Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

Oleh:

NAMA : BERNICE DYAN HENDRYANTO, S. Kep

NIM : 170104026

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN JIWA

STIKES HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

2018
PERILAKU KEKERASAN

A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri maupun orang lain,
sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap
sesuatu stresor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2009).
Suatu keadaan ketika individu mengalami perilaku yang secara fisik dapat
membahayakan bagi diri sendiri atau pun orang lain (Sheila L. Videbeck, 2008).
Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan individu yang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat
merusak lingkungan.

B. PENYEBAB/ETIOLOGI
1. FaktorPredisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut
teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend
(1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
a. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif: sistem
limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai
peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem
limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila
ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan
potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka
individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku
tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis
mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem
limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak
atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
2) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin,
dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls
agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan
oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress.
3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif
dengan genetik karyotype XYY.
4) Gangguan otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan
tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan
lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan
penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b. Teori Psikologik
1) Teori Psikoanalitik
Teoriinimenjelaskantidakterpenuhinyakebutuhanuntukmendapatkankepuasand
an rasa amandapatmengakibatkantidakberkembangnya ego
danmembuatkonsepdirirendah.
Agresidantindakkekerasanmemberikankekuatandanprestise yang
dapatmeningkatkancitradiridanmemberikanartidalamkehidupannya.
Perilakuagresifdanperilakukekerasanmerupakanpengungkapansecaraterbukater
hadaprasa ketidakberdayaandanrendahnyahargadiri.
2) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya
orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan
sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan
pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka
selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang
dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain.
Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua
yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung
untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.
c. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial
terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima
perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat
juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari
bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif.
Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk
perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan
dalam hidup individu.
2. FaktorPresipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan (Yosep, 2009) :
a. Ekspresidiri,
inginmenunjukkaneksistensidiriatausimbolsolidaritassepertidalamsebuahkonser,
penontonsepak bola, gengsekolah, perkelahianmasaldansebagainya.
b. Ekspresidaritidakterpenuhinyakebutuhandasardankondisisosialekonomi.
c. Kesulitandalammengkomunikasikansesuatudalamkeluargasertatidakmembiasakan
dialog
untukmemecahkanmasalahcenderungmelalukankekerasandalammenyelesaikanko
nflik.
d. Ketidaksiapanseorangibudalammerawatanaknyadanketidakmampuandirinyasebag
aiseorang yang dewasa.
e. Adanyariwayatperilaku anti
sosialmeliputipenyalahgunaanobatdanalkoholismedantidakmampumengontrolem
osinyapadasaatmenghadapi rasa frustasi.
f. Kematiananggotakeluarga yang terpenting, kehilanganpekerjaan,
perubahantahapperkembangan, atauperubahantahapperkembangankeluarga.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Fisik :matamelotot/pandangantajam, tanganmengepal, rahangmengatup,
wajahmemerahdantegang, sertaposturtubuhkaku.
2. Verbal :mengancam, mengumpatdengan kata-kata kotor, berbicaradengan nada keras,
kasardanketus.
3. Perilaku :menyerang orang lain, melukaidirisendiri/orang lain, merusaklingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi :tidakadekuat, tidakamandannyaman, merasaterganggu, dendam, jengkel,
tidakberdaya, bermusuhan, mengamuk, inginberkelahi, menyalahkandanmenuntut.
5. Intelektual :mendominasi, cerewet, kasar, berdebat,
meremehkandantidakjarangmengeluarkan kata-kata bernadasarkasme.
6. Spiritual :merasadiriberkuasa, merasadiribenar, keragu-raguan,
tidakbermoraldankreativitasterhambat.
7. Sosial :menarikdiri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekandansindiran.
8. Perhatian : bolos, melarikandiridanmelakukanpenyimpanganseksual.

