PERILAKU KEKERASAN
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain. Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah
berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol
(Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan merupakan suau bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (B udi Ana Keliat, 2005).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain (Yosep, 2007; hal, 146). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis
(Depkes, RI, 2000).
2. RENTANG RESPON
Rentang adaptif Respon Maladaptif
Keterangan :
a) Asertif individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang
lain dan memberikan ketenangan.
b) Frustasi Individu gagal mencapai tujuan kupuasan saat marah dan tidak
dapat menemukan alternative
c) Pasif Individu tidak dapat mengungkapkan perasaanya
d) Agresif Prilaku yang menyertai marah terhadap dorongan untuk menuntut
tetapi masih terkontrol
e) Kekerasan Perasan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya
control
3. FAKTOR PENYEBAB/ ETIOLGI
1) Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang
dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
a) Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls
agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus.
Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi
atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan
sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada
gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau
menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada
lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan,
kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.
Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik
terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat
otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan
fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang
respons terhadap stress.
Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang
menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang
menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis,
dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b) Teori Psikologik
Teori Psikoanalitik
Teori Pembelajaran
Teori Sosiokultural
2) Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan (Yosep, 2009):
Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.
Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
5. PROSES TERJADINYA
Faktor predisposisi/ presipitasi > koping maladaptif > tdk punya kemampuan
mengontrol perilakunya > mengancam secara verbal / fisik > PERILAKU
KEKERASAN
6. MEKANISME KOPING
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asik dengan stimulus
internal menjelasakan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain.
7. PENATALAKSANAAN
1) Farmakologis
Obat anti psikosi : Phenotizin
Obat anti depresi : amitriptyline
Obat anti ansietas : diazepam, bromozepam, clobozam
Obat anti insomnia : phenobarbital
2) Terapi modalitas
Terapi keluarga
Terapi kelompok
Terapi musik
8. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
Pada saat PK lakukan menajemen krisis seperti terapi somatik
Menajemen PK : mengidentifikasi PK dan cara mengontrolnya
.
B. ASKEP TEORITIS PERILAKU KEKERASAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses asuhan keperawatan, secara sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengindentifikasi status kesehatan klien sehingga ditemukan perumusan
kebutuhan atau masalah klien (Anita, 2020)
3. POHON MASALAH
PERILAKU KEKERASAN
HDR
4. KEMUNGKINAN DIAGNOSA
Resiko perilaku kekerasan
2) SP 2
Evaluasi : tanda dan gejala perilaku kekerasan
Validasi : kemampuan melakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur
dan bantal
Tanyakan manfaat melakukan latihan dan menggunakan cara fisik 1
dan 2, beri pujian
Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (jelaskan 6
benar: benar nama, benar jenis benar dosis, benar waktu, benar
cara, kontinuitas minum obat dan dampak jika tidak kontinu
minum obat)
Masukkan pada jadwal kegiatan: latihan fisik dan minum obat
3) SP 3
Evaluasi: tanda dan gejala perilaku kekerasan
Validasi : kemampuan pasien melakukan tarik nafas dalam, pukul
kasur dan bantal, jadual minum obat
Tanyakan manfaat melakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur
dan bantal, dan manfaat minum obat, beri pujian
Latih cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal (yaitu
bicara yang baik : meminta, menolak dan mengungkapkan
perasaan)
Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, dan
latihan cara bicara yang baik
4) SP 4
Evaluasi: tanda dan gejala perilaku kekerasan
Validasi: kemampuan pasien melakukan tarik nafas dalam, pukul kasur
dan bantal, minum obat dengan benar dan patuh, bicara yang baik
Tanyakan manfaat latihan tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal,
patuh minum obat, dan menerapkan cara bicara yang baik, beri pujian
Latih mengontrol marah dengan cara spiritual (2 kegiatan)
Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat,
verbal, dan spiritual
KELUARGA
1) SP 1
Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya perilaku
kekerasan (gunakan booklet/leaflet)
Jelaskan cara merawat perilaku kekerasan
Latih satu cara merawat perilaku kekerasan: fisik 1 dan 2
Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian
2) SP 2
Evaluasi: kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku
kekerasan pasien
Validasi: kemampuan keluarga dalam merawat/melatih pasien cara
fisik1 dan 2, beri pujian
Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat
Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
Latih cara memberikan/ membimbing minum obat
Anjurkan membantu pasien minum
obat sesuai jadwal dan memberi pujian
3) SP 3
Evaluasi: kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku
kekerasan pasien
Validasi: kemampuan keluarga dalam membim- bing pasien
melaksanakan latihan fisik 1 dan 2, dan memberikan obat; beri pujian
Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat
Jelaskan cara mengontrol rasa marah dengan cara verbal (bicara yang
baik : meminta, menolak dan mengungkapkan perasaan)
Latih cara verbal/sosial
Anjurkan membantu pasien melakukan kegiatan/latihan sesuai jadwal
dan memberi pujian
4) SP 4
Evaluasi: kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku
kekerasan pasien
Validasi: kemampuan keluarga merawat/melatih pasien cara fisik 1
dan 2, kepatuhan minum obat, dan cara verbal/sosial; beri pujian
Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat
Jelaskan cara mengontrol rasa marah dengan cara spiritual
Latih cara spiritual
Jelaskan follow up ke Puskesmas, tanda kambuh
Identifikasi kendala atau kesulitan dalam melakukan kegiatan
Jelaskan cara mengontrol rasa marah pasien jika sudah terjadi perilaku
merusak diri dan atau lingkungan
Latih cara pengekangan dan proses rujukan
Anjurkan membantu pasien melakukan kegiatan/latihan sesuai jadual
dan memberi pujian
6. IMPLEMENTASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam didapatkan pasien tidak
menampakan perilakuk kekerasan dengan kriteria hasil
Dapat membina hubungan saling percaya
Dapat menidentifikasi penyebab, tanda dan gejala dan akibat dari PK yang
sering dilakukan
Dapat mendemostrasi cara mengontrol PK
Dapat menyebutkna cara mendemonstrasikan PK
7. EVALUASI
Evaluasi sebagai sebuah proses menetukan hasil yang sudah dicapai dari beberapa
kegiatan yang direncanakn untuk emndukung tercapainya tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk, pendoman asuhan keperawatn jiwa semarang: RSJD Dr. Amino Gonohutomo,
2003