Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

Keperawatan Jiwa

JUDUL KASUS
“PERILAKU KEKERASAN”

OLEH
SRI RIZKI
NIM.040648221240017

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KONSEP DASAR
PERILAKU KEKERASAN

1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang
yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada
diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam
bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang
ditunjukkan untuk melukai atau membunuh orang lain.
Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan,
melempar kaca, gunting, dan semua yang ada di lingkungan. Pasien yang dibawa di
rumah sakit jiwa sebagia besar akibat melakukan kekerasan di rumah. Perawat harus
jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukan selama di rumah.
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentan respons marah yang paling
maladaptif, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai
respon terhadap kecemasan (kebutuhan bayinya yang tidak terpenuhi) yang dirasakan
sebagai ancaman. Amuk merupakan respon kemarahan yang paling maladaptif yang
ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya
kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat,
1991).

2. Patofisiologi
Resiko Menciderai
Orang lain dan diri sendiri

Gangguan komunikasi verba Menarik Diri Perilaku kekerasan

Harga diri rendah

Koping inefektif
3. Etiologi
Faktor predisposisi
a. Teori biologik
Berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang
melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut :
1) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen neurologis mempunyai implikasi
dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik sengat
terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku betmusuhandan respon agresif
2) Pengaruh biologi, menurut Goldsten dalam Townsend menyatakan bahwa
berbagai neurotransmiter (efinefrin, norepinefrin, doppamin, asetilkolin dan
norepinefrinserta penurunan serotinin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
seresbrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang dapat menyebabkan
timbulnya perilaku agresif pada seseorang
3) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya
dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki
oleh penghuni penjara pelaku tindak kriminal (narapidana)
4) Ganggang otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai gangguan
serebral, tumor otak (khususnya pada limbikdan lobus temporal), trauma otak,
penyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal) terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b. Teori psikologik
1) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kepuasan
dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat
konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan
prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam
kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindakan
kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
2) Teori pembelajaran, perilaku kekuatan merupakan perilaku yang dipelajari,
individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku kekerasan lebih
cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibandingkan anak-
anak tanpa faktor predisposisi biologik.
c. Teori sosiokultural
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku kekerasan
sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi
terjadinya perilaku kekerasan.

Faktor Presipitasi

a. Faktor Presipitasi dapat dibedakan menjadi faktor eksternal dan internal.


1) Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan, menurunnya
percaya diri, rasa takut sakit, hilang kontrol dan lain-lain.
2) Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yang dicintai, krisi dan lain-
lain.

Hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain
sebagai berikut.

1) Kesulitan kondisi sosial dan ekonomi


2) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu
3) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa
4) Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat dan
alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi
5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan perubahan tahap
perkembangan keluarga.

4. Tanda dan gejala


a. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar dengan ketus.
c. Prilaku
Menyerang orang lain, melalui diri sendiri / orang lain, merusak lingkungan, amuk
/ agresif.
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
f. Spiritual
Merasak diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan
kreativitas terhambat.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
h. Perhatian bolos
Melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.

5. Diagnosis medis
Skizofrenia

6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doenges, pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk penyakit fisik yang dapat
menyebabkan gejala reversibel seperti kondisi defisiensi/toksik, penyakit neurologis,
gangguan metabolik/endokrin. Serangkaian tes diagnostik yang dapat dilakukan pada
Skizofrenia Paranoid adalah sebagai berikut:
1) Computed Tomograph (CT) Scan
Hasil yang ditemukan pada pasien dengan Skizofrenia berupa abnormalitas otak
seperti atrofi lobus temporal, pembesaran ventrikel dengan rasio ventrikel-otak
meningkat yang dapat dihubungkan dengan derajat gejala yang dapat dilihat.
2) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat memberi gambaran otak tiga dimensi, dapat memperlihatkan gambaran
yang lebih kecil dari lobus frontal rata-rata, atrofi lobus temporal (terutama
hipokampus, girus parahipokampus, dan girus temporal superior).
3) Positron Emission Tomography (PET)
Alat ini dapat mengukur aktivitas metabolik dari area spesifik otak dan dapat
menyatakan aktivitas metabolik yang rendah dari lobus frontal, terutama pada area
prefrontal dari korteks serebral.
4) Regional Cerebral Blood Flow (RCBF)
Alat yang dapat memetakan aliran darah dan menyatakan intensitas aktivitas pada
daerah otak yang bervariasi.
5) Brain Electrical Activity Mapping (BEAM)
Alat yang dapat menunjukkan respon gelombang otak terhadap ransangan yang
bervariasi disertai dengan adanya respons yang terhambat dan menurun, kadang-
kadang di lobus frontal dan sistem limbik.
6) Addiction Severity Index (ASI)
ASI dapat menentukan masalah ketergantungan (ketergantungan zat), yang
mungkin dapat dikaitkan dengan penyakit mental, dan mengindikasikan area
pengobatan yang diperlukan.
7) Electroensephalogram (EEG)
Dari pemeriksaan didapatkan hasil yang mungkin abnormal, menunjukkan ada atau
luasnya kerusakan organik pada otak.

7. Penatalaksanaan Medis
Dalam pandangan psikiatri (Ilmu Kedokteran Jiwa), jika seseorang mengalami suatu
gangguan atau penyakit, maka yang sakit atau terganggu itu bukan terbatas pada
aspek jiwanya saja atau raganya saja, tetapi keduanya sebagai kebutuhan manusia itu
sendiri. Adapun penatalaksanaan medik menurut MIF Baihaqi, dkk, 2005 sebagai
berikut :
a. Somatoterapi
Dengan tujuan memberikan pengaruh-pengaruh langsung berkaitan dengan
badan, biasanya dilakukan dengan :
1) Medikasi psikotropik
Medikasi psikotropik berarti terapi langsung dengan obat psikotropik atau
psikofarma yaitu obat-obat yang mempunyai efek terapeutik langsung pada
proses mental pasien karena efek obat tersebut pada otak. Obat antipsikotik,
contohnya Chlorpromazine, Haloperidol dan Stelazine, phenotizin
2) Terapi Elektrokonvulsi (ECT)
Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke tubuh
penderita menerima aliran listrik yang terputus-putus. ECT ini berfungsi untuk
menenangkan klien bila mengarah pada keadaan amuk.
b. Psikoterapi
Psikoterapi adalah salah satu pengobatan atau penyembuhan terhadap suatu
gangguan atau penyakit, yang pada umumnya dilakukan melalui wawancara terapi
atau melalui metode-metode tertentu misalnya : relaksasi, bermain dan
sebagainya. Tujuan utamanya adalah untuk menguatkan daya tahan mental
penderita, mengembangkan mekanisme pertahanan diri yang baru dan lebih baik
serta untuk mengembalikan keseimbangan adaptifnya.
c. Manipulasi lingkungan
Manipulasi lingkungan adalah upaya untuk mempengaruhi lingkungan pasien,
sehingga bisa membantu dalam proses penyembuhannya. Tujuan utamanya untuk
mengembangkan atau merubah / menciptakan situasi baru yang lebih kondusif
terhadap lngkungan. Misalnya dengan mengalihkan penderita kepada lingkungan
baru yang dipandang lebih baik dan kondusif, yang mampu mendukung proses
penyembuhan yang dilakukan.

Obat-obatan yang biasa diberikan pada pasien dengan marah atau perilaku
kekerasan adalah:
a) Antianxiety dan sedative hipnotics, obat-obatan ini dapat mengendalikan
agitasi yang akut. Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan
dalam waktu lama karena dapat menyebabkan kebingungan dan
ketergantungan, juga bisa memperburuk simptom depresi.
b) Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku kekerasan
yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi.
c) Anti depressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan
perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.
d) Mood stabilizer, misalnya Lithium dan Carbamazepin, efektif untuk agresif
karena manik.
e) Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan perilaku kekerasan, misalnya
Nozinan.

8. Penatalaksanaan Keperawatan
Ada tiga strategi tindakan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan. Strategi
tindakan itu terdiri dari :
a. Strategi preventif : kesadaran diri, penyuluhan klien dan latihan asertif.
b. Strategi Antisipasi : komunikasi, perubahan lingkungan, tindakan perilaku dan
psikofarmakologi.
c. Strategi pengekangan : manajemen krisis, pengasingan dan pengikatan.
Terapi yang dapat dilakukan yaitu:
a. Terapi keluarga : Keluarga dibantu untuk menyelesaikan konflik, cara membatasi
konflik, saling mendukung dan menghilangkan stress.
b. Terapi kelompok : Terapi kelompok berfokus pada dukungan dan perkembangan
keterampilan sosial dan aktifitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien
c. Terapi musik : Dengan terapi musik klien terhibur dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien, kare na dengan perasaan terhibur maka klien
dapat mengontrol emosinya.
9. WOC

Faktor predisposisi Faktor presipitasi


1. Teori Biologik 1. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan
2. Teori Psikologik
dasar
3. Teori Sosiokultural
2. Kesulitan dalam mengkomunikasikan
sesuatu dalam keluarga
3. Adanya riwayat perilaku anti sosial
4. Kematian anggota keluarga yang
terpenting

Stress, cemas, tidak nyaman


Gangguan Harga Diri : Harga Diri
Rendah
Marah

Eksternal Internal Depresi

Destruktif Tidak Konstruktif


Asertif

Kekerasan

Perilaku Kekerasan/amuk

Resiko mencederai diri,


orang lain dan lingkungan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan
terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan spritual pengelompokkan data
pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor presipitasi, penilaian terhadap
stressor, sumber koping dan kemampuan yang dimiliki klien.
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, No. MR.
b. Alasan Masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien memukul anggota keluarga atau orang
lain, merusak alat “RT dan marah”.
c. Faktor Predisposisi
1) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam
pengobatan.
2) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga.
3) Klien dengan perilaku kekerasan bisa herediter.
4) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mengganggu
d. Fisik
Pada saat marah tensi biasanya meningkat.
e. Psikososial
1) Genogram
Pada genogram biasanya ada terlihat ada anggota keluarga yang mengalami
kelainan jiwa, pada komunikasi klien terganggu begitupun dengan pengambilan
keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri: Klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada
bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas klien: Klien biasanya tidak puas dengan status dan posisinya baik
sebelum maupun ketika dirawat tapi klien biasanya puas dengan statusnya
sebagai laki-laki / perempuan.
c) Peran diri: Klien menyadari peran sebelum sakit, saat di rawat peran klien
terganggu.
d) Harga diri: Klien biasanya memiliki harga diri rendah sehubungan dengan
sakitnya.
e) Ideal diri: Klien biasanya memiliki harapan masa lalu yang tidak terpenuhi.
3) Hubungan Sosial
Klien kurang dihargai di keluarga dan lingkungan.
4) Spritual
a) Nilai dan keyakinan
Biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai dengan norma dan
budaya.
b) Kegiatan ibadah
Klien biasanya menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah
terganggu atau sangat berlebihan.
f. Status Mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak cocok / serasi dan berubah dari
biasanya.
2) Pembicaraan
Pembicaraan cepat, keras
3) Aktivitas motorik
Biasanya aktifitas motorik klien tampak tegang, dan agitasi (gerakan motorik yang
gelisah), serta memiliki penglihatan yang tajam jika ditanyai hal-hal yang dapat
menyinggungnya.
4) Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi misalnya:
sedih dan putus asa.

5) Afek
Biasanya klien selama berinteraksi emosinya labil. Dimana klien mudah
tersinggung ketika ditanyai hal-hal yang tidak mndukungnya, klien
memperlihatkan sikap marah dengan mimik muka yang tajam dan tegang.
6) Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak bermusuhan, selalu
berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya, dan mudah
tersinggung.
7) Persepsi
Klien dengan perilaku kekerasan biasanya tidak memiliki kerusakan persepsi.
8) Proses pikir
Biasanya klien mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan logis dan
keheran.
9) Isi Pikir
Keyakinan klien konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya
klien, masih memiliki ambang isi fikir yang wajar, dimana ia selalu menanyakan
kapan ia akan pulang dan mengharapkan pertemuan dengan keluarga dekatnya.
10) Tingkat Kesadaran
Biasanya klien tidak mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
11) Memori
Biasanya daya ingat jangka panjang klien baik, dimana ia masih bisa
menceritakan kejadian masa-masa lampau yang pernah dialaminya, maupun daya
ingat jangka pendek, seperti menceritakan penyebab ia masuk ke RSJ.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien tidak mengalami gangguan konsentrasi dan berhitung.

13) Kemampuan penilaian


Klien mampu dalam mengambil keputusan jika menghadapi masalah yang ringan
klien mampu menilai dan mengevaluasi diri sendiri.
14) Daya tilik diri
Klien biasanya mengingkari penyakit yang diderita dan tidak memerlukan
pertolongan, klien juga sering menyalahkan hal-hal diluar dirinya.
g. Kegiatan persiapan pulang
1) Makan
Pada keadaan berat, klien cenderung tidak memperhatikan dirinya termasuk tidak
peduli makanan karena tidak memiliki minat dan kepedulian.
2) BAB / BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAB / BAK serta kemampuan klien untuk
membersihkan dirinya.
3) Mandi
Biasanya klien mandi berulang / tidak mandi sama sekali
4) Berpakaian
Biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti
5) Istirahat
Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam, biasanya istirahat klien
terganggu karena klien gelisah dengan masalah yang dihadapi.
6) Pemeliharaan Kesehatan
Untuk pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan sistem
pendukung sangat menentukan.
7) Penggunaan obat
Biasanya klien menerima keadaan yang sedang dialaminya, dimana dia masih
dapat patuh makan obat sesuai frekuensi, jenis, waktu maupu cara pemberian obat
itu sendiri.
8) Aktivitas dalam rumah
Klien mampu melakukan aktivitas dalam rumah seperti menyapu.
9) Aktifitas diluar rumah
Ini disesuaikan dengan jenis kelamin klien dan pola kebiasaan yang biasa dia
lakukan diluar rumah.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko perilaku kekerasan
2) Harga diri rendah
3) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

C. Rencana Keperawatan

No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Risiko Tujuan Umum :
Perilaku Klien dapat
Kekerasan mengontrol
perilaku kekerasan

Tujuan Khusus: 1. Setelah … X pertemuan 1. Bina hubungan saling


1. Klien dapat klien menunjukkan percaya dengan:
membina tanda-tanda percaya - Beri salam setiap
hubungan kepada perawat: berinteraksi.
saling percaya - Wajah cerah, - Perkenalkan nama,
tersenyum nama panggilan
- Mau berkenalan perawat dan tujuan
- Ada kontak mata perawat berinteraksi
- Bersedia - Tanyakan dan panggil
menceritakan nama kesukaan klien
perasaan - Tunjukkan sikap
empati, jujur dan
menepati janji setiap
kali berinteraksi
- Tanyakan perasaan
klien dan masalah
yang dihadapi klien
- Buat kontrak interaksi
yang jelas
- Dengarkan dengan
penuh perhatian
ungkapan perasaan
klien
2. Klien dapat 2. Setelah … X pertemuan 2. Bantu klien
mengidentifikasi klien menceritakan mengungkapkan perasaan
penyebab penyebab perilaku marahnya:
perilaku kekerasan yang - Motivasi klien untuk
kekerasan yang dilakukannya: menceritakan
dilakukannya - Menceritakan penyebab rasa kesal
penyebab perasaan atau jengkelnya
jengkel/kesal baik - Dengarkan tanpa
dari diri sendiri menyela atau memberi
maupun penilaian setiap
lingkungannya ungkapan perasaan
klien