D. POHON MASALAH

E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan keperawatan
a. Terapi Modalitas
Terapi kesehatan jiwa telah dipengaruhi oleh perubahan terkini dalam perawatan
kesehatan dan reimbursement, seperti pada semua area kedokteran, keperawatan,
dan disiplin ilmu keshatan terkait. Bagian ini secara singkat menjelaskan modalitas
terapi yang saat ini digunakan baik pada lingkungan, rawat inap, maupun rawat
jalan :
1) Terapi Lingkungan
Begitu pentingnya bagi perawat untuk mempertimbangkan lingkungan bagi
semua klien ketika mencoba mengurangi atau menghilangkan agresif. Aktivitas
atau kelompok yang direncanakan seperti permainan kartu, menonton dan
mendiskusikan sebuah film, atau diskusi informal memberikan klien
kesempatan untuk membicarakan peristiwa atau isu ketika klien tenang.
Aktivitas juga melibatkan klien dalam proses terapeutik dan meminimalkan
kebosanan. Penjadwalan interaksi satu-satu dengan klien menunjukkan
perhatian perawat yang tulus terhadap klien dan kesiapan untuk mendengarkan
masalah, pikiran, serta perasaan klien. Mengetahui apa yang diharapkan dapat
meningkatkan rasa aman klien
2) Terapi Kelompok
Pada terapi kelompok, klien berpartisipasi dalam sesi bersama kelompok
individu. Para anggota kelompok bertujuan sama dan diharapkan memberi
kontribusi kepada kelompok untuk membantu yang lain dan juga mendapat
bantuan dari yang lain. Peraturan kelompok ditetapkan dan harus dipatuhi oleh
semua anggota kelompok. Dengan menjadi anggota kelompok klien dapat,
mempelajari cara baru memandang masalah atau cara koping atau
menyelesaikan masalah dan juga membantunya mempelajari keterampilan
interpersonal yang penting.
3) Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang mengikutsertakan klien
dan anggota keluarganya. Tujuannya ialah memahami bagaimana dinamika
keluarga memengaruhi psikopatologi klien, memobilisasi kekuatan dan sumber
fungsional keluarga, merestrukturisasi gaya perilaku keluarga yang maladaptif,
dan menguatkan perilaku penyelesaian masalah keluarga.
4) Terapi Individual
Psikoterapi individu adalah metode yang menimbulkan perubahan pada individu
dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilakunya. Terapi ini
memiliki hubungan personal antara ahli terapi dan klien. Tujuan dari terapi
individu yaitu, memahami diri dan perilaku mereka sendiri, membuat hubungan
personal, memperbaiki hubungan interpersonal, atau berusaha lepas dari sakit
hati atau ketidakbahagiaan.
Hubungan antara klien dan ahli terapi terbina melalui tahap yang sama dengan
tahap hubungan perawat-klien: introduksi, kerja, dan terminasi. Upaya
pengendalian biaya yang ditetapkan oleh organisasi pemeliharaan kesehatan dan
lembaga asuransi lain mendorong upaya mempercepat klien ke fase kerja
sehingga memperoleh manfaat maksimal yang mungkin dari terapi
2. Psikofarmakologi
b. Obat anti psikosis: Penotizin
c. Obat anti depresi: Amitripilin
d. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
e. Obat anti insomnia: Phneobarbital
F. PENGKAJIAN FOKUS
Masalah Data yang perlu di kaji
Keperawatan
Perilaku SuSubyektif :
kekerasan  Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang
yangmengusiknya jikasedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Obyektif
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perilaku Kekerasan

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: perilakukekerasan
TujuanUmum : Klienterhindardarimencederaidiri, orang lain dan
lingkungan.
TujuanKhusus :
1. Kliendapatmembinahubungansalingpercaya.
Tindakan:
a. Binahubungansalingpercaya :salamterapeutik, empati,
sebutnamaperawatdanjelaskantujuaninteraksi.
b. Panggilkliendengannamapanggilan yang disukai.
c. Bicaradengansikaptenang, rileksdantidakmenantang.
2. Kliendapatmengidentifikasipenyebabperilakukekerasan.
Tindakan:
a. Berikesempatanmengungkapkanperasaan.
b. Bantu klienmengungkapkanperasaanjengkel / kesal.
c. Dengarkanungkapan rasa marahdanperasaanbermusuhankliendengansikaptenang.
3. Kliendapatmengidentifikasitanda‑tandaperilakukekerasan.
Tindakan :
a. Anjurkanklienmengungkapkan yang dialamidandirasakansaatjengkel/kesal.
b. Observasitandaperilakukekerasan.
c. Simpulkanbersamaklientanda‑tandajengkel / kesal yang dialamiklien.
4. Kliendapatmengidentifikasiperilakukekerasan yang biasadilakukan.
Tindakan:
a. Anjurkanmengungkapkanperilakukekerasan yang biasadilakukan.
b. Bantu bermainperansesuaidenganperilakukekerasan yang biasadilakukan.
c. Tanyakan "apakahdengancara yang dilakukanmasalahnyaselesai?"
5. Kliendapatmengidentifikasiakibatperilakukekerasan.
Tindakan:
a. Bicarakanakibat/kerugiandaricara yang dilakukan.
b. Bersamaklienmenyimpulkanakibatdaricara yang digunakan.
c. Tanyakanapakahinginmempelajaricarabaru yang sehat.
6. Kliendapatmendemonstrasikancarafisikuntukmencegahperilakukekerasan
Tindakan :
a. Diskuiskankegiatanfisik yang biasadilakukanklien
b. Beripujianataskegiatanfisik yang biasa di lakukanklien
c. Diskusikanduacarafisik yang paling
mudahdilakukanuntukmencegahperilakukekerasan, yaitu :
tariknafasdalamdanpukulkasursertabantal
7. Kliendapatmendemostrasikancarasosialuntukmencegahperilakukekerasan
Tindakan :
a. Diskusikancarabicara yang baikdenganklien
b. Bericontohcaraberbicara yang baik
c. Mintaklienmengikuticontohcarabicara yang baik
d. Diskusikandengankliententangwaktudankondisicarabicara yang
dapatdilatihdiruangan
8. Kliendapatmengidentifikasicarakonstruktifdalamberesponterhadapkemarahan.
Tindakan :
a. Beripujianjikamengetahuicara lain yang sehat.
b. Diskusikancara lain yang sehat.Secarafisik :tariknafasdalamjikasedangkesal,
berolah raga, memukulbantal / kasur.
c. Secara verbal : katakanbahwaandasedangmarahataukesal / tersinggung
d. Secaraspiritual :berdo'a, sembahyang,
memohonkepadaTuhanuntukdiberikesabaran.
9. Kliendapatmengidentifikasicaramengontrolperilakukekerasan.
Tindakan:
a. Bantu memilihcara yang paling tepat.
b. Bantu mengidentifikasimanfaatcara yang telahdipilih.
c. Bantu mensimulasikancara yang telahdipilih.
d. Beri reinforcement positifataskeberhasilan yang dicapaidalamsimulasi.
e. Anjurkanmenggunakancara yang telahdipilihsaatjengkel / marah.
10. Klienmendapatdukungandarikeluarga.
Tindakan :
a. Beripendidikankesehatantentangcaramerawatklienmelaluipertemuankeluarga.
b. Beri reinforcement positifatasketerlibatankeluarga.
11. Kliendapatmenggunakanobatdenganbenar (sesuai program).
Tindakan:
a. Diskusikandengankliententangobat (nama, dosis, frekuensi, efekdanefeksamping).
b. Bantu klienmengunakanobatdenganprinsip 5 benar (namaklien, obat, dosis,
caradanwaktu).
c. Anjurkanuntukmembicarakanefekdanefeksampingobat yang dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis

Keperawatan Jiwa Berat bagi S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba

Keliat A,Budi Akemat. 2009. Model Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta

Kusumawati, farida. 2010.Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta :EGC.

Yosep Iyus, 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai