjalankan pekerjaan rutin / harian yang relative membosankan.
7) Dapat menerima tekanan kerja.
8) Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas CSSD.
9) Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap
peralatan, gedung / bangunan dan aset yang ada.

b. Kualifikasi Tenaga:
a. Minimal lulusan SMA / SMK atau sederajat dengan tambahan kursus /
pelatihan sterilisasi.
b. Dapat belajar dengan cepat.
c. Mempunyai ketrampilan yang baik.
d. Personal hygiene baik.
e. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
f. Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.

4. Administrator
a. Uraian tugas:
1) Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
2) Bertanggungjawab terhadap bahan yang digunakan di CSSD
3) Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
4) Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur operasional yang ada
5) Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun
melalui telp.
6) Dapat menjalankan pekerjaan rutin / harian terkait pelaporan.
7) Dapat menjalankan tugas administrasi dan stok CSSD dengan baik.
8) Dapat menerima tekanan kerja.
9) Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas CSSD.
10) Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap
peralatan, gedung / bangunan dan aset yang ada.

b. Kualifikasi Tenaga:
1) Minimal lulusan SMA / SMK atau sederajat.
2) Dapat belajar dengan cepat.
3) Mempunyai ketrampilan administrasi yang baik.
4) Personal hygiene baik.
5) Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
6) Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.
7) Disiplin dalam mengerjakan pelaporan bulanan, stok opname, anfrah
BMHP, dll
8)

13
BAB IV
SARANA DAN PRASARANA

Sarana fisik dan peralatan di CSSD sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan membantu
pelayanan di pusat sterilisasi rumah sakit.Dalam perencanaan sarana fisik dan bangunan
sebaiknya melibatkan staf CSSD.Mengingat pusat sterilisasi merupakan jantung rumah sakit
dimana CSSD mempunyai tugas pokok menerima bahan dan alat medik dan menjadikan
seluruh bahan dan alat medik dari semua unit di rumah sakit dalam kondisi steril serta
mendistribusikannya sesuai kebutuhan kondisi steril. Hal ini tidak lepas dari menentukan
lokasi/ tempat CSSD berada.

A. Bangunan CSSD
Yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :
1. RS dengan 200 TT, luas bangunan minimal 130 m2.
2. RS dengan 400 TT, luas bangunan minimal 200 m2.
3. RS dengan 600 TT, luas bangunan minimal 350 m2.
4. RS dengan 800 TT, luas bangunan minimal 400 m2
5. RS dengan 1000 TT, luas bangunan minimal 450 m2 Denah ruang CSSD (Lampiran 1)

B. Lokasi CSSD
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruang pemakai alat / bahan steril terbesar di
rumah sakit seperti kamar bedah, ICU, unit perawatan, dll di rumah sakit. Penetapan /
pemilihan lokasi yang tepat akan memudahkan dan berdampak pada efisiensi kerja dan
meningkatkan pengendalian infeksi di rumah sakit. Lokasi yang tepat akan
meminimalkan resiko kontaminasi silang karena pengaruh lalu lintas/ transportasi alat
steril. Unit CSSD diupayakan juga dekat dengan loundry atau pencucian linen karena set
linen untuk kebutuhan steril akan lebih mudah dalam penyiapannya.

C. Pembangunan dan Persyaratan Ruang Sterilisasi


Pada prinsipnya ruang CSSD terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor yang didesain
sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang antara ruang kotor ke
ruang bersih.Selain itu pembagian ruang CSSD juga dibuat senyaman mungkin
disesuaikan dengan alur kerjanya. Ruang CSSD dibagi dalam 5 (lima) ruang yaitu :
1. Ruang dekontaminasi
Ruang ini didesain untuk penerimaan barang kotor.Unit yang mengirimkan alat
kotor setelah digunakan melalui ruang ini. Ruang dekontaminasi harus dapat
menampung semua barang kotor yang akan dibersihkan dan akan menjalani proses
sterilisasi. Ruang dekontaminasi direncanakan, dipelihara dan selalu dikontrol untuk
mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi petugas

14
penerimaan CSSD dari benda-benda tajam, yang dapat menyebabkan infeksi, racun
dan hal-hal berbahaya lainnya.
a. Ventilasi
Udara dan partikel kecil pada debu dapat membawa mikroorganisme dari satu
termpat ke tempat lainsehingga dapat mengkontaminasi alat kesehatan yang
sudah melewati dekontaminasi, alat bersih siap disterilkan dan bahkan alat yang
sudah steril. Oleh sebab itu, ruang dekontaminasi harus mempunyai sistem
ventilasi yang baik, yaitu:
1) Udara dapat keluar/ dengan dihisap. Ruang dekontaminasi dengan
menggunakan system sirkulasi udara yang mempunyai filter.
2) Tekanan udara harus negatif supaya tidak mengkontaminasi udara ruang
lainnya.
3) Tidak dianjurkan penggunaan kipas angin

b. Suhu dan kelembaban


Suhu dan kelembaban akan mempengaruhi lingkungan kerja dan juga
kenyamanan para petugas di ruang dekontaminasi. Suhu dan kelembaban yang
direkomendasikan adalah:
1) Suhu udara ruangan antara 18 C- 22 C
2) Kelembaban udara antara 35 %- 75 %

c. Kebersihan
Kebersihan ruang CSSD sangatlah penting. Pembersihan ruang, alat dan bahan
yang ada di CSSd harus menggunakan pembersih yang sesuai. Debu, serangga
dan vermin adalah pembawa mikroorganisme penyebab / penyebar infeksi.
Harus ada peraturan tertulis mengenai prosedur pengumpulan sampah,
pembuangan limbah dan transportasinya. Hal ini diberlakukan pada sampah
dan limbah baik yang menyebabkan infeksi dan yang berbahaya atau tidak.
Praktek kebersihan yang dilakukan diantaranya adalah:
1) Setidaknya sekali sehari dipel
2) Setidaknya sekali sehari membersihkan meja kerja, tempat cuci dan
peralatan.
3) Membuang sampah setiap hari, dan mengganti bahan-bahan yang kotor.
4) Langsung membersihkan setiap ada tumpahan cairan.
5) Teratur membersihkan rak penyimpanan, dinding, langit-langit, AC dan
yang lainnya.
6) Bekerjasama dengan sanitasi terhadap control binatang perusak.
7) Pemisahan sampah infeksius dan non infeksius.

15
d. Lokasi ruang dekontaminasi
1) Terletak dibelakang area rumah sakit.
2) Dirancang sebagai area terpisah dengan area disebelahnya.
3) Barang / alat kotor langsug dating/ masuk ke ruang dekontaminasi
4) Barang / alat kotor dicuci/ dibersihkan dan/ atau didesinfeksi sebelum
masuk ke area bersih atau ruang setting sebelum masuk ke mesin
sterilisasi.
5) Terdapat peralatan yang memadai untuk proses dekontaminasi,
pembersihan alat kesehatan

2. Ruang Setting alat


Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat. Alat kesehatan sebelum masuk
mesin sterilisasi disetting sesuai dengan kebutuhan alat yang dibutuhkan oleh
berbagai unit/ ruangan. Diruang ini juga menyimpan alat dan bahan bersih dan
dianjurkan ada tempat penyimpanan barang bersih.

3. Ruang Produksi dan Setting Linen


Ruang ini adalah ruang untuk mempersiapkan bahan penunjang seperti kassa, kapas,
cotton swabs, hand scoon, dan lain-lain. Diruang ini juga dilakukan pemeriksaan
linen dari loundry, dilipat dan dikemas berdasar setting linen kebutuhan kamar
bedah, kamar bersalin, poliklinik, IGD dan ruang lain yang membutuhkan. Pada
daerah ini terdapat rak penyimpanan barang dan linen untuk persiapan sterilisasi.

4. Ruang Sterilisasi
Dari ruang produksi dan setting linen, alat, bahan dan barang masuk ke mesin
sterilisasi. Proses sterilisasi ini dilakukan berdasar bahan dan jenisnya. Desain mesin
sterilisasi pintu masuk alat bersih berbeda dengan pintu keluar saat alat sudah
steril.Hal ini untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi barang yang sudah steril
terhadap kontaminan.Untuk ruang sterilisasi dengan menggunakan Etilen Oksida,
sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang terpisah tetapi masih dalam satu unit dan
memungkinkan udara keluar atau penggunaan exhouse.

5. Ruang Penyimpanan Barang Steril


Ruang ini berada dekat dengan ruang sterilisasi.Apabila menggunakan mesin
sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang
simpan barang steril. Penerangan pada ruang ini harus memadai, suhu ruang antara
18- 22 Celcius dan kelembaban 35-75 %, menggunakan tekanan positif dan
mempunyai dinding lantai keras tapi halus sehingga mudah dibersihkan. Alat steril
yang disimpan ditata di atas rak penyimpanan yang ada jarak dari lantai 19-24 cm
dan minimum 43 cm dari langit-langit.Rak mempunyai jarak 5 cm dari dinding
untuk memudahkan pembersihan.Hindari terjadinya penumpukan debu pada
kemasan dan jangan letakkan rak dekat dengan kran atau saluran air lainnya.
Petugas yang berdinas di ruang penyimpanan barang steril adalah petugas yang
terlatih, sehat, terbebas dari penyakit menular terutama yang ditularkan melalui

16
droplet. Petugas didalam ruang penyimpanan bahan steril menggunakan jas khusus
yang sesuai dengan persyaratan.Lokasi ruang penyimpanan barang steril tidak
berada di lalu lintas utama dengan pintu khusus dan jendela yang minim untuk
mengurangi kemungkinan kuman dari luar masuk

D. Pemeliharaan Mesin Sterilisasi


Beberapa hal mengenai pembersihan dan pemeliharaan alat CSSD adalah :
1. Mesin sterilisasi harus benar-benar disiapkan setiap hari sebelum digunakan.
Pembersihan dilakukan setiap hari. Pembersihan mingguan atau periodic dilakukan
sesuai dengan yang disarankan produsen mesin.
2. Perbaikan terhadap komponen umum dapat dilakukan oleh RS dengan petugas yang
telah mendapat pelatihan dari supplier alat.
3. Perbaikan komponen hanya dilakukan oleh pihak supplier dan petugas RS yang
berkompeten.
4. Staf teknisi yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan CSSD harus terlatih oleh
lembaga berwenang atau pihak pembuat mesin sterilisasi tersebut.
5. Produsen mesin harus membuat instruksi tertilis untuk pemeliharaan mesin
sterilisasi.

E. Kalibrasi alat
Kalibrasi alat secara periodik dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Kalibrasi
alat harus dilakukan oleh orang terlatih terhadap jenis mesin sterilisasi.Secara periodic
minimal sekali dalam setahun dilakukan oleh BPFK atau Badan Pengamanan Fasilitas
Kesehatan Departemen Kesehatan atau agen tunggal pemegang merk alat.

F. Pendokumentasian
Setiap mesin yang ada mempunyai dokumentasi riwayat pemeliharaan / perawatan
mesin.Dokumentasi ini tersimpan dan dilaporkan pada bagian pemeliharaan sarana
medis RS Islam Cibitung Medika, teknisi CSSD atau pihak yang membutuhkan
perawatan mesin tersebut.
Informasi yang dimuat adalah:
1. Tanggal permohonan servis / maintenance mesin.
2. Model dan jenis alat
3. Nama teknisi servis.
4. Alasan / hasil servis (deskripsi yang dilakukan).
5. Jenis dan kuantitas suku cadang jika ada yang diganti.
6. Keterangan / lain-lain
7. Alat Pelindung Diri

Pusat sterilisasi (CSSD) harus dilengkapi dengan alat pelindung diri sesuai kebutuhan
tenaga kerja yang ada didalamnya. Apron lengan panjang yang tahan terhadap cairan
kimia, penutup kepala, masker dan goggle yang dipakai oleh staf saat melakukan
pekerjaan yang memungkinkan adanya percikanatau kontaminasi cairan yang
mengandung darah atau cairan infeksius lainnya. Harus ada alas kaki khusus untuk
memasuki ruang dekontaminasi dan penutup kaki yang tahan air. Penggunaan sarung
tangan, gaun pelindung dan goggle harus dicuci setiap selesai dipakai

17
18
BAB V
PELAYANAN PUSAT STERILISASI (CSSD)

Pusat sterilisasi (CSSD) melayani semua unit dirumah sakit yang membutuhkan alat dan
bahan kondisi steril. Dalam melaksanakan tugasnya, CSSD selalu berhubungan dengan unit
lain diantaranya yaitu:
1. Bagian laundry / pencucian.
2. Instalasi pemeliharaan sarana.
3. Instalasi farmasi.
4. Sanitasi.
5. PPI.
6. Gudang logistik / perlengkapan.
7. Perawatan (rawat inap, unit khusus, dll).

A. Tatalaksana Pelayanan CSSD


1. Perencanaan dan penerimaan barang
a. Linen
b. Instrumen / alat
c. BHP (sarung tangan, kassa, jarum, dll)
2. Pencucian
a. Linen dilakukan dibagian loundry
b. Instrumen
3. Setting
a. Set Instrument
b. Set Linen
4. Pengemasan dan labeling
a. Linen
b. Instrumen
c. BHP
5. Proses sterilisasi
a. Linen
b. Instrumen
c. BHP
6. Penyimpanan dan distribusi
Disesuaikan dengan tanggal kadaluarsa, disesuaikan dan ditempatkan pada rak sesuai
ruang yang membutuhkan.
7. Pemantauan kualitas sterilisasi
a. Pemantauan proses sterilisasi dengan penggunaan indikator sterilitas: Indikator
fisika, kimia dan biologi.
b. Pemantauan hasil steril dengan test mikrobiologi.
8. Pencatatan dan pelaporan

19
B. Alur Kerja
Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam melakukan proses terhadap alat/ bahan. Tujuan
dibuatnya alur sebagai berikut:
1. Pekerjaan dapat effektif dan efisien.
2. Menghindari terjadinya kontaminasi silang.
3. Jarak yang ditempuh pekerja lebih simple dan tidak bolak-balik.
4. Memudahkan dalam pemantauan.

Alur kerja yang dilakukan di CSSD adalah sebagai berikut :


1. Penerimaan alat dari pengguna (user).
2. Diserahkan CSSD melalui bagian penerimaan alat kotor.
3. Pengecekan/ seleksi dan dicatat.
4. Perendaman
5. Pencucian dan dekontaminasi
6. Pengeringan
7. Pengesetan
8. Pengemasan
9. Labeling
10. Proses sterilisasi
11. Gudang simpan steril
12. Distribusi

C. Tahap - Tahap Sterilisasi Alat / Bahan Medis


1. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-benda
yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba berbahaya bagi kehidupan, sehingga
menjadi aman untuk proses-proses selanjutnya. Tujuan dari proses dekontaminasi
ini adalah untuk melindungi pekerja yang bersentuhan langsung dengan alat-alat
kesehatan yang sudah melalui proses dekontaminasi tersebut, dari penyakit yang
mungkin timbul akibat dari mikroorganisme pada alat kesehatan tersebut.
a. Menangani dan Transportasi Benda Kotor
Alat kesehatan pakai ulang yang sudah terkontaminasi harus ditangani dengan
serius, dikumpulkan dan dibawa ke CSSD sedemikian rupa sehingga dapat
terhindar dari kontaminasi terhadap pengunjung, pasien, pekerja dan fasilitas
lainnya. Proses penanganannya adalah :
1) Peralatan habis pakai dipisahkan dari limbahnya. Ditempatkan oleh
pekerjanya langsung yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari
peralatan tersebut
2) Pisahkan benda tajam dan masukkan kedalam container khusus benda
tajam

20
3) Kain dan linen dipisahkan dan masukkan ke unit loundry untuk
penanganan lebih lanjut
4) Peralatan yang terkontaminasi ditempatkan dalam wadah khusus dan
masuk keruang dekontaminasi melewati petugas pencatatan

b. Pembuangan limbah
Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat pakai ulang .Diidentifikasi
dan dibuang sesuai kebijakan RS mengacu peraturan pemerintah.

c. Mencuci/ Cleaning
Semua alat pakai ulang harus melalui pencucian hingga benar-benar bersih
sebelum dilakukan sterilisasi.

d. Perlakuan Alat terkontaminasi


Pembersihan alat pakai ulang yang terkontaminasi harus sesegera mungkin
setelah dipakai.Hal ini dumaksudkan untuk mencegah kotoran menjadi kering
dan lebih sulit dalam pembersihannya. Agar tujuan tersebut dapat tercapai,
maka:
1) Langsung dikirim ke CSSD segera setelah digunakan.
2) Dibersihkan dari kotoran, dicuci dengan air mengalir di tempat pemakaian
sesuai prosedur yang berlaku dan langsung dibungkus untuk menghindari
cipratan, tumpahan atau penguapan dan dibawa keruang dekontaminasi
CSSD.

e. Menangani alat terkontaminasi diruang Dekontaminasi CSSD


Mulai pembersihan :
1) Dibongkar dan periksa semua komponen dalam kondisi lengkap.
2) Disortir berdasar cara pembersihannya.
3) Dibersihkan sebelum proses sterilisasi.
4) Gunakan teknik pencucian sesuai yang disarankan pada alat

f. Bahan-bahan Pencuci (Cleaning Agents)


Supaya efektif, baha pencuci harus membantu menghilangkan residu dan
kotoran organic tanpa merusak alat. Bahan pencuci harus:
1) Sesuai dengan bahan yang disarankan pada alat dan metode mencuci yang
dipilih.
2) Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan pencuci yang
dapat dipakai.
3) Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada tipe kotoran yang ada.
Protein cukup bengan detergen yang bersifat basa. Garam mineral dengan
menggunakan detergen asam.
4) Pertimbangkan penggunaan enzyme pelarut protein untuk mencuci alat.

21
g. Metode Merendam dan Membilas
Mencuci bersih adalah proses menghilangkan semua partikel yang kelihatan
dan hamper semua partikel yang tidak tampak, dan menyiapkan alat-alat agar
aman untuk proses desinfeksi dan sterilisasi. Mencuci dapat dilakukan secara
manual maupun mekanikal atau kombinasi keduanya. Untuk memastikan
kebersihan al;at dan supaya tidak merusak alat, maka:
1) Dibongkar dan periksa semua komponen dalam kondisi lengkap.
2) Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 20 C-43 C selama 15-20
menit dan atau dalam produk enzyme yang dapat melepaskan darah dan
protein lainnya untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada alat dan
juga membantu menghilangkan mikroorganisme.
3) Bilas dengan air keran yang mengalir untuk menghilangkan protein dan
partikel-partikel kotoran.

h. Mencuci Manual
1) Pencucian secara manual dilakukan pada intrumen atau alat yang lembut
dan rumit.
2) Gunakan sikat yang sesuai dengan kebutuhan alat atau yang disarankan
oleh produsen alat.
3) Bilas dengan air mengalir dengan suhu 40 C-50 C. Lebih baik lagi
menggunakan air deionisasi atau air sulingan.
4) Setelah dicuci, dibilas, keringkan terlebih dahulu sebelum melalui proses
berikutnya.

i. Mencuci Mekanik
1) Menggunakan mesin cuci akan dapat meningkatkan produktifitas, lebih
bersih dan lebih aman untuk petugas.
2) Pembersih ultrasonic melepas semua kotoran dari seluruh permukaan alat/
instrument.
3) Alat pembersih juga perlu dilakukan pembersihan secara rutin.

j. Desinfeksi Kimia
1) Pemilihan jenis desinfeksi berdasarkan pemakaian alat dan level desinfeksi
yang diperlukan untuk pemakaian tersebut.
2) Harus sesuai label instruksi dari produsen alat dan bahan tersebut.

2. Pengemasan
Pengemasan yang dimaksud adalah termasuk semua material yang tersedia untuk
membungkus, mengemas dan menampug alat-alat yang dipakai ulang sebelum
proses sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian. Tujuan pengemasan adalah sebagai
perlindungan terhadap alat dan bahan terhadap segala penyebab yang merusak
kondisi steril.

22
Syarat Bahan Kemasan:
a. Dapat menahan mikroorganisme dan bakteri
b. Kuat dan tahan lama
c. Mudah digunakan
d. Tidak mengandung racun
e. Segel yang baik
f. Dapat dibuka dengan mudah dan aman
g. Masa kadaluarsa

Tipe-tipe Bahan Kemasan :


a. Kertas
b. Film Plastik
c. Kain (linen)
d. Kain campuran

Prosedur dan Langkah-langkah Pengemasan


Prosedur pengemasan harus mencakup :
a. Nama alat yang akan dikemas
b. Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan sesuai instruksi produk dan
spesifikasinya.
c. Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang digunakan
d. Tipe dan ukuran alat yang akan dikemas
e. Penempatan alat-alat dalam kemasan
f. Tips dan penempatan yang tepat indicator kimia eksternal dan internal
g. Metode atau teknik pengemasan
h. Metode pemberian segel kemasan
i. Metode dan penempelan label identifikasi isi kemasan
j. Aplikasi informasi pengendalian mutu, seperti nomer lot, tanggal, kode petugas
k. Petunjuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
l. Peringatan waktu pengeringan, pendinginan dan penanganan asetelah proses
sterilisasi
m. Informasi aplikasi pelindung
n. Petunjuk penempatan pada penyimpanan dan atau distribusi ke tempat
pemakaian
o. Informasi kepada pemakai untuk mencegah kemungkinan kontaminasi

3. Metode Sterilisasi
a. Sterilisasi Panas Kering
Terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan diabsorbsi oleh
permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu merambat ke bagian dalam
permukaan sampai akhirnya suhu sterilisasi tercapai. Biasanya digunakan pada
bahan yang terbuat dari kaca.

23
b. Sterilisasi Etilen Oksida (EtO)
Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan gas dan uap sterilan yang baik,
dan juga siap melepaskan gas dan uap tersebut dari kemasan dan isinya selama
waktu aerasi

c. Sterilisasi uap
Uap dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan koagulasi sel
protein secara irreversible.

d. Mesin sterilisasi uap

e. Sterilisasi dengan Plasma


Sterilisasi ini digunakan pada plasma yang terbentuk dari hidrogen piroksida

f. Sterilisasi suhu Rendah Uap Formaldehid


Telah lama digunakan untuk mendisinfeksi ruangan, lemari, maupun
instrumen.Sayangnya formaldehid (dalam keadaan tunggal) tidak dapat
digunakan untuk sterilisasi alat rentan panas, khususnya dengan lumen kecil,
karena daya penetrasinya lemah serta aktivitas sporisidalnya juga lemah

4. Pengujian Alat Sterilisasi

24
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan proses
sterilisasi dan cakupan program pelayanan proses sterilisasi seawal mungkin, untuk
dapat menemukan dan selanjutnya memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program.
1. Tujuan dilakukannya monitoring adalah:
a. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau disain dari sistem
pelayanan sterilisasi (bila perlu).
b. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan sterilisasi yang
dilaksanakan di lapangan, sesuai dengan temuan-temuan dilapangan.
c. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian
pelayanan sterilisasi di Rumah Sakit Cibitung Medika. Monitoring sebaiknya
dilakukan sesuai keperluan dan dipergunakan segera untuk perbaikan program.

2. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas adalah :


a. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan.
Setiap item/kemasan yang akan disterilkan harus mencantumkan identitas
berupa nomor lot yang mencakup nomor mesin sterilisasi, tanggal proses
sterilisasi, dan keterangan siklus keberapa dari mesin sterilisasi.
Pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat diperlukannya melakukan
recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah terdistribusikan.
b. Data mesin sterilisasi.
Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan informasi berikut harus
didokumentasikan :
1) Nomor lot
2) Informasi umum kemasan (misal : kemasan linen, atau kemasan
instrument)
3) Waktu pemaparan dan suhu (kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi)
4) Nama operator
5) Data hasil pengujian biologis
6) Data respons terhadap indikator kimia
7) Data hasil dari uji Bowie-Dick
Dokumentasi ini akan bermanfaat dalam monitoring proses dan
memastikan bahwa parameter pada setiap siklus proses sterilisasi telah
tercapai sehingga akuntabilitas proses terjamin. Dengan melakukan
dokumentasi ini maka apabila ada barang yang harus ditarik ulang akan
menjadi lebih mudah.
c. Waktu Kadaluarsa.
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang
mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan rotasi stok,
walaupun kadaluarsa tidak tergantung pada waktu melainkan pada kejadian
yang dialami oleh kemasan tersebut.

25
B. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap
pengemasan, sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka
kinerja dari pengelolaan sterilisasi di Rumah Sakit Cibitung Medika.
Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :
1. Meningkatkan kinerja pengelolaan sterilisasi Rumah Sakit Cibitung Medika
2. Sebagai acuan/masukan dalam perencanaan sterilisasi, bahwa barang-barang yang
disterilkan di jamin kesterilannya.
3. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin-mesin sterilisasi
4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya
manusia

26
BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

A. Pencegahan Kecelakaan Pada Petugas


Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan CSSD
menjadi tanggung jawab petugas CSSD setelah dilakukan pembekalan terhadap petugas
tehadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan CSSD.Pada dasarnya
kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang dapat di
timbulkannya.Dengan memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-teknik bekerja
secara aman maka resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat di turunkan secara
signifikan.

B. Penerimaan Barang Kotor dan Daerah Dekontaminasi


Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-zat kimia di
lingkungan CSSD dapat menyebabkan luka, penyakit dan dalam kondisi yang ekstrim
menyebabkan kematian.Upaya pencegahan dapat di lakukan secara efektif dengan
menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, penutup kepala, penutup kaki,
gaun anti cairan, masker maupun goggle mata.Penyedian alat pelindung diri menjadi
tanggung jawab institusi bersangkutan, tetapi adalah tanggung jawab petugas CSSD
untuk melindungi dirinya dengan menggunakan alat pelindung diri secara benar.
Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti pisau, jarum dll
dapat menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya dapat memungkinkan
masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh sehingga menyebabkan terjadinya
penyakit.

Saran tindakan aman


1. Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi barang
terkontaminasi tanpa dapat melihat secara jelas isi dari wadah tadi
2. Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alat-alat, lalu
pindahkan alat/instrument satu persatu. Pastikan agar bagian yang runcing dari
instrument mengarah berlawanan terhadap tubuh kita pada saat transportasi.
3. Buang sampah benda tajam (jarum suntik, blades) ke dalam wadah yang tahan
tusukan dan tidak dibuang pada tempat sampah biasa.
4. Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari instrument lain
dan posisikan sedemikian sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya luka
pada petugas lain dengan penanganan normal
5. Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penanganan zat kimia secara aman, dan
gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap kulit dan
membran mukosa yang dapat menyebabkan luka bakar kimia
6. Berhati-hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa
kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat licin lantai, sebaiknya ada rambu-
rambu peringatan

27
7. Pada saat mencuci instrument di dalam sink, perhatikan untuk selalu menggosok
dibawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol yang dapat terhirup

C. Penyiapan Proses Sterilisasi dan Daerah Sterilisasi


Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang sudah
mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara menggunakan mesin
sterilisasi secara benar. Dengan demikian maka kemungkinan terjadinya kecelakaan
kerja dapat diperkecil dan upaya untuk menghasilkan barang-barang steril menjadi lebih
terjamin.
Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit maupun
membran mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun akibat terlalu
dekatnya posisi terhadap sumber panas (sterilisasi uap atau kereta barang yang
panas).Luka bakar elektris, akibat penggunaan instrument/alat listrik.Luka pada mata
akibat cipratan zat kimia sehingga pemakaian alat pelindung mata diperlukan.

Saran tindakan aman


1. Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani kereta mesin sterilisasi
atau pada saat berhubungan dengan objek lain bersuhu tinggi
2. Letakkan kereta mesin sterilisasi diluar daerah lalu lalang petugas CSSD lain untuk
menghindari petugas lain menyentuh kereta yang panas ini.
3. Tindakan hati-hati harus diperhatikan pada saat menggunakan “sealer panas “ dan
pemotong kantung sterilisasi (pouches)
4. Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih
5. Pengoperasian dan instalasi mesin sterilisasi etilen oksida harus dilakukan dengan
memperhatikan sistem ventilasi dan sistem exhaust yang berhubungan langsung
dengan udara luar (ke luar gedung)
6. Pada saat memindahkan barang ke dalam cabinet aerasi, petugas harus
menggunakan sarung tangan dan tidak memegang barang dekat dengan tubuh atau
menghisap udara di atas barang yang di pindahkan tersebut
7. Pada saat memindahkan wadah dari mesin EO ke dalam aerator sebaiknya kereta
ditarik dan tidak di dorong
8. Setelah barang di masukkan ke dalam kabinet aerasi dan siklus aerasi sudah di
jalankan, maka fase siklus tersebut tidak boleh dihentikan sampai proses aerasi
selesai
9. Apabila ada petugas yang terpapar dengan EO segera bawa ke ruang gawat darurat
untuk evaluasi lebih lanjut

28
D. Pencegahan Kecelakaan Pada Pasien
Petugas CSSD mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya
kecelakaan pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit sehubungan dengan alat-
alat/instrument yang di gunakan. Melakukan proses dekontaminasi, disinfeksi,
pengemasan, sterilisasi, dan penanganan barang steril secara aseptic dan benar sesuai
dengan SOP yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi petugas untuk mencegah
terjadinya kecelakaan/luka pada pasien. Pasien penerima barang yang belum di uji
kelayakan fungsi dan cara pakainya dapat mengalami komplikasi maupun penundaan
tindakan. Alat-alat terkontaminasi atau on-steril (seperti instrument bedah) apabila di
gunakan pada pasien dapat menimbulkan infeksi nosokomial.
Saran tindakan aman
1. Lakukan pengujian terhadap instrument/alat sebelum di distribusikan dari CSSD
sesuai dengan petunjuk pabrik dan SOP di CSSD
2. Pastikan bahwa semua barang telah di dekontaminasi dan bebas dari pengotor,
kerusakan atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang /alat
3. Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat
transportasi menuju daerah dekontaminasi
4. Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisai
mengalami pengujian secara teratur dan dijamin bekerja secara baik
5. Pastikan bahwa semua komponen instrument berada dalam keadaan lengkap, dan
berfungsi secara normal
6. Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus
berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi
udara dalam chamber (sistem mesin sterilisasi uap pre-vakum)

E. Penanganan zat-zat kimia di CSSD


Penanganan zat-zat kimia di CSSD sangat perlu di perhatikan mengingat banyak zat
kimia yang digunakan di CSSD bersifat toksik.Apabila penanganannya tidak dilakukan
dengan baik maka dapat membahayakan baik petugas CSSD itu sendiri maupun pasien.
1. Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90 %) digunakan sebagai
desinfektan intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal,
dan virusidal.

Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit

29
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


a. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan

2. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bau menyengat. Umumnya
digunakan sebagai disinfektan. Formalin adalah larutan yang mengandung
formaldehid dan methanol dengan kadar bervariasi (biasanya antara 12-15 %).

Bahaya terhadap kesehatan


Dosis toksik : Dosis letal pada manusia secara oral 0,5 - 5g/kg BB
Akut : 2-3 ppm, rasa gatal pada mata, 4-5ppm lakrimasi, 10 ppm lakrimasi
berat, 10-20 ppm susah bernafas, batuk, terasa panas pada hidung
dan tenggorokan, 50-100 ppm iritasi akut saluran pernafasan
Lambat : Sensitisasi dermatitis
Kronik : Karsinogenik, gangguan menstruasi dan kesuburan pada wanita,
percikan larutan pada mata dapat menyebabkan kerusakan berat s/d
menetap, s/d menetap, kornea buram dan buta.

Dosis toksik : Dosis letal pada manusia secara oral 0,5 - 5 g/kg BB
Akut : 2-3 ppm, rasa gatal pada mata, 4-5 ppm lakrimasi, 10 ppm
lakrimasi berat,10-20 ppm susah bernafas, batuk, terasa panas
pada hidung dan tenggorokan, 50-100 ppm iritasi akut saluran
Pernafasan
Lambat : Sensitisasi dermatitis
Kronik : Karsinogenik, gangguan menstruasi dan kesuburan pada wanita,
Percikan larutan pada mata dapat menyebabkan kerusakan berat
s/d menetap, kornea buram dan buta
: Menyebabkan luka korosif mukosa gastrointestinal disertai mual,
Jika Tertelan
Muntah, perdarahan.
Jika terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme
Kontak kulit : Iritasi pada kulit
Kontak mata : iritasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat menyebabkan
kornea buram dan buta

Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
Tindakan pertolongan pada pemaparan mata

30
a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


a. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal


Pada keracunan formaldehid ringan, perlu dilakukan tindakan berikut:
a. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 20 cc sekali minum, untuk anak-
anak maksimal 100 ml.
b. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
c. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel
dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi

3. Etilen Oksida
Etilen oksida merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam proses sterilisasi
kimia alat-alat kesehatan, pereaksi dalam sintesa kimia organik terutama dalam
pembuatan etilen glikol, fungisida, dan fumigan bahan makanan dan tekstil

Bahaya utama terhadap kesehatan


Inhalasi : Pemaparan jangka pendek : iritasi, daya cium menurun, dispnea,
nyeri kepala, mengantuk, gejala mabuk, gangguan keseimbangan
tubuh
Kontak kulit : Pemaparan jangka pendek : reaksi alergi, kulit terasa panas,
melepuh, frostbite.
Kontak mata : Pemaparan jangka pendek: terasa panas, frostbite, mata berair,
pemaparan jangka panjang: dapat menimbulkan kontak
Tertelan : Pemaparan jangka pendek : terasa panas terbakar, sakit
tenggorokan, mual, muntah, frostbite, diare, nyeri perut, nyeri dada,
nyeri kepala, sianosis. Pemaparan jangka panjang : Kerusakan hati,
potensial karsinogen
Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik

31
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


a. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal


a. Induksi muntah tidak dilakukan (kontra indikasi)
b. Aspirasi dan kumbah lambung tidak dianjurkan
c. Berikan karbon aktif dosis tunggal 1 gr/kg atau dewasa 30-100 gr dan anak-
anak 15-30 gr. Cara pemberian : dicampur rata dengan perbandingan 5-10 gr
karbon aktif dengan 100-200 ml air. Dewasa 10 gr tiap 20 menit, anak-anak 5
gr tiap 20 menit

4. Lisol
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat,
hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbon kreolin, likresol. Lisol banyak
digunakan sebagai desinfektan rumah tangga untuk membersihkan lantai, kamar
mandi/WC dan untuk menghilangkan bau busuk.Dalam bidang kesehatan digunakan
sebagai larutan antiseptic dengan konsentrasi antara 1-2 %.LDL oral pada manusia
adalah 140 mg/kg.

Bahaya utama pada kesehatan


Pada Kulit dan Mukosa : Gatal dan mati rasa dan pada keadaan berulang atau
berat : kemerahan, gatal dan luka bakar.

32
Kronis Pada Kulit : Eritema, vesikel, dan akhirnya padat mengalami
dermatitis kontak
Pemaparan Mata : Iritasi Konjungtiva, kornea berwarna putih, edema
Palpebra dan iritis, nyeri abdomen, muntah dan rash.
Jika konsentrasi fenol > 5% dapat menyebabkan luka
Bakar pada mulut dan esophagus.
Efek Pada Sitem : Hipotensi dan Syok Kardiovaskuler
Efek Pada Ginjal : Urin berwarna gelap karena hemoglobinuri
Efek Pada Pernafasan : Depresi pernafasan dan gagal nafas

Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berup penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


a. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah / plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal


a. Segera beri pasien atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-
anak maksimal 100 ml.
b. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
c. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel
dapat di pertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi

5. Natrium Hipoklorit

33
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif
Natrium hipoklorit (Na OCL) 5-10 %.Selain digunakan sebagai pemutih juga
digunakan sebagai disinfektan. Pada konsentrasi > 20 % zat ini bersifat korosif dan
bila tertelan akan berbahaya karena jika kontak dengan asam lambung akan
melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru

Bahaya utama terhadap kesehatan


a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yan terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


a. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan air mengalir minimal 10
menit
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah /plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal


a. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-
anak maksimal 100 ml
b. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
c. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel
dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.
d. Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antacid

F. Alat pelindung diri

34
Instalasi pusat sterilisasi harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti apron
lengan panjang yang tahan terhadap cairan atau karet yang tahan terhadap cairan
kimia heavy-duty, penutup kepala, masker “high-filtration”, dan “tight fitting”gogle,
khususnya dipakai oleh staf saat melakukan prosedur yang memungkinkan
terjadinya cipratan atau kontaminasi dari cairan yang mengandung darah atau cairan
tubuh lainnya. Harus ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi
dan penutup sepatu tahan air yang diperlukan untuk melindungi sepatu dan masker,
dan gogle harus dilepaskan saat meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung tangan,
gaun pelindung, dan goGgle harus dicuci setiap hari.Alat pelindung yang dipakai
ulang harus dilaundry setelah setiap pemakaian

Direktur Rumah Sakit,

dr. Fauzi Andiwinata

35
36

Anda mungkin juga menyukai