3. Klien dapat 3. Setelah … X pertemuan 3. Bantu klien


mengidentifikasi klien menceritakan mengungkapkan tanda-
tanda-tanda tanda-tanda saat terjadi tanda perilaku kekerasan
perilaku perilaku kekerasan yang dialaminya:
kekerasan - Tanda fisik : mata - Motivasi klien
merah, tangan menceritakan kondisi
mengepal, ekspresi fisik (tanda-tanda
tegang, dan lain- fisik) saat perilaku
lain. kekerasan terjadi
- Tanda emosional : - Motivasi klien
perasaan marah, menceritakan kondisi
jengkel, bicara emosinya (tanda-tanda
kasar. emosional) saat terjadi
- Tanda sosial : perilaku kekerasan
bermusuhan yang - Motivasi klien
dialami saat terjadi menceritakan kondisi
perilaku kekerasan. hubungan dengan
orang lain (tanda-
tanda sosial) saat
terjadi perilaku
kekerasan
4. Klien dapat 4. Setelah … X pertemuan 4. Diskusikan dengan klien
mengidentifikasi klien menjelaskan: perilaku kekerasan yang
jenis perilaku - Jenis-jenis ekspresi dilakukannya selama ini:
kekerasan yang kemarahan yang - Motivasi klien
pernah selama ini telah menceritakan jenis-
dilakukannya dilakukannya jenis tindak kekerasan
- Perasaannya saat yang selama ini
melakukan pernah dilakukannya.
kekerasan - Motivasi klien
- Efektivitas cara menceritakan perasaan
yang dipakai dalam klien setelah tindak
menyelesaikan kekerasan tersebut
masalah terjadi
- Diskusikan apakah
dengan tindak
kekerasan yang
dilakukannya masalah
yang dialami teratasi.
5. Klien dapat 5. Setelah … X pertemuan 5. Diskusikan dengan klien
mengidentifikasi klien menjelaskan akibat akibat negatif (kerugian)
akibat perilaku tindak kekerasan yang cara yang dilakukan pada:
kekerasan dilakukannya - Diri sendiri
- Diri sendiri : luka, - Orang lain/keluarga
dijauhi teman, dll - Lingkungan
- Orang lain/keluarga
: luka, tersinggung,
ketakutan, dll
- Lingkungan :
barang atau benda
rusak dll
6. Klien dapat 6. Setelah … X pertemuan 6. Diskusikan dengan klien:
mengidentifikasi klien : - Apakah klien mau
cara konstruktif - Menjelaskan cara- mempelajari cara baru
dalam cara sehat mengungkapkan
mengungkapkan mengungkapkan marah yang sehat
kemarahan marah - Jelaskan berbagai
alternatif pilihan untuk
mengungkapkan
marah selain perilaku
kekerasan yang
diketahui klien.
- Jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
marah:
-Cara fisik: nafas
dalam, pukul
bantal atau kasur,
olah raga.
-Verbal:
mengungkapkan
bahwa dirinya
sedang kesal
kepada orang lain.
-Sosial: latihan asertif
dengan orang lain.
-Spiritual:
sembahyang/doa,
zikir, meditasi, dsb
sesuai keyakinan
agamanya masing-
masing
7. Klien dapat 7. Setelah … X pertemuan 1. Diskusikan cara yang
mendemonstrasi klien memperagakan mungkin dipilih dan
kan cara cara mengontrol perilaku anjurkan klien memilih
mengontrol kekerasan: cara yang mungkin untuk
perilaku - Fisik: tarik nafas mengungkapkan
kekerasan dalam, memukul kemarahan.
bantal/kasur 2. Latih klien memperagakan
- Verbal: cara yang dipilih:
mengungkapkan - Peragakan cara
perasaan melaksanakan cara
kesal/jengkel pada yang dipilih.
orang lain tanpa - Jelaskan manfaat cara
menyakiti tersebut
- Spiritual: zikir/doa, - Anjurkan klien
meditasi sesuai menirukan peragaan
agamanya yang sudah dilakukan.
- Beri penguatan pada
klien, perbaiki cara
yang masih belum
sempurna
3. Anjurkan klien
menggunakan cara yang
sudah dilatih saat
marah/jengkel
8. Klien mendapat 8. Setelah … X pertemuan 1. Diskusikan pentingnya
dukungan keluarga: peran serta keluarga
keluarga untuk - Menjelaskan cara sebagai pendukung klien
mengontrol merawat klien untuk mengatasi
perilaku dengan perilaku perilaku kekerasan.
kekerasan kekerasan 2. Diskusikan potensi
- Mengungkapkan keluarga untuk
rasa puas dalam membantu klien
merawat klien mengatasi perilaku
kekerasan
3. Jelaskan pengertian,
penyebab, akibat dan
cara merawat klien
perilaku kekerasan yang
dapat dilaksanakan oleh
keluarga.
4. Peragakan cara merawat
klien (menangani
perilaku kekerasan)
5. Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan ulang
6. Beri pujian kepada
keluarga setelah
peragaan
7. Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan

9. Klien 1. Setelah ...X pertemuan 1. Jelaskan manfaat


menggunakan klien menjelaskan: menggunakan obat
obat sesuai - Manfaat minum secara teratur dan
program yang obat kerugian jika tidak
telah ditetapkan - Kerugian tidak menggunakan obat
minum obat 2. Jelaskan kepada klien:
- Nama obat - Jenis obat (nama,
- Bentuk dan warna warna dan bentuk
obat obat)
- Dosis yang - Dosis yang tepat untuk
diberikan klien
kepadanya - Waktu pemakaian
- Waktu pemakaian - Cara pemakaian
- Cara pemakaian - Efek yang akan
- Efek yang dirasakan dirasakan klien
2. Setelah … X pertemuan 3. Anjurkan klien:
klien menggunakan - Minta dan
obat sesuai program menggunakan obat
tepat waktu
- Lapor ke
perawat/dokter jika
mengalami efek yang
tidak biasa
- Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien
menggunakan obat.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A., dkk. (2011), keperawatan kesehatan jiwa komunitas (cmhn - basic course).
Jakarta: EGC.

Maryatun, S. (2017). Buku ajar keperawatan jiwa 1. Palembang: UNSRI PRESS.

Tim Direktorat Keswa. (2000). Standar asuhan keperawatan jiwa, edisi 1. Bandung:
RSJP Bandung.

Townsend, M.C. (1998). Buku saku diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri,
edisi 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai