Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh :

OOM KOMARIYAH

NPM : 21.156.03.11.083

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1) DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

BEKASI

2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

I. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan
II. Proses Terjadinya
A. Pengertian
Kekerasan (violence) merupakan suatu bentuk perilaku agresi (aggressive behavior)
yang menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, termasuk terhadap hewan atau
benda-benda. Ada perbedaan antara agresi sebagai bentuk pikiran maupun perasaan
dengan agresi sebagai bentuk perilaku. Agresi adalah suatu respon terhadap kemarahan,
kekecewaan, perasaan dendam atau ancaman yang memancing amarah (Muhith, 2015).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,orang lain, dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat sedang
berlangsung perilaku kekerasan terdahulu. (Yosep, 2010).
B. Etiologi/Faktor Yang Berhubungan
Menurut Sujuono Riyadi (2009), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan yaitu:
1. Faktor predisposisi
a. Faktor biologis
1) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
2) Psycomatic theory (teori psikomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maaupun lingkungan. Dalaam hal ini sistem
limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat
rasa marah.
b. Faktor psikologis
1) Frustasion aggression theory (teori agresif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi
frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau
terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif
karena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
2) Behaviororal theory (teori perilaku).
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia
fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang diterima pada saat
melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau luar
rumah. Semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan.
3) Existentinal theory (teori eksistensi)
Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif maka
individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
c. Faktor social kultural
1) Social environment theory (teori lingkungan)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
menekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif
agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptaakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
2) Social learning theory (teori belajar sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui
proses sosialisasi.
2. Faktor prespitasi
Menurut Yosep (2010), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan
seringkali berkaitan dengan:
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal dan
sebagainya.
b. Ekspesi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat dan
alcoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.

C. Mekanisme Koping

Menurut stuart dan laraia (2001), mekanisme koping yang dipakai pada klien marah
untuk melindungi diri antara lain:

1. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti
meremas adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan kerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya
tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar.
Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orangtuanya yang tidak disukainya.
Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa
membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan, sehingga
perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-
lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang
tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.
Misalnya anak berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari
ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang
perangan dengan temennya.
D. Tanda Dan Gejala

Menurut yosep (2010) perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan
gejala perilaku kekerasan:

1. Muka merah dan tegang


2. Mata melotot atau pandangan tajam
3. Tangan mengepal
4. Rahang mengatup
5. Wajah memerah dan tegang
6. Postur tubuh kaku
7. Pandangan tajam
8. Mengatupkan rahang dengan kuat
9. Mengepalkan tangan
10. Jalan mondar-mandir
E. Penatalaksanaan
1. Farmakologi:
a. Obat anti psikosis:Penotizin
b. Obat anti depresi:Amitripilin
c. Obat anti ansietas:Diasepam,Bromozepam,Clobozam
d. Obat anti insomnia:Phneobarbital
2. Non-Farmakologi:
a. Terapi Somatis
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif
dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien. Walaupun
yang diberi perlakuan adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien.
Jenis terapi somatis adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi dan fototerapi
(Kusumawati & Yudi, 2010).
1) Pengikatan
Merupakan terapi menggunakan alat mekanik atau manual untuk membatasi
mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedera fisik pada klien
sendiri dan orang lain.
2) Terapi Kejang listrik
Terapi kejang listrik atau Electro Convulsif Therapi (ECT) adalah bentuk
terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan
mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan dipelipis pasien.
Terapi ini ada awalnya untuk menangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali
terapi biasanya dilaksanakan setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali) dengan
kekuatan arus listrik (2-3 joule).
3) Isolasi
Merupakan bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri diruang tersendiri
untuk mengendalikan perilakunya dan melindungi klien, orang lain dan
lingkungan. Akan tetapi tidak dianjurkan pada klien dengan risiko bunuh diri.
Terapi Kelompok:Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan
keadaan klien karena masalah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah
laku pada orang lain.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Strategi pelaksanaan pasien perilaku kekerasan
Startegi pelaksanaan dapat dilakukan berupa komunikasi terapeutik kepada
pasien perilaku kekerasan maupun pada keluarga. Tindakan keperawatan
terhadap pasien dapat dilakukan minimal empat kali pertemuan dan
dilanjutkan sampai pasien dan keluarga dapat mengontrol dan mengendalikan
perilaku kekerasan. Pada masingmasing pertemuan dilakukan tindakan
keperawatan berdasarkan strategi pelaksanaan (SP) sebagai berikut
(Pusdiklatnakes, 2012) : a)
a. Latihan strategi pelaksanaan 1 untuk pasien : latihan nafas dalam dan
memukul kasur atau bantal.
b. Latihan strategi pelaksanaan 2 untuk pasien : latihan minum obat
c. Latihan strategi pelaksanaam 3 untuk pasien : Latihan cara sosial atau
verbal
d. Latihan strategi pelaksanaan 4 untuk pasien : Latihan cara spiritual
Tindakan keperawatan berdasarkan strategi pelaksanaan (SP) sebagai
berikut :
1) Latihan strategi pelaksanaan 1 untuk keluarga : Cara merawat pasien
dan melatih latihan fisik
2) Latihan strategi pelaksanaan 2 untuk keluarga : Cara memberi minum
obat
3) Latihan strategi pelaksanaan 3 untuk keluarga : Melatih keluarga cara
mengontrol marah dengan cara sosial atau verbal.
4) Latihan strategi pelaksanaan 4 untuk keluarga : cara mengontrol rasa
marah dengan cara spiritual, latih cara spiritual, jelaskan follow up ke
puskesmas, tanda kambuh.
2. Terapi modalitas Terapi modalitas keperawatan jiwa dilakukan untuk
memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan dan
bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien
dapat terus bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem
pendukung yang ada ketika menjalani terapi (Nasir & Muhits dalam Direja,
2011). Jenis-jenis terapi modalitas adalah :
e. Psikoterapi
Merupakan suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional terhadap
pasien yang dilakukan oleh seseorang yang terlatih dan sukarela.
Psikoterapi dilakukan agar klien mengalami tingkah lakunya dan
mengganti tingkah laku yang lebih konstruktif melalui pamhaman-
pemahaman selama ini kurang baik dan cenderung merugikan baik diri
sendiri , orang lain maupun lingkungan sekitar.
f. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi Aktivitas Kelompok sering digunakan dalam praktik kesehatan
jiwa, bahkan merupakan hal yang terpenting dari keterampilan terapeutik
dalam ilmu keperawatan. Pemimpin atau leader kelompok dapat
menggunakan keunikan individu untuk mendorong anggota kelompok
untuk mengungkapkan masalah dan mendapatkan bantuan penyelesaian
masalahnya dari kelompok, perawat juga adapatif menilai respon klien
selamaberada dalam kelompok. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok yang
digunakan pada klien dengan perilaku kekerasan adalah Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Persepsi atau Kognitif. Terapi yang bertujuan untuk
membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli
persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta
mengurangi perilaku maladaptif. Karakteristiknya yaitu pada penderita
gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilainilai, menarik diri dari
realitas dan inisiasi atau ide-ide negatif.
3. Terapi Keluarga Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian :
a. Bina hubungan saling percaya (BHSP)
b. Jangan memancing emosi klien
c. Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
d. Memberikan kesempatanpada klien dalam mengemukakan pendapat
e. Anjurkan pada klien untuk mengemukakan maslah yang dialami
f. Mendengarkan keluhan klien
g. Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien
h. Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan klien
i. Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonis
j. Jika terjadi perilaku kekerasan yang dilakukan adalah : bawa klien
ketempat yang tenang dan aman, hindari benda tajam, lakukan fiksasi
sementara, rujuk ke pelayanan kesehatan (Afnuhazi, 2015)
F. Pohon Masalah

Gangguan Konsep Diri:Harga Diri Rendah

Perilaku Kekerasan

Resiko Menciderai Diri Sendiri,Orang


Lain dan Lingkungan

G. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dari pohon masalah pada gambar diatas adalah sebagai berikut :
1. Risiko perilaku mencederai diri berhubungan dengan perilaku kekerasan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah kronis.
3. Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan defisit perawatan diri mandi
dan berhias.
4. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah.
ASUHAN KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN
Diagnosa Perencanaan
No.
Tgl Keperawat Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
Dx
an Evaluasi
1 2 3 4 5 6 7
Perilaku 1.Klien dapat 1.1 klien mau membalas salam 1.1.1 beri salam/ panggil nama klien  Hubungan saling percaya
kekerasan membina 1.2 klien mau menjabat tangan 1.1.2 sebutkan nama perawat sambil merupakan landasann
hubungan saling 1.3 klien mau menyebutkan nama jabat tangan utama untuk hubungan
percaya 1.4 klien mau tersenyum 1.1.3 jelaskan maksud hubungan selanjutnya.
1.5 klien mau kontak mata interaksi
1.6 klien mengetahui nama perawat 1.1.4 jelaskan tentang kontrak yang
1.7 menyediakan waktu untuk akan dibuat
kontrak 1.1.5 beri rasa aman dan sikap empati
1.1.6 lakukan kontak singkat tapi
sering
2.Klien dapat 2.1 Klien dapat mengungkapkan 2.1.1 Beri kesempatan untuk  Beri kesempatan untuk
mengindetifikas perasaannya mengungkapkan perasaannya mengungkapkan
i penyebab 2.2 Klien dapat mengungkapkan 2.1.2 Bantu klien untuk perasaannya dapat
perilaku penyebab perasaan jengkel//kesal mengungkapkan penyebab membantu mengurangi
kekerasan (dari diri sendiri,dari jengkel/kesal stress dan penyebab
lingkungan/orang lain) perasaan jengkel/kesal
dapat diketahui
3.Klien dapat 3.1 Klien dapat mengungkapkan 3.1.1 Anjurkan klien mengungkapkan  Untuk mengetahui hal
mengidentifikas perasaan saat marah/jengkel apa yang dialami saat marah/jengkel yang dialami dan dirasa
i tanda-tanda 3.2 Klien dapat menyimpulkan 3.1.2 Observasi tanda perilaku saat jengkel
perilaku tanda-tanda jengkel/kesal yang kekerasan pada klien  Untuk mengetahui tanda-
kekerasan dialami 3.1.3 Simpulkan bersama klien tanda- tanda klien jengkel/kesal
tanda jengkel/kesal yang dialami  Menarik kesimpulan
klien bersama klien supaya
klien mengetahui secara
garis besar tanda-tanda
marah/kesal
4.Klien dapat 4.1 Klien dapat mengungkapkan 4.1.1 Anjurkan klien untuk  Mengeksplorasi perasaan
mengidentifikas perilaku kekerasan yang biasa mengungkapkan perilaku kekerasan klien terhadap perilaku
i perilaku dilakukan yang biasa dilakukan klien kekerasan yang biasa
kekerasan yang 4.2 Klien dapat bermain peran 4.1.2 Bantu klien bermain peran dilakukan
biasa dilakukan dengan perilaku kekerasan yang sesuai dengan perilaku kekerasan  Untuk mengetahui
biasa dilakukan yang biasa dilakukan perilaku kekerasan yang
4.3 Klien dapat mengetahui cara 4.1.3 Bicarakan dengan klien apakah biasa dilakukan dan
yang biasa dapat menyesuaikan cara yang klien lakukan masalahnya dengan bantuan perawat
masalah atau tidak selesai? bisa membedakan
perilaku konstruktif dan
destruktif
 Dapat membantu klien
dapat menemukan cara
yang dapat menyelesaikan
masalah
5.Klien dapat 5.1 Klien dapat menjelaskan akibat 5.1.1 Bicarakan akibat/kerugian dari  Membantu klien untuk
mengidentifikas dari cara yang digunakan klien cara yang dilakukan klien menilai perilaku
i akibat perilaku 5.1.2 Bersama klien menyimpulkan kekerasan yang
kekerasan akibat vara yang digunakan oleh dilakukannya
klien  Dengan mengetahui
akibat perilaku kekerasan
diharapkan klien dapat
merubah perilaku
destruktif yang
dilakukannya menjadi
perilaku yang konstruktif.
6.Klien dapat 6.1 Klien dapat melakukan cara 6.1.1 Tanyakan pada klien “apakah ia  Agar klien dapat
mengidentifikas berespon terhadap kemarahan ingin mempelajari cara baru yang mempelajari cara yang
i cara secara konstruktif sehat?” lain yang konstruktif
konstruktif 6.1.2 Berikan pujian jika klien  Dengan mengidentifikasi
dalam merespon mengetahui cara lain yang sehat cara yang konstruktif
terhadap 6.1.3 Diskusikan dengan klien cara dalam merespon terhadap
kemarahan lain yang sehat kemarahan dapat
a. Secara fisik:tarik nafas membantu klien
dalam jika sedang menemukan cara yang
kesal/memukul bantal/kasur baik untuk mengurangi
atau olah raga atau kejengkelannya sehinga
pekerjaan yang memerlukan klien tidak stress lagi
tenaga  Reinforcement positif
b. Secara verbal:katakana dapat memotivasi klien
bahwa anda sedang meningkatkan harga
kesal/tersinggung/jengkel
(saya kesal anda berkata dirinya
seperti itu;saya marah  Berdiskusi dengan klien
karena mama tidak untuk memilih cara yang
memenuhi keinginan saya lain sesuai dengan
c. Secara sosial:lakukan dalan kemampuan klien
kelompok cara-cara marah
yang sehat;latihan
asentif.Latihan manajemen
perilaku kekerasan
d. Secara spiritual:anjurkan
klien
sembahyang,berdo’a/ibadah
lain;meminta pada Tuhan
untuk diberi
kesabaran,mengadu pada
Tuhan
kekerasan/kejengkelan.
7.Klien dapat 7.1 Klien dapat mendemonstrasikan 7.1.1 Bantu klien memilih cara yang  Memberikan stimulasi
mendemonstrasi cara mengontrol perilaku paling tepat untuk klien kepada klien untuk
kan cara kekerasan: 7.1.2 Bantu klien mengidentifikasi menilai respon perilaku
mengontrol cara  Fisik:tarik nafas manfaat cara dipilih kekerasan secara tepat
mengontrol dalam,olah raga,menyiram 7.1.3 Bantu keluarga klien untuk  Membantu klien dalam
perilaku tanaman menstimulasi cara tersebut (role play) mebuat keputusan
kekerasan  Verbal:mengatakannya 7.1.4 Berreinforcement positif atau terhadap cara yang telah
secara langsung dengan keberhasilan klien menstimulasi cara dipilihnya dengan melihat
tidak menyakiti tersebut manfaatnya
 Spiritual:sembahyang,berd 7.1.5 Anjurkan klien untuk  Agar klien mengetahui
o’a atau ibadah lain menggunakan cara yang telah cara marah yang
dipelajari saat jengkel/marah konstruktif
 Pujian dapat
meningkatkan motivasi
dan harga diri klien
 Agar klien dapat
melaksanakan cara yang
telah dipilihnya jika ia
sedang kesal atau marah
8.Klien 8.1 Keluarga klien dapat: 8.1.1 Identifikasi kemampuan  Kemampuan keluarga
mendapat  Menyebutkan cara keluarga merawat klien dalam mengidentifikasi
dukungan dari sikap apa yang
keluarga dalam merawat klien yang telah dilakukan akan memungkinkan
mengontrol berperilaku kekerasan keluarga terhadap klien keluarga untuk melakukan
perilaku  Mengungkapkan rasa puas selama ini penilaian terhadap
kekerasan dalam merawat klien 8.1.2 Jelaskan peran serta perilaku kekerasan
keluarga dalam  Meningkatkan
merawat klien pengetahuan keluarga
8.1.3 Jelaskan cara-cara tentang cara merawat
merawat klien: klien sehingga keluarga
 Terkait dengan terlibat dalam perawatan
cara mengontrol klien
perilaku marah  Agar keluarga dapat
secara konstruktif merawat klien dengan
 Sikap perilaku kekerasan
tenang,bicara  Agar keluarga mengetahui
tenang dan jelas cara merawat klien
 Membantu klien melalui demonstrasi yang
mengenal dilihat keluarga secara
penyebab ia marah langsung
8.1.4 Bantu keluarga  Mengeksplorasi perasaan
mendemonstrasikan keluarga setelah
cara merawat klien melakukan demonstrasi
8.1.5 Bantu keluarga
mengungkapkan
perasaannya setelah
melakukan demonstrasi
9.Klien dapat 9.1 Klien dapat menyebutkan obat- 9.1.1 Jelaskan jenis-jenis obat yang  Klien dan keluarga dapat
menggunakan obatan yang diminum dan diminum klien pada klien keluarga mengetahui nama-nama
obat-obatan kegunaannya (jenis,waktu,dan efek) 9.1.2 Diskusikan manfaat minum obat yang diminum oleh
yang diminum 9.2 Klien dapat minum obat sesuai obat dan kerugian berhenti minum klien
dan program pengobatan obat tanpa seizing dokter  Klien dan keluarga dapat
kegunaannya 9.2.1 Jelaskan prinsip benar minum mengetahui kegunaan
(jenis,waktu,dos obat (baca nama yang tertera pada obat yang dikonsumsi
is dan efek) botol obat,dosis obat,waktu dan cara klien
minum)  Klien dan keluarga
9.2.2 Ajarkan klien minta obat dan mengetahui prinsip benar
minum tepat waktu agar tidak terjadi
9.2.3 Anjurkan klien melaporkan kesalahan dalam
pada perawat/dokter jika merasakan mengkonsumsi obat
efek yang tidak menyenangkan
9.2.4 Beri pujian,jika klien minum  Klien dapat memiliki
obat dengan benar kesadaran pentingnya
minum obat dan bersedia
minum obat dengan
kesadaran sendiri
 Mengetahui efek samping
sedini mungkin sehingga
tindakan dapat dilakukan
sesegera mungkin untuk
menghindari komplikasi
 Reinforcement positif
dapat memotivasi
keluarga dan klien serta
dapat meningkatkan harga
diri
Daftar Pustaka

Sujono riyadi teguh.2009. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nita Fitria 2010 .PRINSIP DASAR DAN APLIKASI PENULISAN LAPORAN


PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN. Jakarta:
Salemba Medika.

Mukhripah Dayamaiyanti.2012.ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.Bandung:Pt Refika


Aditama.

Anda mungkin juga menyukai